12
Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diuji adalah apa ada hubungan signifikan dan positif antara kecerdasan emosi dan
kinerja perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. Semakin tinggi kecerdasan emosi semakin tinggi kinerjanya.
Demikian pula semakin rendah kecerdasan emosinya semakin rendah kinerjanya.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu: 1.
Variabel Bebas : Kecerdasan emosi 2.
Variabel Terikat : Kinerja
A. Definisi Operasional Variabel
1. Kinerja
Kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai seorang individu yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dan
berdasarkan standar kerja yang ditetapkan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Untuk pengukuran tingkat kecerdasan emosi ini
digunakan skala kecerdasan emosi dengan model Likert. Kinerja dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala kinerja
yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Barnes 2008 meliputi kualitas, kuantitas, dan perilaku
organisasi.
13 2.
Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan dan
memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan emosi yang mencakup kemampuan memotivasi diri sendiri atau orang
lain, pengendalian diri, mampu memahami perasaan orang lain dengan efektif dan mampu mengelola emosi yang dapat
digunakan untuk membimbing pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik.
Untuk pengukuran tingkat kecerdasan emosi ini digunakan skala kecerdasan emosi dengan model Likert.
Kecerdasan emosi dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala kecerdasan emosi yang disusun berdasarkan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh Goleman 2001 yaitu kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan
dalam membina hubungan dengan orang lain.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif uji kolerasi Spearman. Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam
ruang lingkup yang ingin diteliti Supramono, 2003. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat inap RSUD Kota Salatiga
yang berjumlah 120 perawat. Sedangkan sampel penelitian sebanyak 92 perawat. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan
purposive quote sampling
adalah teknik pengambilan subyek penelitian berdasarkan ciri-ciri
14 tertentu dipandang mempunyai sangkut paut yang erat untuk
dijadikan sampel Hadi, 2000. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan kuesioner. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa skala. Skala adalah suatu cara
pengumpulan data dengan jalan memberikan sejumlah pertanyaan tertulis mengenai suatu hal yang harus dijawab dan dikerjakan
oleh responden yang menjadi subjek penelitian. Model skala yang digunakan adalah modifikasi dari Skala
Likert
dengan empat alternatif jawaban yang harus dijawab salah satu yang sesuai
dengan keadaan subjek, yaitu STS = Sangat Tidak Sesuai ; TS = Tidak Sesuai ; S = Sesuai dan SS = Sangat Sesuai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyusunan alat ukur
Persiapan selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah membuat alat ukur berupa skala yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kecerdasan emosi dengan kinerja perawat di RSUD Kota Salatiga.
Ada dua skala yang digunakan di dalam penelitian ini, yaitu : skala kecerdasan emosi dan skala kinerja.
a. Skala kecerdasan emosi
Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan emosi yang diambil dari Goleman
2001, meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
15 motivasi diri, empati diri, dan membina hubungan dengan orang
lain. Jumlah item pada skala kecerdasan emosi yang akan diuji
sebanyak 30 item, terdiri dari 15 item bersifat
favourable
dan 15 item bersifat
unfavourable
. Respon yang digunakan pada skala kecerdasan emosi dalam penelitian ini adalah kesesuaian dan
ketidaksesuaian, dengan variasi Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS, dan Sangat Tidak Setuju STS berdasarkan
skala
likert
. Pemberian skor untuk item
favourabel
diurutkan dari angka 4 sampai dengan 1, sedangkan untuk
unfavorable
diurutkan dari angka 1 sampai dengan 4. b.
Skala kinerja Dalam skala kinerja digunakan dalam penelitian ini
adalah skala kinerja dari Barnes 2008 yang terdiri dari kualitas, kuantitas, dan perilaku organisasi.
Jumlah item pada skala kecerdasan emosi yang akan diuji sebanyak 30 item, terdiri dari 15 item bersifat
favourable
dan 15 item bersifat
unfavourable
. Respon yang digunakan pada skala kinerja
dalam penelitian
ini adalah
kesesuaian dan
ketidaksesuaian, dengan variasi Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS, dan Sangat Tidak Setuju STS berdasarkan
skala
likert
.
16
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Pada pengujin validitas, terdapat 27 item valid dalam skala kecerdasan emosi dan 23 item valid dalam skala kinerja.
Setelah uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan program SPSS
for Windows
Versi 16.0. Perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis
alpha cronbach
. Dengan perhitungan ini diperoleh reliabilitas sebesar 0,938 yang berarti skala kecerdasan emosi
memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Sedangkan reliabilitas juga dilakukan pada skala kinerja dan diperoleh 0,947 yang
berarti reliabilitas sangat tinggi.
UJI LINEARITAS DAN KOLERASI
Dari hasil uji normalitas tersebut, dapat dilihat bahwa variabel kecerdasan emosi dan kinerja tidak lolos uji normalitas.
Dari tabel didapatkan skor
Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,00 untuk kecerdasan emosi dan 0,02 untuk kinerja.
Pengujian linearitas dilakukan dengan menggunakan SPSS
for windows release
versi 16. Dari hasil perhitungan diperoleh F
hitung
= 1,220 dengan p = 0,252 p 0,05 dengan demikian hal tersebut berarti bahwa hubungan kecerdasan emosi
dengan kinerja adalah linear atau kedua variabel tersebut membentuk garis lurus.
17
ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil
deskriptif demografi
reponden diketahui bahwa usia perawat paling banyak berusia 20-30 th
47,82, pendidikan perawat paling banyak lulusan DII sebanyak 72,8, jenis kelamin paling banyak perempuan
sebanyak 73,9 Dapat dilihat bahwa 68 responden memiliki tingkat
kecerdasan emosi tergolong tinggi sebesar 73,9. Sementara itu, 2 responden menunjukkan tingkat kecerdasan emosi yang sangat
rendah sebesar 2,1. Maka, dikatakan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi.
Sedangkan untuk penghitungan kinerja, dapat dilihat 56 responden memiliki kinerja yang tinggi sebesar 60,2.
Sementara itu, dapat dilihat pula 2 responden memiliki 2,1. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki
kinerja yang baik. Hasil
pengujian menggunakan
teknik
Spearman
didapatkan r = 0,715 dengan p = 0,00 P 0,05 yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan
kinerja.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diperoleh r = 0,654 dengan p = 0,00 P 0,05 yang berarti ada hubungan positif dan signifikan
antara kecerdasan emosi dengan kinerja.
18 Ini berarti bahwa H
ditolak dan H
1
diterima. Dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan yang positif dan signifikan
kecerdasan emosi dengan kinerja perawat RSUD Kota Salatiga. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal pertama, diantaranya adalah
perawat memiliki pengaturan diri yang baik sehingga mendukung
kinerja yang baik pula, seperti yang diutarakan oleh
Cherniss 2000, yang menyatakan bahwa kompetensi emotional merupakan
dasar
emotional Intelligence
. Suatu tingkatan dalam
emotional Intelligence
perlu mempelajari kompetensi emosional.
Misalnya perawat yang bisa mengatur emosi dengan baik akan lebih mudah
mengembangkan kompetensi inisiatif atau dorongan berprestasi.
Kedua, perawat memiliki hubungan yang baik dengan orang lain yang berpengaruh pula pada kinerja. Hal senada diungkapkan oleh Cooper
dan Sawaf 2002, bahwa pada dasarnya manfaat – manfaat yang
dihasilkan
emotional intelligence
merupakan faktor keberhasilan organisasi
adalah berkaitan
dengan pembuatan
keputusan, kepemimpinan, terobosan teknis, komunikasi terbuka dan jujur,
bekerjasama dan saling mempengaruhi, membangun loyalitas, kreatifitas, inovasi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada prestasi.
Ketiga, motivasi tinggi seorang perawat yang berpengaruh pada kinerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Badra Johana 2005 yang
menyatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan kinerja adalah motivasi.
Seperti yang disampaikan oleh Goleman 1999 bahwa kecerdasan intelegensi IQ dan kecerdasan emosi EQ
merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Namun, kecerdasan emosilah yang lebih berperan untuk menghasilkan
19 kinerja yang cemerlang. Oleh karena itu, kecerdasan emosilah
yang menduduki porsi lebih penting dibandingkan dengan yang lain pada seluruh tingkatan jabatan. Pendapat Goleman ini sejalan
dengan pendapat Van Rooy dan Viswesvaran 2004 yang menyatakan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
kecerdasan emosi dengan kinerja kerja seseorang. Kecerdasan emosi sangat memberi pengaruh penting untuk meningkatkan
karier yang sukses dan kinerja daripada kecerdasan pada umumnya.Selain itu, kecerdasan emosi yang tinggi sangat
dibutuhkan dalam lingkungan organisasi, berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun di lingkungan kerja.
Penelitian yang diadakan di RSUD Kota Salatiga, pengukuran terhadap kecerdasan emosi terlihat rendahnya
kesadaran diri perawat, hal ini terlihat dari perawat yang kurang dapat menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
Namun, di sisi lain perawat juga memiliki pengaturan diri yang tinggi, hal ini terlihat dari pelampiasan suatu kemarahan atau
kekecewaan pada orang yang membuatnya terluka maupun merasa kurang berkenan. Lebih lanjut, pada pengukuran terhadap
kinerja perawat yang rendah dalam segi kuantitasnya, hal ini seperti yang diutarakan dalam item yaitu perawat merasa tidak
mudah dalam merawat pasien dalam satu shift. Namun, di sisi lain perawat dapat menunjukkan kinerja yang tinggi dalam segi
kualitas, hal ini terlihat dari manfaat pelatihan dan pengembangan yang dapat dirasakan secara langsung ketika merawat pasien.
20
PENUTUP A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan kinerja perawat RSUD Kota Salatiga.
2. Kecerdasan emosi dan kinerja kategori berada pada kategori tinggi. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kecerdasan
emosi, maka semakin tinggi kinerjanya.
B. SARAN