Kerangka Berpikir Desain Penelitian
abstrak. Oleh karena itulah sudah sewajarnya bila penulis-penulis buku SD berusaha memberikan ilustrasi gambar tentang konsep-konsep yang sedang
disampaikan. Jadi, keberadaan gambar dalam buku ajar SD memang dapat dianggap sebagai sesuatu yang bersifat wajib bila kita menginginkan konsep
tersebut dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Namun kita harus tahu pula bahwa anak-anak seusia itu berada pada tahap
pembentukan kognitif dan afektif yang sangat strategis dan efektif. Hal ini artinya bahwa apapun yang diajarkan dan ditanamkan guru pada mereka akan membekas
dan mempengaruhi pola pikirnya dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian, bila buku ajar berisi gambar dan deskripsi materi yang bias gender,
maka pola pikir yang terbentuk pada struktur kognitifnya akan tertanam dalam yang akhirnya akan terbentuk pula nilai-nilai dan sikap afektif yang ”keliru” dan
sulit diluruskan. Oleh karena itu pembenahan buku ajar SD agar berperspektif gender
adalah tindakan tepat agar ”kekeliruan” pola pikir kognitif dan bentukan afektifnya tidak telanjur jauh terinternalisasi dalam jiwanya. Sosialisasi dini di
tingkat SD tentang wawasan perspektif gender melalui buku ajar diharapkan mampu berperan besar dalam mempengaruhi nilai, pandangan, sikap, dan perilaku
peserta didik, termasuk terhadap lawan jenisnya. Ketika seorang peserta didik SD selalu disuguhi gambar ”seorang ayah
pergi ke kantor menenteng tas kerja dan seorang ibu memasak di dapur” yang dijumpai hampir pada semua buku ajar yang dipelajarinya, maka sudah dapat
dipastikan peserta didik tersebut akan menolak jika yang dilihat dalam kehidupan nyatanya ternyata bertolak belakang dengan gambar tersebut. Hal ini karena sudah
telanjur tertanam dalam pikirannya informasi gambar yang bias gender yang mengeksploitasi peran reproduktif sosial yang salah.