Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer dalam Meningkatkan Kualitas Semen Beku Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis)

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer
dalam Meningkatkan Kualitas Semen Beku Kerbau Lumpur (Bubalzts bztbalis).
Dibimbing oleh MOZES R. TOELlHERE sebagai Ketua, TUTY L. W S U F dan
POLMER Z. SITUMORANG sebagai Anggota.
Tujuan penelitian ini adalah (i) mencari alternatif dalam upaya meningkatkan
kualitas spermatozoa semen beku kerbau lumpur sehingga tetap memenuhi syarat untuk
digunakan dalam program IB dan (ii) mengetahui kombinasi yang terbaik antara plasma
semen (kerbau dan sapi) dengan jenis pengencer dalam upaya meningkatkan kualitas
spermatozoa semen beku kerbau lumpur. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Reproduksi Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor dari bulan Juli sampai Desember 1997.
Semen dua ekor kerbau lumpur berumur sekitar empat tahun ditampung dengan
menggunakan vagina buatan. Duapertiga bagian semcn tersebut diganti plasmanya
dengan plasma semen sapi sebagai faktor perlakuan pertama (PS), yang diuji dalam
waktu pencampurannya dengan spermatozoa kerbau selama 0 menit (PSo) dan 5 menit
(PS5) sebelum diencerkan. Sepertiga bagian lainnya sebagai kontrol (PK). Sebagai faktor
perlakuan kedua, masing-masing semen diencerkan dengan pengencer laktosa (LS), tris
sitrat (TS) dan susu skim (SS). Dengan demikian secara keseluruhan terdapat sembilan
kombinasi perlakuan. Semen didinginkan selama dua jam sampai mencapai suhu 5"C,
kemudian dikemas ke dalam ministraw (0,25 ml) dengan konsentrasi 15 juta spermatozoa
motil. Periode ekuilibrasi berlangsung selama empat jam. Pembekuan dilakukan dengan


Nzcair selama 10 menit, dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam konteiner yang berisi Nz cair. Setelah disimpan selama satu
meletakkan ininistraw 8 cm di atas permukaan

minggu, ministraw setiap perlakuan dicairkan kembali dengan memasukkannya ke: dalam
air hangat bersuhu 37OC selama 15 detik. Evaluasi kualitas spermatozoa meliputi
persentase motilitas, persentase hidup, persentase membran plasma utuh (MPU) dan
persentase tudung akrosom utuh (TAU) yang dilakukan masing-masing setelah
pengenceran, ekuilibrasi dan thawing. Data dianalisis dengan analisis ragam berdasarkan
petunjuk Steel dan Torrie (1993).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan plasma semen sapi terutama
setelah dicampur selama lima menit sebelum pengenceran (PS5) memberikan hasil yang
lebih baik dibanding kontrol untuk semua parameter kualitas spermatozoa yang diamati.
Pengencer laktosa cenderung lebih baik daripada tris sitrat dan susu skim terutama untuk
parameter persentase motilitas. Persentase motilitas dan persentase hidup tertinggi setelah
thawing diperoleh pada perlakuan PS5 sebesar 49,52 % dan 61,05 % serta pengencer
laktosa dengan nilai masing-masing 49,52 % dan 60,09 %. Hal yang sama juga diperoleh
pada persentase MPU dan TAU; PS5 memberikan hasil tertinggi sebesar 60,48 % dan
53,24 % serta pengencer laktosa dengan nilai sebanyak 59,19 % dan 49,28 %. Hasil ini

memberikan gambaran bahwa plasma semen sapi dengan kandungan protein dan asam
askorbat yang lebih tinggi daripada plasma semen kerbau lebih mampu melindungi
spermatozoa dari kejutan dingin selama proses pendinginan, pembekuan dan thawing.
Demikian pula halnya dengan pengencer laktosa yang berfkngsi sebagai krioprotektan
ekstraseluler dan senyawa pereduksi, lebih mampu memberikan perlindungan kepada
spermatozoa kerbau selama periode-periode kritis tersebut. Persentase motilitas dan
persentase hidup spermatozoa pada kontrol lebih rendah karena plasma semen kerbau
mengandung faktor antimotilitas dan spermiostatik yang lebih banyak dibanding dengan
plasma semen sapi. Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
perlakuan plasma semen dengan pengencer terhadap semua parameter kualitas
spermatozoa yang diamati pada ketiga tahap pengolahan semen (pengenceran, ekuilibrasi
dan thawing).
Kualitas spermatozoa terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan plasma semen
sapi yang diberi kesempatan bercampur dengan spermatozoa kerbau selama lima menit
sebelum diencerkan dengan pengencer laktosa (perlakuan PSsLS).
Untuk meningkatkan kualitas spermatozoa kerbau lumpur yang akan diproses
menjadi semen beku, sebaiknya plasma semennya diganti dengan plasma semen sapi dan
menggunakan pengencer laktosa.

Effectivity of Bovine Seminal Plasma and Various Extenders on Improvement of

Frozen Semen Quality of Swamp Buffaloes (Bubalus bubalis)

ABSTRACT
Semen of two healthy swamp buffalo bulls were collected twice a week using
artificial vagina. After initial evaluation, semen was devided into two parts, 113 for control
(PK) and 213 for treatment (PS) and centrihgated at 3.000 rpm for 20 minutes. Seminal
plasma of the second part was removed and changed with bovine seminal plasma for two
different length of time, 0 min. (PSo) and 5 min. (PSs). Semen was diluted with three
different extenders, lactose (LS), tris-citrate (TS) and skim milk (SS) containing 7 %
glycerol. Semen was diluted to 15 million motile spermatozoa per ministraw (0.25 ml). After
cooling, semen was equilibrated for 4 hours, frozen in nitrogen vapour and then stored in
liquid nitrogen for 7 days.
Results of this experiment indicated that mean percentage of motility, intact acrosomal and intact plasma membrane for PS5 (49.52 f 5.32 %, 53.24 f 2.72 % and 60.48 f
5.57 %) were significantly higher (W0.05) than PSo (46.19 k 5.54 %, 47.48 f 3.61 % and
56.28 f 6.87 %) and PK (38.81 i 4.60 %, 41.43 f 3.33 % and 52.43 1 5.77 %, respectively).
PSo was significantly higher than PK. The mean percentage of live spermatozoa (61.05 f
4.67 %) for PSS was significantly higher (P