PENGARUH PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL SISWA DI SMP NEGERI 1 KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

PENGARUH PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL SISWA DI SMP NEGERI 1 KOTA AGUNG

TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

(Skripsi)

Oleh Musdalipah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL SISWA DI SMP NEGERI 1 KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN

TANGGAMUS

Oleh Musdalipah

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Kemampuan Sosial Siswa di SMP Negeri 1 Kotaagung Timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Variabel X dalam penelitian ini adalah pemahaman nilai-nilai pancasila sedangkan variabel Y dalam penelitian ini adalah kemampuan sosial siswa, populasi dalam penelitian ini berjumlah 104 orang yang dijadikan sampel berjumlah 26 orang, teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik pokok yaitu angket dan teknik penunjang yaitu wawancara dan dokumentasi, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh terhadap pengaruh yang positif, segnifikan, dan kategori keeratan kuat antara pengaruh pemahaman nilai-nilai pancasila terhadap kemampuan sosial siswa. Maka dari itu baik sekolah, guru maupun siswa harus tutwuri handayani.


(3)

PENGARUH PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL SISWA DI SMP NEGERI 1 KOTA AGUNG

TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

Oleh

Musdalipah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Musdalipah, dilahirkan di Way Jepara Lampung Timur, pada17 Maret 1993 yang merupakan putrid ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Dahlan RN dan Ibu Muzaimah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Taman Kanak-Kanak Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 1999 2. Sekolah Dasar Negeri 3 Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 2005 3. SMP Islam YPI 3 Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 2008 4. SMa Teladan Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur MANDIRI. Dan melalui skripsi ini penelitian akan segera menamatkan pendidikanya pada jenjang S1.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kehadiran ALLAH SWT, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bakti dan sayangku kepada:

“Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Dahlan RN (alm) yang telah memberikan do’a dalam setiap langkah yang ku tempuh, dan Ibunda ku

Muzaimah, yang karena kesabaran dan pengorbanan dalam mendidik, membesarkan dan mendo’akan. Bunda Yang Selalu Memberi Semangat Tiada

Henti Untuk Kesuksesan Anaknya, Kalian adalah semangat dan tujuan hidup ku”


(9)

Motto

Tidak Ada Kekayaan Yang Melebihi Akal, Dan Tidak Ada Kemelaratan Yang Melebihi Kebodohan


(10)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL SISWA DI SMP NEGERI 1 KOTAAGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015”. Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Bapak Drs.Holilulloh, M.Si., selaku pembimbing I sekaligus sebagai Pembimbing Akademik dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan Bidang Pendidikan dan Kerja Sama Universitas Lampung;


(11)

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku ketua program studi sekaligus pembahas I. dan Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II terima kasih atas saran dan masukannya;

7. Ibu Dr. Adelina Hasyim M.Pd, Bapak Dr. Irawan Suntoro M.S, Bapak M. Mona adha, S.Pd., M.Pd., Bapak Tubagus Ali Puja Kusuma, S,Pd., M.Pd dan Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan;

8. Kepala SMP Negeri 1 Kotim, serta seluruh Guru dan Staf Tata Usaha yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Teristimewa Kedua orang tuaku tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan menunggu keberhasilan ku, sembah sujud ananda, kalian adalah tujuan hidupku.


(12)

mata, bahagia, dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada terkira benilaianya dari segi apapun untukku.

11.Sahabat terbaikku Deffy Ariyanti, Rika Emilda, Niken, Diah, Viana, Amell. dan seluruh keluarga besar Pkn 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

12.Keluarga Kosan Belimbing yang telah membantu serta memberikan semangat dukungan dan do’a untuk kesuksesanku.

13. Keluarga KKN PPL 2011 Papzky Ajeng, Mamzky Uci, Enggor, Semok Erizka, IKa, Dilah, Surya, Sugeng, Tere, dan seluruh keluarga besar SMPN 1 Kotaagung Timur.

14.Keluarga Besar Kagungan Ibu Via dan Bapak Encah.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis

Musdalipah NPM 1113032045


(13)

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 10

1.3.Pembatasan Masalah ... 11

1.4.Rumusan Masalah ... 11

1.5.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

1.6.Kegunaan Penelitian ... 12

1.6.1. Kegunaan Teoritis ... 12

1.6.2. Kegunaan Praktis ... 12

1.7.Ruang Lingkup Penelitian... 13

1.7.1. Ruang Lingkup Ilmu ... 13

1.7.2. Ruang Lingkup Objek ... 13

1.7.3. Ruang Lingkup Subjek ... 13

1.7.4. Ruang Lingkup Lokasi ... 13

1.7.5. Ruang Lingkup Waktu ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teoritis ... 14

2.1.1. Tinjauan Tentang KemampuanSosialSiswa ... 15

1. Pengertian Pemahaman ... 15

2.1.2. Tinjauan Tentang FungsiPancasila ... 16

2.1.3. Tinjauan Tentang Nilai-NilaiPancasila ... 18

1. Pengertian Nilai ... 18

2. Nilai-NilaiYangTerkandung Dalam Pancasila ... 20

2.1.4. Tinjauan Tentang Kemampuan Sosial Siswa ... 22

1. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial ... 22


(14)

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Sosial ... 35

7. Bentuk Perubahan Prilaku Sosial ... 38

2.2. Kerangka Pikir ... 41

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ... 42

3.2. Populasi dan Sampel ... 43

3.2.1. Populasi ... 43

3.2.2. Sampel ... 43

3.3. Variabel Penelitian ... 45

3.3.1. Variabel Penelitian ... 45

3.3.2. Definisi Konseptual ... 45

3.3.3. Definisi Oprasional Variabel ... 46

1. Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila... 46

2. Kemampuan Sosial Siswa ... 46

3.4. Rancangan Pengukuran Variabel ... 47

3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.5.1. Teknik Pokok ... 48

1. Angket ... 48

3.5.2. Teknik Penunjang ... 49

1. Dokumentasi ... 49

2. Wawancara ... 49

3.6.Uji Validitas dan Reabilitas ... 49

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Langkah-Langkah Penelitian ... 56

4.1.1. Pengajuan Judul ... 56

4.1.2. Penelitian Pendahuluan ... 56

4.1.3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 57

4.1.4. Pelaksanaan Penelitian ... 57

1. Persiapan Administrasi ... 57

2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 58

4.2. Pelaksanaan Uji coba Angket ... 59

4.2.1. Analisis Validitas ... 59

4.2.2. Analisis Reabilitas ... 59

4.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64

4.4.Deskripsi Data ... 66

4.4.1.Pengumpulan Data ... 66

4.4.2 Penyajian Data ... 66

4.5.Pembahasan... 87

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 95


(15)

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rincian Jumlah Sampel Tiap Kelas ...40

Tabel 3. Distribusi Skor Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Ganjil (X) ...59

Tabel 4. Distribusi Skor Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Genap (Y) ...60

Tabel 5. Tabel Kerja Antara Kelompok Item Ganjil (X) Dengan Item Kelompok Genap (Y) ...61

Tabel 6. Distribusi Skor Hasil Angket Proses Kognitif di SMP Negeri 1 Kotaagung Timur ...67

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Indikator Proses Kognitif ...68

Tabel 8. Distribusi Hasil Angket Sikap Sosial di SMP Negeri 1 Kotaagung Timur 69 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Indikator sikap Sosial...71

Tabel 10. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Sikap/Tingkah Laku ...72 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Indikator Sikap/Tingkah Laku ...74

Tabel 12. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Prilaku Yang Sesuai Di Dalam Kelas 75 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Indikator Prilaku Yang Sesuai Di Dalam Kelas ...77

Tabel 14 Perbandingan Jumlah Responden Mengenai Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Kemampuan Sosial Siswa ...78

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Variabel (X) ...79 Tabel 16. Distribusi Frekuensi Variabel (Y) ...80

Tabel17. Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responsen Mengenai Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Kemampuan Sosial Siswa di SMP Negeri 1 Kotaagung Timur ...81

Tabel 18.Daftar Kontigensi Perolehan Data Tentang Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Kemampuan Sosial Siswa di SMP Negeri 1 Kotaagung Timur ...82


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki fungsi sebagai pegangan atau acuan bagi manusia Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku, berkaitan dengan sistem nilai, tentang baik dan buruk, tentang adil dan zalim, jujur dan bohong, dan sebagainya. Dengan demikian membahas Pancasila sebagai pandangan hidup akan memasuki domein etika, masalah moral yang menjadi kepedulian manusia sepanjang masa, membahas hal ihwal yang selayaknya dikerjakan dan yang selayaknya dihindari.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia didasari oleh tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu : (1) Kesepakatan tujuan dan cita-cita bersama (2) Kesepakatan tentang the rule of same philosophy of government)

(3) Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan

(the form of institutions and procedure) Andrews dalam Kaelan (2012:30).

“Secara kultural dasar-dasar pemikiran tentang pancasila dan nilai-nilai pancasila berakar pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.


(18)

Indonesia sendiri sebelum mendirikan negara” Notonegoro dalam Kaelan (2012:32). Hal ini diperkuat oleh pendapat Soeryanto dalam Kaelan (2012:33) bahwa “Pancasila sebelum terbentuknya Negara dan bangsa Indonesia pada dasarnya terdapat secara sporadis dan fragmentaris dalam kebudayaan bangsa dan tersebar di seluruh kepulauan nusantara baik pada abad kedua puluh maupun sebelumnya, dimana masyarakat Indonesia telah mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dan berakulturasi dengan kebudayaan lain”. Selanjutnya nilai-nilai tersebut melalui para pendiri bangsa dan ini kemudian dikembangkan dan secara yuridis disahkan sebagai suatu dasar negara, dan secara verbal tercantum dalam pembuksaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hubungan seperti inilah maka Pancasila yang causa materialisnya bersumber pada nilai-nilai budaya bangsa ini, meminjam istilah Margareth Mead, Ralp Linton, dan Abraham Kardiner dalam

Anthropology to Day, disebut sebagai National Charakter Kaelan (2012:33).

Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral/etis), religius (nilai agama). Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu, untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat mengatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, religius atau tidak religius. Hal ini dihubungkan dengan unsur – unsur yang ada pada manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa dan kepercayaan.


(19)

Darmodiharjo (1991:52) menjelaskan, bahwa nilai - nilai yang terkandung dalam sila- sila Pancasila antara lain sebagai berikut :

A. Dalam sila 1 berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” terkandung nilai - nilai religius antara lain :

 Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat – sifat Nya Yang Maha Sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha adil, Maha Bijaksana dan lain – lain sifat yang suci.

 Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

 Nilai sila I ini meliputi dan menjiwai sila – sila II, III, IV dan V.

B. Dalam sila II yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” terkandung nilai – nilai kemanusiaan, antara lain :

 Pengakuan terhadap adanya martabat manusia.  Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.

 Nilai sila II ini diliputi dan dijiwai sila I, meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V.

C. Dalam sila III yang berbunyi “Persatuan Indonesia” terkandung nilai persatuan bangsa, antara lain:

 Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia


(20)

 Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia

 Nilai sila ke III ini diliputi dan dijiwai sila I dan II, meliputi dan menjiwai sila IV dan V.

D. Dalam sila IV yang berbunyi “Kerakyatan yang Dimpimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” terkandung nilai kerakyatan antara lain:

 Kedaulatan Negara adalah ditangan rakyat

 Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat

 Nilai sila IV ini diliputi dan dijiwai sila I, II, dan III, meliputi dan menjiwai sila V.

E. Dalam sila V yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” terkandung nilai keadilan sosial, antara lain:

 Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atas kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia

 Cita-cita masyarakat adil, makmur, material, dan spiritual, yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia

Keseimbangan antara hak dan kewajiban dan menghormati hak orang lain. Nilai sila V ini diliputi dan dijiwai sila I, II, III, IV

Pemahaman terhadap nilai-nilai luhur Pancasila bagi warga Negara Indonesia merupakan hal yang seharusnya, karena terkait dengan prilaku yang ditampilkan


(21)

dalam tata pergaulan hidup sehari-hari sebagai bangsa Indonesia. Pemahaman nilai-nilai Pancasila merupakan pemahaman konsep Pancasila yang mengandung gagasan, cita-cita, dan nilai dasar yang bulat, utuh dan mendasar mengenai eksistensi manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya, sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konsep tersebut meliputi konsep religiositas, suatu konsep dasar yang mengandung gagasan dan nilai dasar mengenai hubungan manusia dengan suatu realitas mutlak, apapun namanya. Sebagai akibat terjadilah pandangan tentang eksistensi diri manusia, serta sikap dan perilaku devosi manusia dalam hubungannya dengan yang Maha Esa. Konsep humanitas, suatu konsep yang mendudukkan manusia dalam tata hubungan dengan manusia yang lain.

Manusia didudukkan dalam saling ketergantungan sesuai dengan harkat dan martabatnya dalam keadilan dan keberadaban sebagai makhluk ciptaan yang maha benar. Konsep nasionalitas, suatu konsep yang menyatakan bahwa manusia yang bertempat tinggal di bumi nusantara ini adalah suatu kelompok yang disebut bangsa. Sikap loyalitas warganegara terhadap negara-bangsanya merupakan suatu bentuk tata hubungan antara warganegara dengan bangsanya.

Konsep sovereinitas, suatu konsep yang menyatakan bahwa yang berdaulat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah rakyat, suatu konsep demokrasi, dengan ciri kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


(22)

kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. Kemudian konsep sosialitas, suatu konsep yang menggambarkan cita-cita yang ingin diwujudkan dengan berdirinya NKRI. Yang ingin diwujudkan adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat, bukan perorangan.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pemahaman Pancasila adalah pemahaman terhadap cita-cita yang merupakan dasar, pandangan, gagasan, atau paham. Jadi Pancasila sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia dipahami sebagai tujuan bersama dan keniscayaan bangsa Indonesia.

Pemahaman terhadap nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi bangsa juga terkait penbentukan kemampuan warganegara Indonesia dalam menata diri dengan lingkungan sosialnya. Pengetahuan tentang proses-proses sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis dari masyarakat. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan, interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunju pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Proses sosial adalah cara cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya cara hidup yang ada. Atau dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Proses sosialjuga dapat diartikan sebagai


(23)

cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yangakanterjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama.

Oleh karena itu kemampuan sosial menjadi hal mendasar yang harus dimiliki dan diimplementasikan sesuai dengan nilai-nilai yang di dapat selama proses sosialisasi di dalam kehidupan masyarakat. Namun demikianfaktanya masih banyak siswa yang kurang memiliki pemahaman tentangarti pentingnya bersosialisasi, hal ini terlihat dari keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, seperti data yang penulis peroleh dari hasil penelitian pendahuluan di SMP Negeri I Kota Agung Timur awal bulan Desember 2014, sebagai berikut :

Tabel. 1. Hasil pra-survey melalui wawancara tentang kemampuan sosial siswa di SMP Negeri 1 Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2014/2015.

NO Kemampuan Sosial Siswa Respon Siswa 1 Tingkah laku dan interaksi

positif

Kurang/rendah

2 Prilaku yang sesuai didalam kelas


(24)

3 Cara-cara mengatasi frustasi dan kemarahan

Kurang/rendah

4 Cara-cara untuk mengatasi konflik dengan yang lain

Kurang/rendah

Sumber: Hasil observasi atau pengamatan di kelas VII C

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa kemampuan sosial siswa di sekolah cenderung sedang ke rendah di lihat dari beberapa kemampuan sosialnya seperti: menerima, tata karma/sopan santun, tanggung jawab. Hal ini di duga dengan adanya pengaruh pemahaman nilai-nilai pancasila di sekolah. Faktor kurangnya pemahaman nilai-nilai pancasila dari siswa maupun guru juga dapat menyebabkan rendahnya kemampuan sosial siswa, dan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi.

Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan sosial siswa dan menjadi alasan mengapa siswa tidak memiliki perhatian terhadap kehidupan kelompok, diantaranya adalah, faktor eksteren, meliputi faktor pola asuh orang tua terhadap anak, lingkungan anak dan sekolah, keteladanan, faktor intern, meliputi faktor kecerdasan (pemahaman), egosentris

Faktor pola asuh oleh orang tua misalnya diduga berpengaruh pada keterampilan sosial siswa. Siswa menjadi sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan karena orang tua kurang member kesempatan bagi anaknya untuk


(25)

bergaul dan berkomunikasi dengan teman sebaya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Faktor lingkungan juga turut memberi pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap anak. Seorang anak dapat menjadi baik apabila berada pada lingkungan yang benar, tetapi sebaliknya anak akan menjadi buruk perilakunya karena berada pada lingkungan yang salah.

Kemudian faktor keteladanan, faktanya kadang kita dihadapkan pada realitas dari orangtua, guru, para pejabat, politikus, bahkan tokoh agama yang memiliki perilaku tidak baik, hal ini tentunya berdampak pada pembentukan sikap anak. Anak menjadi egois dan arogan karena melihat banyak peristiwa-peristiwa yang tidak member pelajaran yang baik pada anak.

Faktor sikap egosentris juga kerap dimiliki oleh para siswa, terlebih jiwa para siswa yang cenderung masih labil, belum dapat menahan emosional yang ada di dalam dirinya, saat mulai bergaul dengan teman sebayanya cenderung menonjolkan sifat egosentrisnya, cenderung memilih–milih teman, biasanya hanya memilih teman yang dianggap memiliki status sosial yang sama. Tentu ini akan menjadikan kesenjangan sosial di dalam kehidupan sosialnya.


(26)

Faktor lain yang diduga berpengaruh pada pembentukan kemampuan sosial siswa adalah faftor pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, makna kristalisasi nilai-nilai Pancasila harus lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan sekolah yang realitanya lebih banyak siswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna pergaulan, etika dan peranan etika itu sendiri, sehingga bermunculanlah siswa-siswi yang tidak memiliki akhlaqul karimah.

Berdasarkan pada konsep ideal dan fakta berkaitan dengan pemahaman nilai Pancasila dan kemampuan sosial siswa, penulis mencoba menuangkannya pada suatu penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Kemampuan Sosial Siswa di SMP Negeri I Kota Agung

Timur Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat di identifikasikan masalahnya sebagai berikut :

1) Rendahnya kemampuan sosial siswa

2) Peran nilai-nilai pancasila dalam kehidupan

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan sosial siswa.


(27)

4) Faktor tingkat pemahaman nilai Pancasila berpengaruh pada kemampuan sosial siswa.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar peneliti ini tidak meluas jaungkauanya, maka penelitian ini permasalahanya akan dibatasi pada masalah pemahaman nilai-nilai pancasila dan kemampuan sosial siswa Di SMP Negeri 1 Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2014/2015.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah ada pengaruh pemahaman nilai-nilai Pancasila terhadap kemampuan sosial siswa Di SMP Negeri 1 Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2014/2015?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pemahaman nilai-nilai pancasila terhadap kemampuan sosial siswa Di SMP Negeri 1 Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2014/2015.


(28)

1.6.1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya dan mengembangkan konsep-konsep yang barkaitan dengan ilmu pendidikan, khususmya pendidkan kewarganegaraan berkenaan dengan pembentukan kemampuan sosial siswa melalui pendidikan nilai/ moral pancasila.

1.6.2. Secara Praktis 1. Bagi Guru

Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dalam penanaman nilai-nilai pancasila kepada siswa dan mengarahkan siswa untuk memiliki kemampuan sosial yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

2. Bagi Siswa

Untuk memahami pentingnya menerapkan kemampuan sosial sesuai dengan nilai-nilai pancasila dalam rangka menjadikan generasi penerus bangsa serta serta menjadi warga Negara yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

1.7.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencangkup:

1.7.1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini merupakan ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan dalam kajian pendidikan nilai moral pancasila dan pendidikan sosial.


(29)

1.7.2. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah siswa XI Di SMP Negeri 1 Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2014/2015.

1.7.3. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah pemahaman nilai-nilai pancasila (x) dan kemampuan sosial siswa (y)

1.7.4. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus.

1.7.5. Ruang Lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan surat izin penelitian yang telah dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai penelitian ini.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Deskripsi Teori

2.2.1. Tinjauan Tentang Kemampuan Siswa 1. Pengertian Pemahaman

Berdasarkan pendapat Jalaluddin Rakhmat dalam Ria S. Fatimah Muzammil (2010:28) “ Pemaham merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia “. Pengertian ini menunjukan bahwa aspek pehaman erat kaitannya dengan sikap intelektual dan ini berkaitan dengan apa yang diketahui oleh manusia.

Pendapat lainnya disampaikan oleh Frank J. Bruno san Anwar Arifin dalam Ria S. Fatimah Muzammil ( 2010:28) menjelaskan bahwa “ Pemahaman merupakan sebuah proses yang terjadi secara tiba – tiba tentang keterkaitan yang terjadi dalam keterkaitan yang terjadi dalam keseluruhan “. Jadi, pemahaman merupakan suatu proses persepsi atas keterhubungan antara beberapa faktor yang saling mengikat secara menyeluruh dan persepsi di artikan sebagai penafsiran stimulus


(31)

yang telah ada dalam otak. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa pemahaman adalah menegrti atau dapat menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, sebab apa, bagaimana dan untuk apa.

Terkait dengan pemahaman dalam penelitian ini, David O Sears, Jonathan L. Freeman dan L. Anne Peplau dalam Ria S. Fatimah Muzamnmil (2010:29) mengemukakan “ teori yang disebut dengan teori pemahaman sosial (kognisi sosial), teori ini diarahkan penelaahan berbagai proses kognitif yang di fokuskan pada stimuli sosial, terutama terhadap perorangan dan kelompok”. Yang menjadi inti pendekatan pemahaman sosial adalah pandangan bahwa persepsi manusia merupakan proses kognitif yang memandang orang sebagai pengamat yang terorganisasikan secara aktif, jadi bukan sekedar kotak yang pasif, mereka memiliki motivasi untuk mengembangkan kesan yang terpadu dan berarti, bukan sekedar rasa suka atau benci. Jadi, pemahaman merupakan pengertian atau mengerti benar tentang sesuatu.

Pengertian siswa menurut pasal 1 ayat 4 UU No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional “siswa sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia”.


(32)

menurut Shafigue Ali Lihan, “siswa merupakan orang yang datang ke suatu lambing untuk memperoleh beberapa tipe pendidikan”.

menurut Abu Ahmadi “siswa adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.

Berdasarkan beberapa uraian pendapat di atas mengenai definisi siswa, maka dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik, karena subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah siswa.

2.1.2. Tinjauan Tentang Fungsi Pancasila

Fungsi pokok pancasila adalah sebagai dasar Negara. Selain fungsi pokok tersebut, masih ada fungsi lainya yaitu:

A. pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, ideologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang ide atau gagasan yang bersifat mendasar. Ideologi


(33)

iyalah seperangkat nilai yang diyakini kebenaranya oleh suatu bangsa dan digunakan untuk menata masyarakat. Pancasila sebagai idiologi nasional merupakan kumpulan nilai yang diyakini kebenaranya oleh bangsa Indonesia dan digunakan untuk menata hidup masyarakat.

B. Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraanya lahir dan batin.

C. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia. Menurut Von Sovigny bahwa setiap bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya jiwa rakyat atau jiwa bangsa. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia lahir bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia sendiri yaitu sejak jaman dahulu kala.

D. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan merupakan cirri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakanya dengan bangsa lain.

E. Pancasila sebagai perjanjian luhur, artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar Negara, pada tangal 18 Agustus 1945 melalui siding PPKI (panitia persiapan kemerdekaan Indonesia).

F. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber artinya segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.


(34)

G. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai bangsa Indonesia, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata secara materiil maupun spiritual, berdasarkan Pancasila.

H. Pancasila sebagai falsafah hiduup dan kepribadian bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh bangsa Indonesia diyakini paling benar, adil, bijaksana dan tepat untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.

Melihat besarnya fungsi Pancasila, maka sebagai generasi muda yang akan meneruskan perjuangan bangsa Indonesia kelak, perlu memelihara dan melestarikannya dengan menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.3. Tinjauan Tentang Nilai – Nilai Pancasila

1. Pengertian Nilai

Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral/etis), religius (nilai agama). Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu, untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat mengatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, religius atau tidak religius. Hal ini dihubungkan dengan unsur – unsure


(35)

yang ada pada manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa dan kepercayaan. Menurut Notonagoro yang dikutip oleh Darmodiharjo (1991:51) membagi nilai menjadi tiga, yaitu:

a). Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

b). Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c). Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :

a). Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta ) manusia.

b). Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emosion) manusia.

c). Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsure kehenda (karsa, will) manusia.

d). Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan / keyakinan manusia.


(36)

2. Nilai – Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila

Darmodiharjo (1991:52) menjelaskan, bahwa nilai - nilai yang terkandung dalam sila- sila Pancasila antara lain sebagai berikut :

1. Dalam sila 1 berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” terkandung nilai - nilai religius antara lain :

 Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat – sifat Nya Yang Maha Sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha adil, Maha Bijaksana dan lain – lain sifat yang suci.

 Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

 Nilai sila I ini meliputi dan menjiwai sila – sila II, III, IV dan V.

2. Dalam sila II yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” terkandung nilai – nilai kemanusiaan, antara lain :

 Pengakuan terhadap adanya martabat manusia.  Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.

 Nilai sila II ini diliputi dan dijiwai sila I, meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V.

3. Dalam sila III yang berbunyi “Persatuan Indonesia” terkandung nilai persatuan bangsa, antara lain:


(37)

 Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia

 Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia

 Nilai sila ke III ini diliputi dan dijiwai sila I dan II, meliputi dan menjiwai sila IV dan V.

4. Dalam sila IV yang berbunyi “Kerakyatan yang Dimpimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” terkandung nilai kerakyatan antara lain:

 Kedaulatan Negara adalah ditangan rakyat

 Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat

 Nilai sila IV ini diliputi dan dijiwai sila I, II, dan III, meliputi dan menjiwai sila V.

5. Dalam sila V yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” terkandung nilai keadilan sosial, antara lain:

 Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atas kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia

 Cita-cita masyarakat adil, makmur, material, dan spiritual, yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia

 Keseimbangan antara hak dan kewajiban dan menghormati hak orang lain. Nilai sila V ini diliputi dan dijiwai sila I, II, III, IV


(38)

Berdasarkan pendapat Widjaja (2004:6) pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar Negara mengandung nilai-nilai sebagai berikut:

a) Nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

b) Nilai ideal, nilai material, nilai spiritual, nilai pragmatis, dan nilai positif.

c) Nilai etis, nilai estetis, nilai logis, nilai sosial, dan nilai religius.

Berdasarkan beberapa pandapat di atas, yang dimaksud dengan nilai pancasila adalah semua nilai-nilai yang tercantum dalam pancasila, yaitu nilai ketuhanan pada sila pertama, nilai kemanusiaan pada sila kedua, nilai persatuan pada sila ketiga, nilai kerakyatan pada sila keempat, dan nilai keadilan pada sila kelima. Dari kelima nilai-nilai pancasila di atas adalah sebagai panduan hidup manusia dari segi filter tindakan manusia, sebagai pendorong bagi manusia dan sebagai pemberian kendali kepada manusia dalam kehidupanya.

2.1.4. Tinjauan Tentang Kemampuan Sosial Siswa

1. Tinjauan Tentang Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial merupakan dasar-dasar dari proses sosial, sebab tanpa adanya interaksi tidak mungkin kehidupan bersama akan terjalin.


(39)

(Wiyarti, 2008: 95). Bentuk proses sosial adalah interasi sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antar orang perorangan dengan kelompok manusia, apaliba dua orang bertemu maka dimulailah interaksi sosial di situ. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan saling berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial telah terjadi karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang yang bersangkutan.

Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi, kontak sosial yaitu sama-sama menyentuh antara kedua belah pihak, kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan kontak sosial yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial, kemudian komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerakan dan sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut dengan adalanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok


(40)

manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang yang lain. Dengan demikian apabila dihubungkan dengan interaksi sosial, kontak tanpa adanya komunikasi maka tidak memiliki arti apa-apa.

Menurut santoso (2010), tahapan-tahapan dalam interaksi sosial adalah sebagai berikut:

a. adanya kontak atau hubungan, pada tahapan ini individu-individu saling mendahului kontak atau hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan tiap-tiap individu adakesiapan untuk saling mmengadakan kontak.

b. Adanya bahan dan waktu, Pada tahapan ini individu perlu memiliki bahan-bahan untuk berinteraksi sosial seperti informasi penting, pemecahan masalah, dan bahan-bahan dari aspek kehidupan yang lain. Proses interaksi sosial yang baik perlu dirancang, sehingga individu-individu yang terlibat proses tersebut tidak terkejut dan tertekan.

c. Timbul problema, Walaupun proses interaksi sosial sudah direncanakan dengan baik namun bahan-bahan interaksi sosial seringkali menumbulkan problema bagi individu-individu yang ada.

d. Timbul ketegangan, Pada tahapan ini masing-masing memiliki rasa tegang yang tinggi karena masing-masing individu dituntut mencari


(41)

penyelesaian terhadap masalah yang ada. Semakin sulit masalah yang dihadapi, semakin tegang pula perasaan masing-masing individu.

e. Adanya integrasi, Sering terjadi bahwa pada proses interaksi sosial, permasalahan yang timbul dapat dipecahkan secara bersama-sama walaupun proses interaksi sosial itu berlangsung berulang-ulang. Bila terjadi pemecahan masalah maka tiap-tiap individu mengalami proses interaksi, artinya perasaan tenteram dan perasaan siap untuk menjalin proses interaksi sosial berikutnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan tahapan-tahapan dalam interaksi sosial adalah adanya kontak ada bahan dan waktu, timbul problema, timbul ketegangan, dan adanya integrasi. Berlangsunya proses interaksi sosial didasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi. Menurut Walgito (2008), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, antara lain:

1. Faktor imitasi, yaitu keinginan untuk meniru orang lain.

2. Faktor sugesti, yaitu pengaruh psikis yang datang dari diri orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.

3. Faktor identifikasi, yaitu kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain dan bersifat lebih mendalam daripada imitasi sebab dapat membentuk kepribadian seseorang.


(42)

4. Faktor simpati, yaitu perasaan tertarik kepada orang lain yang timbul tidak atas dasar logis rasional, tapi atas dasar perasaan atau emosi.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan mengenai faktor-faktor dalam interaksi sosial adalah imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.

2. Pengertian Tentang Kemampuan Sosial

Kemampuan merupakan hal telah ada dalam diri kita sejak lahir. Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi. Potensi yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. kemampuan lebih pada keefektifan orang tersebut dalam melakukan segala macam pekerjaan. Kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh setiap individu untuk melaksanakan tugasnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan merupakan suatu penilaian atau ukuran dari apa yang dilakukan oleh orang tersebut.

Menurut Chaplin (2004:18), Kemampuan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada di sekitarnya. Anak yang menguasai kemampuan sosial, diharapkan belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, karena kemampuan sosial merupakan salah satu aspek perkembangan


(43)

anak yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan anak untuk memulai dan memiliki hubungan sosial. Selain itu kemampuan anak dalam kerjasama juga penting untuk suatu kegiatan atau pergaulan berkelompok.

Sedangkan menurut (Fajar, 2008: 1) yang menjelaskan “bahwa kemampuan sosial merupakan suatu kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan”.

(Kurniati, 2006: 36) menyebutkan bahwa kemampuan sosial anak di antarnya meliputi hal-hal berikut ini:

1) tingkah laku dan interaksi positif dengan teman lainnya 2) perilaku yang sesuai di dalam kelas

3) cara-cara mengatasi frustasi dan kemarahan

4) cara-cara untuk mengatasi konflik dengan yang lain. Sementara itu untuk anak prasekolah contoh kemampuan sosial yang perlu dikembangkan adalah: kemampuan yang dapat membantu dia di tingkat selanjutnya seperti kemampuan mendengarkan, kemampuan untuk meningkatkan kesuksesan dalam belajar di sekolah seperti kemampuan bertanya, bagaimana menjalin dan memelihara pertemanan, perasaan positif, tidak agresif ketika menghadapi konflik membiasakan diri dengan stress.


(44)

Kemampuan sosial salah satu hal penting dalam membantu anak untuk bisa mempunyai teman dan berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial ini akan menjadi bekal untuk kehidupan anak dimasa yang akan datang, Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, atau bersifat saling menguntungkan dan membekali siswa dengan sikap dan prilaku berdasarkan nilai moral pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut :

a. kemampuan intristik adalah kemampuan yang tercakup didalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. b. kemampuan ekstristik adalah kemampuan yang hidup dalam diri

siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional.

Menurut Zul (2008:134) mengemukaan “batasan definisi berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga disebut kompetensi”.

Sedangkan Donald (Sardiman, 2009:73-74) mengemukakan “kemampuan adalah perubahan enegri dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului dengan tangapan terhadap adanya tujuan”.


(45)

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mampu.

Poerwadarminta (2007) mempunyai pendapat lain tentang “kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sebangkan kemampuan artinya kesangupan, kecakapan, kekuatan”.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh tuminto (2007:432) menyatakan “kemampuan adalah kesangupan, kecakapan atau kekuatan”.

Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan mampu. Seseorang yang mampu dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak pernah difikirkan lagi bagaimana melaksanakanya, tidak adalagi kesulitan-kesulitan yang menghambat. Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berfikir, berbicara, melihat, dan sebagainya. Akan tetapi dalam pengertian sempit biasanya kemampuan lebih ditunjukan kepada kegiatan yang berupa perbuatan.


(46)

Selain itu, menurut uno (2007:23) hakikat “kemampuan adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dengan adanya kemampuan siswa akan lebih mudah dalam mempelajari setiap materi yang diajarkan termasuk materi yang berkaitan dengan mata pelajaran kewarganegaraan”.

Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman bermain dan sekolah. Lingkungan pertama serta utama dikenal sejak lahir yaitu keluarga. Ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang berasal dari keluarga, besar perannya bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian individu. Kebiasaan yang ditanamkan keluarga baik itu positif maupun negatif secara tidak langsung akan terbentuk dalam kepribadian anak. Di dalam lingkungan sekolah, anak tidak hanya memasuki dunia sosialisasi yang lebih luas melainkan anak juga akan menemukan suasana kehidupan yang berbeda, teman, guru atau aturan-aturan yang berbeda dengan lingkungan keluarga.

Proses sosial pada hakekatnya adalah proses belajar sosial mengenai tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakatnya. Proses sosialisasi berawal dari keluarga, melalui keluargalah anak belajar beradaptasi ditengah kehidupan


(47)

masyarakat, proses sosialisasi diperoleh dari kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

3.Arti Penting Kemampuan sosial

Johnson dan Johnson (1999) mengemukakan 6 hasil penting dari memiliki kemampuan sosial, yaitu :

1. Perkembangan Kepribadian dan Identitas

Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitas karena kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannya dengan orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain, individu mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri. Individu yang rendah dalam keterampilan interpersonalnya dapat mengubah hubungan dengan orang lain dan cenderung untuk mengembangkan pandangan yang tidak akurat dan tidak tepat tentang dirinya.

2. Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan kerja, produktivitas, dan kesuksesan karir, yang merupakan keterampilan umum yang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata. Keterampilan yang paling penting, karena dapat digunakan untuk bayaran kerja yang lebih tinggi, mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin orang lain, mengatasi situasi yang kompleks, dan menolong mengatasi permasalahan orang lain yang berhubungan dengan dunia kerja.


(48)

3. Meningkatkan Kualitas Hidup

Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dari keterampilan sosial karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik, dekat, dan intim dengan individu lainnya.

4. Meningkatkan Kesehatan Fisik

Hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhi kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi berhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit.

5. Meningkatkan Kesehatan Psikologis

Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuat dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain. Ketidak mampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi, frustasi, dan kesepian. Telah dibuktikan bahwa kewmampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengurangi distress psikologis, yang menciptakan kebebasan, identitas diri, dan harga diri.

6. Kemampuan Mengatasi Stress

Hasil lain yang tidak kalah pentingnya dari memiliki keterampilan sosial adalah kemampuan mengatasi stress. Hubungan yang saling mendukung telah menunjukkan berkurangnya jumlah penderita stress dan mengurangi


(49)

kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu individu dalam mengatasi stress dengan memberikan perhatian dan informasi.

4.Ciri-ciri Kemampuan Sosial

Gresham & Reschly (dalam Gimpel dan Merrell, 1998) mengidentifikasikan kemmampuan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:

1. Perilaku Interpersonal

Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan keterampilan menjalin persahabatan.

2. Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri

Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti: keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sebagainya. 3. Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis

Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah, seperti: mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.

4. Penerimaan Teman Sebaya

Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena


(50)

mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.

5. Kemampuan Berkomunikasi

Kemampuan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif.

Adapun ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan sosial, menurut Eisler dkk (L’Abate & Milan, 1985) adalah: orang yang berani berbicara, member pertimbangan yang mendalam, memberikan respon yang lebih cepat, memberikan jawaban secara lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang dapat meyakinkan orang lain, tidak mudah menyerah, menuntut hubungan timbal balik, serta lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya. Sementara Philips (dalam L’Abate & Milan, 1985) menyatakan ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan sosial meliputi: proaktif, prososial, saling memberi dan menerima secara seimbang.

5.Dimensi Kemampuan Sosial

Caldarella dan Merrell (dalam Gimpel & Merrell, 1998) mengemukakan 5 (lima) dimensi paling umum yang terdapat dalam keterampilan sosial, yaitu :


(51)

1. Hubungan dengan teman sebaya (Peer relation), ditunjukkan melalui perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada orang lain, dan bermain bersama orang lain.

2. Manajemen diri (Self-management), merefleksikan remaja yang memiliki emosional yang baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan yang ada, dapat menerima kritikan dengan baik.

3. Kemampuan akademis (Academic), ditunjukkan melalui pemenuhan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas individual, menjalankan arahan guru dengan baik.

4. Kepatuhan (Compliance), menunjukkan remaja yang dapat mengikuti peraturan dan harapan, menggunakan waktu dengan baik, dan membagikan sesuatu.

5. Perilaku assertive (Assertion), didominasi oleh kemampuan-kemampuan yang membuat seorang remaja dapat menampilkan perilaku yang tepat dalam situasi yang diharapkan.

6.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Sosial

Hasil studi Davis dan Forsythe (Mu’tadin, 2006), terdapat 8 aspek yang mempengaruhi kemampuan sosial dalam kehidupan remaja, yaitu :


(52)

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) di mana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.

2. Lingkungan

Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga). Lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka


(53)

sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau kakek dan nenek saja.

3. Kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Di sinilah pentingnya orang tua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

4. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri

Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua / pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau


(54)

umpan balik dari orang lain / kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain / kelompok.

Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan, serta kemamapuan dalam penyesuaian diri.

7.Bentuk Perubahan Perilaku Sosial

Perubahan perilaku sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.

1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi.

Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut tejadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masarakat. Rentetan perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi, yang pada


(55)

umumnya dapat di golongkan ke dalam beberapa kategri sebagai berikut:

a. Unilinear theoriest of evolution

Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaan) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari yang bentuk sederhana, kemudian bentuk yang komplek sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor-pelopor teori tersebut antara lain August Comte, Herbert spencer, dan lain-lain. Suatu variasi dari teori tersebut adalah Cylical Theoriest yang di pelopori Vilfredo Pare, yang berpendapat bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai teori-teori ini perkembangan yang merupakan lingkaran, dimana suatu tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang.

Termasuk pendukung teori ini adalah Pitirim Sorokin yang pernah pula mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan. Sorokin menyatakan bahwa masyarakat yang berkembang melalui tahap-tahap yang masing-masing didasarkan pada suatu system kebenaran. Dalam tahap pertama pada dasarnya kepercayaan tahao kedua dasarnya adalah indera manusia dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.


(56)

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu memahami tahap-tahap tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini di uraikan oleh Herbert Spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen. Baik sifat maupun susunannya.

c. Multinead theories of evolution

Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evlusi masyarakat, misalnya, mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.

Dewasa ini agak sulit menentukan apakah suatu masyarakat berkembang melalui tahap-tahap tertentu. Lagi pula sangat sukar untuk di pastikan apakah tahap yang di capai dewasa ini merupakan tahap terakhir. Sebaliknya juga sulit untuk menentukan kearah mana masyarakat akan berkembang, apakah pasti menuju ke bentuk kehidupan sosial yang lebih sempurna apabila di bandingkan dengan keadaan dewasa ini, atau bahkan sebaliknya oleh karena itu para


(57)

sosiolog telah banyak yang meninggalkan tori-teori evolusi. (tentang masyarakat).

Sementara itu perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan). Lazimnya dinamakan “revolusi”. Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan yang cepat, perubahan tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Di dalam evolusi perubahan-perubahan yang terjadi dapat di rencanakan terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran kecepatan suatu perubahan yang di namakan revolusi, sebenarnya bersifat relatif karena revolusi dapat memakan waktu yang lama.

2.2.Kerangka Pikir

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membina kemampuan siswa untuk menyiapkan generasi muda untuk menjadi warga Negara yang baik. Wadah pembinaan tersebut dilakukan idealnya di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan di sekolah sudah selayaknya memberikan layanan dan menbina kemampuan siswa namun kenyataanya banyak sekali siswa yang memiliki kemampuan sosial rendah dan tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Oleh karena itu peneliti merasa penting untuk


(58)

mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh pemahaman nilai-nilai pancasila terhadap kemampuan sosial siswa di SMP Negeri 1 Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus”. Untuk lebih jelasnya kerangka fikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan penelitian berikut ini:

Variabel (X) Variabel (Y)

Pemahaman nilai-nilai pancasila

Indikatornya:

a. Proses kognitif b. Sikap sosial

Kemampuan sosial siswa

Indikatornya:

a. Tingkah Laku dan Interaksi Positif

b. Prilaku Yang Sesuai Didalam Kelas


(59)

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian sebagai salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi, memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah. Selain memaparkan garis-garis yang cermat, juga akan menentukan harga ilmiah suatu penelitian. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan metode yang digunakan deskriftif, dimana metode penelitian ini bertujuan mengambarkan dan memaparkan secara tepat keadaan yang terjadi saat ini secara sistematis dan menuntut untuk dicarikan jawabanya.

Penelitian ini membahas masalah-masalah actual yang sedang berlangsung di lapangan khusunya memaparkan atau mengambarkan pengaruh pemahaman nilai-nilai pancasila terhadap kemampuan sosial siswa di SMP Negeri 1 Kota Agung timur Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2014/2015.


(60)

3.2.Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah penelitian mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini ialah siswa SMP Negeri 1 Kota Agung Timur tahun pelajaran 2014/2015 kelas VII yang berjumlah 132 siswa.

Tabel 2: jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kota Agung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015.

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 VII A 10 20 30

2 VII B 16 16 32

3 VII C 19 16 35

4 VII D 20 15 35

jumlah 132

Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 1 Kota Agung Timur tahun pelajaran 2014/2015.

3.2.2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 104) menyampaikan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitin populasi. Selanjutnya bila subjeknya


(61)

lebih besar dari 100, dapat diambil 10%-12% atau 20%-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

1) Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.

2) Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena menyangkut hal banyak sedikitnya data.

3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Berdasarkan teori di atas, maka sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 20% sehingga sampelnya 20% X 132= 26.

Agar lebih jelas lihat tabel rincian sampel perkelas di bawah ini:

Tabel 3: Jumlah dan sebaran sampel siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kota Agung Timur tahun pelajaran 2014/2015.

No Kelas Perhitungan

1 VII A 30/132 x 26= 5,90

2 VII B 32/132 x 26= 6,30

3 VII C 35/132 x 26= 6,89

4 VII D 35/132 x 26= 6,89

Jumlah 132 x 20%= 26,40= 26 siswa Sumber : Hasil Perhitungan proposional random sampling

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan perhitungan tabel di atas adalah berjumlah 26 siswa.


(62)

3.3.Variabel penelitian

Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel

3.3.1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel bebas yaitu pemahaman nilai pancasila (X) 2) Variabel terikat yaitu kemampuan sosial siswa (Y)

3.3.2. Definisi Konseptual

1. Pemahaman nilai-nilai pancasila

Pemahaman nilai pancasila yaitu memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila, yaitu nilai ketuhanan pada sila pertama, nilai kemanusiaan pada sila kedua, nilai persatuan pada sila ke tiga, nilai kerakyatan pada sila ke empat, dan nilai keadilan pada sila ke lima. Dari kelima nilai-nilai pancasila di atas adalah sebagai panduan hidup manusia dari segi filter tindakan manusia, sebagai pendorang bagi manusia dan sebagai pemberian kendali kepada manusia dalam kehidupanya.

2. Kemampuan sosial siswa

Kemampuan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir. Kemampuan pada diri manusia bisa juga disebut dengan potensi. Potensi yang ada pada manusia pada dasarnya dapat di


(63)

asah. Kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan tugasnya, Kemampuan sosial ini akan menjadi bekal untuk kehidupan anak dimasa yang akan datang, kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, atau bersifat saling menguntungkan dan membekali siswa dengan sikap dan prilaku berdasarkan nilai moral pancasila dalam kehidupan.

3.3.3. Definisi Oprasional Variabel

Definisi oprasional variabel dalam penelitian ini: 1. Pemahaman nilai-nilai pancasila

Pemahaman tentang nilai pancasila adalah kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila. Indikator dari variabel ini adalah proses kognitif dan sikap intelektual.

2. Kemampuan Sosial Siswa

Kemampuan sosial adalah bentuk prilaku, perbuatan dan sikap yang di tampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang lain.


(64)

Indikator dari variabel ini adalah tingkah laku, interaksi positif, cara-cara mengatasi frustasi kemarahan dan konflik.

3.4. Rencana Pengukuran Variabel

Rencana pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan indikator dalam penelitian ini yaitu:

1) Pemahaman nilai-nilai pancasila dalam hal ini diukur dengan (X) A. Proses kognitif

B. Sikap sosial

2) Kemampuan sosial siswa dalam hal ini diukur dengan (Y) A. Tingkah laku dan interaksi positif

B. Prilaku yang sesuai didalam kelas

C. Cara-cara mengatasi frustasi dan kemarahan D. Cara-cara mengatasi konflik

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai untuk pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua sumber data yang digunakan, yaitu:

a) Data primer, yaitu data yang terpenting dalam penelitian ini menyangkut variabel yang akan diteliti. Yaitu pemahaman nilai pancasila terhadap kemampuan sosial siswa.


(65)

b) Data sekunder, yaitu suatu data yang mendukung data primer, data tersebut mencangkup diantaranya tentang lokasi penelitian, dan data lain-lain yang mendukung masalah penelitian.

Selain kedua sumber di atas, dalam penelitian ini juga mengunakan dua teknik pengumpulan data yaitu, teknik pokok dan teknik penunjang.

3.5.1. Teknik Pokok

1. Angket

teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan Sasaran angket adalah siswa SMP Negeri 1 Kota Agung Timur tahun pelajaran 2014/2015.

3.5.2. Teknik Penunjang 1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi, yaitu suatu pengambilan data yang diperoleh dari informasi-nformasi dan dokumen-dokumen dari sumber dokumentasi BK yang digunakan untuk mendukung keterangan-keterangan ataupun fakta-fakta yang berhubungan dengan objek penelitian.


(66)

2. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Wawancara secara langsung kepada responden.

3.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 3.6.1. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 144), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat–tingkat kevalidan sesuatu instrument”. Uji validitas diadakan melalui kontrol langsung terhadap teori–teori yang melahirkan indikator-indikator variabel yang disesuaikan dengan maksud dan isi butir soal yang dilakukan melalui koreksi tes dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharmi Arikunto (2006: 178) berpendapat untuk membuktikan kemantapan alat pengumpul data maka akan diadakan uji coba reliabilitas yang menunjukkan bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.


(67)

a. Menyebarkan uji tes untuk uji reliabilitas kepada 10 orang diluar responden

b. Untuk menguji reliabilitas soal angket digunakan teknik belah dua atau ganjil genap.

c. Kemudian mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi

product moment, yaitu:

� = − �

2− 2

� 2−

2

� Dimana:

� = hubungan variabel X dan Y X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat N = Jumlah responden

Kemudian dicari reliabilitasnya dengan mengunakan rumus spearman brown (sutrisno hadi, 2008: 37) agar diketahui koofisien seluruh item yaitu:

rxy = 2(���)

1+(���)

Dimana:

Rxy = koofisien reliabilitas seluruh tes Rgg = koofisien korelasi item ganjil genap


(68)

Adapun kriteria reliabel menurut manase mallo (1986: 139) adalah sebagai berikut:

0,90-1,00 = Reliabilitas tinggi 0,50-0,89 = Reliabilitas sedang 0,00-0,49 = Reliabilitas rendah

a. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari penyebaran tes, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan fenomena yang terjadi. Fenomena tersebut diteliti secara deskriptif dengan mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk uraian, yang memberikan gambaran atas suatu keadaan yang sejelas mungkin. Untuk mengolah dan menganalisis data, akan digunakan teknik analisis data dengan rumus:

K

NR

NT

I

Keterangan: I : Interval NT : Nilai Tinggi NR : Nilai Rendah


(1)

a) Jika X 2 hitung lebih besar atau sama dengan X2 tabel dengan taraf signifikan 5 % maka hipotesis diterima.

b) Jika X 2 hitung lebih kecil atau sama dengan X2 tabel dengan taraf signifikan 5 % maka hipotesis ditolak.

Untuk menguji keeratan maka digunakan rumus kontigensi sebagai berikut:

n

x

x

c

2 2

Keterangan :

C : KoefisienKontigensi

: Chi Kuadrat

n : Jumlah Sampel

Agar C diperoleh dapat dipakai untuk derajat asosiasi antara faktor-faktor di atas maka harga C dibandingkan koefisien maksimum yang biasa terjadi maka harga maksimum ini dapat dihitung dengan rumus :

m

m


(2)

55

Keterangan :

maks

C : Koefisien kontigensi maksimum

m : Harga maksimum antara baris dan kolom

1 : Bilangan constant

Makin dekat harga C pada C maksimum maka makin besar derajat asosiasi antar variabel.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang pengaruh pemahaman nilai-nilai pancasila terhadap kemampuan sosial siswa di SMP Negeri 1 kotaagung timur kabupaten tanggamus tahun pelajaran 2014/2015, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan terdapat tingkat keeratan yang kuat antara pemahaman nilai-nilai pancasila terhadap kemampuan sosial siswa. Semakin tinggi pemahaman nilai-nilai pancasila maka semakin tinggi tingkat kemampuan sosial siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat memfasilitasi dalam rangka meningkatkkan kualitas proses belajar mengajar disekolah khususnya dalam mata pelajaran pkn.

2. Kepada guru diharapkan mampu memberikan pemahaman, pengertian serta teladan dalam menerapkan nilai-nilai pancasila untuk membantu


(4)

96

pembentukan kemampuan sosial siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah.

3. Kepada siswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat selalu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang harus diaplikasikan baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aa Suryana. 2012. Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Ali, Mohammad, M. Asrori. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara

Chaplin.2004. Pengembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan. PT Rafika Aditama: Bandung

Darmodiharjo. 1991. Moral Dan Etika. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Djamarah, Sayful Bahri. 2010. Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif.

Djohor. 2006. Guru Pendidikan dan Pembinaanya. Yokyakarta:Grafika Indah

Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta

Fajar. 2008. Pendidikan dan Pembinaan. Yokyakarta: GrafikaIndah

Hartinah, Sitti. 2010. Pengembangan Peserta Didik. Jakarta: Renika Cipta

Kaelan, Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma


(6)

Merrell,Gimpel. 1998. Dimensi Peserta Didik. Jakarta: PT RenikaCipta

Mu’tadin.2006.Psikologi Pendidikan. Yokyakarta: PustakaBelajar

Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian. PT Gramedia Pustaka Utama Pratiwi. 2009. Panduan Penulisan Skripsi. Tugu Publiser: Yogyakarta Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: PT Taesito Bandung S.Fatimah,Ria.2010.Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama Suryabrata, Sumadi, 2008. Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Wibowo, Agus, Halim. 2012. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka belajar

Widjaja. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: PT RefikaAditama Winarto, Dwi. 2005. Paradikma Pendidikan kewarganegaraan. Bandung: PT Refika Aditama

www. Indotopinfo.com. 2009. Kemampuan-sosial. http://wikipedia.com. Diakses 8 Novembe2014


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMAHAMAN IDEOLOGI PANCASILA TERHADAP SIKAP MORAL DALAM MENGAMALKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 41 63

HUBUNGAN PEMAHAMAN MATERI TENTANG NILAI PANCASILA DENGAN PERUBAHAN SIKAP NASIONALISME SISWA DI SMP NEGERI 1 BELALAU

2 28 52

Hubungan Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Pada Mata Pelajaran Pkn Dengan Karakter Siswa Kelas VI SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang

7 36 157

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kegiatan Kepramukaan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 19

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SMP NEGERI DI KOTA BANDUNG.

0 1 16

PEMAHAMAN SISWA KELAS V111 SMP NEGERI 1 GONDANG TERHADAP NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR Pemahaman Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gondang Terhadap Nilai Pendidikan Karakter Pada Materi Ajar Bahasa Indonesia.

0 2 16

PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUH (PSAA) MARDHATILLAH KARTASURA SUKOHARJO Penanaman Nilai-nilai Pancasila Di Panti Sosial Anak Asuh (PSAA) Mardhatillah Kartasura Sukoharjo.

0 0 15

PENGARUH ADVERSITY INTELLIGENCE, RELASI SOSIAL DAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF TERHADAP NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN YANG DIMILIKI SISWA SMK NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN.

0 4 256

HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 MAGELANG.

0 0 123

PENGARUH SISTEM PEMONDOKAN TERHADAP PERILAKU SISWA BERDASARKAN NILAI-NILAI PANCASILA DI SLTP BABUSSALAM PEKANBARU imranali184gmail.com ABSTRAK - PENGARUH SISTEM PEMONDOKAN TERHADAP PERILAKU SISWA BERDASARKAN NILAI-NILAI PANCASILA DI SLTP BABUSSALAM PEKANB

0 0 12