dalam kelompok kelas, data konseli sebagai bagian dari tingkatan kelas maupun data seluruh SekolahMadrasah
dapat tertampilkan.
Berbagai film dan CD interaktif sebagai bahan penunjang pengembangan keterampilan pribadi, sosial,
belajar dan karir juga harus tersedia, sehingga para konseli tidak hanya memperoleh informasi melalui buku ataupun
papan informasi. Media bimbingan merupakan pendukung optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling.
C. Pembiayaan: Sumber dan Alokasi
Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen bimbingan dan konseling. Perlu dirancang
dengan cermat berapa anggaran yang diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus masuk
ke dalam Anggaran dan Belanja SekolahMadrasah.
Memilih strategi manajemen yang tepat dalam usaha mencapai tujuan program bimbingan dan konseling
memerlukan analisa terhadap anggaran yang dimiliki. Strategi manajemen program yang dipilih harus disesuaikan dengan
anggaran yang dimiliki. Strategi yang dipilih tanpa mempertimbangkan anggaran yang dimiliki mungkin hanya
akan menjadi angan-angan yang mungkin sulit untuk sampai mencapai tujuan program.
Kebijakan lembaga yang kondusif perlu diupayakan. Kepala SekolahMadrasah harus memberikan dukungan yang
serius dan sistematis terhadap penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program bimbingan
dan konseling harus diperlakukan sebagai kegiatan yang utuh dari seluruh program pendidikan.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
80
Komponen anggaran meliputi: 1. Anggaran untuk semua aktivitas yang tercantum pada
program 2. Anggaran untuk aktivitas pendukung seperti untuk home
visit, pembelian buku pendukung sumber bacaan,, mengikuti seminar workshop atau kegiatan profesi dan
organisasi profesi, pengembangan staf, penyelenggaraan MGP, pembelian alat media untuk pelayanan bimbingan
dan konseling.
3. Anggaran untuk pengembangan dan peningkatan
kenyamanan ruang atau pelayanan bimbingan dan konseling seperti pembenahan ruangan, pengadaan buku-
buku untuk terapi pustaka, penyiapan perangkat konseling kelompok.
Sumber biaya selain dari RABS rencana anggaran belanja SekolahMadrasah, dengan dukungan kebijakan
kepala SekolahMadrasah jika memungkinkan dapat mengakses dana dari sumber-sumber lain melalui
kesepakatan lembaga dengan pihak lain, atau menggunakan sumber yang dialokasikan oleh komite SekolahMadrasah.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
81
DAFTAR RUJUKAN
AACE. 2003. Competencies in Assessment and Evaluation for School Counselor.
http:aace.ncat.edu Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2007. Penataan
Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN dalam proses finalisasi.
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2005. Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN
Bandura, A. Ed.. 1995. Self-Efficacy in Changing Soceties. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. 2006. Panduan Pengembangan Diri: Pedoman untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Depsiknas.
Cobia, Debra C. Henderson, Donna A. 2003. Handbook of
School Counseling. New Jersey, Merrill Prentice Hall
Corey, G. 2001. The Art of Integrative Counseling. Belomont, CA: BrooksCole.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi. 2003. Dasar
Standardisasi Profesionalisasi Konselor. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kepen-didikan
dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Engels, D.W dan J.D. Dameron, Eds. 2005. The Professional Counselor Competencies: Performance Guidelines and
Assessment. Alexandria, VA: AACD. Browers, Judy L. Hatch, Patricia A. 2002. The National Model
for School Counseling Programs. ASCA American School Counselor Association.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
82
Comm, J.Nancy. 1992. Adolescence. California : Myfield Publishing Company.
Depdiknas. 2003. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Puskur Balitbang.
Depdiknas, 2005, Permen RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Depdiknas, 2006, Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,
Depdiknas, 2006, Permendiknas no 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan SI dan SKL,
Ellis, T.I. 1990. The Missouri Comprehensive Guidance Model. Columbia: The Educational Resources Information
Center. Gibson R.L. Mitchel M.H. 1986. Introduction to Counseling and
Guidance. New York : MacMillan Publishing Company. Havighurts, R.J. 1953. Development Taks and Education. New
York: David Mckay. Herr Edwin L. 1979. Guidance and Counseling in the Schools.
Houston : Shell Com. Hurlock, Alizabeth B. 1956. Child Development. New York :
McGraw Hill Book Company Inc. Ketetapan Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia Nomor 01PengPB-ABKIN2007 bahwa Tenaga Profesional yang melaksanakan pelayanan
professional Bimbingan dan Konseling disebut Konselor dan minimal berkualifikasi S1 Bimbingan dan Konseling.
Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Nomor 22 tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
83
Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. Michigan School Counselor Association. 2005. The Michigan
Comprehensive Guidance and Counseling Program. Muro, James J. Kottman, Terry. 1995. Guidance and
Counseling in The Elementary and Middle Schools. Madison : Brown Benchmark.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pikunas, Lustin. 1976. Human Development. Tokyo : McGraw- Hill Kogakusha,Ltd.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2003. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Balitbang
Depdiknas. Sunaryo Kartadinata, dkk. 2003. Pengembangan Perangkat
Lunak Analisis Tugas Perkembangan Peserta didik dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan dan Manajemen
Bimbingan dan Konseling di SekolahMadrasahdrasah Laporan Riset Unggulan Terpadu VIII. Jakarta :
Kementrian Riset dan Teknologi RI, LIPI.
Syamsu Yusuf L.N. 2005. Program Bimbingan dan Konseling di SekolahMadrasah. Bandung : CV Bani Qureys.
--------. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya.
--------.dan Juntika N. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Stoner, James A. 1987. Management. London : Prentice-Hall International Inc.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
84
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang Guru dan Dosen Wagner William G. 1996. “Optimal Development in Adolescence :
What Is It and How Can It be Encouraged”? The Counseling Psychologist. Vol 24 No. 3 July’96.
Woolfolk, Anita E. 1995. Educational Psychology. Boston : Allyn Bacon.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
85
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
86
Lampiran 1.
PENATAAN RUANG BIMBINGAN DAN KONSELING CONTOH MINIMAL
Lampiran 2.
STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan : Landasan Hidup Religius
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal bentuk-benuk
dan tata cara ibadah sehari-
hari. Mengenal arti
dan tujuan ibadah.
Mempelajari hal ihwal ibadah.
Mengkaji lebih dalam tentang
makna kehidupan beragama.
2. Akomodasi
Tertarik pada
kegiatan ibadah sehari-
hari. Berminat
mempelajari arti dan tujuan
setiap bentuk ibadah.
Mengembangkan pemikiran tentang
kehidupan beragama.
Menghayati nilai- nilai agama
sebagai pedoman dalam
berperilaku.
3. Tindakan
Melakukan bentuk-bentuk
ibadah sehari- hari.
Melakukan berbagai
kegiatan ibadah dengan
kemauan sendiri.
Melaksanakan ibadah atas
keyakinan sendiri disertai sikap
toleransi. Ikhlas
melaksanakan ajaran agama
dalam kehidupan.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
87
Aspek Perkembangan : Landasan Perilaku Etis
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal patokan baik-
buruk atau benar-salah
dalam berperilaku.
Mengenal alasan
perlunya mentaati
aturannorma berperilaku.
Mengenal keragaman sumber
norma yang berlaku di masyarakat.
Menelaah lebih luas tentang nilai-
nilai universal dalam kehidupan
manusia.
2. Akomodasi
Menghargai aturan-aturan
yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari.
Memahami keragaman
aturanpatokan dalam
berperilaku alam konteks
budaya. Menghargai
keragaman sumber norma sebagai
rujukan pengambilan
keputusan. Menghargai
keyakinan nilai-nilai sendiri dalam
keragaman nilai- nilai yang berlaku di
masyarakat.
3. Tindakan
Mengikuti aturan-aturan
yang berlaku dalam
lingkungannya. Bertindak atas
pertimbangan diri terhadap
norma yang berlaku.
Berperilaku atas dasar keputusan
yang mempertimbangkan
aspek-aspek etis. Berperilaku atas
dasar keputusan yang
mempertimbangkan aspek-aspek nilai
dan berani menghadapi resiko
dari keputusan yang diambil.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
88
Aspek Perkembangan : Kematangan Emosi
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal perasaan diri
sendiri dan orang lain.
Mengenal cara- cara
mengekspresikan perasaan secara
wajar. Mempelajari
cara-cara menghindari
konflik dengan orang lain.
Mengkaji secara objektif perasaan-
perasaan diri dan orang lain.
2. Akomodasi
Memahami perasaan-
perasaan diri dan orang lain.
Memahami keragaman
ekspresi perasaan diri dan
orang lain. Bersikap toleran
terhadap ragam ekspresi
perasaan diri sendiri dan
orang lain. Menyadari atau
mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan konsekuensi atas
ekspresi perasaan.
3. Tindakan
Mengekspresikan perasaan secara
wajar. Mengekspresikan
perasaan atas dasar
pertimbangan kontekstual.
Mengekpresikan perasaan dalam
cara-cara yang bebas, terbuka
dan tidak menimbulkan
konflik. Mengekpresikan
perasaan dalam cara-cara yang
bebas, terbuka dan tidak menimbulkan
konflik dan mampu berpikir positif
terhadap kondisi ketidakpuasan.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
89
Aspek Perkembangan : Kematangan Intelektual
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal konsep-konsep
dasar ilmu pengetahuan
dan perilaku belajar.
Mempelajari cara-cara
pengambilan keputusan
dan pemecahan
masalah. Mempelajari
cara-cara pengambilan
keputusan dan pemecahan
masalah secara objektif.
Mengembangkan cara- cara pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah
berdasarkan informasidata yang
akurat.
2. Akomodasi
Menyenangi berbagai
aktifitas perilaku
belajar. Menyadari
adanya resiko dari
pengambilan keputusan
Menyadari akan
keragaman alternatif
keputusan dan konsekuensi
yang dihadapinya.
Menyadari pentingnya menguji berbagai
alternatif keputusan pemecahan masalah
secara objektif.
3. Tindakan
Melibatkan diri
dalam berbagai aktifitas
perilaku belajar.
Mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan
resiko yang mungkin
terjadi. Mengambil
keputusan dan pemecahan
masalah atas dasar
informasidata secara objektif.
Mengambil keputusan dan pemecahan
masalah atas dasar informasidata secara
objektif serta bermakna bagi dirinya dan orang
lain.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
90
Aspek Perkembangan : Kesadaran Tanggung Jawab Sosial
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal hak
dan kewajiban diri sendiri
dalam lingkungan
kehidupan sehari-hari.
Mempelajari cara- cara memperoleh
hak dan memenuhi kewajiban dalam
lingkungan kehidupan sehari-
hari. Mempelajari
keragaman interaksi sosial.
Mengembangkan pola-pola perilaku
sosial berdasarkan prinsip kesamaan
equality.
2. Akomodasi
Memahami hak dan
kewajiban diri dan orang lain
dalam lingkungan
kehidupan sehari-hari.
Menghargai nilai- nilai persahabatan
dan keharmonisan dalam kehidupan
sehari-hari. Menyadari
nilai-nilai persahabatan
dan keharmonisan
dalam konteks keragaman
interaksi sosial. Menghayati nilai-
nilai kesamaan equality sebagai
dasar berinteraksi dalam kehidupan
masyarakat luas.
3. Tindakan
Berinteraksi dengan orang
lain dalam suasana
persahabatan. Berinteraksi dengan
orang lain atas dasar nilai-nilai
persahabatan dan keharmonisan
hidup. Berinteraksi
dengan orang lain atas dasar
kesamaan equality.
Memelihara nilai- nilai persahabatan
dan keharmonisan dalam berinteraksi
dengan orang lain.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
91
Aspek Perkembangan : Kesadaran Gender
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SLTP SLTA
PT 1.
Pengenalan Mengenal
diri sebagai laki-laki
atau perempuan.
Mengenal peran- peran sosial
sebagai laki-laki atau perempuan.
Mempelajari perilaku
kolaborasi antar jenis dalam ragam
kehidupan. Merperkaya
perilaku kolaborasi antar jenis dalam
ragam kehidupan.
2. Akomodasi
Menerima atau
menghargai diri sebagai laki-laki
atau perempuan.
Menghargai peranan diri dan
orang lain sebagai laki-laki
atau perempuan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menghargai keragaman peran
laki-laki atau perempuan
sebagai aset kolaborasi dan
keharmonisan hidup.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati
laki-laki atau perempuan
sebagai dasar dalam kehidupan
sosial.
3. Tindakan
Berperilaku sesuai dengan
peran sebagai laki-laki atau
perempuan. Berinteraksi
dengan lain jenis secara
kolaboratif dalam
memerankan peran jenis.
Berkolaborasi secara harmonis
dengan lain jenis dalam keragaman
peran. Memelihara
aktualisasi nilai- nilai kodrati
gender dalam kehidupan sosial.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
92
Aspek Perkembangan : Pengembangan Pribadi
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal keberadaan diri
dalam lingkungan
dekatnya. Mengenal
kemampuan dan keinginan diri.
Mempelajari keunikan diri
dalam konteks kehidupan sosial.
Mempelajari berbagai peluang
pengembangan diri.
2. Akomodasi
Menerima keadaan diri
sebagai bagian dari lingkungan.
Menerima keadaan diri
secara positif. Menerima
keunikan diri dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
Meyakini keunikan diri sebagai aset
yang harus dikembangkan
secara harmonis dalam kehidupan.
3. Tindakan
Menampilkan perilaku sesuai
dengan keberadaan diri
dalam lingkungannya.
Menampilkam perilaku yang
merefleksikan keragaman diri
dalam lingkungannya.
Menampilkan keunikan diri
secara harmonis dalam
keragaman. Mengembangkan
aset diri secara harmonis dalam
kehidupan.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
93
Aspek Perkembangan : Perilaku Kewirausahaan Kemandirian Perilaku Ekonomis
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal perilaku hemat,
ulet, sungguh- sungguh, dan
kompetitif dalam
kehidupan sehari-hari di
lingkungan dekatnya.
Mengenal nilai- nilai perilaku
hemat, ulet, sungguh-
sungguh, dan kompetitif
dalam kehidupan
sehari-hari. Mempelajari
strategi dan peluang untuk
berperilaku hemat, ulet,
sungguh- sungguh, dan
kompetitif dalam keragaman
kehidupan. Memperkaya
strategi dan mencari peluang
dalam berbagai tantangan
kehidupan.
2. Akomodasi
Memahami perilaku hemat,
ulet, sungguh- sungguh dan
kompetitif dalam
kehidupan sehari-hari di
lingkungan dekatnya.
Menyadari manfaat
perilaku hemat, ulet , sungguh-
sungguh, dan kompetitif
dalam kehidupan
sehari-hari. Menerima nilai-
nilai hidup hemat, ulet,
sungguh- sungguh, dan
kompetettif sebagai aset
untuk mencapai hidup mandiri.
Meyakini nilai-nilai hidup hemat, ulet,
sungguh-sungguh, dan kompetitif
sebagai aset untuk mencapai hidup
mandiri dalam keragaman dan
saling ketergantungan.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
94
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
3. Tindakan
Menampilkan perilaku hemat,
ulet, sungguh- sungguh, dan
kompetitif dalam
kehidupan sehari-hari di
lingkungannya Membiasakan
diri hidup hemat, ulet ,
sungguh- sungguh, dan
kompetitif dalam
kehidupan sehari-hari.
Menampilkan hidup hemat,
ulet, sungguh- sungguh, dan
kompetitif atas dasar kesadaran
sendiri. Memelihara
perilaku kemandirian dalam
keragaman dan saling
ketergantungan kehidupan.
Aspek Perkembangan : Wawasan dan Kesiapan Karir
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal ragam
pekerjaan dan aktivitas orang
dalam lingkungan kehidupan .
Mengekspresi kan ragam
pekerjaan, pendidikan
dan aktivitas dalam kaitan
dengan kemampuan
Mempelajari kemampuan diri,
peluang dan ragam pekerjaan, pendidikan
dan aktifitas yang terfokus pada
pengembangan alternatif karir yang
Memperkaya informasi yang
terkait dengan perencanaan
dan pilihan karir.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
95
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
diri. lebih
terarah. 2.
Akomodasi Menghargai
ragam pekerjaan dan aktivitas
orang sebagai hal yang saling
bergantung. Menyadari
keragaman nilai dan
persyaratan dan aktivitas
yang menuntut
pemenuhan kemampuan
tertentu. Internalisasi nilai-nilai
yang melandasi pertimbangan
pemilihan alternatif karir.
Meyakini nilai- nilai yang
terkandung dalam pilihan
karir sebagai landasan
pengembangan karir.
3. Tindakan
Mengekspresikan ragam pekerjaan
dan aktivitas orang dalam
lingkungan kehidupan.
Mengidentifik asi ragam
alternatif pekerjaan,
pendidikan dan aktivitas
yang mengandung
relevansi dengan
kemampuan diri.
Mengembangkan alternatif perencanaan
karir dengan mempertimbangkan
kemampuan, peluang dan ragam karir .
Mengembangkan dan memelihara
penguasaan perilaku, nilai
dan kompetensi yang mendukung
pilihan karir.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
96
Aspek Perkembangan : Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
Mengenal norma-norma
dalam berinteraksi
dengan teman sebaya.
Mempelajari norma-norma
pergaulan dengan teman
sebaya yang beragam latar
belakangnya. Mempelajari cara-
cara membina kerjasama dan
toleransi dalam pergaulan dengan
teman sebaya. Mengembangkan
strategi pergaulan yang lebih intensif
sebagai upaya untuk menjalin
persahabatan yang harmonis.
2. Akomodasi
Menghargai norma-norma
yang dijunjung tinggi dalam
menjalin persahabatan
dengan teman sebaya.
Menyadari keragaman
latar belakang teman sebaya
yang mendasari
pergaulan. Menghargai nilai-
nilai kerjasama dan toleransi sebagai
dasar untuk menjalin
persahabatan dengan teman
sebaya. Meyakini nilai-nilai
yang terkandung dalam persahabatan
dengan teman sebaya.
3. Tindakan
Menjalin persahabatan
dengan teman sebaya atas
dasar norma yang dijunjung
tinggi bersama. Bekerjasama
dengan teman sebaya yang
beragam latar belakangnya.
Mempererat jalinan persahabatan yang
lebih akrab dengan memperhatikan
norma yang berlaku.
Mengembangkan dan memelihara
nilai-nilai pergaulan dengan teman
sebaya yang lebih luas secara
bertanggung jawab.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
97
Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal
98 Aspek Perkembangan : Kesiapan Diri untuk Menikah dan Berkeluarga
No. TATARAN
INTERNALISASI TUJUAN
SD SLTP
SLTA PT
1. Pengenalan
--- ---
Mengenal norma- norma pernikahan dan
berkeluarga. Mengkaji secara
mendalam tentang norma pernikahan dan kehidupan
berkeluarga.
2. Akomodasi
--- ---
Menghargai norma- norma pernikahan dan
berkeluarga sebagai landasan bagi
terciptanya kehidupan masyarakat yang
harmonis. Meyakini nilai-nilai yang
terkandung dalam pernikahan dan
berkeluarga sebagai upaya untuk menciptakan
masyarakat yang bermartabat.
3. Tindakan
--- ---
Mengekspresikan keinginannya untuk
mempelajari lebih intensif tentang norma
pernikahan dan berkeluarga.
Memiliki kesiapan untuk menikah atau berkeluarga
dengan penuh tanggung jawab.
Rambu-rambu Penyelenggaraan dalam Jalur
Lampiran 3.
STANDAR KOMPETENSI KONSELOR A. Kerangka Pikir Dasar
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik,
sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 1 Ayat 6. Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks tugas dan
ekspektasi kinerja. Demikian juga konselor memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak persis sama
dengan guru.
Hal ini mengandung implikasi bahwa untuk
masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, perlu disusun standar kualifikasi akademik dan kompetensi berdasar
kepada konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing-masing.
Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta pemikiran yang telah dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayanan
ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh Konselor berada dalam konteks tugas “kawasan pelayanan yang
bertujuan memandirikan individu dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan
termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan
yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui
pendidikan”.
Sedangkan ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan konseling selalu
digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
99
mengedepankan kemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak
jangka panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga pengampu pelayanan
profesional itu juga dinamakan “the reflective practitioner”.
B. Sosok Utuh Kompetensi Konselor