review jurnal 005
TUGAS REVIEW JURNAL
JUDUL JURNAL
: The Role of Servant Leadership on the relation
between
Ethical
Climate
Perseption
and
innovative work.
PENULIS JURNAL
: Mustafa Kemal Topcu, Ali Gursoy, Poyraz
Gurson
PEREVIEW JURNAL
: NAMA : Beta Romadiyanti
NIM
: 15/390494/PMU/08770
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mencari peranan Servant Leadership untuk
menciptakan ethical climate perseption dan innovative work. Jurnal ini memiliki 3
hipotesis yaitu :
1. Ada hubungan yang signifikan antara ethical climate perseption dengan
kerja inovatif.
2. Ada hubungan yang signifikan antara ethical climate perseption dengan
servant leadership.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kerja inovatif dengan servant
leadership.
Dalam hal ini servant leadership berlaku sebagai mediatory variable. Sementara
itu metode yang digunakan penulis adalah survey yang dilakukan pada 254
pekerja yang ada di rusia.
Dari hasil survey didapat bahwa jika yang digunakan adalah hubungan linear antar
variabel maka hasil yang didapat adalah sesuai dengan hipotesis, akan tetapi
ketika servant leadership digunakan sebagai mediatory variabel maka hasil yang
didapat tidak signifikan, meskipun tetap ada kemungkinan servant leadership
sebagai mediation role.
Dari jurnal ini, hal yang paling menarik dan menyita perhatian saya adalah tentang
servant leadership. Servant leadership adalah salah satu dari beberapa tipe
kepemimpinan yang pernah dikembangkan oleh para ahli yaitu seperti strategic
leadership, authentic leadership, transformational leadership, dan servant
leadership. Servant leadership dikembangkan oleh Robert Greenleaf pada awal
1970. Greenleaf (1970,1997) berpendapat bahwa kepemimpinan dianugrahkan
kepada manusia yang secara alami melayani (Peter G.N., 2001: 257). Dari
pernyataan Greenleaf tersebut berarti servant leadership sangat mengutamakan
kepentingan karyawan.
Pemimpin dalam menjalankan tugasnya tentu mengunakan teknik-teknik
memimpin, adapun teknik memimpin (Ambar Teguh, 2008: 151) meliputi :
a) Teknik memberi perintah
b) Teknik menegur
c) Teknik menghargai
d) Teknik menerima saran
e) Teknik memelihara identitas
f) Teknik mengenalkan anggota baru
g) Teknik menciptakan disiplin kelompok
Semua teknik diatas tentunya harus dikuasai oleh seorang pimpinan. Akan tetapi,
servant leadership sangat mengutamakan kepentingan karyawan, sehingga pasti
dalam melaksanakan teknik-teknik diatas tetap yang didahulukan adalah asas
melayani dan menghargai karyawan.
Setiap perusahaan tentu sangat perlu dalam menanamkan kerja inovatif terhadap
karyawannya agar bisa tetap bertahan di tengah persaingan global sekarang ini.
Untuk menanamkan kerja inovatif terhadap karyawan setiap perusahaan dapat
memilih teknik ataupun pendekatan yang sesuai dengan tipe kepemimpinan yang
digunakan oleh pimpinan perusahaan. Untuk pimpinan yang menggunakan
servant leadership, maka dalam menciptakan kerja inovatif karyawan berarti yang
digunakan adalah pendekatan secara individu, yaitu melalui motivasi dan
komunikasi terhadap karyawan. Adapun pendekatan motivasi yang ada
diantaranya (Ambar Teguh, 2008: 164) adalah :
1. Pendekatan tradisional, pendekatan ini berasumsi (Miles, 1975: 35)
bahwa:
a. Pada dasarnya bekerja itu tidak disenangi banyak orang
b. Hal yang mereka kerjakan adalah kurang penting dibandingkan
dengan apa yang mereka peroleh dari kegiatan tersebut.
c. Jarang atau sedikit orang yang mau menangani pekerjaan yang
memerlukan kreativitas, disiplin diri atau pengendalian diri.
Dengan berpedoman pada asumsi-asumsi diatas maka kebijakan pimpinan
adalah sebagai berikut :
a. Bawahan perlu diawasi dan dikendalikan aktivitasnya
b. Bawahan harus diberi tugas-tugas yang rinci, bersifat pengulangan,
operasional dan mudah dipahami
c. Prosedur kerja bawahan harus diberikan secara jelas dan dijalankan
dengan adil tetapi ketat.
2. Pendekatan interaksionis, pendekatan ini berasumsi (Miles, 1975: 35)
antara lain sebagai berikut :
a. Seseorang ingin dipandang sebagai orang yang berguna
b. Orang ingin memiliki dan diakui sebagai individu
c. Adanya tuntutan pengakuan dipandang lebih penting daripada uang
yang digunakan untuk memotivasi agar orang bekerja.
Berpijak pada asumsi tersebut maka kebijakan pemimpin adalah
menyangkut :
a. Mengusahakan pemenuhan kebutuhan sosial bawahan agar merasa
penting dan berguna dengan pelbagai kebebasan untuk membuat
keputusan sendiri atas pekerjaannya.
b. Kesediaan memberikan informasi kepada bawahan serta bersedia
mendengarkan
keberatan-keberatan
bawahan
atas
rencana-
rencananya.
c. Pemberian kebebasan diri bagi bawahan untuk mendisiplinkan diri
maupun mengendalikan diri atas aktivitas rutinnya.
3. Pendekatan Sumber Daya Manusia, asumsi pendekatan ini menurut Miles
(1975: 35) adalah :
a. Bahwa bekerja itu pada dasarnya sesuatu yang menyenangkan, dan
orang ingin pada suatu tujuan yang diangapnya bermanfaat.
b. Ada beberapa orang dapat bekerja dengan kreatif dan dapat
mengendalikan diri maupun mendisiplinkan diri.
Didasarkan pada asumsi tersebut maka pimpinan mengambil kebijakan
sebagai berikut :
a. Menciptakan suatu lingkungan yang menyeluruh agar anggota
organisasi dapat menyumbangkan kemampuan mereka.
b. Pemberian partisipasi penuh dalam rangka peningkatan
pengendalian diri.
Tentunya tidak semua sektor perusahaan cocok dalam menggunakan servant
leadership. Terutama untuk perusahaan yang mengutamakan keuntungan usaha.
Hal ini bisa juga terlihat melalui hasil penelitian di jurnal ini yang menyatakan
bahwa servant leadership tidak signifikan jika menjadi mediation role terhadap
kerja inovatif dan persepsi suasana etis. Melalui penelitian di sektor pendidikan
dan rumah sakit (e.g. Aslan dan Ozaka, 2011) didapat bahwa servant leadership
lebih bagus dilakukan di rumah sakit. Di dlam jurnal juga disebutkan bahwa salah
satu keberlangsungan dalam performa dan aktifitas karyawan di rumah sakit
(Taskiran, 2006: 170), capaian kompetisi mungkin dicapai dengan memelihara
human capital.
Mungkin ini juga terkait dengan prinsip kerja rumah sakit yaitu melayani
konsumen dengan sebaik mungkin, sedangkan ujung tombak pelayanan rumah
sakit adalah karyawan atau tenaga medis rumah sakit. Untuk melayani pasien
dengan baik tentu pegawai harus dalam kondisi yang prima, sehingga di sektor ini
asas mengayomi, melayani, dan memelihara karyawan sangat diperlukan. Hal
tersebut juga yang pada akhirnya membuat servant leadership sangat cocok
dilakukan di rumah sakit.
Referensi
Topcu, M.K., Gursoy, A., dan Gurson, P, 2015, The Role of Servant Leadership on
the relation between Ethical Climate Perseption and innovative work, European
Research Studies XVIII(1), Rusia.
Northouse, P.G., 2001, Leadership Theory and Practice Second Edition, Sage
publication Inc, California.
Sulistiyani, A.T., 2008, Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership
Games, Gava Media, Yogyakarta.
JUDUL JURNAL
: The Role of Servant Leadership on the relation
between
Ethical
Climate
Perseption
and
innovative work.
PENULIS JURNAL
: Mustafa Kemal Topcu, Ali Gursoy, Poyraz
Gurson
PEREVIEW JURNAL
: NAMA : Beta Romadiyanti
NIM
: 15/390494/PMU/08770
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mencari peranan Servant Leadership untuk
menciptakan ethical climate perseption dan innovative work. Jurnal ini memiliki 3
hipotesis yaitu :
1. Ada hubungan yang signifikan antara ethical climate perseption dengan
kerja inovatif.
2. Ada hubungan yang signifikan antara ethical climate perseption dengan
servant leadership.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kerja inovatif dengan servant
leadership.
Dalam hal ini servant leadership berlaku sebagai mediatory variable. Sementara
itu metode yang digunakan penulis adalah survey yang dilakukan pada 254
pekerja yang ada di rusia.
Dari hasil survey didapat bahwa jika yang digunakan adalah hubungan linear antar
variabel maka hasil yang didapat adalah sesuai dengan hipotesis, akan tetapi
ketika servant leadership digunakan sebagai mediatory variabel maka hasil yang
didapat tidak signifikan, meskipun tetap ada kemungkinan servant leadership
sebagai mediation role.
Dari jurnal ini, hal yang paling menarik dan menyita perhatian saya adalah tentang
servant leadership. Servant leadership adalah salah satu dari beberapa tipe
kepemimpinan yang pernah dikembangkan oleh para ahli yaitu seperti strategic
leadership, authentic leadership, transformational leadership, dan servant
leadership. Servant leadership dikembangkan oleh Robert Greenleaf pada awal
1970. Greenleaf (1970,1997) berpendapat bahwa kepemimpinan dianugrahkan
kepada manusia yang secara alami melayani (Peter G.N., 2001: 257). Dari
pernyataan Greenleaf tersebut berarti servant leadership sangat mengutamakan
kepentingan karyawan.
Pemimpin dalam menjalankan tugasnya tentu mengunakan teknik-teknik
memimpin, adapun teknik memimpin (Ambar Teguh, 2008: 151) meliputi :
a) Teknik memberi perintah
b) Teknik menegur
c) Teknik menghargai
d) Teknik menerima saran
e) Teknik memelihara identitas
f) Teknik mengenalkan anggota baru
g) Teknik menciptakan disiplin kelompok
Semua teknik diatas tentunya harus dikuasai oleh seorang pimpinan. Akan tetapi,
servant leadership sangat mengutamakan kepentingan karyawan, sehingga pasti
dalam melaksanakan teknik-teknik diatas tetap yang didahulukan adalah asas
melayani dan menghargai karyawan.
Setiap perusahaan tentu sangat perlu dalam menanamkan kerja inovatif terhadap
karyawannya agar bisa tetap bertahan di tengah persaingan global sekarang ini.
Untuk menanamkan kerja inovatif terhadap karyawan setiap perusahaan dapat
memilih teknik ataupun pendekatan yang sesuai dengan tipe kepemimpinan yang
digunakan oleh pimpinan perusahaan. Untuk pimpinan yang menggunakan
servant leadership, maka dalam menciptakan kerja inovatif karyawan berarti yang
digunakan adalah pendekatan secara individu, yaitu melalui motivasi dan
komunikasi terhadap karyawan. Adapun pendekatan motivasi yang ada
diantaranya (Ambar Teguh, 2008: 164) adalah :
1. Pendekatan tradisional, pendekatan ini berasumsi (Miles, 1975: 35)
bahwa:
a. Pada dasarnya bekerja itu tidak disenangi banyak orang
b. Hal yang mereka kerjakan adalah kurang penting dibandingkan
dengan apa yang mereka peroleh dari kegiatan tersebut.
c. Jarang atau sedikit orang yang mau menangani pekerjaan yang
memerlukan kreativitas, disiplin diri atau pengendalian diri.
Dengan berpedoman pada asumsi-asumsi diatas maka kebijakan pimpinan
adalah sebagai berikut :
a. Bawahan perlu diawasi dan dikendalikan aktivitasnya
b. Bawahan harus diberi tugas-tugas yang rinci, bersifat pengulangan,
operasional dan mudah dipahami
c. Prosedur kerja bawahan harus diberikan secara jelas dan dijalankan
dengan adil tetapi ketat.
2. Pendekatan interaksionis, pendekatan ini berasumsi (Miles, 1975: 35)
antara lain sebagai berikut :
a. Seseorang ingin dipandang sebagai orang yang berguna
b. Orang ingin memiliki dan diakui sebagai individu
c. Adanya tuntutan pengakuan dipandang lebih penting daripada uang
yang digunakan untuk memotivasi agar orang bekerja.
Berpijak pada asumsi tersebut maka kebijakan pemimpin adalah
menyangkut :
a. Mengusahakan pemenuhan kebutuhan sosial bawahan agar merasa
penting dan berguna dengan pelbagai kebebasan untuk membuat
keputusan sendiri atas pekerjaannya.
b. Kesediaan memberikan informasi kepada bawahan serta bersedia
mendengarkan
keberatan-keberatan
bawahan
atas
rencana-
rencananya.
c. Pemberian kebebasan diri bagi bawahan untuk mendisiplinkan diri
maupun mengendalikan diri atas aktivitas rutinnya.
3. Pendekatan Sumber Daya Manusia, asumsi pendekatan ini menurut Miles
(1975: 35) adalah :
a. Bahwa bekerja itu pada dasarnya sesuatu yang menyenangkan, dan
orang ingin pada suatu tujuan yang diangapnya bermanfaat.
b. Ada beberapa orang dapat bekerja dengan kreatif dan dapat
mengendalikan diri maupun mendisiplinkan diri.
Didasarkan pada asumsi tersebut maka pimpinan mengambil kebijakan
sebagai berikut :
a. Menciptakan suatu lingkungan yang menyeluruh agar anggota
organisasi dapat menyumbangkan kemampuan mereka.
b. Pemberian partisipasi penuh dalam rangka peningkatan
pengendalian diri.
Tentunya tidak semua sektor perusahaan cocok dalam menggunakan servant
leadership. Terutama untuk perusahaan yang mengutamakan keuntungan usaha.
Hal ini bisa juga terlihat melalui hasil penelitian di jurnal ini yang menyatakan
bahwa servant leadership tidak signifikan jika menjadi mediation role terhadap
kerja inovatif dan persepsi suasana etis. Melalui penelitian di sektor pendidikan
dan rumah sakit (e.g. Aslan dan Ozaka, 2011) didapat bahwa servant leadership
lebih bagus dilakukan di rumah sakit. Di dlam jurnal juga disebutkan bahwa salah
satu keberlangsungan dalam performa dan aktifitas karyawan di rumah sakit
(Taskiran, 2006: 170), capaian kompetisi mungkin dicapai dengan memelihara
human capital.
Mungkin ini juga terkait dengan prinsip kerja rumah sakit yaitu melayani
konsumen dengan sebaik mungkin, sedangkan ujung tombak pelayanan rumah
sakit adalah karyawan atau tenaga medis rumah sakit. Untuk melayani pasien
dengan baik tentu pegawai harus dalam kondisi yang prima, sehingga di sektor ini
asas mengayomi, melayani, dan memelihara karyawan sangat diperlukan. Hal
tersebut juga yang pada akhirnya membuat servant leadership sangat cocok
dilakukan di rumah sakit.
Referensi
Topcu, M.K., Gursoy, A., dan Gurson, P, 2015, The Role of Servant Leadership on
the relation between Ethical Climate Perseption and innovative work, European
Research Studies XVIII(1), Rusia.
Northouse, P.G., 2001, Leadership Theory and Practice Second Edition, Sage
publication Inc, California.
Sulistiyani, A.T., 2008, Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership
Games, Gava Media, Yogyakarta.