ZONASI KUALITAS TANAH SAWAH DI KAWASAN INDUSTRI DAS BENGAWAN SOLO DAERAH  KABUPATEN KARANGANYAR (Mapping of Paddy Soil Quality in Industrial Area Bengawan Solo Watershed in Karanganyar Regency)    Stephanus Angger Cahyo Pratono , Supriyadi dan Purwanto  A

Stephanus Angger Cahyo Pratono *, Supriyadi ** dan Purwanto**

*Alumni Program Studi Ilmu Tanah, Fak. Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta **Jurusan Ilmu Tanah, Fak. Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRACT

The aim of this research was to find out rice field quality in industrial area in Karanganyar regency. The problem formulation of the research was that the industrial activity in the industrial area in Karanganyar regency gave pressure to the rice field quality. The research method was descriptive exploration. It was conducted by determining Soil Map Unit (SMU) in research location though survey, getting sample based on purposive sampling method, conducting laboratory analysis for each selected soil function indicator (Minimum Data Set/MDS), conducting MDS scoring to discover the Soil Quality Index (SQi), and levelling SQi in each SMU. The dynamic factors to be observed to discover their influences for soil quality were fertilizing process, organic substance added, and plant rotation as soil management system. The result of the research is that SQi research location has about moderate (4.4‐6.6), high level (6.6‐8.8) and very high level (8.8‐11). Based on stepwise regression test through Minitab 13 software, the most influenced indicators for the soil quality are bulk density, organic soil carbon, and available N. Fertilizer dosage application for next planting season SMU 1 was 263.23 kg/ha urea, SMU 2 379.43 was kg/ha urea, SMU 3 was 337.02 kg/ha urea, SMU 4 was 355.03 kg/ha urea, SMU 5 was 290.65 kg/ha urea, and SMU 6 was 305.67 kg/ha urea. Soil quality of excessive fertilizing (SQi = 8.14) higher than non excessive fertilizing (SQi = 7.85). Soil quality of non‐organic substance addition (SQi = 8.38) higher than organic substance addition 5 ton cow manure/ha (SQi = 7.90). Soil quality of plants rotation with ground nut (SQi = 8.34) higher than non plants rotation (SQi = 7.77). Soil quality in SMU that contaminated by waste disposal (SQi = 7.37) was lower than control (SQi control inside = 7.87 and SQi control outside = 9.27). The research recommends some solutions for soil management system. The solutions are; determining industrial area based on rice field quality zone in SMU 5 (Dayu Village and Bulurejo Village, sub district of Gondangrejo), giving specific Fertilizer dosage application, conducting plant rotation with soybean, and adding decomposed organic substance or low C/N organic substance.

Key words: soil quality, rice fields, industrial area, Karanganyar Regency

PENDAHULUAN mengakibatkan tekanan terhadap tanah Peningkatan jumlah penduduk di

akibat pencemaran.

Indonesia menuntut meningkatnya Zona kualitas tanah sangat diperlukan produktivitas pangan, hal tersebut juga

untuk mengetahui daya dukung suatu tanah disertai kebutuhan akan papan dan

dalam satuan wilayah tertentu untuk kebutuhan lain juga perlu dipenuhi. Tanah

berfungsi dalam batas‐batas ekosistemnya sebagai salah satu sumber daya alam utama

dan berinteraksi positif dengan lingkungan untuk media produksi padi terancam oleh

sekitarnya (Larson dan Pierce, 1996) sebagai: alih fungsi lahan sawah yang produktif

(1) media untuk pertumbuhan tanaman dan menjadi kawasan industri yang aktifitas biologi; (2) pengatur dan pembagi aliran air dan penyimpanannya dalam

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

METODE PENELITIAN

dari perusakan oleh senyawa berbahaya Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan (Larson dan Pierce, 1996).

industri Kabupaten Karanganyar, yaitu daerah Zona industri adalah daerah yang

Kecamatan Jaten, Kebakkramat, Tasikmadu ditetapkan pemerintah sebagai daerah yang

dan Gondangrejo dengan koordinat

mengalami o pengembangan dalam kegiatan 7 27’20”LS ‐ 7 37’15” LS dan 110 48’15”BT ‐ industri. o Sub wilayah pembangunan untuk 110 58’48” BT. Luasan daerah penelitian industri yang terdapat di Kabupaten

berdasarkan hasil digitasi peta rupa bumi Karanganyar adalah Kecamatan Jaten,

adalah 10.013 Ha.

Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Analisis indikator kualitas tanah Tasikmadu, dan Kecamatan Gondangrejo

dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan (Rencana Tata Ruang dan Wilayah

Kesuburan Tanah serta di Laboratoium Fisika Karanganyar, 2003). Keempat kecamatan

dan Konservasi Tanah Fakultas Pertanian tesebut dilalui aliran sungai yang ada dalam

Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan lingkup DAS Bengawan Solo (Dinas

analisis peta menggunakan SIG (Sistem Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar,

Informasi Geografis) dilaksanakan di 2006). Laboratorium Pedologi dan Survai Tanah Kegiatan industri di Kabupaten Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Karanganyar pada umumnya terpusat di Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada Kecamatan Jaten dan Kebakkramat. Limbah

bulan Januari 2008 sampai April 2008. pabrik pada lokasi penelitian dibuang di

Bahan yang diperlukan yaitu: bahan‐ Sungai Sroyo, Sungai Pengok dan Sungai

bahan analisa geografis citra satelit, peta Ngringo. Limbah yang dibuang di sungai

rupa bumi, peta administrasi, sampel tanah tersebut mengandung logam berat besi (Fe),

pewakil dan bahan untuk analisis mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu),

laboratorium. Alat yang diperlukan meliputi kromium (Cr), dan timbal (Pb). Kandungan

:seperangkat peralatan Sistem Informasi logam berat pada Sungai Sroyo telah

Geografis, Geographic Positioning System melampaui baku mutu yang ditetapkan oleh

(GPS), seperangkat alat survey: bor, Munsell pemerintah (Triwahyudi dan Hartiwiningsih,

Soil Color Chart (MSCC), pH stik, dan 2004). Sistem irigasi yang digunakan di

peralatan untuk analisis laboratorium tanah Kecamatan Jaten, Kebakkramat dan seperti pH meter, timbangan dll.

Tasikmadu adalah sistem irigasi teknis Metode pengambilan sampel didasarkan sehingga dikhawatirkan pengunaan air irigasi

pada teknik grid sampling dengan bantuan yang tercemar logam berat dari limbah

peta rupa bumi dan peta administrasi. industri secara langsung akan meracuni

Selanjutnya melaksanakan analisis indikator tanaman budidaya dan membatasi fungsi tanah terpilih (Minimum Data

kemampuan tanah untuk menjalankan

Set/MDS).

fungsinya (Fearnley, 2008). Untuk memenuhi Dalam pelaksanaan penelitian ini kebutuhan pangan akibat penyempitan lahan

dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: pertanian pola pertanian konvensional mulai

1. Pra survai, yang meliputi studi pustaka, ditinggalkan dan beralih pada pola pertanian

survai pendahuluan, pembuatan peta modern yang dikhawatiran akan membawa

kerja, penentuan titik pengambilan dampak kerusakan lahan, dan pencemaran

sampel pada penggunaan lahan sawah lingkungan yang akan menurunkan daya

untuk pembuatan SPT dengan metode dukung tanah untuk berfungsi.

2 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011 2 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

lokasi kontrol. Kontrol di dalam daerah

2. Survai dan Pengambilan Sampel. penelitian diambil pada daerah Desa Jati dan

3. Wawancara dengan petani mengenai Suruhkalang Kecamatan Jaten. Sedangkan pengelolaan tanah sawah di lokasi

kontrol di luar daerah penelitian diambil pada penelitian. Desa Joho, Mojolaban, Sukoharjo.

4. Analisis Laboratorium

5. Perhitungan indeks kualitas tanah dan

1. Satuan Peta Tanah di lokasi analisis data variabel pengamatan.

Tabel

penelitian

6. Pembuatan peta zonasi kualitas tanah

Desa sawah. Jati, Suruhkalang, Jaten, Kualitas tanah ditentukan dengan cara

SPT Kecamatan

Jaten Jetis, Brujul, Sroyo dan mengumpulkan data ‐data

Ngringo (Minimum

indikator 1 *

Data Set/MDS) yang kemudian Pulosari,

Kaliwuluh, Kebak,

Kebakkramat

dan

diskorkan (Lampiran 1). Penghitungan indeks Kemiri

Macanan, Malangganten,

kualitas tanah dilakukan dengan Kebakkramat

Alastuwo dan Banarharjo menjumlahkan skor indikator kualitas tanah.

Papahan, Ngijo, Buran, Setelah indeks kualitas tanah diketahui

Karangmojo, Gaum, kemudian

dapat dibuat zonasi kualitas lahan Tasikmadu Wonopolo, Kaling, dan

sawah dengan menggunakan software Arc Pandeyan View GIS 3.3. Pada peta zona kualitas tanah

Kalijirak, dan Suruh yang dihasilkan, harkat kualitas tanah masing‐

1 *** Tasikmadu

2 Kebakkramat Waru masing SPT akan dibedakan dengan warna

Dayu, Jeruksawit, dan

3 Gondangrejo

pada peta. Untuk mengetahui variabel yang Jatikuwng

Wonosari, paling Kragan, berpengaruh terhadap kualitas tanah Karangturi, Plesungan,

digunakan uji stepwise reggresion dan untuk

4 Gondangrejo

Selokaton, Rejosari, mengetahui hubungan antar variabel

Plesungan, dan Wonorejo digunakan uji korelasi dengan software

5 Gondangrejo Dayu,dan Bulurejo Minitab 13. 6 Gondangrejo Krendowahono, dan Tuban

Keterangan:

HASIL DAN PEMBAHASAN

SPT 1 * : SPT 1 pada ketinggian 0 mdpl‐ 100

Penentuan SPT (Satuan Peta Tanah)

mdpl.

Penentuan zona kualitas tanah sawah 1** : SPT 1 pada ketinggian100 mdpl‐ 150

SPT

mdpl.

didasarkan Satuan Peta Tanah (SPT). SPT 1*** : SPT 1 pada ketinggian tempat lebih Pembuatan SPT dilakukan dengan uji

dari 150 mdpl

stepwise regression hasil analisis tanah awal yaitu tekstur, pH dan warna tanah. Satuan

Kualitas Tanah Inherent

Peta Tanah sebagai dasar penentuan zona Kualitas tanah inherent dapat diketahui kualitas tanah sawah di lokasi penelitian

dengan cara menjumlahkan skor indikator dapat dilihat pada Tabel 1.

fungsi tanah sehingga diketahui indeks Sebagai kontrol diambil sampel pada

kualitas tanah.

daerah di dalam lokasi penelitian dan di luar Skor indeks kualitas tanah pada masing‐ lokasi penelitian. Sampel untuk kontrol

masing fungsi tanah di lokasi penelitian dapat diambil pada tempat yang jaraknya jauh dari

dilihat pada Gambar 1.

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

Gam mbar

1. Sko or indeks kua alitas tanah p pada masing g ‐masing SPT T

Pad da umumny ya indeks k kualitas tana ah meni ngkat.

organik C o aka an berpeng garuh sawah di kawasa an industr i Kabupate en meni ngkatkan ku ualitas tana ah secara t tidak

Karanga anyar memp punyai harka at tinggi (6, 6 ‐

langs ung melalui i pengaruh positif terha adap 8,8) da an sangat tin nggi (8,8‐11) ) kecuali pad da penye ediaan unsur u ha ara terut tama SPT 5 d engan harka at sedang. In ndeks kualit as keter sediaan N, sum mber en nergi tanah y yang paling tinggi ada pada SPT 6 mikro oorganisme, daya men ngikat air, dan dengan skor inde eks kualitas tanah 8,4 48 penya angga lingk kungan terh hadap seny yawa sedangk kan indeks k kualitas tana h yang palin ng berac cun.

rendah a adalah pada SPT 5 yaitu sebesar 6,2 22. P Pada Gam mbar 4 terlihat garis Pada S SPT kontrol baik di dalam loka asi kecen nderungan indeks k kualitas ta anah penelitia an maupun di luar lok kasi penelitia an meni ngkat sejala an dengan m meningkatny ya N menunju ukkan indek ks kualitas t tanah denga an tersed dia. Tersedi anya N pad da tanah sa awah harkat t tinggi dan s angat tinggi i dengan sk or akan mendukung g fungsi tana ah sebagai m media 8,45 dan n 9,25.

pertu umbuhan dan akt ivitas bio ologi. Ber rdasarkan u uji stepwis e regressio on Keter rsediaan N akan mend dukung prod duksi dengan software M Minitab

13 in ndikator yan ng tanam man padi.

paling b berpengaruh terhadap k kualitas tana ah

adalah b berat volume e,

C organik tanah, dan N Kualit tas Tanah Di inamis tersedia a. Pengelolaan P tanah saw wah oleh pe etani

Pad da Gambar 2, garis ke ecenderunga an yang berbeda ‐be eda mengak kibatkan kua alitas indeks kualitas t anah men urun sejala an tanah h dinamis a akan berbe da pada se etiap dengan meningkatn nya berat vo olume. Hal i ini sistem m pengelolaa an. Pengelola aan tanah sa awah ditunjuk kan pada u uji korelasi bahwa ber rat yang memperhat tikan aspek lingkungan akan volume berhubung gan negatif terhadap N mend dukung keb berlanjutan fungsi ta anah. tersedia a, P 2 O 5 . Men ningkatnya berat volum me Sistem m pengelo laan tanah h sawah yang akan m mengakibatk kan ruang pori mik ro diama ati pada penelitan n ini ad dalah semakin n sedikit sehingga menghasilka an pemu upukan, pe nambahan bahan org anik, limpasan n permuka aan yang besar, ero si, rotas i tanaman n dan li imbah ind dusri. terhany utnya nutrie en ‐nutrien da an membata asi Penge elolaan tana ah sawah o oleh petani dan daur ha ara (Pierce et al., 1983 3 cit Nation nal indek ks kualitas tanah pada a masing‐ma asing Resourc es Conserva rion Services s, 2003).

SPT d dapat dilihat pada Tabel 4 4.

Pad da Gamba ar 3 te erlihat gar ris kecende erungan in ndeks kua alitas tana ah

4 Sains s Tanah – Jurn nal Ilmu Tanah h dan Agroklim matologi 8(1) 2011

Pemupukan mengenai dosis pemupukan diketahui bahwa Berdasarkan hasil analisis laboratorium

1, 2, 3, kontrol dalam dan kontrol luar maka kebutuhan pupuk untuk musim tanam

SPT

menerapkan dosis pemupukan yang melebihi kedua dapat dilihat pada Tabel 3.

dosis rekomendasi pemerintah. Indeks Berdasarkan rekomendasi pemupukan

kualitas tanah sawah pada SPT dengan pada Tabel 3 dan wawancara dengan petani

aplikasi dosis pemupukan yang berlebih lebih

Gambar 2. Hubungan berat volume dengan indeks kualitas tanah

Gambar 3. Hubungan C organik dengan indeks kualitas tanah 9,50

y = 6,2944x 0,0763

N tersedia (ppm)

Gambar 4. Hubungan N tersedia dengan indeks kualitas tanah

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

pemupukan yang berlebih. Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 5. yang menunjukkan

i 7,8

rerata indeks kualitas tanah sawah pada SPT

SQ 7,6

dengan 7,4 aplikasi dosis pemupukan yang

berlebih adalah 8,14 sedangkan pada SPT

tanpa aplikasi dosis pemupukan yang berlebih

Dosis pupuk berlebih Dosis pupuk tidak berlebih

adalah 7,85. Gambar 5. Hubungan dosis pupuk anorganik Tabel

3. Kebutuhan pupuk untuk musim dengan indeks kualitas tanah tanam kedua (kg/ha)

Lokasi Urea SP 36 KCl Pemupukan akan menambah Kontrol dalam

ketersediaan unsur hara dalam tanah SPT 1*

(Notohadiprawiro, 2006) yang akan SPT 1 **

meningkatkan kemampuan tanah untuk SPT 1 ***

berfungsi sebagai penyedia unsur hara pada

SPT 2 379,43 ‐

saat itu sehingga indeks kualitas tanah

SPT 3 337,02 ‐

SPT tinggi, namun pemupukan yang

berlebih menyebabkan terkurasnya unsur

hara dalam tanah (Notohadiprawiro, 2006) Kontrol luar

SPT 6 305,67 ‐

sehingga pada akhirnya akan menurunkan Keterangan: kemampuan tanah untuk berfungsi sebagai

‐ = Tidak perlu penambahan pupuk penyedia unsur hara dengan demikian pemupukan berlebih yang dilakukan oleh petani secara tidak langsung akan menurunkan kualitas tanah dinamis.

Tabel

4. Pengelolaan tanah sawah oleh petani dan indeks kualitas tanah pada masing‐ masing SPT

Penambahan Rotasi Produksi Lokasi

tanaman Urea SP 36

Dosis pupuk (kg/ha)

KCl Phonska ZA

bahan organik tanaman (ton/Ha)

‐Padi‐ 6,6 dalam

Kontrol Padi

Padi Padi

kandang Padi

SPT ‐Padi‐

SPT 133,3 kandang Padi ‐kacang‐

Pupuk

3,33 sapi bero

bero Padi

SPT ‐kacang‐

3,33 padi

‐Padi‐ Padi 8,25

Kontrol luar 333,3 166,6 166,6 166,6 166,6

Padi

Jerami

Sumber: 6 Wawancara langsung dengan petani Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

Penambahan Bahan Organik dan Kualitas Pola Tanam dan Kualitas Tanah

Tanah Rotasi tanaman berpengaruh baik pada Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa

kualitas tanah, hal ini ditunjukkan pada rerata indeks kualitas tanah pada tanah tanpa

Gambar 7 yang menunjukkan bahwa indeks penambahan bahan organik sebesar 8,38

kualitas tanah pada tanah dengan rotasi sedangkan rerata indeks kualitas tanah pada

tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan tanah dengan penambahan bahan organik

indeks kualitas tanah pada tanah tanpa rotasi (tanah dengan penambahan pupuk kandang

tanaman.

sapi, pupuk kandang kambing, dan jerami) Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa adalah sebesar 7,90. Salah satu penilaian

rerata indeks kualitas tanah pada tanah kualitas tanah adalah kemampuan tanah

dengan rotasi tanaman adalah sebesar 8,34 dalam mendukung pertumbuhan tanaman

sedangkan rerata indeks kualitas tanah pada yang sangat berkaitan erat dengan

tanah tanpa rotasi tanaman sebesar 7,77. penyediaan unsur hara. Indeks kualitas tanah

Rotasi tanaman secara tidak lagsung dengan penambahan bahan organik lebih

dapat menjaga kualitas tanah dengan rendah dikarenakan pada SPT yang tidak

peningkatan bahan organik di dalam tanah menerapkan penambahan bahan organik

melalui seresah dan residu tanaman lainnya menerapkan pemupukan dengan dosis yang

(Sanchez, 1992). Bahan organik yang berasal berlebih sehingga unsur hara di tanah lebih

dari seresah dan residu tanaman tersebut cepat tersedia dibandingkan pada tanah

secara perlahan menjaga fungsi‐fungsi tanah dengan penambahan bahan organik.

dalam ekosistem.

i 8,00 SQ 7,60

Dengan penambahan

pengembalian bahan organik

penambahan

penambahan

pupuk kandang

pupuk kandang

Gambar

6. Hubungan pengembalian bahan organik dengan indeks kualitas tanah

Tanpa rotasi tanaman Dengan rotasi tanaman

Gambar 7. Pengaruh rotasi tanaman terhadap indeks kualitas tanah

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

a)

g/

y = 0,012x 2,824

( R² = 0,276

i padi

rodu 0 P 6,00

SQi

Gambar 8. Pengaruh kualitas tanah terhadap produksi padi

Produksi Padi dan Kualitas Tanah

tidak ada kegiatan industri namun masih Kualitas tanah berpengaruh positif

berada dekat dengan lokasi industri yang terhadap produktivitas tanaman padi. Uji

diwakili oleh kontrol luar dan kontrol dalam korelasi antara kualitas tanah dengan

lokasi penelitian. Skor indeks kualitas tanah produktivitas tanaman padi menunjukkan

sawah pada lokasi industri yang air irigasinya hubungan positif.

tercemar oleh limbah (SPT 1 pada ketinggian Hal ini ditunjukkan pada Gambar 8

0 ‐100 mdpl) adalah 7,87 sedangkan skor bahwa semakin meningkat kualitas tanah

indeks kualitas tanah sawah pada kontrol maka produktivitas tanaman padi juga akan

dalam dan kontrol luar masing‐masing adalah semakin meningkat. Pada uji korelasi

8,45 dan 9,25. Hal ini menunjukkan kualitas ditunjukkan bahwa produksi padi tanah sawah yang tercemar oleh limbah

berhubungan positif terhadap kualitas tanah industri lebih rendah dibandingkan dengan dan unsur‐unsur hara tanah. Kualitas tanah

tanah sawah yang tidak tercemar limbah berperan penting dalam produksi tanaman

industri.

terutama dalam hal fungsinya sebagai penyedia unsur hara.

Pengelolaan Limbah Industri oleh Petani

Berdasarkan hasil wawancara di lapang

Limbah Industri dan Kualitas Tanah

serta diskusi kelompok tani di Desa Brujul Limbah industri di daerah penelitian

(Kecamatan Jaten) diketahui dalam umumnya dibuang melalui Sungai Ngringo,

mengurangi resiko tercemarnya tanah dan Sungai Sroyo, dan Sungai Pengok. Ketiga

hasil pertanian oleh unsur logam berat yang aliran sungai ini terletak di SPT 1 lokasi

terkandung dalam limbah industri maka penelitian. Kandungan logam berat di Sungai

petani antara lain melakukan (i) Tidak selalu Sroyo telah melampaui ambang batas yang

menggenangi sawah, (ii) Pembuatan saluran ditetapkan pemerintah, sedangkan pada

masuk air irigasi dengan ketingian tertentu, Sungai Pengok dan Ngringo kandungan logam

(iii) Pengairan pada saat air irigasi tidak berat masih berada pada kisaran baku mutu.

mengalir pada saluran irigasi, (iv) Pengaturan Dampak kegiatan industri di lokasi

waktu pengairan pada saat pabrik tidak penelitian terhadap kualitas tanah dapat

membuang limbah ke sungai, dan (v) diketahui dengan membandingkan kualitas

Penggunaan sumur bor untuk mendapatkan tanah sawah pada lokasi kegiatan industri

air yang tidak terkena limbah buangan pabrik. dengan kualitas tanah sawah di daerah yang

8 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

Selain mengurangi resiko limbah industri hendaknya lokasi industri tidak berada di seperti yang telah diuraikan diatas, petani

daerah sawah irigasi teknis. juga mampu meningkatkan manfaat limbah industri. Petani biasa mengairi sawah sesaat

Pengolahan Limbah dan Penyediaan Air bagi

setelah pabrik tekstil melakukan tahap

Petani oleh Pelaku Industri

pewarnaan, pada tahapan ini pabrik Pelaku industri hendaknya mengelola membuang limbah yang banyak mengandung

limbah sesuai standar yang berlaku agar tidak unsur nitrogen. Nitrogen dalam air limbah ini

menimbulkan bahaya pencemaran air irigasi. dapat digunakan sebagai penambah unsur

Pelaku industri hendaknya menyediakan air hara yang dapat mendukung pertumbuhan

bersih untuk pengairan sawah dan kegiatan tanaman padi.

sehari ‐hari sebagai kompensasi akibat tercemarnya air irigasi yang tidak dapat

Rekomendasi Pengelolaan Kualitas Tanah

digunakan oleh petani. Air bersih untuk

Penetapan Zona Industri dan Tata Ruang

petani dapat diperoleh dari air tanah dalam

Kawasan Industri Berdasarkan Zona Kualitas

yang tidak terkena limbah melalui sumur‐

Tanah Sawah

sumur bor.

Berdasarkan zona kualitas tanah sawah dan produktivitas tanaman padi di kawasan

Pengelolaan Tanah Sawah yang Lestari

industri DAS Bengawan Solo Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian maka Karanganyar maka daerah yang sesuai untuk

pengelolaan tanah sawah secara lestari dapat dikonsentrasikan sebagai kawasan industri

dilakukan dengan aplikasi dosis pupuk yang adalah pada SPT 5 yang mencakup sebagian

tidak berlebihan. Pemberian unsur hara yang Desa Dayu dan Desa Bulurejo Kecamatan

tidak seimbang akan meyebabkan unsur lain Gondangrejo. menjadi tertekan yaitu jumlahnya menjadi semakin sedikit di dalam tanah karena

Penetapan Lahan Sawah Abadi pada Daerah

mengimbangi penyerapan hara tertentu oleh

Sawah Irigasi Teknis

tanaman ataupun sifat antagonisme antar Sawah dengan sistem irigasi teknis

unsur hara. Selain itu aplikasi dosis pupuk berpotensi lebih tinggi mengalami yang berlebihan akan merugikan petani dari

pencemaran dari limbah industri sehingga sisi ekonomi. Dosis musim tanam selanjutnya hendaknya mendapat perhatian lebih dalam

dapat ditentukan dengan menghitung selisih hal proteksi dan konservasi tanah dari limbah

antara unsur hara yang ditambahkan dengan industri. Limbah industri yang dibuang

yang terangkut bersama panen. Dosis pupuk melalui sungai dan digunakan sebagai sumber

untuk musim tanam selanjutnya dapat irigasi akan meracun tanaman dan unsur

menggunakan rekomendasi pemupukan logam berat terakumulasi dalam hasil

spesifik lokasi.

pertanian sehingga akan membahayakan Pengelolan lainnya adalah dengan pola manusia yang mengkonsumsinya. Penetapan

tanam dengan pergiliran tanaman. Untuk lahan sawah abadi pada daerah sawah irigasi

melestarikan kualitas tanah sawah maka pola teknis dapat mengurangi resiko menurunnya

tanam sebaiknya dengan sistem pergiliran kualitas tanah sawah dan produksi padi di

tanaman. Rotasi tanaman dengan daerah penelitian. Dengan ditetapkannya

menggunakan tanaman kacang‐kacangan lahan sawah abadi maka kegiatan pertanian

(legume) akan lebih menguntungkan bagi akan lebih diutamakan dibandingkan dengan

petani karena sifatnya yang dapat menambat kegiatan industri di daerah tersebut dan

nitrogen bebas dari udara (Kyuma, 2004) Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011 nitrogen bebas dari udara (Kyuma, 2004) Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

Saran

kualitas tanah sawah dan mengurangi resiko Perlu diadakan evaluasi kualitas tanah hama penakit tanaman. Hal ini sesuai anjuran

dengan Minimum Data Set yang sama secara Bupati Karanganyar untuk menerapkan pola

berkala pada sehingga dapat diketahui tanam yang bergilir dengan pola padi‐padi‐

perubahan kualitas tanah sawah dan dapat

dilakukan upaya pengelolaan yang lebih baik. Sedangkan tanaman yang dianjurkan

kacang ataupun padi ‐padi‐palawija.

Daerah yang layak dikonsentrasikan Pemerintah Kabupaten saat ini adalah kedelai

sebagai kawasan industri adalah pada SPT 5 karena harga kedelai yang sebelumnya hanya

(Desa Dayu dan Desa Bulurejo Kecamatan Rp 3500,00 per kilogram saat ini mencapai Rp

Gondangrejo). Lokasi industri sebaiknya tidak 7425,00 per kilogram (Anonim, 2008).

berada di daerah sawah irigasi teknis . Pengelolaan ketiga adalah dengan

Berdasarkan hasil analisis tanah di lokasi penambahan bahan organik yang telah

penelitian, maka dosis pemupukan musim terdekomposisi atau bahan organik dengan

tanam selanjutnya untuk SPT 1 pada C/N rendah. Penambahan bahan organik yang

ketinggian 0‐100 mdpl adalah 389,2 kg/ha belum terdekomposisi sempurna atau bahan

urea, SPT 1 pada ketinggian 100‐150 mdpl organik dengan C/N tinggi seperti jerami padi

adalah 101,71 kg/ha urea, SPT 1 pada (Arafah, 2003) secara tidak langsung akan

ketinggian lebih dari 150 mdpl adalah 293,78 berakibat negatif terhadap kualitas tanah dan

kg/ha urea, SPT 2 379,43 adalah kg/ha urea, produktivitas tanaman padi. Hal ini akibat

SPT 3 adalah 337,02 kg/ha urea, SPT 4 adalah proses immobilisasi unsur N dan P oleh

355,03 kg/ha urea, SPT 5 adalah 290,65 kg/ha aktivitas mikroorganisme dalam tanah.

urea, dan SPT 6 adalah 305,67 kg/ha urea. Penambahan bahan organik dengan C/N

Saran lainnya adalah: pola tanam dengan rendah (<20) (Barber, 1995) akan pergiliran tanaman dengan tanaman legume menghambaat proses immobilisasi unsur N

terutama tanaman kedelai; penambahan dan P oleh aktivitas mikroorganisme dalam

bahan organik yang telah terdekomposisi tanah. atau bahan organik dengan C/N rendah; semakin meningkat efisensi serapan S maka

KESIMPULAN DAN SARAN

cenderung meningkatkan efisiensi agronomi.

Kesimpulan

Kualitas tanah sawah di kawasan industri

DAFTAR PUSTAKA

Kabupaten Karanganyar pada umumnya Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. memiliki harkat tinggi dan sangat tinggi

Institut Pertanian Bogor. Bogor. kecuali SPT 5 yang memiliki harkat sedang.

Anonim. 2008. Bupati Tekankan Penuhi Pola Indeks kualitas tanah sawah tertinggi di

Tanam.

kawasan industri DAS Bengawan Solo http://www.karanganyar.go.id/engine/in Kabupaten

Karanganyar adalah pada SPT 6 dex.php?option=com_content&task=vie w&id=190&Itemid=38.

dengan Diakses tanggal

skor indeks kualitas tanah 9,08

17 Juni 2008 pukul 01.00 WIB. sedangkan indeks kualitas tanah yang paling

rendah adalah pada SPT 5, yaitu sebesar 6,48. Arafah dan MP. Sirappa, 2003. Kajian

Berdasarkan Jerami Dan Pupuk N, P, Dan

aspek kualitas tanah sawah K Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu

Penggunaan

maka daerah yang dapat difokuskan untuk Tanah dan Lingkungan. 4 (1): 15‐24 kegiatan industri adalah pada SPT 5 yang

mencakup Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia,

sebagian Desa Dayu dan Desa Tanaman, Air, dan Pupuk. Badan

Balai

Bulurejo Kecamatan Gondangrejo.

10 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

Penelitian dan Pengembangan Pertanian Notohadipriwiro, T., S. Soekodarmodjo dan E. Departemen Pertanian. Bogor

Sukarna. 2006 (Repro Ilmu Tanah FP UGM).

Barber, Pengelolaan Kesuburan Tanah

SA. 1995. Soil Nutrient Bioavailablity.

John Peningkatan Efsiensi Pemupukan.

Wiley & Sons, Inc. Amerika Serikat. Ceramah Pada Pertemuan Alih Fungsi

dan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Teknologi, Dinas Pertanian Tanaman Karanganyar. 2006. Laporan Status

Pangan Propinsi Dati I Jawa Tengah, Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten

Pati. 20‐24 Agustus 1984. Karanganyar Tahun 2006. Karanganyar.

Sanches, PA. 1992. Sifat dan Pengelolaan Fearnley, J. 2008. Effect Industrial Agriculture

Tanah Tropika. Penerbit ITB. Bandung. of Crop on Water and Soils.

Knoll.google.com. P. dan Hartiwiningsih. 2004.

Diakses pada tanggal

Triwahyudi,

Kebijakan

23 Pengendalian Pencemaran Air

Februari 2008 pukul 13.00 WIB. Akibat Kegiatan Industri Di Kabupaten

Kyuma, K. 2004. Paddy Soil Science. Kyoto Karanganyar. PPLH UNS. Surakarta. University Press. Jepang.

Wander MM., GL. Walter, TM. Nissen, GA. Larson, WE. dan FJ. Pierce 1996. Conservation

Bollero, SS. Andrews, dan DA. and Enhancemen of Soil Quality. In: The

Cavanaugh ‐Grant. 2002. Soil Quality: Soil QualityInstitude (Ed). The Soil

Science and Process. Agron. J. 94:23‐32. Quality Concept. USA: USDA Natural

Illinois USA.

Resources Conservation Service.

National Resources Conservaton Services. 2003.

Improving

Soil Quality.

http://soils.usda.gov/sqi. Diakses pada

21 November 2007.

Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

Lampiran Indikator dan batas penilaian kualitas tanah

Fungsi Tanah

Indikator Satuan

Batas Penilaian

Skor

Media N tersedia

ppm

30 ‐ 90

10 ‐ 30 atau 90 ‐ 120 0,75 tanaman dan

Pertumbuhan (Wander, et.al.,

2002) 5 ‐ 10 atau 120 ‐ 150 0,5 aktivitas <5 atau >150

0,1

biologi P 2 O 5 ppm

>15

(Balai Penelitian

(Balai Penelitian

C organik tanah

<1

0,1

(Balai Penelitian

(Balai Penelitian

5 ‐ 6 atau 7 ‐ 8 0,75

Tanah, 2005)

4 ‐5 atau 8 ‐ 9 0,5 <4 atau >9

0,1

Berat

g/cm volume 3

<1,1 1

(Soil Quality Institute,

1,1 – 1,49 0,75 1999) 1,49 – 1,58

0,5

0,1 Pengatur dan

>1,58

0,1 pembagi aliran

C organik tanah

<1

0,25 air dan penyimpanan dalam

(Balai Penelitian

Berat 3 volume g/cm

<1,1 1

(Soil Quality

0,75 lingkungan dari

Penyangga (Wander, et.al.,

15 ‐ 20

0,5 perusakan oleh

senyawa C organik tanah

<1

0,1

berbahaya (Balai Penelitian

(Balai Penelitian

5 ‐ 6 atau7 ‐ 8 0,75

Tanah, 2005)

4 ‐ 5 atau 8 ‐ 9 0,5 <4atau >9

0,1 Sumber: Wander, et al. (2002) dengan perubahan

12 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) 2011

Dokumen yang terkait

Ambulatory Peritoneal Dialysis A Case of Fungal Peritonitis in A Patient on CAPD

0 0 6

A Comparison of IFRS, US GAAP and Indian GAAP

0 1 104

A comparison of IFRS, Indonesian GAAP and US GAAP

0 1 66

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN BUKU DENGAN KONSINYASI BERBASIS CLIENTSERVER 1Pujianto 1 Jurusan Manajemen Informatika AKMI Baturaja Jl. A. Yani No. 267 a Baturaja Oku, Sumatera Selatan E-mail : pujiantoakmi-baturaja.ac.id ABSTRACT - A

0 1 10

Kajian Yuridis Argumentum A Contrario Sanksi Dwangsom dalam Putusan Nafkah di Peradilan Agama

0 0 20

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATERI GAYA ANTARA TEKNIK PEMBELAJARAN TALKING STICK DENGAN MAKE A MATCH

0 0 9

PENYAWAHAN TERUS MENERUS MEMACU PERECEPATAN PELAPUKANAN TANAH  Rice‐field Cultivation Continuously was Accelerated Soil Weathering    R. Sudaryanto  Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126    Abstract  - Penyawahan

0 0 8

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126    ABSTRACT  - Hidrologi Tapak Lahan : Perubahan Tutupan Lahan dan Tingkat Resapan Air

0 0 12

  Robby Eko Christanto, Suryono, Mujiyo, dan Joko Winarno  Alumni Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta  Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126    ABSTRACT  - Pemetaa

0 0 6

  Ita Khairani, Sri Hartati dan Mujiyo  Alumni Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta  Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126    ABSTRACT  - Pengaruh Kascing dan Pupuk

0 3 10