PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI BAHASA INGGRIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS MEKAR INDONESIA

Abstrak
Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Bahasa Inggris melalui
Pembelajaran Berbasis Projek pada Siswa Kelas VII Sekolah Tunas Mekar
Indonesia.
Oleh: Andreas Yogi Santoso
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) memperbaiki proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran berbasis projek, (2) menganalisis pelaksanaan
pembelajaran, (3) menganalisis sistem evaluasi pembelajaran, dan (4)
menganalisis peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis projek.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Sekolah
Tunas Mekar Indonesia. Ada tiga siklus dalam penelitian ini. Pada siklus pertama,
siswa diminta untuk menulis karangan deskripsi tentang tempat wisata favorit
mereka. Pada siklus kedua, siswa diminta untuk mencari gambar tempat wisata
favorit mereka melalui internet. Setelah itu, mereka diminta untuk menuliskan
deskripsi tempat wisata berdasar gambar tersebut. Pada siklus ketiga, siswa
diminta untuk membuat sebuah desain tempat wisata rancangan mereka sendiri.
Setelah itu, mereka diminta untuk mendeskripsikan rancangan mereka tersebut.
Hasil dari penelitian ini adalah: (1) rencana desain Pembelajaran menggunakan
metode ASSURE (Menganalisa peserta didik, Menentukan tujuan pembelajaran,
memilih media, bahan dan materi pembelajaran, Menggunakan media, bahan dan

Materi pembelajaran, Mendorong partisipasi siswa serta Evaluasi dan Perbaikan)
bisa menghasilkan rencana pembelajaran yang baik untuk bersandar berbasis
projek. (2) proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis
deskripsi siswa adalah pembelajaran berbasis projek yang meliputi proses
penjelasan materi, merancang projek dan membuat karangan deskripsi tentang
proyek siswa. (3) Sistem evaluasi yang cocok untuk penelitian ini evaluasi
perencanaan, evaluasi pelaksanaan dan evaluasi projek (isi, organisasi, kosakata,
tata bahasa dan mekanisme) (4) pembelajaran berbasis projek dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Kata kunci: menulis deskriptif, pembelajaran berbasis projek, evaluasi belajar

Abstract
Increasing English Descriptive Writing Skill through Project Based Learning
for Grade VII Students of Tunas Mekar Indonesia Junior High School
By: Andreas yogi Santoso

The purposes of this research were (1) to fix learning proses, (2) to analyze
learning implementation, (3) to analyze learning evaluation system, and (4) to
analyze improving learning achievement of students using Project based learning
method.

This research was a class action research that was conducted in Tunas Mekar
Indonesia Junior High school. There were three cycles in this research. On the
first cycle, the students were asked to write a descriptive writing about their
favorite tourism place. On the second cycle, the students were asked to search the
pictures of their favorite tourism place. After that, they should write the
description of the place based on the picture. On the third cycle, the students were
asked to draw design of their own tourism places. After that, they should write the
description of their design
The result of this research were: (1) Lesson plan design using ASSURE method
(Analyze learners, State Objectives, Select, Media and Materials, Utilize Media
and Materials, Require Learner Participation and Evaluate and Review) could
produce good lesson plan for project based learning. (2) The learning process that
could increase descriptive writing skill of the students was project based learning
which included the process of material explanation, project designing and project
describing. (3) The evaluating system that was suitable for this research was
planning evaluation, implementation evaluation and project evaluation (contain,
organization, vocabulary, grammar and mechanics). (4) Project based learning
could improve students achievement.
Key words: descriptive writing, project based learning and evaluation process


PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
BAHASA INGGRIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS
PROJEK PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS MEKAR
INDONESIA

(Tesis)

Oleh
ANDREAS YOGI SANTOSO

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN LMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP

Andreas Yogi Santoso, lahir di Bandarlampung, 30 April

1981. Putra pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak
Ir. Hurip Santoso M.S dan Ibu Visia Kusumaningsih.
Menyelesaikan

pendidikan

dasar

di

SD

Xaverius

Tanjungkarang tahun 1993. Sekolah Menengah Pertama di
SMP Xaverius Tanjungkarang tahun 1996. Sekolah Menengah Atas di SMA Don
Bosko Semarang tahun 1999. Kemudian melanjutkan studi di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris di Universitas Sanata Dharma Jogjakarta dan meraih gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.) pada tahun 2004. Pada tahun 2009 melanjutkan studi S-2 di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung Jurusan
Teknologi Pendidikan.

Sejak tahun 2005 penulis bekerja di sekolah Tunas Mekar Indonesia. Pada tahun
tersebut penulis bekerja di SD Tunas Mekar Indonesia. Pada tahun 2010 penulis
diangkat menjadi Kepala TK Tunas Mekar Indonesia. Pada tahun 2012 penulis
diangkat menjadi guru bahasa Inggris sekaligus menjadi wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan di SMA Sekolah Tunas Mekar Indonesia sampai sekarang.

SANWACANA

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas karuniaNya dan
usaha penulis serta bimbingan dosen pembimbing akhirnya tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar.
Tesis dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Bahasa
Inggris Melalui Pembelajaran Berbasis Projek Pada Siswa Kelas VII SMP Tunas
Mekar Indonesia” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan

bimbingannya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. H. Sujarwo, MS. selaku Direktur Program Pascasarjana Unila;
3. Dr. H. Bujang Rahman, M.S., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unila;
4. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Teknologi
Pendidikan sekaligus sebagai pembimbing pertama dalam pembuatan tesis ini.
5. Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Magister Teknologi
Pendidikan;

6. Dr. Muhammad Sukirlan, S.Pd. M.A., sebagai pembimbing II dalam
pembuatan tesis ini;
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Teknologi Pendidikan FKIP
Unila;
8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister

Teknologi

Pendidikan FKIP Unila;
9. Keluarga besar Sekolah Tunas Mekar Indonesia.

10. Seluruh rekan-rekan

mahasiswa

Program Studi Magister

Teknologi

Pendidikan angkatan 2009.

Akhirnya penulis berharap tesis ini dapat memberi sumbangsih bagi dunia
pendidikan dan dapat dijadikan langkah awal untuk pelaksanaan penelitian
selanjutnya.

Bandar Lampung, 28 Agustus 2014
Penulis,

Andreas Yogi Santoso

BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis membahas latar belakang masalah yang
melatarbelakangi penelitian ini. Dari latar belakang masalah, penulis dapat
menemukan identifikasi masalah dan batasan maslah yang akan diteliti. Selain itu,
penulis juga akan membahas tujuan penelitian serta manfaat hasil penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat vital dan
fundamental karena pendidikan memiliki peran

yang

amat penting dalam

menentukan aspek–aspek kehidupan lainnya. Oleh karena itu, pengelolaan
pendidikan perlu memperoleh prioritas dan perhatian yang serius oleh segenap
pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, dan bukan hanya tanggung
jawab pemerintah semata. Hal ini ditegaskan oleh Presiden dalam amanahnya
yang disampaikan pada pembukaan Konferensi Nasional Revitalisasi Pendidikan
yang diselenggaran pada tanggal 6- 9Agustus 2006. Sejalan dengan hal tersebut,
Wakil Presiden pada acara yang sama juga menegaskan bahwa di samping penting

dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, profesional, dan
berdaya saing tinggi, pendidikan

juga memiliki kontribusi positif terhadap

kondisi ekonomi suatu negara. Artinya, jika pendidikan suatu negara maju, maka
maju

pulalah

perekonomiannya.

Pendidikan

nasional

bertujuan

untuk


mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuha Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

2

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003). Pendidikan merupakan salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu perubahan dan
perkembangan pendidikan menjadi sesuatu yang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan mutu
pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan. Berdasarkan hal ini maka peran guru menjadi kunci
sukses keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran
di sekolah.
Dapat kita katakan bahwa pendidikan merupakan alat utama untuk
mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, jika masyarakat
menginginkan kemakmuran maka pertama – tama harus memperbaiki sumber
daya manusianya terlebih dulu. Untuk mewujudkan hal ini maka diperlukan
adanya sebuah perubahan yang harus dilakukan oleh pemerintah agar pendidikan
dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Perubahan tersebut ditandai dengan perubahan di mana pendidikan yang
semula sentralistik kini perlahan telah berubah dengan pemberian otonomi di
mana masyarakat kini memikul sebagian peran yang semula hanya diemban oleh
sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah. Perubahan Kurikulum juga terus
dilakukan pemerintah guna mencapai hasil terbaik. Kurikulum merupakan salah
satu

unsur

yang

memberikan

kontribusi

untuk

berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.

mewujudkan

proses

Kurikulum KTSP

3

misalnya, disusun pemerintah dengan melibatkan masyarakat dan guru sehingga
kurikulum tersebut tersusun sesuai dengan kondisi riil sekolah.
Kini pemerintah membuat suatu kurikulum baru yang disebut kurikulum
2013, berbasis pada kompetensi sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta
didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab,
seperti tertulis dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 menurut
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ( 2014: 5)
Pengembangan

Kurikulum

2013

merupakan

langkah

lanjutan

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun
2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.
Kurikulum 2013 sesungguhnya tidaklah jauh berbeda dengan kurikulum
sebelumnya. Kurikulum ini menuntut kualitas guru yang lebih baik. Paradigma
pembelajaran dalam ruang kelas juga telah berubah, mengarah kepada keterlibatan
siswa, pembelajaran menjadi berorientasi pada siswa, menekankan proses,
kontekstual dan belajar tuntas. Jika situasi ini dapt terwujud maka apa yang
dikatakan Tambak (2006: 13) bahwa pada proses pembelajaran selama ini telah
terjadi proses dehumanisasi, lambat laun pembelajaran akan menjadi lebih
memanusiakan manusia.

4

Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun
tulisan. Dewasa ini Bahasa Inggris merupakan bahasa dunia dan digunakan secara
luas oleh masyarakat. Di Indonesia, bahasa Inggris mulai bergeser dari bahasa
asing menjadi bahasa kedua di beberapa kalangan. Dengan akan diberlakukannya
pasar global maka bahasa inggris akan semakin diperlukan oleh masyarakat
Indonesia. Dengan belajar bahasa Inggris maka diharapkan kita mampu untuk
mempersiapkan diri untuk menerima banyak serbuan informasi dan teknologi
yang kebanyakan menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar. Oleh
karena itu, kita harus mempersiapkan siswa – siswa kita untuk lebih menguasai
bahasa Inggris lewat mata pelajaran bahasa Inggris.
Kurikulum 2013 yang sekarang telah diberlakukan di sekolah-sekolah
juga diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Ditegaskan bahwa tugas guru
adalah membelajarkan siswa, bukan mengajar. Siswalah yang harus didorong agar
aktif berlatih menggunakan bahasa pada keterampilan menulis. Tugas guru adalah
menciptakan situasi dan kondisi agar siswa belajar secara optimal untuk berlatih
menggunakan bahasa agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam
bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi fungsional, memiliki
kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris untuk meningkatkan
daya saing bangsa dalam masyarakat global, dan mengembangkan pemahaman
peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dan budaya.

5

Mata pelajaran Bahasa Inggris mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan mata pelajaran lain. Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Selain diperlukan penguasaan kosa kata dan tata bahasa, juga
diperlukan keterampilan dalam mengaplikasikannya dalam kegiatan komunikasi,
baik lisan maupun tulis. Saat ini pembelajaran bahasa Inggris diarahkan pada
pencapaian kompetensi yang tercermin dalam kemampuan siswa melakukan
langkah-langkah

komunikasi,

baik

secara

lisan

maupun

tertulis

yang

terimplemantasikan melalui 4 ketrampilan yaitu mendengar (listening), membaca
(reading), berbicara (speaking) dan menulis (writing).
Menulis adalah sebuah proses penyampaian ide, pikiran, dan perasaan
lewat system bunyi atau huruf yang sudah diakui oleh masyarakat pengguna
bahasa. Menulis itu mendorong seseorang untuk mengkomunikasikan pikiranpikirannya dan membuat pemikiran-pemikirannya tercermin dalam bentuk tulisan.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam
kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan
menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau
mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki.
Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.
Menurut Halliday (dalam Triyanto 2002:1) tujuan berbahasa tercermin
dalam berbagai jenis teks. Setiap teks sesuai dengan tujuannya memiliki
karakteristik yang berbeda, misalnya jenis huruf yang digunakan, struktur kalimat,
struktur teks, dan organisasi teks. Ini berarti bahwa pembelajaran menulis di

6

sekolah bukan hanya menulis wacana yang berbentuk paragraf, namun juga
bentuk-bentuk lainnya yang berbentuk nonparagraf seperti iklan (advertisement),
pengumuman (announcement), pesan singkat (short message), daftar belanja
(shopping list), surat (letter).
Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan aktif dan
produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan
dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran,
gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang
produktif. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek
berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta
pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda
baca. Berdasarkan Kemendikbud (2014: 23) , salah satu kemampuan yang diminta
dari siswa dalam kurikulum 2013 adalah Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis,
sangat pendek dan sederhana, tentang orang, binatang, dan benda, dengan
memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara benar
dan sesuai konteks.
Berdasarkan pengalaman, keterampilan siswa di sekolah tempat penyusun
mengajar, yaitu SMP Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung, menulis deskripsi
masih merupakan masalah bagi siswa. Dalam proses pembelajaran masih banyak
siswa yang mengalami kebingungan dalam mengembangkan karangannya dan
tidak semua siswa bisa menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Hal ini
membuat pencapaian siswa khususnya pada kecakapan menulis masih rendah.

7

Selain itu, dari pengamatan penulis, guru cenderung melaksanakan
pembelajaran dengan metode yang kurang variatif, kurang menyesuaikan antara
metode dengan materi pokok sehingga tampak monoton (cenderung teoiritis), dan
guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Hal ini akan membawa suasana
belajar menjadi membosankan dan tidak dapat mengembangkan keterampilan
siswa tentang Bahasa Inggris.

Miarso (2005:458) menyatakan bahwa agar pembelajaran tidak
membosankan diperlukan adanya penggunaan media pembelajaran berbagai
kajian teoritik maupun empirik menunjukkan kegunaan media dalam
pembelajaran sebagai berikut: (1) mampu memberikan rangsangan yang
bervariasi pada otak, (2) dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
peserta didik, (3) media dapat melampaui batas ruang kelas, (4) memungkinkan
adanya interaksi langsung antara peserta didik dan lingkungannya, (5)
menghasilkan keseragaman pengamatan, (6) membangkitkan dan keinginan dan
minat baru, (7) membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar, (8)
memberikan pengalaman menyeluruh dari sesuatu yang konkret dan abstrak, (9)
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri, pada
tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri, (10) meningkatkan
kemampuan keterbacaan baru, (11) meningkatkan efek sosialisasi, (12)
meningkatkan kemampuan ekspresi diri guru maupun peserta didik. Media dapat
meningkatkan motivasi belajar. Dengan adanya media yang menarik dapat
menumbuhkan kecintaan terhadap mata pelajaran sehingga siswa dapat lebih
giat dan maksimal didalam mengembangkan materi pembelajaran.

8

Pada aspek proses pembelajaran memerlukan keterampilan proses melalui
kegiatan menulis dan membahasnya di dalam kelas, namun kenyataannya masih
belum banyak dilakukan.
keterbatasan

sekolah

Keadaan ini disebabkan oleh adanya beberapa

diantaranya:

belum

adanya

laboratorium

bahasa,

keterbatasan alat atau teknologi penunjang serta terbatasnya jam pelajaran yang
tersedia di sekolah. Dari data prasurvei pengalaman dalam pembelajaran bahasa
Inggris yang dilakukan siswa kelas VIIA (17 siswa) dan VIIB (17 siswa), dapat
dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.1 Hasil Survei Menulis Paragraf Deskripsi Kelas VIIA dan VIIB
SMP tunas Mekar Indonesia
No
1
2
3
4

Kategori Nilai
86 -100
68 - 85
48 - 67
34 - 47
Jumlah

Kelas
VIIA
2
2
11
4
19

Kelas
VIIB
2
3
10
4
19

Frekuensi
4
5
21
8
38

Persentase
(%)
10.53
13.16
55.26
21.05
100 %

Sumber: Daftar nilai Bahasa Inggris tahun ajaran 2014/2015
Berdsasar tabel di atas dapat dilihat bahwa prestasi belajar siswa masih rendah,
karena masih ada 29 siswa (55,26 %) yang mendapatkan nilai dibawah 68. Dari
hasil pengamatan penulis, bamyak siswa yang kurang berminat dalam
memperhatikan pelajaran dan kurang memahami proses belajar yang sedang
berlangsung. Dari hasil tersebut dapat diungkapkan bahwa baik proses
pembelajaran maupun hasil belajar peserta didik kelas VIIA dan VIIB di SMP
Tunas Mekar Indonesia belum optimal. Keadaan ini perlu mendapat perhatian
kaitannya dengan upaya untu meningkatkan proses pembelajaran. Dengan

9

meningkatkan proses pembelajaran diharapkan hasil belajarnya pun akan
meningkat.
Belum optimalnya keterampilan proses belajar menulis paragraf deskripsi
dalam Bahasa Inggris di SMP Tunas Mekar Indonesia dapat disebabkan oleh
berbagai hal. Salah satu aspek tersebut dari pengamatan yang di lakukan penulis,
ada kemungkinan bahwa bahasa Inggris dianggap sebagai salah satu mata
pelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa. Di samping itu bahasa Inggris
dianggap tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan kehidupan siswa
yang berencana untuk menghabiskan hidup mereka hanya di Indonesia saja
sehingga bahasa Inggris dianggap tidak perlu bagi mereka. Hal ini membuat siswa
kelas VII SMP Tunas Mekar Indonesia tidak mempunyai semangat untuk
mengerjakan tugas – tugas bahasa Inggris yang diberikan oleh guru mereka.
Akibatnya, seringkali mereka tidak menyelesaikan tugas yang diberikan. Ada
juga siswa yang sudah mulai menulis, kemudian macet di tengah jalan, hal ini
dikarenakan siswa kesulitan memunculkan ide, padahal tema atau judul sudah
ditentukan. Hal ini membuat mereka tidak menyelessaikan tugas tersebut.
Kamus, sebagai sarana pendukung yang penting dalam belajar bahasa asing, juga
jarang yang memilikinya. Ada yang memiliki, tapi malas membawanya karena
berat. Itu semua terjadi karena kurangnya motivasi dan kurang minatnya terhadap
mata pelajaran Bahasa Inggris.
Sebab lain adalah faktor guru yang belum dapat memanfaatkan teknologi atau
media yang ada yang sangat mendukung sebagai sumber belajar. Dengan
menggunakan kuesioner, diperoleh fakta tentang pengalaman peserta didik dalam

10

aktivitas menulis dengan menggunakan media gambar misalnya, sangat minim.
Pada umumnya guru jarang menggunakan media pembelajaran pada saat
penyampaian materi, sehingga para siswa menjadi cepat jenuh dan semakin tidak
berminat untuk menulis, dan banyak siswa beranggapan bahwa keterampilan
menulis itu adalah keterampilan yang paling sulit karena mereka sulit untuk
mengawali kalimat dalam sebuah paragraf.
Berdasar pada beberapa permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk
mencari suatu metode atau cara yang bisa digunakan untuk merangsang minat
siswa untuk lebih tertarik kepada pelajaran bahasa Inggris, khusus nya untuk
menulis. Salah satu metode yang menarik untuk digunakan adalah metode
pemberian tugas ynag menggunakan imajinasi siswa dalam menulis.
Upaya guru dalam meningkatkan pembelajaran menulis paragraf
deskripsi perlu dikaji dengan memanfaatkan Pembelajaran Berbasis Projek
(Project

Based

Learning=PjBL).

Pembelajaran

ini

adalah

model

pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Projek merupakan model belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Projek dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.

11

Melalui PjBL,

proses inquiry dimulai dengan memunculkan

pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik
dalam sebuah projek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung
peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip
dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi
dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar
yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Projek memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Projek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran berbasis projek
sesungguhnya adalah pembelajaran secara berkelompok. Namun, dalam
kenuyataanya, sering kali kerja kelompok membuat siswa tidak fokus. Maka
dalam pembelajaran penuliasan paragraf deskripsi di Sekolah Tunas Mekar
Indonesia

dilaksanakan

secara

individu

supaya

siswa

lebih

bisa

berkonsentrasi.
Hasil pengamatan di lapangan ditemukan bahwa guru bahasa Inggris
belum memiliki kemampuan dan kreativitas dalam memilih, mendesain,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran dengan baik dan efektif. Guru

12

cenderung mengajar dengan cara konvensional, artinya guru hanya meminta siswa
menulis dan membantu siswa dengan beberapa pertanyaan tanpa membimbing
dan memberi arahan kepada siswa cara dan proses menulis mulai dari outline atau
kerangka hingga draft sampai hasil karangan siswa. Guru lebih banyak menuntut
penekanan penilaian pada hasil tulisan siswa. Seorang guru harus dapat
membelajarkan siswanya sehingga siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru
sebagai satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Rancangan

pembelajaran merupakan proses menstranfer prinsip pembelajaran menjadi sebuah
rencana kegiatan dan materi pembelajaran, pelaksanaan atau informasi dari
sumber belajar dan evaluasi.

Dalam hal ini guru harus dapat merancang dan mengorganisasikan
pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi
antara sumber belajar dan mengadakan evaluasi agar dapat berfungsi secara
optimal.

Selanjutnya, pada tahap akhir pembelajaran Bahasa Inggris ini diperlukan
evaluasi pembelajaran. Menurut Arikunto (2006: 25) “Evaluasi merupakan
kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan tercapai.”
Sehingga tujuan evaluasi pembelajaran Bahasa Inggris adalah menyediakan
informasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan
maupun penyusunan pembelajaran Bahasa Inggris pada masa yang akan datang.
Keputusan dapat terkait dengan aktivitas pembelajaran yang sedang berjalan

13

perlu diperbaiki, dihentikan, atau dilanjutkan. Berdasarkan pengalaman dalam
mengevaluasi

hasil pembelajaran menulis paragraf siswa, peneliti belum

melakukan evaluasi dengan maksimal. Evaluasi masih dilakukan oleh peneliti
sendiri sehingga masih terdapat subjektivitas penilaian. Sementara menurut
Heaton (1983: 144) untuk mengurangi subjektivitas penilaian pada tes menulis
paragraf diperlukan seorang atau lebih

inter-rater

dalam

menilai paragraf

mahasiswa. Selaian menggunakan inter-rater, peneliti juga menggunakan lima
kriteria

penilaian paragraf,

yaitu

content,

organization,

language

use,

vocabulary,dan mechanic sebagai acuan penilaian.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah, muncul beberapa permasalahan yang perlu segera
diatasi, antara lain :
a) Rendahnya kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran melalui
RPP yang ada selama ini.
b) Berdasarkan pengamatan, proses pembelajaran yang ada masih cenderung
monoton dan penuh teoritis.
c) Rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep menulis.
d) Rendahnya pengalaman siswa dalam aktivitas penulisan paragraf deskripsi
dengan menggunakan metode berbasis project.
e) Rendahnya aktivitas siswa/keterampilan proses menulis siswa pada proses
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris.
f) Belum optimalnya sistem evaluasi yang digunakan oleh guru.

14

g) Guru belum memanfaatkan media yang sangat mendukung sebagai sumber
belajar.
1.3 Batasan Masalah
Permasalahan yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah masih terlalu
luas, sehingga tidak dapat diteliti seluruhnya dalam penelitian ini. Oleh sebab
itu, permasalahan yang akan diteliti adalah:
a. Rendahnya kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran /
penyusunan

rencana

perbaikan

pembelajaran

(RPP)

melalui

Pembelajaran Berbasis Projek siswa kelas VII SMP Tunas Mekar
Indonesia.
b. Rendahnya aktivitas siswa/kemampuan keterampilan proses menulis
paragraf deskripsi pada proses pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris
dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Projek
c. Rendahnya sistem evaluasi melalui Pembelajaran Berbasis Projek siswa
kelas VII SMP Tunas Mekar Indonesia.
d. Rendahnya hasil prestasi belajar/pemahaman konsep menulis paragraf
deskripsi siswa kelas VII SMP Tunas Mekar Indonesia melalui
Pembelajaran Berbasis Projek.

15

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
tersebut di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a) Bagaimanakah langkah – langkah mendesain Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang menggunakan Pembelajaran Berbasis Projek
pada siswa kelas VII SMP Tunas Mekar Indonesia dalam meningkatkan
keterampilan proses dan pemahaman konsep siswa ?
b) Bagaimanakah

proses

pelaksanaan

pembelajaran

yang

dapat

meningkatkan aktivitas menulis paragraf deskripsi siswa kelas VII SMP
Tunas Mekar Indonesia melalui pemanfaatan Pembelajaran Berbasis
Projek?
c) Unsur – unsur apa sajakah yang diveluasi sehingga

pembelajaran

berbasis projek dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf
deskripsi siswa kelas VII di SMP Tunas Mekar Indonesia?
d) Bagaimanakah hasil prestasi belajar menulis paragraf deskripsi melalui
Pembelajaran Berbasis Projek pada siswa kelas VII di SMP Tunas
Mekar Indonesia?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini bertujuan untuk
memmemperbaiki proses pembelajaran dengan menganalisis dan menemukan :
a) Peningkatan kemampuan guru dalam prosedur desain Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dengan memanfaatkan

16

model Pembelajaran Berbasis Projek pada siswa kelas VII di SMP
Tunas Mekar Indonesia.
b) Peningkatan proses pelaksanaan pembelajaran pada aktivitas menulis
paragraf deskripsi yang tepat bagi siswa kelas VII SMP Tunas Mekar
Indonesia melalui pemanfaatan pembelajaran berbasis projek.
c) Peningkatan kemampuan guru melaksanakan sistem evaluasi
pembelajaran Bahasa Inggris yang tepat dalam menulis paragraf
deskripsi melalui Pembelajaran Berbasis Projek pada siswa kelas VII
di SMP Tunas Mekar Indonesia?.
d) Peningkatan prestasi belajar menulis paragraf deskripsi melalui
pemanfaatan Pembelajaran Berbasis Projek pada siswa kelas VII di
SMP Tunas Mekar Indonesia?
1.6 Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini ditinjau dari manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis, dengan penjelasan sebagai berikut.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini mengembangkan konsep, teori, prinsip dan
prosedur

teknologi

pendidikan pada

kawasan

desain

dan pengelolaan

pembelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran bahasa Inggris di SMP
Tunas Mekar Indonesia

17

1.6.2 Manfaat Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru bidang
studi Bahasa Inggris dan guru bidang studi lain pada umumnya dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran dan bagi siswa agar tertanam sikap ilmiah
dan lebih mudah dalam belajar sehingga dapat meningkatkan keterampilan
proses dan pemahaman konsep Bahasa Inggris melalui Pembelajaran Berbasis
Projek.
Dari bab 1 ini, kita dapat melihat apa yang melatarbelakangi penelitian
ini. Penulis juga sudah menjabarkan identifikasi, batasan serta rumusan
masalah. Disamping itu, tujuan dan manfaat dari penelitian ini juga sudah
dipaparkan oleh penulis.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini, akan dibahas teori – teori yang menjadi landasan dalam
penelitian ini. Penulis akan meninjau teori Belajar dan pembelajaran, Karakteristik
mata pelajaran Bahasa Inggris paa kurikulum 2013 serta pembelajaran berbasis
projek.

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa
kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari
lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. (Gagne
sebagaimana dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10)
Kegiatan pembelajaran memegang peranan penting dalam mempersiapkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, karena berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar tergantung pada bagaimana proses
pembelajaran yang dilakukan guru dan yang dialami oleh siswa sebagai peserta
didik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 13) mengemukakan: siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapaian

19

tujuan pendidikan tergantung pada proses pembelajaran yang dialami siswa dan
guru, baik ketika siswa tersebut berada di sekolah maupun di lingkungan keluarga.
Belajar menurut pandangan Bloom seperti dikutip dalam dalam Sagala
(2006: 33) dibagi atas hierarki atau taksonomi menjadi tiga kawasan (domain)
yaitu:
(1) Domain

kognitif

mencakup

kemampuan

intelektual

mengenal

lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun
secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan penilaian. Dalam kegiatan menulis, domain kognitif ini
berperan ketika siswa harus memahami jenis karangan yang kan dia
buat. Kemampuan kognitif juga diperlukan ketika siswa berusaha
untuk menerapkan apa ynag diketahuinya di dalam bentuk karangan
yang ia buat.
(2) Domain afektif mencakup kemampuan emosional dalam mengalami
dan menghayati sesuatu hal, meliputi lima macam kemampuan yaitu:
kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan
karakterisasi diri. Domain afektif ini menjadi penting ketika dalam
menulis siswa harus memiliki kesdaran dan keinginan untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran menulis. Tanap adanya
kemampuan afektif dari siwa maka proses menulis tidak akan terjadi.
(3) Domain psikomotor yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerakan, meliputi: gerakan refleks, gerakan dasar,

20

kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih,
dan komunikasi nondiskursif (komunikasi dengan isyarat gerakan
badan).

Kegiatan

menulis

jelas

melakukan

kegiatan

yang

membutuhkan aspek psikomotor karena menulis membutuhkan
kemampuan motorik untuk mengkoordinasikan gerakan.

Taksonomi dari Bloom ini dapat menjelaskan tentang kualitas hasil pendidikan.
Tujuan langsung pendidikan adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Hasil pendidikan diberikan kepada lingkungan dan
diterima oleh lingkungan sebagai masukan yang digunakan sesuai kepentingannya. Dengan demikian belajar merupakan perubahan kualitas kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam meningkatkan taraf hidup manusia
sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran dilandasi oleh pikiran beberapa teori pembelajaran seperti:
1. Teori Psikologi kognitif
Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa pembelajaran seharusnya
memusatkan pada apa yang dipikirkan siswa pada saat melakukan kegiatan, jadi
bukan semata – mata pada apa yang Nampak. Pada saat diam, kemungkinan
sedang terjadi proses ynag sangat bermakna bagi siswa (Ibrahim, 2005: 6-7). Hal
ini untuk membantu siswa mengembangkan cara – cara memproses informasi
yang diperoleh dari lingkungannya. Menurut Slavin (2009: 38), jika informasi
ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang
sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam elaborasi.

21

Jadi, pembelajaran menurut aliran ini seharusnya memberikan perhatian dan
kapasitas yang cukup tentang proses berfikir siswa, daripada sekedar hasil.
2. Piaget, Vygostky dan kontruksivisme.
Piaget seperti dikutip dalam Ibrahim (2005: 7-9) mengemukakan bahwa
anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan secara terus menerus untuk berusaha
memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu inilah yang memotivasi mereka
untuk aktif membangun tentang lingkungan yang dihayatinya. Kelas menurut
Herbert seperti dikutip oleh Wahab (2009: 60) merupakan miniatur masyarakat
dalam mana siswa diharapkan berkembang secara harmonis dengan manusia lain
dan lingkungannya. Jadi pembelajaran berbasis projek ini sangant sesuai dengan
teori ini.
Menurut pandangan kontrukstivisme, kognitif anak dalam segala usia
secara aktif terlibat dalam proses memperoleh informasi dan membangun
pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan ini berkembang terus – menerus dan
berubah saat anak mengalami pengalaman baru ynag memaksa mereka
membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Dengan demikian,
menurut Piaget, pembelajaran yang baik harus memberikan situasi di mana siswa
secara mandiri membangun dan memodifikasi pengetahuannya. Piaget lebih
menekankan proses pembelajaran pada aspek tahapan perkembangan intelektual,
sementara Vygostky percaya bahwa interaksi social dengan teman lain membantu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Konsep
Vygostky menyatakan bahwa siswa memiliki tingkat perkembangan aktual dan
potensial. Tingkat perkembangan aktual merupakan tingkat perkembangan yang

22

dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar sendiri. Jika siswa berinteraksi dengan
orang lain yang lebih tahu baik guru maupun temannya, maka akan dicapai tingkat
perkembangan yang sedikit di atas kemampuan aktualnya.

3. Bruner dan Pembelajaran Penemuan
Bruner seperti dikutip Ibrahim (2005: 7-9) yakin akan pentingnya siswa
terlibat dalam pembelajaran dan pembelajaran yang terjadi sebenarnya melalui
penemuan pribadi. Dengan demikian menurut Bruner, tujuan pendidikan tidak
hanya

meningkatkan

banyaknya

pengetahuan

tetapi

juga

menciptakan

kemungkinan – kemungkinan untuk terjadinya penemuan. Burner juga
mengemukakan konsep scaffolding yang mirip dengan konsep perkembangan
terdekat Vygostky, yaitu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas
perkemabangannya siswa memerlukan bantuan dari orang lain yang memiliki
kemampuan lebih.
Dengan demikian, pepmbelajaran seharusnya merupakan proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa.
Sanjaya (2008: 57) mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada seseorang berhubungan dengan
perubahan sistim syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. Oleh
sebab itu, terjadinya proses perubahan tingkah laku merupakan suatu yang masih
misteri. Walau demikian, terjadinya proses perubahan tingkah laku pada diri

23

seseorang sebenarnya dapat diidentifikasi dengan cara membandingkan kondisi
sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Dari beberapa pendapat di atas, dapt disimpulkan bahwa seseorang
dinyatakan belajar jika telah menampilkan ciri – ciri sebagai berikut:
1. Adanya perubahan pada individu yang belajar.
2. Perubahan tersebut melalui suatu proses yang disengaja.
3. Perubahan itu tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga sikap,
tingkah laku, pengalaman, kecakapan, kebiasaan dan aspek – aspek
lain yang ada pada individu dan diperoleh melalui pengalaman dan
latihan.
4. Perubahan tersebut bersifat permanen.
Keempat ciri tersebut diperoleh melalui proses dimana siswa ikut berperan serta
memodifikasi pengetahuan dan membangun serta mengembangkan segenap
potensinya.
2.2 Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Kurikulum 2013
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyatakan bahwa
kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.
Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

24

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga
negara yang demokratis, bertanggung jawab.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP
2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu.
Adapun karakteristik kurikulum 2013 adalah :
Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi
Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran.
1. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki
seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang
diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
2. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu
untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

25

4. Kompetensi

Inti

menjadi

unsur

organisatoris

(organizing

elements)

Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
5. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
6. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau
satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam
silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk
mata pelajaran dan kelas tersebut.

2.2.1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi
pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
1. Cakupan Kompetensi Lulusan
Penetapan pendekatan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa
yang hendak dibentuk, dibangun, dan diberdayakan dalam diri peserta didik sebagai

26

jaminan yang akan mereka capai setelah menyelesaikan pendidikannya pada satuan
pendidikan tertentu. Pendekatan kompetensi lulusan menekankan pada kemampuan
holistik yang harus dimiliki setiap peserta didik. Hal itu akan membawa implikasi
terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh setiap individu peserta didik, bagaimana
cara mengajarkan, dan kapan diajarkannya. Cakupan kompetensi lulusan satuan
pendidikan berdasarkan elemen-elemen yang harus dicapai dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.
Tabel 2.1:

Kompetensi Lulusan Berdasarkan Elemen-Elemen yang Harus
Dicapai

DOMAIN

Elemen

KETERAMPILAN

SMP

SMA-SMK

Proses

Menerima + Menjalankan + Menghargai +
Menghayati + Mengamalkan

Individu

beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu,
estetika, percaya diri, motivasi internal

Sosial

toleransi, gotong royong, kerjasama, dan
musyawarah

Alam

pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik,
dan cinta perdamaian

Proses

Mengetahui + Memahami + Menerapkan +
Menganalisis + Mengevaluasi

Objek

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

Subyek

manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia

Proses

Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah
+ Menyaji + Menalar + Mencipta

Abstrak

membaca, menulis, menghitung, menggambar,
mengarang

SIKAP

PENGETAHUAN

SD

menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, membuat, mencipta
Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan secara holistik dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
Konkret

27

Tabel 2.2 Kompetensi Lulusan Secara Holistik
DOMAIN

SD

SMP

SMA-SMK

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan
peradabannya

SIKAP

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis
+ Mengevaluasi
PENGETAHUAN

KETERAMPILAN

pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah +
Menyaji + Menalar + Mencipta
pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif
dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret

Dari tabel di atas, cakupan kompetensi lulusan secara holistik dirumuskan sebagai
berikut:
1. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap
Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya.
Pencapaian

pribadi

tersebut

dilakukan

melalui

proses:

menerima,

menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.
2. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan
Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban

28

Pencapaian

pribadi

tersebut

dilakukan

melalui

proses:

mengetahui,

memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
3. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan
Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.
Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengamati; menanya;
mencoba

dan

mengolah;

menalar;

mencipta;

menyajikan

dan

mengkomunikasikan
Perumusan kompetensi lulusan antar satuan pendidikan mempertimbangkan
gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai
berikut:
a. perkembangan psikologis anak,
b. lingkup dan kedalaman materi,
c. kesinambungan, dan
d. fungsi satuan pendidikan.

29

2.2.2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Menulis di SMP
Kemendikbud (2014: 25) menjelaskan bahwa materi pembelajaran bahasa Inggris
harus disesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa dan pasar.
Pembelajaran haruslah sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan siswa.
Pembelajaran harus diadakan dengan berpusat pada siswa dan sesuai dengan
pembelajaran kontekstual.
Selain

itu,

Tomlinson

seperti

dikutip

oleh

kemendikbud

(2014:

60)

mengemukakan bahwa bahan ajar bahasa Inggris yang baik harus mampu (1)
memberikan dampak yang baik melalui berbagai presentasi yang menarik, dan
konten menarik. (2) membantu peserta didik untuk merasa nyaman, dengan
menggunakan teks dan ilustrasi yang berhubungan dengan budaya peserta didik,
sendiri, dalam suasana santai dan mendukung. (3) mengembangkan kepercayaan
diri peserta didik; ketika mereka santai dan percaya diri, mereka dapat belajar
lebih baik dan lebih cepat. (4) memberikan peserta didik kesempatan untuk
menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Tujuan komunikatif atau
interaksi dapat dicapai melalui informasi, opini kegiatan, kegiatan mendengarkan
dan kegiatan pasca membaca, menulis kreatif dan kegiatan berbicara kreatif. (5)
memperhatikan bahwa peserta didik berbeda dalam gaya belajar bahasa dan
strategi pembelajaran. (10) memaksimalkan potensi belajar dengan mendorong
intelektual, estetika, dan keterlibatan emosional yang merangsang kedua kegiatan
otak kanan dan kiri melalui latihan mekanik, aturan pembelajaran, kegiatan
sederhana.

30

Hutchinson dan Waters seperti dikutip oleh Kemendikbud (2014: 75) juga
menyatakan bahwa bahan pembelajaran bahasa Inggris yang baik tidak
mengajarkan, tapi mendorong peserta didik untuk belajar. Oleh karena itu
kegiatan belajar bahasa Inggris harus berisi teks yang menarik, kegiatan yang
menyenangkan yang melibatkan pemikiran peserta didik, dan kesempatan bagi
peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan berbahasa yang
mereka miliki.
Kemendikbud (2014: 75) juga menjelaskan bahwa Bahasa Inggris dapat dianalisis
ke dalam komponen-komponennya (suara, fonem, morfem, kata, frasa, klausa,
kalimat, paragraf, dan wacana), Kemampuan dasar makro (mendengarkan,
berbicara, membaca, dan kemampuan menulis) dan keterampilan mikro, seperti
memperkenalkan, ucapan, menginformasikan, menanyakan arah, memberikan
nasihat, dll, pengertian bahasa (misalnya waktu, kesetaraan, sebab, keberadaan,
kepemilikan, durasi, ukuran, dll), aspek bahasa (struktur, pengucapan, dan kosa
kata), penggunaan bahasa (bahasa ibu atau bahasa pertama, bahasa kedua, dan
bahasa asing), dan bahasa varietas (standar, non-standar, formal, informal, lisan,
bahasa

tertulis,

gaya

kasual,

gaya

intim,

gaya

beku,

dll),

Informasi tentang peserta didik sangat penting untuk dipertimbangkan, agar
bahan ajar yang diberikan bisa bermakna dan relevan. Poin penting yang harus
diperhatikan oleh desainer silabus adalah jenis peserta didik: apakah mereka
masih muda / anak-anak atau pelajar dewasa, latar belakang akademis dan
pengalaman mereka, motivasi mereka dalam belajar bahasa Inggris (motivasi

31

intrinsik atau ekstrinsik, motivasi instrumental atau integratif). Strategi belajar
bahasa mereka dan gaya belajar juga menentukan faktor untuk merancang silabus.
Aspek penting lainnya adalah pembelajar jenis bahasa (beton, analitis,
komunikatif,

otoritas

berorientasi,

otonom

pelajar).

Belajar bahasa merupakan pembentukan kebiasaan, dan pemecahan masalah
. Belajar bahasa adalah proses mekanis pembentukan kebiasaan melalui penguatan
stimulus-respon. Dengan demikian, Materi belajar juga harus relevan, beragam,
terpadu,

berkelanjutan,

dan

holistik.

Silabus

dirancang

juga

harus

mempertimbangkan keseimbangan antara, nasional, dan kebutuhan lokal bahkan
global. Kemendikbud (2014: 73) menggambarkan pembelajaran bahasa Inggris
seperti MAGIC (Motivating and Meaningful, Authentic and Appropriate, Graphic
and Graded, Interesting, Interactive, and Integrated, Contextual and Cr

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

0 4 47

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS PADA SISWA KELAS VII Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks Pada Siswa Kelas VII di SMP 4 Klaten.

1 4 19

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT EFEKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Efektif dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Kartasura.

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Blora.

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Blora.

1 4 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Pembelajaran Inquiry Training Siswa Kelas V SDN N

0 1 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Pembelajaran Inquiry Training Siswa Kelas V SDN Negeri Sekarjalak 1 Kecamatan

0 1 11

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA FOTO IDOLA PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Media Foto Idola Pada Siswa Kelas VII.8 SMP Negeri 2 Masaran.

0 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X KEPERAWATAN SMK

0 0 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN DAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 JUWANA.

0 0 19