EVALUASI KEBIJAKAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) JALUR BINA LINGKUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG

EVALUASI KEBIJAKAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU
(PPDB) JALUR BINA LINGKUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)

Oleh
BUNGA JANATI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

ABSTRACT
EVALUATION OF NEW STUDENTS ADMISSION POLICY (PPDB)
COMMUNITY DEVELOPMENT LANE IN BANDAR LAMPUNG
by
BUNGA JANATI

Students New Admission policy (PPDB) through Community Development lane
is an education policy as one of several innovations made by the Government of
Bandar Lampung. The purpose of this policy is to expand access to education for

economically disadvantaged students in order to obtain free school. Expectations
of this policy to reduce the dropout rate in Bandar Lampung. However, in practice
need to be evaluated to assess the degree of success of this policy. This research is
descriptive qualitative.
This study focuses on the evaluation of the implementation of precision
measuring instruments. The measuring accuracy is the accuracy of the
implementation, the target accuracy, and precision of the results, with reference
by Nugroho’s theory that developed the theory Matland. Based on the research
that has been done, it can be concluded on the accuracy aspect of Students New
Admissions policy (PPDB) Community Development lane is not appropriate in
terms of the accuracy of the implementation, the target accuracy and precision of
the result/outcomes.

Keywords: Policy, Evaluation, Accuracy

ABSTRAK
EVALUASI KEBIJAKAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU
(PPDB) JALUR BINA LINGKUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

BUNGA JANATI

Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan
merupakan kebijakan pendidikan sebagai inovasi yang dibuat oleh Pemerintah
Kota Bandar Lampung. Tujuan kebijakan ini adalah untuk memperluas akses
pendidikan bagi siswa kurang mampu secara ekonomi agar memperoleh sekolah
gratis. Harapan dari kebijakan ini untuk mengurangi angka putus sekolah di
Bandar Lampung. Namun dalam pelaksanaannya perlu dilakukan evaluasi untuk
menilai tingkat keberhasilan kebijakan ini. Penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif.
Penelitian ini menitik beratkan pada evaluasi implementasi dengan alat ukur
ketepatan. Ketepatan yang di ukur adalah ketepatan pelaksanaan, ketepatan target,
dan ketepatan hasil, dengan mengacu pada teori Nugroho yang mengembangkan
teori Matland. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan aspek ketepatan pada kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) Jalur Bina Lingkungan belum tepat baik segi ketepatan pelaksanaan,
ketepatan target dan ketepatan hasil/outcome.
Kata Kunci: Kebijakan, Evaluasi, Ketepatan

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Bunga Janati lahir di Kota
Bandar Lampung pada tanggal 23 April 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Bahsan dan Ibu Jumaida.

Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman
Kanak-Kanak Pertiwi Kota Madya pada tahun 1997-1998, Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 2 Talang pada tahun 1998-2004, SMPN 16 Bandar Lampung pada tahun
2004-2007, SMAN 3 Bandar Lampung pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010
penulis diterima sebagai mahasiswi pada jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur PKAB.
Penulis pada tahun 2010 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu
Administrasi Negara (Himagara) sebagai anggota. Pada periode tahun 2012-2013
penulis menjabat sebagai Sekretaris Bidang dan

mengikuti organisasi Insan

Cendekia sebagai anggota muda. Selain itu organisasi yang diikuti oleh penulis
yaitu: Youth in Action (YOA), Forkom Bidikmisi Universitas Lampung dan juga
The Young Inspiration Grup Lampung sampai dengan sekarang. Pada tahun 2013,

penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2013 di Sudimoro Bangun,
Kabupaten Tanggamus.

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT...
Kupersembahakan karya kecil ini untuk :
Allah SWT dengan segala kerendahan hati kuucapkan syukur
atas karuniaMu kepadaku
Ayah dan Ibu serta adik-adikku tercinta yang selalu
Memberikan yang terbaik untukku
Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran,
motivasi, keikhlasan, dan do’a yang tiada henti
dalam menanti keberhasilanku
Para pendidik dengan ketulusannya selalu memberikan arahan
dan bimbingan kepadaku
Sahabatku, Teman, dan almamater tercinta yang
mendewasakanku dalam berpikir dan bertindak serta
memberikan pengalaman yang tak terlupakan…


MOTO

Introspeksi diri merupakan langkah awal
terangkatnya musibah dan kesalahan
(Bunga Janati)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan
orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya
mereka dengan keberhasilan saat mereka meyerah
(Thomas Alva Edison)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah
SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi
Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan
Kota Bandar Lampung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini antara lain:
1.

Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.

2.

Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara.

3.

Ibu Dr. Novita Tresiana, S.Sos., M.Si., selaku dosen pembimbing utama

penulis. Terimakasih atas bimbingan, saran, arahan, serta masukannya selama
ini yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4.

Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si., selaku dosen penguji dan juga motivator
bagi penulis. Terimakasih pak, atas masukan-masukan, saran, dan
bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.

5.

Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua penulis.
Terimakasih pak atas segala bimbingan serta sarannya yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6.

Ibu Dewie Brima Atikah, S.IP., M.Si., selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan tenaga selama proses

pendidikan hingga akhir.

7.

Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang
telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam
kehidupan penulis ke depannya.

8.

Ibu Nur sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu
memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi
dalam penyusunan skripsi ini.

9.

Ibu Lelawati SH.MM selaku kasubbag SMA Disdik Kota Bandar Lampung,
Ibu Dra. Nellyati selaku Waka Humas SMAN 14 Bandar Lampung, dan Ibu
Dra.Hj. Siti Rohayati, M.Pd sebagai Kepala Sekolah SMAN 12 B.Lampung
yang telah membantu riset peneliti.


10. Keluargaku tercinta yang tak pernah lelah memberikan do’a, nasehat berharga
serta spirit kepada ku untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada
Ibu ku yang menjadi penyemangat dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi
ini yang selalu berdoa agar aku selalu diberi kemudahan dalam mengerjakan
skripsi dan terus menegurku untuk segera menyelesaikan study ku, ayah yang

telah memberikan ku semangat dan mendukung semua kegiatan ku, terima
kasih atas jerih payahnya dalam membiayaiku sekolah. terimakasih ayah dan
ibu atas doa-doa kalian untuk ku selama ini agar menjadi orang yang sukses
kelak. Terima kasih untuk adik ku Nurul Aini yang sudah membantu ahen
riset kesana-sini. Semoga kelak kamu bisa menyusul menjadi sarjana ya dek.
Untuk dua adik jagoan ku Rahmat Ramadhan dan M.Satria, makasih ya mat
udah bantuin ahen ngetik ulang skripsi yang ilang, buat Satria yang rajin
belajar ya dek. Semoga adik-adik ku kelak bisa menjadi sarjana bahkan
menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari ku.
11. Terima kasih untuk seluruh keluarga besarku: Nenek tercinta, Ibung-ibung,
serta kakak dan adik-adik sepupu ku: Kak Nana, Bila dll, yang selalu nanyain
kapan wisuda dan memberikan ku semangat
12. Ghani Aulia yang selama ini turut memberikan warna di skripsi ku, terima

kasih semangat, doa serta nasehatnya. Terima kasih karena sudah selalu
menghibur ku ketika aku mulai down dan jenuh dengan skripsi.
13. Terima kasih untuk sahabat-sahabat ku Dwi Enggar (Eeng), Indah Pratiwi
(Kiting), dan Maya

Larasati

(Menyung). Terimakasih

kawan atas

kebersamaan, dukungan serta kesan yang telah kalian torehkan. Makasih juga
karena kalian sudah menjadi sahabat sekaligus keluarga ku. Semoga kelak
kita semua bisa menjadi orang yang sukses. Persahabatan bukan hanya untuk
kemarin dan hari ini tetapi selamanya.
14. Terima kasih juga buat temen-temen ADUSELON: Daus, Ali, Cori, Hadi,
Ardi, Genk Mutar (Fadri, Jodi, Ade, Anjas, Aris), Kantin 337 (Beg, Aying,
Aden, Uyung, Samsu, Efrido, Bogel dll), Genk Batak (Sari, Jeni, Dora, Ani,
Seli, Gideon), Nuzul, Meri, Karina, Nona, Sela, Nunu, Hani, Tami, Marita,


Astria, Lica, Eci, Enggi, Tio, Erisa, Yulia, Pandu, Desmon, dan lain-lain yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
15. Terima kasih untuk senior HIMAGARA: Bang Fajrin, Bang Arwin, Bang
Ari, Bang Panji, Bang Fahmi, Bang Joko dan semuanya yang sudah berbagi
pengalaman, pengetahuan dan juga berorganisasi di kampus.
16. Terima kasih untuk adik-adik Himagara 2011, 2012, dan 2013 Vike, Umay,
Menceng, Aji, Pur, Ayu mira, Anisa, Rida, Daus, Endrik, Riki, Wahyu, Rere
dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
17. Terima kasih untuk keluarga besar tim pengelola Bidikmisi dan seluruh
Forkom atas pengetahuan, pengalaman dan juga kebersamaannya: Bapak
Prof. Dr. Sunarto DM, S.H., MH yang sudah menjadi bapak bagi kami, Pak
Muhidin Sirat, Ibu Taryati, Pak Qodar, Pak Hartono serta teman-teman
forkom: Akbar, Jepri, Anis, Reni, Seli, Noval, Isma, Meri, Amir, Riski dll.
18. Temen-temen The Young Inspiration Grup Lampung yang sudah menjadi
teman sekaligus keluarga ku. M.Ridho Ficardo dewan pembina, Mba Gita
Farina, Mas Wisnu, Bang Rudi, Mas yayan, Dian, Endang, Ridho, Tiara, Rio,
Eka (Cacing),Sandi, Kak Emir, Kak Iqbal, Mas Pai, serta Yayuk Nur. Terima
kasih atas kekeluargaan dan pengalaman organisasinya.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, 15 Juli 2014
Penulis

Bunga Janati

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... vi
I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang Masalah .......................................................................1
Rumusan Masalah .................................................................................5
Tujuan Penelitian ..................................................................................5
Manfaat Penelitian ................................................................................6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik ..................................................7
1. Konsep Kebijakan Publik ..............................................................7
2. Tahapan Kebijakan Publik .............................................................9
B. Tinjauan Mengenai Evaluasi Kebijakan Publik ....................................12
1. Konsep Evaluasi Kebijakan ...........................................................12
2. Tipe-tipe Evaluasi Kebijakan.........................................................14
3. Dimensi Evaluasi Kebijakan ..........................................................20
4. Masalah dalam Evaluasi Kebijakan ...............................................23
5. Tahap-tahap Evaluasi Kebijakan ...................................................28
C. Tinjauan Mengenai Kebijakan Pendidikan ...........................................30
1. Konsep Pendidikan ........................................................................30
2. Konsep Kebijakan Pendidikan .......................................................30
3. Sasaran Kebijakan Pendidikan.......................................................32
D. Tinjauan Mengenai Bina Lngkungan....................................................33
1. Konsep Bina Lingkungan ..............................................................33
2. Prosedur Bina Lingkungan ............................................................36
E. Kerangka Pikir ......................................................................................37
III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.

Tipe Penelitian ......................................................................................40
Fokus Penelitian ....................................................................................41
Lokasi Penelitian ...................................................................................42
Jenis Data dan Sumber Data .................................................................43

ii

E.
F.
G.
H.

1. Jenis Data .......................................................................................43
2. Sumber Data ..................................................................................44
Instrumen Penelitian .............................................................................45
Teknik Pengumpulan Data ....................................................................46
Teknik Analisis Data.............................................................................47
Teknik Keabsahan Data ........................................................................49

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kota Bandar Lampung ................................................................50
1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ..........................................50
2. Letak Geografis Kota Bandar Lampung .........................................52
B. Profil Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung ..................................53
1. Sejarah Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung..........................53
2. Visi Misi Organisasi .......................................................................55
3. Tujuan Dinas Pemdidikan Kota Bandar Lampung .........................59
4. Sasaran Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung .........................60
C. Profil SMAN 12 Bandar Lampung .......................................................65
1. Sejarah SMAN 12 Bandar Lampung ..............................................65
2. Visi Misi SMAN 12 Bandar Lampung ...........................................66
3. Sarana adan Prasarana.....................................................................67
D. Profil SMAN 14 Bandar Lampung .........................................................68
1. Sejarah SMAN 14 Bandar Lampung ............................................68
2. Visi Misi SMAN 14 Bandar Lampung ..........................................68

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Fokus 1: Ketepatan Pelaksanaan Kebijakan Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan di Kota Bandar
Lampung
1.

2.

Deskripsi Standar Operasional Prosedur (SOP) Kebijakan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina
Lingkungan di Kota Bandar Lampung ..........................................70
Aktor Pelaksana, Alur Koordinasi dan Pendanaan Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan ......................77

II. Fokus 2: Ketepatan Target Kebijakan Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan di Kota Bandar Lampung
1.
2.

Target Sasaran Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) Jalur Bina Lingkungan di Kota Bandar Lampung ...........86
Intervensi Target Sasaran Kebijakan Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan di Kota Bandar Lampung...92

iii

III.

Fokus 3: Ketepatan Hasil Pelaksanaan Kebijakan Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan di Kota
BandarLampung...................................................................
99

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 103
B. Saran .................................................................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tipe-tipe Evaluasi ...................................................................................... 15
Tabel 3.1 Informan Peneliti........................................................................................ 44
Tabel 3.2 Daftar Dokumentasi Penelitian .................................................................. 45
Tabel 4.1 Nama-nama Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung dan Periode
Jabatan ....................................................................................................... 52
Tabel 4.2 Nama-nama Kepala Sekolah SMAN 12 Bandar Lampung ....................... 65
Tabel 4.3 Luas Tanah yang dikuasai Sekolah Menurut Status Kepemilikan dan
Penggunaan ................................................................................................ 67
Tabel 4.4 Perlengkapan Administrasi ........................................................................ 67
Tabel 4.5 Kegiatan Belajar Mengajar ....................................................................... 67
Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina
Lingkungan di Kota Bandar Lampung ...................................................... 75
Tabel 5.2 Kriteria Target Sasaran PPDB Bina Lingkungan ...................................... 87
Tabel 5.3 Jumlah Siswa Bina Lingkungan di SMAN Bandar Lampung ................... 87
Tabel 5.4 Jumlah Siswa Bina Lingkungan di SMAN 14 Bandar Lampung .............. 96
Tabel 5.5 Jumlah Siswa Bina Lingkungan di SMAN 12 Bandar Lampung .............. 97

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Panitia Bina Lingkungan ................................................................................ 80
Gambar 5.2 Sosialisasi Bina Lingkungan di Media Elektronik ......................................... 92
Gambar 5. 3 Sosialisasi Bina Lingkungan di Gedung Semergo Kota Bandar Lampung ... 93
Gambar 5.4 Spanduk Bina Lingkungan Tahun Ajaran 2014/2015 .................................... 94

vi

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan
Bagan
Bagan
Bagan
Bagan

2.1 Tahapan-tahapan Kebijakan Publik .......................................................10
2.2 Model Evaluasi Implementasi................................................................22
2.3 Matrik Model Matland ...........................................................................22
2.4 Kerangka Pikir .......................................................................................39
5.1 Interaksi Antar Lembaga .......................................................................84

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana amanat pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa, sebagaimana pula termuat dalam pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara
berhak mendapatkan pengajaran. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pemerintah
bertanggung jawab penuh dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas,
dengan harapan bangsa Indonesia dapat menjadi negara yang unggul dari segi
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah Indonesia telah membuat
beberapa kebijakan tentang pendidikan sebagai bentuk usaha atau

langkah

pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan tersebut. Beberapa kebijakan
pendidikan yang ada saat ini antara lain, wajib belajar 9 tahun yang pada saat ini
sudah berkembang dengan adanya wajib belajar 12 tahun serta masih banyak
kebijakan-kebijakan pendidikan yang lainnya.

Sistem pendidikan Indonesia telah diatur secara jelas dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia secara ideal bersifat desentralistik yang diarahkan sebagai pengganti
atas peraturan sebelumnya yang bersifat umum, yaitu Undang-undang No.22
Tahun 1999 khususnya pada pasal 7 yang menyatakan bahwa pendidikan
merupakan kewenangan yang dipusatkan. Sejak era reformasi hingga tahun 2013,
kebijakan pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan negara diselenggarakan

2

dengan manajemen yang desentralistik. Kebijakan yang bersifat desentralistik
merupakan tantangan terbesar dalam pembangunan Indonesia untuk membangun
kebijakan di daerah yang unggul, ditatanan kebijakan pendidikan dalam konteks
otonomi daerah dikaitkan dengan kebijakan publik desentralisasi (UndangUndang No. 32/2004) dan kebijakan pendidikan nasional (Undang-Undang No.
20/2003). Kemudian Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal
11 menjelaskan perihal bahwasanya pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan yang menjamin kemudahan terselenggaranya pendidikan
yang bermutu serta berdayaguna bagi setiap warga negara. Kebijakan pendidikan
terus dibuat oleh pemerintah guna mengentaskan angka anak-anak putus sekolah.

Namun saat ini Angka Putus Sekolah (APS) atau Droup Out masih tetap memiliki
presentase. Angka Putus Sekolah (APS) atau angka drop out menurut Nugroho
(2008:64) merupakan presentase siswa yang meninggalkan sekolah sebelum lulus
pada jenjang pendidikan tertentu. Kegunaannya adalah untuk mengetahui berapa
banyak siswa yang putus sekolah di suatu daerah. Makin rendah nilainya, berarti
makin baik. Angka putus sekolah yang ideal adalah 0%. Menurut data Dinas
Pendidikan Kota Bandar Lampung 2010 , jumlah APS untuk pendidikan tingkat
menengah di Bandar Lampung mencapai 29,64% . Kemudian mengenai angka
partisipasi kasar SD di Kota Bandar Lampung mencapai 111.189 anak, sementara
untuk angka partisipasi murni mencapai 93.903 anak. Pada tingkat SMP angka
partisipasi kasar 47.533 anak sedangkan angka partisipasi murni mencapai 33.039
anak (sumber: www.lampost.com, Edisi 24 Desember 2010). Berdasarkan data
tersebut dapat kita lihat bahwa masih banyak anak putus sekolah di Kota Bandar
Lampung.

3

Untuk mengatasi jumlah angaka putus sekolah maka dibutuhkan solusi melalui
sebuah kebijakan pendidikan. Pemerintah daerah khususnya pemerintah Kota
Bandar Lampung memiliki inovasi dalam rangka mengatasi jumlah angka anak
putus sekolah melalui sebuah kebijakan pendidikan.

Kebijakan

pendidikan

tersebut telah diatur melalui Perda No. 01 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan
pendidikan dengan dikeluarkan pula Peraturan Walikota No. 49 Tahun 2013
tentang pedoman pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada
jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandar Lampung. Perda Kota Bandar
Lampung No.1 Tahun 2012 bagian kedua menjelaskan tentang penerimaan dan
daftar ulang, dalam hal ini dijelaskan mengenai Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB).

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dilaksanakan melalui 3 Jalur. Ketiga jalur
tersebut adalah jalur reguler, jalur prestasi dan jalur bina lingkungan. Ketiga jalur
ini terdapat jalur khusus untuk anak kurang mampu agar dapat melanjutkan
sekolah, yaitu Jalur Bina Lingkungan. Jalur Bina Lingkungan ini merupakan
bentuk langkah pemerintah Kota Bandar Lampung dalam mewujudkan salah satu
tujuan negara, yang mana kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada calon siswa yang berasal dari
keluarga yang belum mampu secara ekonomi agar tetap dapat melanjutkan
pendidikan.

4

Jalur Bina Lingkungan merupakan kebijakan yang strategis dan inovatif yang
dilakukan pemerintah Kota Bandar Lampung, diharapkan kebijakan ini menjadi
solusi terhadap permasalahan dalam dunia pendidikan guna memenuhi kebutuhan
masyarakat ekonomi rendah agar tetap mampu memperoleh pendidikan yang
sama. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan telah
berjalan sejak tahun ajaran 2011/2012. Calon siswa yang melalui Jalur Bina
Lingkungan diseleksi berdasarkan kelengkapan berkas, yang mana berkas tersebut
menerangkan mengenai keadaan keluarga dan identitas keluarganya. Khusus bagi
siswa Jalur Bina Lingkungan

seluruh biaya sekolah sudah ditanggung oleh

pemerintah Kota Bandar Lampung, sehingga tidak ada lagi pungutan untuk biaya
SPP.

Fakta di lapangan ditemukan bahwa masih ada siswa Jalur Bina Lingkungan yang
dikenakan biaya. Contohnya ada siswi kelas X SMAN 14 Bandar Lampung
dipungut biaya Rp. 1,7 juta oleh pihak sekolah. Padahal sudah jelas dalam
Peraturan Walikota No. 49 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tidak ada pungutan biaya untuk siswa
Jalur Bina Lingkungan. (Sumber: http://lampost.co/berita/bandar-lampung-siswabina-lingkungan-dipungut-biaya, diakses pada tanggal 18 Oktober 2013)

Selain itu, program ini justru dinilai membuka ruang kecurangan manipulasi data
dari para calon siswa yang mampu namun mengaku berasal dari keluarga yang
tidak mampu. Di SMAN 12 Bandar Lampung terbukti ada 2 siswa yang diduga
memanipulasi data, dan masalah ini dibenarkan oleh Kadisdik Bandar Lampung
Sukarma Wijaya. Beliau mengatakan jika kedua siswa itu benar telah

5

memanipulasi data karena ketika ditinjau secara langsung kedua siswa tersebut
ternyata memiliki rumah mewah, kendaraan mobil dan sepeda motor di rumahnya.
(Sumber:http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/59906-evaluasiprogram-biling diakses pada tanggal 18 Oktober 2013)

Kebijakan PPDB Jalur Bina Lingkungan jika dilihat tujuannya sangat baik dan
merupakan suatu bentuk inovasi pemerintah daerah Kota Bandar Lampung dalam
memajukan dunia pendidikan. Namun, seiring dengan berjalannya Kebijakan
PPDB Jalur Bina Lingkungan terlihat adanya fakta-fakta mengenai bentuk
ketidaksesuaian yang terjadi pada pengimplementasian Jalur Bina Lingkungan
seperti yang telah diuraikan peneliti di atas. Melihat persoalan itu, peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penilaian atas implementasi kebijakan PPDB Jalur Bina
Lingkungan Kota Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil pelaksanaan kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) Jalur Bina Lingkungan di Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

1.

Memberikan penilaian pada pelaksanaan kebijakan Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan di Kota Bandar Lampung.

6

D. Manfaat Penelitian

1. Secara ilmiah hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran,
informasi, dan pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi Negara mengenai
fenomena yang terjadi dalam salah satu ruang lingkup administrasi negara,
yaitu evaluasi implementasi kebijakan publik. Dalam hal ini yakni Evaluasi
Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan
Kota Bandar Lampung terkait ketepatan pelaksanaan, target, dan hasil
kebijakan.
2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi penilaian bagi pelaksanaan
kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan
Kota Bandar Lampung dilihat dari ketepatan pelaksanaan, target, dan hasil
kebijakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kebijakan Publik

1.

Konsep Kebijakan Publik

Secara epistimologi istilah kebijakan berasal dari Bahasa Inggris “policy”. Akan
tetapi, kebanyakan orang berpandangan bahwa istilah kebijakan diartikan sama
dengan keputusan. Padahal sebenarnya istilah kebijakan dengan keputusan
merupakan kedua istilah yang jauh berbeda. Letak perbedaan yang dapat kita lihat
dari kedua istilah tersebut terletak pada luas cakupan dan arti pentingnya. Dunn
(dalam Pasolong, 2007:39) menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu
rangkaian pilihan-pilihan yang saling berubungan yang dibuat oleh lembaga atau
pejabat pemerintah pada bidang yang menyangkut tugas pemerintah. Eyestone
(dalam Winarno, 2012:20) mengartikan kebijakan publik secara luas sebagai
hubungan satu unit pemerintah dengan lingkungannya. Pendapat yang diutarakan
oleh Eyestone tentang kebijakan publik sangat luas dan mencakup banyak hal
sehingga terlihat tidak ada batasan dalam definisi Robert tentang kebijakan publik.

Ada beberapa ahli yang mengutarakan pendapatnya tentang kebijakan publik.
Sehingga kebijakan publik memiliki ragam denifisi. Friedrich (dalam Wahab,
2004:3) mendefinisikan kebijakan publik sebagai perangkat tindakan yang
dilakukan pemerintah dengan mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh

8

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan adanya
hambatan-hambatan sehingga mencapai sasaran dan tujuan yang telah diinginkan.
Pendapat lain juga dikatakan oleh Dye (dalam Agustino, 2008:7) mengatakan
bahwa kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan
atau yang tidak dikerjakan. Sedangkan Anderson merumuskan kebijakan publik
sebagai kegiatan-kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk mengatasi satu
masalah. Dari pendapat beberapa ahli bisa disimpulkan bahwa kebijakan publik
adalah usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuan yang
diusulkan oleh individu atau kelompok guna memecahkan masalah yang sedang
dihadapi yang diharapkan bisa memberikan solusi terhadap masalah publik. Pada
pelaksanaan kebijakan tentu saja nantinya akan ditemui hambatan-hambatan. Oleh
sebab itu maka untuk menetapkan satu kebijakan bukanlah perkara yang mudah,
kebijakan yang akan dibuat harus disesuaikan dengan mempertimbangkan nilainilai yang berlaku dalam masyarakat.

Beberapa definisi yang dikatakan oleh para ahli peneliti berpendapat

bahwa

definisi kebijakan publik menurut Friedrich dan Anderson merupakan definisi
yang cocok untuk penelitian ini. Sebagaimana kebijakan Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah Kota
Bandar Lampung merupakan tindakan yang dilakukan pemerintah dengan tujuan
dan diarahkan untuk mencapai sasaran dan tujuan, yaitu siswa miskin agar tetap
mendapatkan hak pengajaran yang sama serta merupakan suatu pilihan
pemerintah Kota Bandar Lampung guna mengatasi persoalan dalam dunia
pendidikan.

9

2.

Tahapan Kebijakan Publik

Meskipun ada fakta bahwa seringkali muncul kekecewaan terhadap kerangka
analisis kebijakan yang dominan, yakni analisis pengambilan keputusan rasional,
namun pendekatan tahapan (stagist) atau siklus tetap menjadi basis untuk analisis
proses kebijakan dan analisis di dalam/dan untuk proses kebijakan yang akan
datang. Laswell (dalam Parsons 2011 : 81) berpendapat tahapan proses kebijakan
terdiri dari: inteligensi, promosi, preskripsi, invokasi (invocation), aplikasi,
penghentian (termination), dan penilaian (appraisal). Selain itu ada pula pendapat
Anderson (dalam Santosa, 2008 : 36) mengemukakan bahwa terdapat lima
tahapan-tahapan kebijakan yaitu:
a) Formasi masalah
b) Formulasi
c) Adopsi
d) Implementasi
e) Evaluasi
Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan
beberapa variable yang harus dikaji. Beberapa ahli mengkaji kebijakan publik dan
membaginya kedalam proses-proses penyusunan kebijakan ke dalam beberapa
tahap dengan tujuan untuk mempermudah kita dalam mengkaji kebijakan publik.
Melihat pendapat beberapa ahli tentang tahapan-tahapan kebijakan dengan urutan
yang berbeda. Dunn memiliki pendapat tentang tahapan-tahapan kebijakan publik
sebagai berikut:

10

Bagan 2.1 Tahapan-tahapan Kebijakan Publik
Perumusan Agenda
Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan
Sumber: Winarno (2012: 36-37)

a) Tahap Penyusunan Agenda
Pejabat-pejabat yang duduk dalam pemerintahan akan menempatkan
masalah-masalah yang akan dijadikan dalam agenda publik. Sebelum
menetapkan masalah-masalah yang akan masuk dalam agenda publik,
masalah-masalah yang ada di publik akan berkompetisi terlebih dahulu
sehingga akhirnya nanti akan ada beberapa masalah yang masuk dalam
agenda kebijakan para perumus kebijakan. Tahap agenda ini ada masalah
yang tidak disentuh sama sekali, ada pula masalah yang dijadikan fokus
dalam agenda serta terdapat pula masalah yang akan ditunda untuk waktu
yang lama karena alasan-alasan tertentu.

b) Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk dalam agenda kebijakan kemudian akan
dibahas oleh para pembuat kebijakan, masalah tersebut kemudian akan
dicari bentuk-bentuk cara untuk penyelesaiannya. Pemecahan masalah

11

tersebut berasal dari alternatif-alternatif (policy alternative) yang ada.
Penyeleksian alternatif-alternatif tersebut sama halnya dengan menetapkan
masalah yang ditetapkan sebagai agenda publik yaitu beberapa alternatif
bersaing untuk bisa diambil dan ditetapkan sebagai penyelesaian dari
permasalahan. Pada tahapan formulasi ini para aktor memainkan perannya
untuk mengusulkan pemecahan masalah yang terbaik.

c) Tahap Adopsi Kebijakan
Alternatif-alternatif yang ditawarkan para perumus kebijakan tentu
banyak, dan dari sekian banyak alternatif yang ditawarkan oleh para
perumus kebijakan, hanya salah satu yang dipilih dan diadopsi dengan
dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara pimpinan atau
keputusan peradilan.

d) Tahap Implementasi Kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi dokumen serta arsip-arsip
yang tertata rapi jika kebijakan tidak diimplementasikan. Oleh karena itu,
kebijakan tersebut harus diimplementasikan, yaitu dilaksanakan oleh
badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah sampai pada
tingkat bawah sehingga diharapkan kebijakan yang sudah terbentuk tidak
sia-sia dan berjalan dengan baik, dalam tahap implementasi berbagai
kepentingan akan bersaing yang pada nantinya akan bermunculan para
pelaksana yang mendukung kebijakan tersebut dan para pelaksana yang
menolak dengan kebijakan tersebut.
e) Tahap Evaluasi Kebijakan

12

Tahap evaluasi ini kebijakan yang telah diimplementasikan akan dinilai
tingkat keberhasilannya untuk melihat sejauh mana kebijakan tersebut
memberikan dampak yang baik terutama untuk mengatasi masalah publik.
Ketika pada tahap ini akan ditetapkan ukuran atau indikator-indikator yang
menjadi alat unuk mengukur suatu kebijakan apakah berhasil atau gagal.
Beberapa tahap-tahap kebijakan di atas bisa diartikan bahwa tahap-tahap
kebijakan merupakan suatu proses terbentuknya suatu kebijakan dimana pada
setiap tahapan satu dengan yang lainnya sangat berkaitan. Untuk penelitian ini
peneliti lebih memfokuskan pada proses evaluasi kebijakan. Pada penelitian ini
evaluasi kebijakan dipilih untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan
kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan Kota
Bandar Lampung dengan melihat sejauhmana kebijakan tersebut memecahkan
masalah publik yang dihadapi saat ini.

B. Tinjauan Evaluasi Kebijakan
1.

Konsep Evaluasi Kebijakan

Kalau dipandang sebagai suatu kegiatan maka evaluasi kebijakan merupakan
tahap akhir dalam proses kebijakan. Namun ada beberapa ahli yang mengatakan
bahwa evaluasi bukanlah proses akhir dari suatu kebijakan. Menurut Anderson
evaluasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai penilaian terhadap kebijakan yang
telah dijalankan, hal yang dinilai adalah isi, implementasi maupun dampaknya.
Kemudian Ripley (dalam Wiyoto, 2005:51) bahwa evaluasi dapat dilakukan pada
setiap tahapan kebijakan. Namun dalam praktiknya, studi evaluasi tidak selalu
mengambil fokus yang mencakup seluruh kebijakan. Bakan seringkali dilakukan

13

dengan mengambil fokus pada salah satu tahapan kebijakan. Dunn (dalam
Nugroho, 2011:670) mendefinisikan evaluasi kebijakan sebagai pemberi
informasi mengenai nilai, manfaat dari suatu hasil kebijakan yang bisa di percaya
mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan
telah dapat dicapai melalui tindakan publik; evaluasi memberi sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan
target; dan evaluasi member sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Oleh karena
itu, evaluasi kebijakan bisa disebut sebagai kegiatan yang ditujukan untuk melihat
sebab-sebab kegagalan dari suatu kebijakan yang telah diimplementasi ataupun
sebaliknya, serta melihat dampak yang ditimbulkan dari suatu kebijakan baik itu
bisa dinilai menyangkut estimasi, substansi, implementasi maupun dampak.

Menurut Lester dan Stewart (dalam Winarno, 2012:229) evaluasi kebijakan dapat
dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda. Pertama, adalah untuk menentukan
konsekuensi-konsekuensi apa yang timbul oleh suatu kebijakan dengan cara
menggambarkan dampaknya. Sedangkan yang kedua adalah untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standard atau
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Beberapa pendapat dari para ahli tersebut peneliti mencoba menyimpulkan bahwa
evaluasi kebijakan merupakan suatu kegiatan yang fungsional karena evaluasi
kebijakan dilakukan bukan hanya pada titik penetapan dan implementasi suatu
kebijakan, akan tetapi evaluasi kebijakan harus dilakukan sepanjang proses
kebijakan itu sendiri. Evaluasi kebijakan bertujuan untuk mengukur efektifitas dan

14

dampak dari kebijakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi kebijakan juga
diperlukan ketika proses perumusan beberapa alternatif-alternatif kebijakan,
contohnya saja meramalkan dampak yang akan timbul dari masalah yang akan
ditangani.

2.

Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan

Menurut Anderson terdapat tiga tipe evaluasi kebijakan dimana tipe-tipe tersebut
masing-masing didasarkan pada pemahaman evaluator terhadap evaluasi. Tipetipe tersebut adalah :
a) Tipe pertama, evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional.
b) Tipe kedua, evaluasi memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau
program tertentu.
c) Tipe ketiga, tipe evaluasi kebijakan yang sistematis.

Ketiga tipe tersebut merupakan tipe-tipe evaluasi. Kemudian pada setiap tipe
tersebut masing-masing tipe memiliki konsekuensi serta fokus apa yang akan
menjadi kajian dalam evaluasi suatu kebijakan.

Selain itu pendapat lainnya dari Dunn (dalam Nugroho, 2012:729) tipe-tipe
evaluasi terdiri:
1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan
4. Perataan
5. Responsivitas
6. Ketepatan.

15

Tabel 2.1 Tipe-tipe Evaluasi
Tipe Kriteria

Pertanyaan

Efektivitas

Apakah hasil yang diinginkan telah
tercapai?
Efisiensi
Seberapa banyak usaha diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan?
Kecukupan
Seberapa jauh pencapaian hasil yang
diinginkan memecahkan masalah?
Perataan
Apakah biaya manfaat didistribusikan
dengan merata pada kelompok-kelompok
yang berbeda?
Resposivitas
Apakah hasil kebijakan memuaskan
kebtuhan, preferensi, atau nilai kelompokkelompok tertentu?
Ketepatan
Apakah hasil yang diinginkan berguna
atau bernilai?
Sumber: William Dunn (Nugroho, 2011 : 671)

Implementasi secara administratif adalah implementasi yang dilakukan dalam
keseharian perasi birokrasi pemerintahan. Kebijakan di sini mempunyai
ambiguitas atau kemenduaan yang rendah dan konflik yang rendah. Implementasi
secara politik karena walupun ambiguitasnya rendah, tingkat konfliknya tinggi.
Implementasi secara eksperimen dilakukan pada kebijakan yang mendua namun
tingkat konfliknya rendah. Implementasi secara simbolik dilakukan pada
kebijakan yang mempunyai ambiguitas tinggi dan konflik yang tinggi.

Mengutip dari Nugroho yang mengembangkan model implementasi dari Matland
dikembangkan menjadi empat pilah model implementasi kebijakan. Kebijakan
yang bersifat kritikal bagi kehidupan bersama atau berkenaan dengan hidup-mati
atau eksistensi suatu negara, termasuk dalam hal ini pemerintahan yang sah dapat
dengan dipaksakan, sehingga masuk dalam kelompok directed. Kebijakan yang
berkenaan dengan pencapaian misi negara-bangsa disarankan untuk dilaksanakan
dengan pendekatan manajemen, dalam arti didelegasikan kepada berbagai aktor

16

kelembagaan yang ada pada negara bersangkutan, mulai dari lembaga negara dan
pemerintahan hingga lembaga masyarakat., baik nirlaba maupun pelaba.
Kebijakan yang bersifat atau khusus, atau kebijakan yang mempunyai resiko yang
tinggi jika gagal, disarankan untuk diimplementasikan dengan model guided
dengan pendekatan pilot project. Kebijakan yang bersifat administratif. Masuk
dalam kelompok ini adalah kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan
pelayanan publik yang mendasar.

Selanjutnya yang perlu dicermati adalah siapa aktor implementasi kebijakan
berikut digambarkan pilihan pelaksana kebijakan. Pelaksana kebijakan senantiasa
diawali dari aktor negara atau pemerintah sebagai agensi eksekutif. Namun
demikian, kita dapat melihat bahwa ada empat pilihan aktor implementasi yang
sesungguhnya, yaitu:
1. Pemerintah, meliputi kebijakan-kebijakan yang masuk dalam kategori directed
atau berkenaan dengan eksistensi negara bangsa. Kebijakan ini disebut dengan
eksistensial driven policy. Pertahanan, keamanan, penegakkan keadilan, dan
sebagainya.

Meskipun

masyarakat

dilibatkan,

perannya

sering

kali

dikategorikan sebagai periferal.
2. Pemerintah pelaku utama, masyarakat pelaku pendamping. Kebijakankebijakan yang government driven policy. Disini termasuk pelayanan KTP dan
Kartu Keluarga yang melibatkan jaringan kerja non-pemerintah di tingkat
masyarakat.
3. Masyarakat pelaku utama, pemerintah pelaku pendamping. Kebijakankebijakan yang social driven policy. Disini termasuk kegiatan pelayanan
publik yang dilakukan oleh masyarakat, yang mendapat subsidi dari

17

pemerintah. Termasuk di antaranya panti-panti sosial, yayasan kesenian,
hingga sekolah-sekolah non-pemerintah.
4. Masyarakat sendiri, yang dapat disebut people (private) driven policy.
Termasuk didalamnya kebijakan pengembangan ekonomi yang dilaksanakan
oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan bisnis.
Selain itu dalam evaluasi juga terdapat evaluasi implementasi. Seperti yang
dikemukakan Nugroho (2012:706). Menurut Nugroho yang mengembangkan teori
dari Matland pada dasarnya ada lima tepat yang perlu dipenuhi dalam hal
keefektifan implementasi kebijakan:
1. Implementasi efektif dalam hal kebijakan yang sudah tepat. Ketepatan
kebijakan ini dapat diindikatorkan dengan sejauh mana kebijakan yang ada
telah bermuatan hal-hal yang memang memecahkan masalah yang hendak
dipecahkan. Pertanyaannya adalah, how excellent is the policy. Sisi kedua
kebijakan adalah apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai dengan
karakter masalah yang hendak dipecahkan. Sisi ketiga atau indikator ketiga
adalah kebijakan dibuat oleh lembaga yang mempunyai kewenangan (misi
kelembagaan) yang sesuai dengan karakter kebijakannya.
2. Implementasi yang tepat kedua atau yang efektif berkenaan dengan tepat
pelaksanaannya. Aktor implementasi kebijakan tidaklah hanya pemerintah.
Ada tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerja sama
antara pemerintah-masyarakat/swasta, atau implementasi kebijakan yang
diswastakan. Kebijakan yang efektif menurut tepat pelaksanaannya ini
berkaitan dengan siapa penjalan atau pelaksana kebijakan ini, bagaimana
wewenang dan kejelasannya.

18

3. On the street siap menjadi pelaksana kebijakan. Tepat ketiga adalah tepat
target. Ketepatan berkenaan dengan tiga hal. Pertama, apakah target yang
diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, apakah tidak ada tumpang
tindah dengan intervensi lain atau tidak bertentangan dengan intervensi
kebijakan lain. Kebijakan di Indonesia untuk income generating diwarnai
dengan banyaknya kebijakan pemberian kredit bersubsidi oleh berbagai
departemen yang akhirnya overlapping dan saling mematikan di lapangan.
Kedua, apakah targetnya dalam kondisi siap untuk diinvertensi, ataukah tidak.
Kesiapan bukan saja dalam arti secara alami, namun juga apakah kondisi
target ada dalam konflik atau harmoni, dan apakah kondisi target dalam
kondisi menolak. Ketiga, apakah intervensi kebijakan bersifat baru atau
memperbarui implementasi kebijakan sebelumnya. Terlalu banyak kebijakan
yang tampaknya baru namun pada prinsipnya mengulang kebijakan lama
dengan hasil sama tidak efektifnya dengan kebijakan sebelumnya.
4. Tepat keempat adalah tepat lingkungan. Ada dua lingkungan yang paling
menentukan, yaitu lingkungan kebijakan, yaitu interaksi di antara lembaga
perumus kebijakan dan pelaksanaan kebijakan dengan lembaga lain yang
terkait. Calista (dalam Nugroho, 2012:708) menyebutnya sebagai variabel
endogen yaitu authoritative arrangement yang berkenaan dengan kekuatan
sumber otoritas dari kebijakan, network composition yang berkenan dengan
komposisi jejaring dan berbagai organisasi yang terlibat dengan kebijakan,
baik dari pemerintah maupun masyarakat dan implementasi setting yang
berkenaan dengan posisi tawar-menawar antara otoritas yang mengeluarkan
kebijakan dan jejaring (networking) yang berkenan dengan implementasi

19

kebijakan. Lingkungan kedua adalah lingkungan eksternal kebijakan yang
disebut Calista (dalam Nogroho, 2012:709) variabel eksogen, yang terdiri atas
public opinion yaitu persepsi publik akan kebijakan dan implementasi,
interperetive instutions yang berkenaan dengan interpretasi lembaga-lembaga
strategis dalam masyarakat, seperti media massa, kelompok penekanan dan
kelompok

kepentingan

dalam

menginterpratasikan

kebijakan

dan

implementasi kebijakan individualis, yakni individu-individu tertentu yang
mampu memainkan peran penting dalam menginterpretasikan kebijakan dan
implementasi kebijakan.
5. Tepat kelima adalah tepat proses. Secara umum, implementasi kebijakan
publik terdiri atas tiga proses yaitu:
a. Policy acceptence, di sini publik memahami kebijakan sebagai sebuah
aturan main yang diperlukan untuk masa depan, di sisi lain pemerintah
memahami kebijakan sebagai tugas yang harus dilaksanakan.
b. Policy adoption, di sini publik menerima kebijakan sebagai aturan main
yang diperlukan untuk masa depan, di sisi lain pemerintah menerima
kebijakan sebagai tugas yang harus dilaksanakan.
c. Strategic readiness, di sini publik siap melaksanakan atau menjadi bagian
dari kebijakan di sisi lain birokrat

Beberapa pendapat para ahli peneliti lebih tertarik pada tipe evaluasi Dunn. Dunn
menilai

evaluasi

dari

segi

efektivitas,

efisiensi,

kecukupan,

perataan,

resposibilitas, dan ketepatan. Namun pada penelitian ini dari karakteristik evaluasi
Dunn peneliti hanya mengambil satu karakteristik evaluasi yang dianggap cocok

20

digunakan dalam penelitian kebijakan PPDB Jalur Bina Lingkungan yaitu:
ketepatan.

3.

Dimensi-dimensi Evaluasi Kebijakan

Dunn (dalam Nugroho, 2011) memiliki pendapat bahwa evaluasi kebijakan publik
mempunyai empat lingkup makna yaitu evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi
implementasi kebijakan, evaluasi kinerja kebijakan, dan evaluasi lingkungan
kebijakan. Keempat dimensi tersebut sebagai fokus evaluasi kebijakan.
a)

Evaluasi formulasi kebijakan publik
Secara umum evaluasi formulasi berkenaan dengan apakah formulasi
kebijakan publik dilaksanakan, menggunakan pendekatan yang sesuai dengan
masalah yang hendak diselesaikan, mengarah pada permasalahan inti,
mengikuti prosedur yang diterima secara bersama, mendayagunakan
smberdaya yang ada secara optimal baik berupa waktu, dana, manusia
maupun kondisi lingkungan.

b) Evaluasi implementasi kebijakan publik
Indikator dalam evaluasi implementasi kebijakan publik yang igunakan untuk
menjawab 3 pertanyaan: bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik?,
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu?, bagaimana strategi
meningkatkan kinerja implementasi kebijakan publik?
c) Evaluasi kinerja kebijakan publik
Dimensi penilaian kinerja kebijakan yang berkenaan dengan: dimensi hasil,
dimensi proses pencapaian hasil dan pembelajaran, dimensi sumber daya yang
digunakan, dimensi keberadaan dan perkembangan organisasi, dimensi

21

keberadaan dan perkembangan organisasi, dan dimensi kepemimpinan dan
pembelajarannya.

d) Evaluasi lingkungan kebijakan publik
Evaluasi lingkungan yaitu konteks lingkungan dikedepanan karena perubahan
lingkungan terjadi hari ini dan dimasa depan adalah perubahan dalam volume
yang besar dan cepat. Evaluasi lingkungan kebijakan publik memberikan
sebuah deskripsi yang lebih jelas bagaimana konteks kebjakan dirumuskan
dan diimplementasikan.

Untuk penelitian ini peneliti memilih salah satu dimensi evaluasi kebijakan yang
akan dijadikan sebagai fokus penelitian yaitu mengenai evaluasi implementasi
kebijakan publik.

Parson (2011:175) untuk mengevaluasi suatu kebijakan bisa dilakukan dengan
berbagai pendekatan salah satunya yaitu pendekatan jaringan (network).
Pendekatan ini mengkaji aspek relasional dan informal dalam sebuah kebijakan.
Selain itu pendekatan ini berfokus pada cara dimana jaringan kebijakan yang
meliputi politisi, pegawai sipil, analisis kebijakan, pakar, kelompok kepentingan
dan sebagainya. Rhodes (dalam Parson, 2011:191) mengatakan bahwa melihat
sebuah jaringan kita harus meneliti struktur dependensi di dalam jaringan
kebijakan dan mengidentifikasi varietas utama dari jaringan pada level sentral dan
lokal. Pendekatan jaringan kerja dan pengawasan yang menyajikan suatu
kerangka dalam mana proyek dapat direncanakan dan implementasinya diawasi
dengan cara mengidentifikasikan tugas-tugas yang harus diselesaikan, hubungan
diantara tugas-tugas, dan urutan logis tugas itu harus dilaksanakan.

22

Petunjuk praktis model evaluasi implementasi kebijakan publik dapat diringkas
sebagai berikut:
Bagan 2.2 Model Evaluasi Implementasi
Kesesuaia dengan
metode
implementasinya
Kesesuaian dengan
tujuan evaluasi
Kesesuaian dengan
kompetensi

Evaluator

Implementasi
kebijakan

Kesesuaian dengan
sumber daya yang
ada
Kesesuaian dengan
lingkungan evaluasi

Sumber: (Nugroho, 2012 : 743)

Guna membantu pemahaman dapat mempergunakan matriks Matland un