ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang galengan, saluran untuk menahanmenyalurkan air,
yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut, termasuk di sini lahan yang terdaftar
di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan-lahan bukaan baru
transmigrasi dan sebagainya. Lahan sawah di Indonesia biasa ditanami padi, yaitu tanaman penghasil beras yang menyokong kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia. Di Kabupaten Karanganyar sendiri keberadaan lahan sawah menempati 65 dari luas wilayahnya.
Tanah sawah merupakan tanah yang sudah mengalami pengolahan antara lain pelumpuran dan penggenangan. Pengolahan tanah merupakan
manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pengolahan yang dilakukan pada tanah
sawah sudah diterapkan sejak jaman dahulu dan telah ditetapkan sebagai budaya pertanian meskipun sekarang diaplikasikan dalam sistem pertanian
moderen. Pengolahan tanah sawah memang dianggap penting, tetapi Pengolahan secara intensif dapat menyebabkan kerusakan tanah misalnya
kerusakan struktur tanah, penurunan agregasi tanah, serta degradasi bahan organik Alibasyah, 2001.
Lahan sawah mempunyai ciri utama yaitu tanahnya selalu tergenang. Dalam Pengolahannya, perlakuan standar yang diberikan adalah pemupukan
dan pengairan. Jenis pengairan pada penelitian ini adalah sawah dengan pengairan irigasi teknis. Pengairan irigasi teknis yaitu
lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran
pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah
irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer dan
x sekunder. Ciri-ciri irigasi teknis: air dapat diatur dan diukur sampai dengan
saluran tersier serta bangunan permanennya. Sumber air irigasi biasanya dari aliran sungai sekitar areal persawahan. Pemberian air pada tanah sawah
memang diperlukan tetapi tidak perlu berlebihan. Selain tidak intensif, pemberian air yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sifat
fisik tanah khususnya pada agregasi tanah Masganti, 2000. Air irigasi juga harus ditilik dari mana sumbernya. Sumber pengairan perlu diketahui untuk
menentukan ada tidaknya cemaran serta mempelajari tingkat bahaya cemaran.
Areal persawahan di Kabupaten Karanganyar beberapa terletak di sekitar daerah industri, misalnya daerah Jaten, Kebakkramat, Gondangrejo,
Tasikmadu, dan daerah industri lain di Kabupaten Karanganyar sedangkan sejak dahulu kegiatan antara sektor pertanian dengan sektor industri tidak
dapat berjalan sejajar. Hal ini dapat dikarenakan pada industri tertentu, pembuangan limbah melalui sungai sekitar, padahal air sungai tersebut
digunakan untuk mengairi sawah sekitarnya. Limbah pabrik dapat mengandung unsur logam berat yang meracun atau sebaliknya dapat
menyuplai pasokan unsur tertentu. Unsur yang meracun mungkin tidak langsung menyerang tanaman namun melalui siklus rantai makanan. Unsur
dalam hasil panen yang dikonsumsi masyarakat akan terakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit. Tetapi adapula kandungan limbah
yang bersifat memberi pasokan hara berupa unsur N, P, dan K dihasilkan saat proses
cleaning
pada pabrik tekstil. Masuknya unsur-unsur tertentu melalui air irigasi tersebut dapat pula mempengaruhi kualitas tanah sawah.
Sejauhmana perubahan kualitas tanah dipengaruhi oleh masukan air irigasi tersebut akan dikaji melalui penelitian ini.
Kualitas tanah bersifat dinamik dan inherent yang dapat mempengaruhi keberlanjutan serta produktivitas lahan. Pada proses
degradasi dan konservasi, kualitas tanah dipengaruhi oleh sifat fisika, kimia, dan biologi sebagai indikator yang saling berkaitan dan berinteraksi.
xi
B. Perumusan Masalah