Tinjauan Hukum Mengenai Penyadapan Data pribadi Pengguna Internet Melalui Monitoring Aktivitas Komputer Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

LEGAL VIEW ABOUT INTERNET USER DATA ACOUNT TAPPING
WITH COMPUTER MONITORING ACTIVITY CONNECTED WITH
UNDANG-UNDANG NUMBER 11 YEAR 2008 ABOUT INFORMATION
AND ELECTRONIC TRANSACTION
By :
Firman Nurochmansyah
Abstract

Development of sience and technology which is present fast enough has become
everyday realita even was public demand which cannot be bargained again. Purpose of
main development of sience and technology is life change of man future towards better,
with based on at everyday activity supporting facilities of which is easy, cheap, quickly
and safe. Development of sience and technology, especially information technology like
internet hardly supports each and everyone to reach purpose of its the life is in a short
time. With supporting facilities for telecommunication like a real internet popular at the
moment hence one can communicates or releates to other without having to looks in the
face directly. The thing exploited by the internet consumers as activity supporting facilities
oen day like looking for information, communicate finite long distance of buissnes
transaction. Along its the development, information at internet ntework in the form of the
exisitng intenet consumer person data has become a real important commodity and had
economic value so that often information which in the form of person data shall only be

accessed by certain people. The fall of the infromation to other party hand can generate
loss for owner of information. One of way applied to get the person data that is by doing
internet consumer person data tapping through computer activity monitoring. Condition of
like this causes incidence of a problems about how Undang-Undang number 11 Year
2008 About Informatin and Electronic Transaction arranges about internet consumers
person data tapping through computer activity monitoring and constraints any kind of
faced in process of straightening of law to consumer person data tapping internet through
activity monitoring.
Research done by the Writerto have the caracter of descriptive analyticalness by
using approach method in yuridis normatif. Data result of research is analysed in
qualitative yuridis, where law and regulation which one may not be against other law and
regulation, and pays attnetion to law and regulation hierarcy and guarantees rule of law.
Internet consumer person data tapping through computer activity monitoring in
general have been arranged in section 31 sentences (1) and sentence (2) UndangUndang Number 11 Year 2008 About Information and Electronic Transaction. While
about the sanctions arranged in Section 47 Undang-Undang Number 11 Year 2008
About Information and Electronic Transaction though in its the execution still there are
some constraints between it, from ability side of investigator and from ability side forensic
computer where both the things has not fully is mastered of owned by related the parties.

TINJAUAN HUKUM MENGENAI PEYADAPAN DATA PRIBADI

PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS
KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11
TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Oleh :
Firman Nurochmansyah
Abstrak
Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi (Iptek) yang cukup pesat
sekarang ini sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan tuntutan masyarakat
yang tidak dapat ditawar lagi. Tujuan utama perkembagan Iptek adalah perubahan
kehidupan masa depan manusia ke arah yang lebih baik, dngan berdasarkan pada
sarana penunjang aktivitas sehari-hari yang mudah, murah, cepat dan aman.
Perkembangan iptek, terutama teknologi informasi (information technology) seperti
internet sangat menunjang setiap orang untuk mencapai tujuan hidupnya dalam waktu
singkat. Dengan sarana telekomunikasi seperti internet yang sangat popular pada saat ini
maka seseorang dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain tanpa harus
bertatap muka secara langsung. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para pengguna internet
sebagai sarana penunjang aktivitas sehari-hari seeperti mencari informasi,
berkomunikasi jarak jauh hingga transaksi bisnis. Seiring perkembangannya, informasi
pada jaringan internet berupa data pribadi pengguna internet saat ini sudah menjadi
sebuah komoditi yang sangat penting dan mempunyai nilai ekonomis sehingga seringkali

informasi yang berupa data pribadi hanya boleh diakses oleh orang-orang tertentu.
Jatuhnya informasi tersebut ke tangan pihak lain dapat menimbulkan kerugian bagi
pemilik informasi. Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan data pribadi
tersebut yaitu dengan melakukan penyadapan data pribadi pengguna internet melalui
monitoring aktivitas komputer. Kondisi seperti ini menyebabkan timbulnya suatu
permasalahan tentang bagaimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur mengenai penyadapan data pribadi
pengguna internet melalui monitoring aktivitas komputer dan kendala-kendala apa saja
yang dihadapi dalam proses penegakkan hukum atas penyadapan data pribadi
pengguna internet melalui monitoring aktivitas komputer.
Penelitian yang dilakukan Penulis bersifat deskriptif analitis dengan
menggunakan metode penedekatan secara yuridis normatif. Data hasil penelitian
dianalisis secara yuridis kualitatif, dimana peraturan perundang-undangan yang satu
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, serta
memperhatikanhierarki peraturan perundang-undangan dan menjamin kepastian hukum.
Penyadapan data pribadi pengguna internet melalui monitoring aktivitas
komputer secara umum sudah diatur dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sedangkan
mengenai sanksi-sanksinya diatur dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik meskipun dalam pelaksanaannya
masih terdapat beberapa kendala diantaranya, dari sisi kemampuan penyidik dan dari

sisi kemampuan komputer forensik dimana kedua hal tersebut belum sepenuhnya
dikuasai atau dimiliki para pihak yang terkait.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang cukup
pesat sekarang ini sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan
tuntutan

masyarakat yang

tidak dapat

ditawar

lagi.

Tujuan utama


perkembangan iptek adalah perubahan kehidupan masa depan manusia
yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman. Perkembangan iptek,
terutama teknologi informasi (information technology) seperti internet sangat
menunjang setiap orang untuk mencapai tujuan hidupnya dalam waktu
singkat1.
Ditengah era globalisasi yang semakin terpadu, teknologi informasi
menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kepentingan hidup
manusia. Salah satu yang sangat berpengaruh dari perkembangan teknologi
tersebut adalah dalam bidang telekomunikasi. Dengan sarana telekomunikasi
seseorang dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan yang lain tanpa
harus bertatap muka secara langsung. Salah satu media telekomunikasi yang
sangat popular pada saat ini adalah dengan menggunakan sarana internet.
Dengan internet, informasi-informasi dapat dengan cepat dan mudah untuk
didapatkan bahkan dari belahan dunia yang lain sekalipun. Dengan semakin
popularnya internet seakan telah membuat dunia semakin sempit dan
semakin memudarkan batas-batas negara berikut kedaulatan dan tatanan
1

Bultinlitbang Dephan, Kejahatan Dunia Maya, http://buletinlitbang.
dephan.go.id, diakses pada tanggal 10 April 2010, pukul 18:32 WIB.


1

2

masyarakatnya. Ironisnya dinamika masyarakat Indonesia yang masih baru
tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat industri dan masyarakat
informasi seolah belum siap untuk mengikuti perkembangan teknologi
tersebut.
Pola dinamika masyarakat Indonesia seakan masih bergerak tidak
beraturan

ditengah

keinginan

untuk

mereformasi


semua

bidang

kehidupannya daripada melakukan suatu pemikiran yang handal untuk
merumuskan suatu kebijakan atas pengaturan yang tepat untuk itu. Meskipun
masyarakat Indonesia telah banyak menggunakan produk-produk teknologi
informasi dan jasa telekomunikasi dalam kehidupannya, namun bangsa
Indonesia secara garis besar masih meraba-raba dalam membangun
kebijakan publik suatu infrastruktur yang handal dalam menghadapi informasi
global.
Komputer sebagai suatu hasil dari teknologi yang digunakan sebagai
alat bantu manusia dengan didukung oleh perkembangan teknologi informasi
yang sangat maju telah menjadi suatu sarana yang dapat membantu
manusia untuk mengakses masuk kedalam jaringan-jaringan publik serta
melakukan pemindahan data dan informasi. Dengan kemampuan komputer
dan

jaringan


elektronik

yang

semakin

berkembang

maka

kegiatan

berkomunikasi pun dilakukan dalam jaringan tersebut. Internet adalah nama
yang diberikan pada koleksi jaringan komputer terbesar di dunia, dalam
jaringan internet itu terdiri dari jaringan-jaringan yang lebih kecil yaitu jaringan
komputer. Ketika seseorang meminta data dari internet, permintaan itu
berpindah dari suatu komputer ke komputer di seluruh jaringan hingga
mencapai lokasi tempat data itu disimpan.

3


Internet sebagai hasil perkembangan teknologi, telah berhasil
menyatukan berbagai bidang teknologi yaitu teknologi informatika, teknologi
komputer dan teknologi komunikasi. Dengan adanya internet, banyak produkproduk baru yang dihasilkan untuk menunjang kehidupan manusia. Diantara
berbagai fungsi internet tersebut, digunakan sebagai suatu sarana bagi
terciptanya suatu metode transaksi jual beli yang baru. Sistem transaksi jual
beli teresbut dikenal dengan istilah transaksi jual beli melalui media elektronik
(e-commerce) yang melibatkan suatu jaringan internet. Makin besarnya
jumlah pengakses internet di dunia, maka akan menciptakan suatu potensi
pasar yang semakain luas. melalui transaksi

jual beli dengan media

elektronik (e-commerce) akan semakin mendukung perkembangan sistem
tersebut dalam dunia bisnis.
Pengertian

e-commerce

adalah


kegiatan-kegiatan

bisnis

yang

menyangkut konsumen (consumers), manufaktur (manufactures), jasa
pengadaan internet (providers), dan pedagang perantara (intermediaries).
Dengan menggunankan jaringan-jaringan komputer (computer networks),
yaitu internet2.
Kegiatan transaksi jual beli melalui media elektronik (e-commerce)
merupakan bidang yang mencakup jaringan telekomunikasi, pengamanan,
penyimpanan dan pengambilan data dari multimedia, bidang-bidang bisinis
seperti pemasaran, pembelian dan penjualan, penagihan dan penjualan,
manajemen jaringan distribusi, dan aspek-aspek hukum seperti hak
kekayaan intelektual, perpajakan, dan pembuatan perjanjian.

2


Sutan Remy Sjahdani, E-Commerce Tinjauan dari Prespektif Hukum, Jurnal
Keadilan Vol.1, No.3, Sepetember 2001, hlm 15

4

Dengan menggunakan jaringan internet, tidak hanya sekedar data
atau informasi tertulis saja yang dapat diperoleh dan diperlukan, tetapi juga
suara dan gambar. Dalam kaitan tersebut, internet sudah merupakan
pelayanan

jaringan

digital

terpadu

(Integerated

Service

Digital

Networks/ISDN). Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dunia internet
disebut sebagai virtual world, yang sering diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia dengan istilah dunia maya, yang dilawankan dengan real world
atau dunia nyata, yaitu dunia fisik tempat manusia hidup. Dunia maya ini
telah mengubah kebiasaan banyak orang, yaitu orang-orang yang dalam
kehidupannya terbiasa menggunakan internet. Berbelanja, mengirim surat,
mengirimkan

surat

lamaran

kerja,

berkirim

foto,

mencari

informasi,

melakukan pembicaraan jarak jauh yang tidak berbeda seperti bertelepon,
mentransfer uang dari bank, membuat desain bangunan oleh arsitek,
berkonsultasi tatap muka (yaitu masing-masing pihak muncul gambarnya
pada layar komputer mereka masing-masing, karena masing-masing
komputer dilengkapi dengan kamera), melihat film, mendengarkan lagu-lagu,
mendengarkan radio, dan lain-lain. Semua itu dapat mereka lakukan melalui
internet. Praktis pada saat ini hampir semua kegiatan yang dapat dilakukan di
dunia nyata (real world) dapat dilakukan di dunia maya (virtual world).
Seiring perkembangannya Informasi saat ini sudah menjadi sebuah
komoditi yang sangat penting. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sudah
berada di sebuah information based society. Kemampuan untuk mengakses
dan menyediakan informasi secara cepat dan akurat menjadi sangat esensial
bagi sebuah organisasi, baik yang berupa organisasi komersial (perusahaan),
perguruan tinggi, lembaga pemerintahan, maupun individual (pribadi). Hal ini

5

dimungkinkan dengan perkembangan pesat di bidang teknologi komputer
dan telekomunikasi.
Sangat pentingnya nilai sebuah informasi menyebabkan seringkali
informasi diinginkan hanya boleh diakses oleh orang-orang tertentu. Jatuhnya
informasi ke tangan pihak lain (misalnya pihak lawan bisnis) dapat
menimbulkan kerugian bagi pemilik informasi. Untuk itu keamanan dari
sistem informasi yang digunakan harus terjamin dalam batas yang dapat
diterima.
Jaringan komputer, seperti LAN (Local Area Network) dan Internet,
memungkinkan untuk menyediakan informasi secara cepat. Ini merupakan
salah satu alasan perusahaan atau organisasi mulai membuat LAN untuk
sistem informasinya dan menghubungkan LAN tersebut ke Internet.
Terhubungnya LAN atau komputer ke Internet membuka potensi adanya
penurunan sistem keamanan yang tadinya bisa ditutupi dengan mekanisme
keamanan secara fisik. Sesuai dengan pendapat bahwa kemudahan
(kenyamanan) mengakses informasi berbanding terbalik dengan tingkat
keamanan sistem informasi itu sendiri. Semakin tinggi tingkat keamanan,
semakin sulit (tidak nyaman) untuk mengakses informasi3.
Seluruh aktivitas yang dilakukan dengan media internet, meliputi datadata yang ditransfer dalam suatu jaringan komputer yang terhubung dengan
internet. Ketika seseorang melakukan suatu permintaan dalam internet
seperti bertransaksi secara online, mencari data, mentransfer data dan lainlain, permintaan tersebut akan dikirimkan dari seseorang yang meminta data
3

Missa Lamsani, Komunikasi Data, http//www.solidpdf.com, diakses pada
tanggal 10 April 2010 pukul 18:40 WIB

6

tersebut hingga mencapai alamat yang ditujukan dimana data itu berada.
Permintaan yang dikirimkan oleh seseorang tersebut berbentuk suatu paket
data yang berbentuk kode-kode, bergerak dalam suatu jaringan komputer
hingga mencapai alamat yang dituju. Internet yang merupakan jaringan
terbesar yang terdiri dari jaringan-jaringan komputer sebagai jalur dari paket
data tersebut meliputi banyak sekali paket data yang bergerak keluar-masuk
dari pengguna internet yang sangat banyak. Pada saat itu maka akan sangat
rentan sekali terjadi penyadapan oleh pihak yang tidak berkepentingan untuk
suatu tujuan tertentu.
Paket data yang keluar masuk-tersebut tidak menutup kemungkinan
merupakan paket data yang bersifat sangat pribadi dan rahasia seperti
misalanya password dan username seseorang dalam internet. Salah satu
penyadapan paket data yang ada yaitu dengan menggunakan program
monitoring aktivitas komputer dimana paket data yang berbentuk kode-kode
yang melewati jaringan komputer tersebut dapat dilihat oleh seseorang yang
tidak berkepentingan. Password dan username merupakan informasi rahasia
yang dapat ditangkap dengan mudah oleh program monitoring aktivitas
komputer. Saat pengguna internet melakukan login di halaman website
melalui internet, jika username dan passwordnya telah tercuri maka dengan
mudah orang yang tidak berkepentingan tersebut menggantinya dengan
password yang baru kemudian mencuri semua informasi dalam halaman
website yang dilindungi dengan password tersebut. Program yang dibuat
secara khusus untuk memonitoring aktivitas komputer sangat banyak
tersebar dan dapat dengan mudah didapatkan oleh seseorang dengan cara
men-download di internet. Pada dasarnya program monitoring aktivitas

7

komputer merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk memantau paket
data yang bergerak keluar-masuk dalam jaringan komputer kemudian dengan
program monitoring aktivitas komputer tersebut, paket data yang bergerak
keluar-masuk

dapat diterjemahkan kembali sehingga dapat dibaca oleh

seseorang yang tidak bertanggung jawab tersebut. Tingkat dan ragam
kejahatan

mengikuti

realitas

perkembangan

kehidupan

manusia.

Kecendrungan terbukti bahwa semakin maju dan modern kehidupan
masyarakat, maka semakin maju dan modern pula jenis dan modus operandi
kejahatan

yang

terjadi

di

tengah

masyarakat.

Hal

ini

seolah-olah

membenarkan suatu adigium, bahwa dimana ada masyarakat, di situ ada
kejahatan4. Dengan adanya program monitoring aktivitas komputer, maka
akan memunculkan suatu kejahatan baru dimana informasi yang bersifat
rahasia dari pengguna internet seperti password dan username dapat
disadap oleh orang yang tidak berkepentingan. Dengan demikian maka
seluruh informasi seseorang dalam website yang telah dilindungi oleh
password dan username tersebut dapat dicuri oleh orang yang tidak
berkepentingan tersebut.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang mengatur mengenai
Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia, dapat mengakomodasi
aturan mengenai penyadapan data pribadi pengguna internet dengan
menggunakan program monitoring aktivitas komputer. Bermunculannya
berbagai bentuk kejahatan melalui media komputer (cybercrime), membuat
berbagai negara waspada dengan cara segera menyusun produk hukum

4

Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),
Bandung : Refika Aditama, 2005, hlm. 8

8

(cyberlaw), guna menghadapi masalah yang sedang terjadi dan yang akan
datang.
Berbagai kejahatan dunia maya yang terjadi khususnya mengenai
kejahatan terhadap data pribadi pengguna internet sangat beragam
bentuknya, salah satunya dengan menggunakan aplikasi monitoring aktivitas
komputer. Oleh karena itu Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam
bentuk

skripsi

yang

berjudul

TINJAUAN

PENYADAPAN

DATA

PRIBADI

PENGGUNA

MONITORING

AKTIVITAS

KOMPUTER

HUKUM

MENGENAI

INTERNET

MELALUI

DIHUBUNGKAN

DENGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka Penulis
mengidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi

dan

Transaksi

Elektronik

mengatur

mengenai

penyadapan data pribadi pengguna internet melalui monitoring
aktivitas komputer ?
2. Kendala-kendala

apa

saja

yang

dihadapi

dalam

proses

penegakan hukum atas penyadapan data pribadi pengguna
internet melalui monitoring aktivitas komputer ?

9

C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh Penulis dalam
penelitian ini diantaranya yaitu :
1. Untuk mengkaji dan menganalisis siapa saja pihak-pihak yang
terkait dalam penyadapan data pribadi pengguna internet melalui
monitoring aktivitas komputer.
2. Untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
mengatur mengenai penyadapan data pribadi pengguna internet
melalui monitoring aktivitas komputer.

D. Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat baik dari
segi teoritis maupun segi praktis sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum, pembaharuan
ilmu hukum nasional pada umumnya, dan dalam perlindungan hukum
bagi setiap individu di dalam tata hukum Indonesia sekaligus memberikan
referensi bagi kepentingan yang bersifat akademis dan juga sebagai
bahan tambahan bagi kepustakaan serta pada perkembangan ilmu
hukum pidana pada khususnya.

10

2. Secara Praktis
Penulis berharap hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat
serta memberikan gambaran yang dapat disumbangkan pada para
penegak hukum dan masyrakat luas mengenai penanganan tindak pidana
penyadapan data pribadi pengguna internet melalui monitoring aktivitas
komputer serta masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam menggunakan
teknologi pada umumnya dan internet pada khususnya.

E. kerangka Pemikiran
Pembahasan penyadapan data pribadi pengguna internet melalui
monitoring aktivitas komputer tidak terlepas dari aspek filosofisnya.
Sebagaimana termuat dalam alinea ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa :
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
Berdasarkan pembukaan alinea ke-4 diatas, pemerintah harus
memberikan perlindungan hukum kepada seluruh masyarakat Indonesia
sebagai pencerminan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa dan
tumpah darah Indonesia termasuk masalah mengenai penyadapan data
pribadi pengguna internet melalui monitoring aktivitas komputer.
Konsep pemikiran utilitarianisme nampak melekat pada pembukaan
Undang-Undang Dasar negara Indonesia tahun 1945 terutama pada alinea
ke-2 yaitu pada makna adil dan makmur. Sebagaimana dipahami bahwa
tujuan hukum pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan bagi

11

masyrakat, sebagaimana Bentham menjelaskan The Great Happines for the
Greatest Number. Makna adil dan makmur harus dipahami sebagai
kebutuhan masyarakat Indonesia, baik yang bersifat rohani maupun jasmani.
Secara yuridis hal ini tentu saja menunjuk kepada seberapa besar
kemampuan

hukum

untuk

dapat

memberikan

kemanfaatan

kepada

masyarakat. Dengan kata lain, seberapa besar sebenarnya hukum mampu
melaksanakan atau mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Karena hukum
dibuat dengan penuh kesadaran oleh negara dan ditujukan kepada tujuan
tertentu5.
Indonesia sebagai negara hukum menganut asas dan konsep
Pancasila yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
negara Indonesia Tahun 1945 yaitu :
1. Asas ketuhanan yang mengamanatkan bahwa tidak boleh ada
produk hukum nasional yang anti agama dan anti ajaran agama.
2. Asas kemanusiaan yang adil dan beradab yang mengamanatkan
bahwa hukum nasional harus menjamin dan melindungi hak asasi
manusia.
3. Asas kesatuan dan persatuan mengamanatkan bahwa hukum
Indonesia harus merupakan hukum nasional yang berlaku bagi
seluruh bangsa Indonesia, berfungsi sebagai pemersatu bangsa.
4. Asas demokrasi mengamanatkan bahwa kekuasaan harus tunduk
pada hukum yang adil dan demokratis.

5

Otje Salman Soemadiningrat, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan
Membuka Kembali, Bandung : Refika Aditama 2004, hlm 156-157

12

5. Asas keadilan sosial mengamantkan bahwa semua warga negara
mempunyai hak yang sama dan bahwa semua sama di hadapan
hukum.
Berdasarkan asas-asas tersebut maka hukum nasional itu harus
menjamin dan melindungi hak asasi manusia. Segala tindakan yang melawan
hukum harus segera ditindak lanjuti dengan dibuatnya suatu peraturan,
perundang-undangan yang relevan dan tegas untuk mengaturnya dalam hal
ini peraturan perundang-undangan mengenai penyadapan.
Dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun
1945 pasal 1 ayat (3), disebutkan bahwa Indonesia adalah negara hukum.
Pasal tersebut memberikan penjelasan bahwa negara kesatuan republik
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat) dan pemerintahan
berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan
yang tidak terbatas). Sebagai konsekuensi dari pasal 1 ayat (3) UndangUndang Dasar negara Indonesia, meliputi 3 (tiga) prinsip dasar wajib
dijunjung oleh setiap warga negara yaitu supremasi hukum, kesetaraan di
hadapan hukum dan penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak
bertentangan dengan hukum.
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), yang
merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan negara
Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

13

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamain abadi dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan
visi, misi dan arah pembangunan nasional.
Maksud dari pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), yang telah di
uraiakan di atas yaitu bahwa pemerintah harus menjamin perlindungan
hukum bagi seluruh rakyat Indonesia dalam tujuan pembangunan nasional.
Salah satunya yaitu pembangunan yang berbasis teknologi untuk memajukan
kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu dengan
dibentuknya suatu rumusan Undang-Undang yang relevan terkait dengan
tujuan pembangunan nasional yang berbasis teknologi tersebut untuk
melindungi seluruh rakyat Indonesia dari dampak negatif kemajuan teknologi
tersebut.
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE), berdasarkan pasal 31 ayat (1) Undang-Undang
ITE penyadapan adalah :
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik dalam suatu komputer dan/atau sistem
elektronik tertentu milik orang lain .
Berdasarkan uraian di atas, perbuatan mengenai penyadapan data
pribadi pengguna internet melalui monitoring aktivitas komputer merupakan
perbuatan yang dilarang menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

14

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Apabila dijabarkan pasal 31 ayat
(1) Undang-Undang ITE tersebut memuat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Dengan sengaja dan tanpa hak dengan melawan hukum
melakukan intersepsi atau penyadapan
2. Informasi atau dokumen elektronik
3. Dalam komputer milik orang lain
Unsur dengan sengaja dan tanpa hak dengan melawan hukum
melakukan intersepsi atau penyadapan menegaskan bahwa setiap orang
yang tidak mempunyai izin atau tidak mempunyai kepentingan untuk
melakukan intersepsi atau penyadapan terhadap kepentingan orang lain
dianggap suatu perbuatan melawan hukum. Unsur informasi atau dokumen
elektronik yaitu meliputi data-data yang berbentuk dokumen elektronik milik
orang lain yang bersifat pribadi. Dalam hal ini pihak yang tidak
berkepentingan yang melakukan penyadapan terhadap informasi atau
dokumen elektronik sehingga informasi atau dokumen elektronik tersebut
jatuh kepada pihak yang tidak berkepentingan tersebut, dalam komputer milik
orang lain maka dianggap perbuatan melawan hukum.
Ketentuan dalam pasal 31 ayat (1) Undang-Undang ITE tersebut
sangat relevan untuk diterapkan dalam suatu kasus yang berkaitan dengan
penyadapan data pribadi pengguna internet khususnya penyadapan data
pribadi pengguna internet dengan menggunakan program monitoring aktivitas
komputer karena telah memenuhi unsur-unsur dari pasal 31 ayat (1) UndangUndang ITE tersebut.

15

Dalam pasal 8 ayat (1), Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak
Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental (1958) yaitu :
Setiap orang berhak atas penghormatan terhadap kehidupan pribadi
atau keluarganya, rumah tangganya dan surat-menyuratnya 6.
Berdasarkan ketentuan konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak
Asasi Manusia dan Kebebasan fundamental Tahun 1958 tersebut yaitu
bahwa setiap orang berhak dihormati dalam setiap kehidupan pribadinya.
Dalam hal tersebut diantaranya yaitu penghormatan atas keluarganya, rumah
tangganya dan surat menyuratnya. Seiring perkembangannya informasi dan
dokumen elektronik milik seseorang yang termasuk dalam surat-menyurat
merupakan hak pribadi yang harus dihormati.
Dalam Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik tanggal 16
Desember Tahun 1966 pasal 17 ayat (1) yaitu :
Tidak boleh seorang pun yang dapat secara sewenang-wenang atau
secara

tidak

sah

dicampuri

masalah-masalah

pribadinya,

keluarganya, rumah atau hubungan surat-menyuratnya, atau secara
tidak sah diserang kehormatan dan nama baiknya .
Menurut pasal 17 ayat (1) konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan
Politik Tahun 1966 tersbut bahwa tidak boleh seorang pun dapat secara
sewenang-wenang dan secara tidak sah untuk mencampuri masalah pribadi
seseorang termasuk hubungan surat menyuratnya. Dalam kaitannya
Informasi dan dokumen elektronik
6

merupakan hubungan surat menyurat

Jawa Pos, Menolak Revisi Kewenangan Penyadapan KPK, http://www.
Diansyahinijawaposwordpress.com, diakses pada tanggal 26 April 2010, pukul 11:10
WIB

16

yang termasuk kedalam hak pribadi seseorang yang tidak boleh seorangpun
secara sewenang-wenang dan tanpa hak untuk mencampurinya. Intersepsi
atau penyadapan secara sewenang-wenang dan tanpa hak termasuk dalam
mencampuri urusan pribadi orang lain yang bertolak belakang dengan
ketentuan pasal 17 ayat (1) Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik
Tahun 1966 tersebut.
Kemudian dalam pasal 17 ayat (2) Konvensi Internasional Hak-Hak
Sipil dan Politik Tahun 1966 yaitu :
Setiap orang berhak atas perlindungan hukum terhadap campur
tangan atau serangan seperti tersebut di atas .
Maksud dari pasal 17 ayat (2) konvensi Internasional Hak-Hak Sipil
dan Politik Tahun 1966 tersebut diatas yaitu bahwa seseorang berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk campur tangan orang
lain mengenai hak-hak pribadinya. Kaitannya yaitu bahwa setiap orang yang
menjadi korban dalam hal ini korban penyadapan data pribadi, yang
mengakibatkan informasi atau dokumen pribadinya jatuh kepada pihak lain
yang tidak mempunyai hak atas informasi atau dokumen tersebut berhak
untuk mendapatkan perlindungan hukum dari pihak yang berwajib yang
mempunyai wewenang untuk menangani masalah tersebut.
menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya yang pertama
Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional , yaitu
bahwa hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat yang didasari dari
konsep Roscoe Pound yaitu law as a tool of social engineering,

Hukum

adalah keseluruhan azas-azas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan

17

masyarakat, termasuk didalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan
hukum itu kedalam kenyataan. Kemudian dapat dilihat dalam bukunya yang
berjudul Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional , bahwa
hukum adalah keseluruhan kaidah dan azas yang mengatur kehidupan
manusia dalam masyarakat termasuk lembaga dan proses didalam
mewujudkan berlakunya kaidah hukum itu dalam kenyataan.
Kata azas dan kaidah ini menggambarkan hukum sebagai suatu
gejala normatif. Sedangakan kata lembaga dan proses menggambarkan
hukum sebagai gejala sosial. Berdasarkan hal tersebut di atas maka hukum
tidak boleh ketinggalan dalam proses pembangunan, sebab pembangunan
yang berkesinambungan mengkehendaki adanya konsepsi hukum yang
mendorong dan mengarahkan pembangunan nasional sebagai cerminan dari
tujuan hukum moderen. Salah satu tujuan hukum yaitu keadilan menurut
pancasila yaitu keadilan yang seimbang, artinya adanya keseimbangan
diantara kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan
penguasa7.
Semakin ramainya orang berkomunikasi melalui media internet, maka
menimbulkan perkembangan kreatifitas manusia dalam memanfaatkan
segala macam keuntungan atas keberadaan internet. Perkembangan
teknologi komputer memunculkan jenis-jenis kejahatan baru, yaitu dengan
memanfaatkan

komputer

sebagai

modus

operandi.

Penyalahgunaan

komputer dalam perkembangannya menimbulkan permasalahan yang sangat
rumit, terutama kaitannya dengan proses pembukitan tindak pidana (faktor
yuridis) terlebih lagi penggunaan komputer untuk tindak kejahatan memiliki
7

Ibid, hlm 159

18

karakteristik tersendiri dan berbeda dengan kejahatan yang dilakukan tanpa
menggunakan komputer (konvensional). Perbuatan atau tindakan, pelaku,
alat bukti ataupun barang bukti dalam tindak pidana biasa dapat dengan
mudah teridentifikasi. Tidak demikian halnya dengan kejahatan yang
dilakukan dengan menggunakan komputer8.
Berbagai kasus yang menyangkut cybercrime yang terjadi di
Indonesia dan dapat dideteksi oleh Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
sampai saat ini, pada umumnya yaitu dengan modus operandi yang dikenal
dengan istilah datadidling, yaitu perbuatan memanipulasi transaksi masuk
dengan mengubah data, antara lain berupa mengubah atau menghapus
transaksi, memasukan transaksi tambahan dan mengubah transaksi
penyesuaian. Hal ini dapat dilakukan apabila pelaku mengetahui sistem
pengaman berupa username dan password9, salah satu cara pelaku untuk
mengetahui sistem pengaman berupa username dan password tersebut yaitu
dengan cara penyadapan melalui monitoring aktivitas komputer, dimana
pelaku menggunakan suatu program yang diaplikasikan pada komputer yang
terhubung dalam jaringan internet, sehingga komputer yang lain yang
terhubung dalam jaringan yang sama akan terdeteksi seluruh aktivitasnya.
Dampak dari penyadapan dengan program monitoring aktivitas komputer itu
akan menimbulkan

kerugian bagi pengguna internet diantaranya yaitu

hilangya privasi seseorang yaitu jika informasi atau dokumen elektronik telah
ditangkap oleh program tersebut maka informasi atau dokumen elektronik
tersebut menjadi tidak lagi bersifat pribadi, dan tercurinya informasi penting
8

Edmon Makrim, Kompilasi Hukum Telematika, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada 2004, hlm 385
9
Nanan Soekarna, Dampak Teknologi Informasi Ditinjau dari sisi Pendidikan
dan Kriminalitas, Keynote Speech dalam Seminar Sehari, Oktober 2001

19

dan rahasia dari pengguna internet yaitu jika username dan password telah
diketahui maka pelaku dapat denga mudah mencuri seluruh informasi penting
dari website yang dilindungi oleh username dan password itu.
Berdasarkan uraian di atas, perbuatan mengenai penyadapan data
pribadi pengguna internet melalui monitoring aktivitas komputer termasuk
perbuatan melanggar hukum yang ketentuannya telah di buat secara khusus
dalam Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik karena penyadapan data pribadi pengguna internet telah
memenuhi unsur-unsur dari pasal 31 ayat (1) Undang-Undang ITE tersebut.
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang dilakukan oleh Penulis adalah deskriptif
analitis yang menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta
baik data sekunder bahan hukum primer berupa peraturan perundangundangan, data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin dan
data sekunder bahan hukum tersier berupa artikel.

2. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan metode pendekatan secara
yuridis normatif dengan melakukan penafsiran hukum secara gramatikal
yaitu penafsiran hukum yang dilakukan terhadap kata-kata atau kalimat
yang digunakan pembuat Undang-Undang dan perundang-undangan
tertentu serta penafsiran secara ekstensif. Disamping itu dilakukan pula
upaya untuk mengkaji dan menguji data sekunder bahan hukum primer
(Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

20

Elektronik), data sekunder bahan hukum sekunder yaitu pendapat para
ahli hukum terkemuka dan data sekunder bahan hukum tersier yaitu
berasal dari internet.

3. Tahap Penelitian
a. Penelitian kepustakaan, yaitu kegiatan mencari data sekunder bahan
hukum primer berupa perundang-undangan seperti Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dan mencari data sekunder bahan hukum sekunder sperti buku-buku
dan teks yang berhubungan dengan tindak pidana penyadapan.
b. Penelitian lapangan, yaitu dengan wawancara terstruktur dengan
pihak yang terkait dan searching melalui situs-situs dalam internet
yang berhubungan dengan bahasan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan Penulis adalah dengan cara
melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen yang erat kaitannya
dengan penyadapan. Dalam penelitian ini juga dilakukan kunjungan ke
berbagai situs internet.

5. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan penulis adalah yuridis kualitatif agar :
a. Perundang-undangan yang satu dengan yang lain tidak saling
bertentangan.

21

b. Memperhatikan hierarki bahwa peraturan yang lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.
c. Kepastian hukum. Artinya ketentuan yang berlaku betul-betul
dilaksanakan oleh penguasa dan penegak hukum.
d. Mencari hukum yang hidup dalam masyarakat baik hukum yang
tertulis maupun tidak tertulis.

6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu :
a. Perpustakaan
1. Perpustakaan

Universitas

Komputer

Indonesia

(UNIKOM)

Bandung jalan Dipati Ukur nomor. 112 Bandung.
2. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran (UNPAD)
Bandung jalan. Imam Bonjol nomor. 21 Bandung.
3. Perpustakaan Universitas Pasundan (UNPAS) Bandung jalan
Lengkong Besar Bandung.
b. Instansi Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung jalan Jawa nomor. 1
Bandung.
c. Situs-situs internet yaitu diantaranya :
1. http://www.hukumonline.com
2. http://www.tempointeraktif.com
3. http://www.kapanlagi.com
4. http://www.misagunadarma.com
5. http://www.kompas.com

22

BAB II
ASPEK HUKUM MENGENAI MONITORING AKTIVITAS
KOMPUTER DAN TINDAK PIDANA PENYADAPAN DATA
PRIBADI PENGGUNA INTERNET

A. Aspek Hukum Mengenai Monitoring Aktivitas Komputer
Kebutuhan

manusia

terhadap

internet

yang

semakin

tinggi

memunculkan produk-produk baru berupa program-program aplikasi yang
berfungsi sebagai sarana yang berguna mendukung kemajuan internet
tersebut. Produk-produk yang berbentuk program aplikasi merupakan hasil
dari perkembangan iptek yang dibuat sebagai sarana bagi pengguna internet
untuk mengakses masuk ke dalam jaringan-jaringan publik untuk mencari
data, melakukan pemindahan data, dan mencari informasi.
Banyaknya jumlah pengguna internet pada saat ini menimbulkan
berbagai-permasalahan-permasalahan batu yang sangat rumit dimana
kejahatan dilakukan dengan menggunakan sarana internet (cybercrime).
Salah satu kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan internet yaitu
penyadapant erhadap data pribadi pengguna internet, kejahatan ini dilakukan
dengan tujuan untuk mencuri informasi pengguna internet.
Penyadapan pada dasarnya hanya dibolehkan bagi petugas yang
berwenang dalam suatu negara guna meningkatkan pengawasan tingkat
tinggi dan dilakukan sepenuhnya untuk kepentingan keamanan negara agar
mampu mempertahankan dan meningkatkan kemampuan melawan tindakan

23

teror. Kewenangan penuh untuk menerapkan penyadapan yang sah secara
hukum tersebut dikenal dengan istilah lawful interception. Objek yang
disadap terdiri dari layanan komunikasi yang menggunakan atau melintasi
operator jaringan (network operator), akses oprator (access operator) dan
atau layanan melalui service provider. Subjek-subjekdari penyadapan yang
sah secara hukum (lawful interception) diantaranya yaitu akses internet,
layanan-layanan yang menggunakan internet seperti, browsig ke World Wide
Web, email groups, chat dan icq, Voice over IP, (VOIP) file transfer protocol
(FTP) dan segalahal yang melintasi jaringan internet.
Tindakan

penyadapan

berdasarkan

lawful

interception

harus

memenuhi standarisasi internasional yaitu, megacu pada dua standar yang
telah diakui oleh dunia internasional diantaranya :
1. European Telecomunications Standards Institute (ETSI) yang
berbasis di Perancis,
2. Communications Assistance for Law Enforcement Act (Calea)
yang berbasis di Amerika Serikat.
Definisi penyadapan yang sah secara hukum menurut European
Telecommunications Standards Institute (ETSI) yaitu kegiatan penyadapan
dilakukan terhadap network operator, akses provider, service provider
dengan tujuan agar informasi yang ada selalu siap digunakan sebagai
fasilitas kontrol pelaksanaan hukum. Persyaratan yang terperinci dalam
melaksanakan

penyadapan

berdasarkan

standarisasi

Eropa

maupun

Amerika berbeda antara satu yuridiksi dengan yuridiksi lainnya, tetapi dalam
pelaksanaan penyadapan tersebut terdapat satu persayaratan umum yang

24

sama yaitu sistem penyadapan yang disediakan harus melaksanakan
penahanan atau pemotongan sebelum sebuah pokok materi yang berupa
informasi tersebut sampai ke tempat tujuan. Pemotongan pokok materi
tersebut harus dilaksanakn dengan baik hingga pengirim informasi tersebut
tidak sadar atau tidak terpengaruh pada saat informasi tersebut dipotong
sebelum sampai ke alamat yang dituju. Untuk mendukung lawful interception,
kelompok

industri

dan

agen

pemerintah

masih

terus

mencoba

menstandarisasikan pengolahan secara teknis dibelakang pemotongan
tersebut. Hal ini berlaku tidak hanya di eropa tetapi diseluruh negara. Teknik
implementasi penyadapan dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
yaitu penyadapan aktif, yaitu penyadapan yang dilakukan secara langsung,
penyadapan semi aktif, dan penyadapan pasif tetapi secara teknis,
kebanyakan

penyadapan

yang

dilakukan

adalah

dengan

mengimpelementasikan penggabungan teknis aktif dan pasif10.
Pengaturan mengenai penyadapan di Indonesia pada dasarnya telah
memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada masa Kolonial Belanda
kewenangan

mengenai

penyadapan

telah

diatur

yaitu,

berdasarkan

keputusan Raja Belanda Tanggal 25 Juli 1893 No. 36, pengaturan mengenai
penyadapan informasi dibatasi yaitu hanya digunakan pada lalu lintas surat di
kantor pos seluruh Indonesia (Mail Interception). Keputusan Raja Belanda
Tanggal 25 Juli 1893 tersebut dapat dianggap sebagai peraturan tertua di
Indonesia.

10

Handover Interface for the Lawful Interception of Telecommunication
Traffic, http//www.kapanlagi.com, diakses pada taggal 25 April 2010, pukul 09:04
WIB

Ditinjau dari perkembangannya saat ini, terkait dengan kewenangan
khusus aparat negara untuk melakukan penyadapan komunikasi diatur dalam
sejumlah undang-undang diantaranya yaitu Undang-Undang Pisikotropika,
Undang-Undang Telekomunikasi, Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme, Undang-Undang Informasi dan Transaksi elektronik.
Kemudian penerapan penyadapan yang sah secara hukumatau lawful
interception di indonesia pada saat ini dilakukan oleh pemerintah dengan
berdasarkan pada Peraturan Mentri Komunikasi dan Informatika Nomor
11/PERM.KOMINFO/02/2006, tanggal 22 Februari 2006 Tentang Teknis
Penyadapan Terhadap Informasi.
Walaupun penyadapan telah diatur secara khusus dalam berbagai
peraturan

perundang-undangan,

tetapi

kewenangan

penyadapan

di

indonesia pada dasarnya masih jauh dari standar yang memadai dalam hal
melindungi hak asasi manusia terkait hak privasi dalam penegakan hukum
karena

pada

intinya,

penyadapan

informasi

adalah

aktivitas

yang

bertentangan dengan kebebasan privasi individu.
Seiring perkembangan internet yang sangat pesat, penyadapan data
pada jaringan komputer dengan cara memantau data yang bergerak keluar
masuk dalam jaringan komputer tidak hanya dilakukuan oleh aparat yang
berwenang,

tetapi

banyak

pengguna

internet

melakukan

aktivitas

penyadapan dengan tujuan untuk mencuri informasi dari pengguna internet.
Monitoring

aktivitas

komputer

biasanya

dilakukan

oleh

orang

yang

mengetahui dan sangat paham tentang ruang lingkup internet atau biasa
disebut sebagai ahli internet.

Program aplikasi monitoring aktivitas komputer pada saat ini sangat
mudah didapatkan melalui jaringan internet dengan cara men-download nya
di internet. Walaupun cara menjalankan program tersebut cukup sulit bagi
seseorang yang kurang paham atau awam terhadap ruang lingkup komputer,
tetapi dengan kemudahan untuk mendapatkan program aplikasi tersebut
akan menimbulkan dampak negatif bagi kemajuan teknologi dimana
seseorang dapat mempelajari program monitoring aktivitas komputer tersebut
dengan tujuan untuk menyadap data pribadi pengguna internet atau penguna
komputer yang terhubung dalam suatu jaringan.
Penyadapan data dalam jaringan komputer terjadi akibat kurangnya
sistem keamanan pada sebuah komputer yang terhubung dengan jaringan
atau ketidaktahuan masyarakat awam mengenai ruang lingkup jaringan
komputer. Biasanya korban dalam hal ini para pengguna internet tidak sadar
bahwa pada saat mengakses internet ada seseorang yang sedang
menyadapnya11.
Pentingnya nilai sebuah informasi menyebabkan seringkali informasi
yang diinginkan hanya boleh diakses oleh orang-orang tertentu. Jatuhnya
informasi ke tangan pihak lain, misalnya pihak lawan bisnis dapat
menimbulkan kerugian bagi pemilik informasi tersebut12. Salah satu tujuan
seseorang yang tidak berkepentingan dalam menggunakan program
monitoring aktivitas komputer yaitu untuk mendapatkan informasi secara
melawan hukum untuk kepentingan pribadinya.

11

Neonmap, Active Sniffing Detector (ARP Spoofing) With Artifical Neural
Network Method, http//www.jasakom.com, diakses pada tanggal 08 Mei 2010, pukul
23:43 WIB
12
Missa Lamsani, Op.Cit, Komunikasi Data

Metode penyadapan data pribadi pengguna internet yang dilakukan
secara melawan hukum oleh pihakl yang tidak berkepentingan atas sebuah
informasi hampir sama dengan metode lawful interception yang dilakukan
oleh aparat yang berwenang terdiri dari beberapa metode diantaranya :
1. Penyadapan dengan menggunakan program monitoring aktivitas
komputer pasif atau biasa disebut dengan program passive
sniffing, dimana penyadapan terhadap data pribadi pengguna
internet tanpa mengubah data atau paket apapun dalam suatu
jaringan. Program passive sniffing tersebut hanya memantau
paket data yang bergerak keluar masuk dalam jaringan.
2. Penyadapan dengan menggunakan program monitoring aktivitas
komputer aktif atau biasa disebut juga dengan program active
sniffing, yaitu dimana dengan menggunakan program active
sniffing yang merupakan suatu program aktivitas monitoring
komputer yang lebih canggih dari passive sniffing, penyadapan
dilakukan tidak hanya memantau data yang bergerak dalam suatu
jaringan tetapi program tersebut dapat membelokan data dari
komputer korban ke komputer pelaku penyadapan tersebut
sehingga pelaku penyadapan dapat mengetahui seluruh aktivitas
yang dilakukuan oleh pengguna komputer pada suatu jaringan
atau penggguna internet, kemudian dengan program active
sniffing, pelaku juga dapat mengontrol komputer korban sehingga
komputer korban tersebut dapat digerakan oleh pelaku13.

13

Neonmap, OP.Cit, Active sniffing Detector (ARP Spoofing) With Artifical
Neural Network Method

Kenyataanya masih sedikit solusi yang dapat dilakukan dengan tepat
untuk mendeteksi maupun untuk mencegah aktifitas penyadapan
dengan menggunakan program monitoring aktifitas komputer ini.
Pelaku biasanya melakukan penyadapan di tempat-tempat rawan,
misalnya seorang karyawan melakukan penyadapan data pribadi di
perusahaan tempat dia bekerja, atau seorang pengunjung warnet
melakukan penyadapan untuk mencuri data pribadi seseorang yaitu
untuk mencuri password dan username seseorang dalam internet
bahkan pelaku juga biasanya melakukan penyadapan untuk mencuri
data transaksi bank melalui kartu kredit. Akibatnya tingkat kejahatan
dunia maya atau biasa disebut dengan cybercrime semakin
meningkat dan merugikan banyak pihak.
Wewenang untuk melakukan penyadapan oleh aparat tertentu di
negara-negara maju digunakan haya terbatas untuk mencegah dan
mendeteksi kejahatan-kejahatan yang sangat serius dengan syarat :
1. Dipergunakan karena metode investigasi kriminal lainnya telah
mengalami kegagalan,
2. Tidak adanya cara lain yang dapat digunakan selain penyadapan
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dan
3. Penyadapan dilakuan dengan alasan yang cukup kuat dan
diperaya bahwa dengan penyadapan maka bukti-bukti baru akan
ditemukan dan dapat digunakan untuk menghukum pelaku pidana
yang dituju.

Selain itu, di beberapa negarapenyadapan dapat juga dilakukan dengan dasar
yaitu menyangkut kepentingan khusus bagi keamanan negara (interest of
national security) dan digunakan untuk menjaga keamanan dan stabilitas
ekonomi negara. Ketentuan pembatasan penyadapan bagi aparat negara di
berbagai dunia juga sudah sangat berkembang. Penyadapan hanya dapat
digunakan dalam kondisi dan prasyarat yang khusus contohnya:
1. Adanya otoritas resmi yang jelas berdasarkan Undang-Undang yang
memberikan izin penyadapan 9mencakup tujuan yang jelas dan objektif),
2. Adanya jaminan jangka waktu yang pastidalam melakukan penyadapan,
3. Pembatasan penanganan materi hasil penyadapan,
4. Pembatasan mengenai orang yang dapat mengakses penyadapan dan
pembatasan-pembatasan lainnya.
Pembatasan-pembatasan itu sangat eperlu dilakukan karena penyadapan
berbatasan langsung dengan perlindungan hak pribadi seseorang. Konvensi
Hak Sipil Politik telah memberikan hak bagi setiap orang untuk dilindungi dari
campur tangan seseorang dengan sewenang-wenang atau secara tidak sah
dalam masalah pribadi, keluarga, rumah tangga atau surat menyuratnya
(korespondensinya)..
B. Ketentuan Hukum Mengenai Tindak Pidana Penyadapan Data Pribadi
Pengguna Internet
Monitoring aktivitas komputer yang merupakan suatu kegiatan untuk
memantau paket data yang terdapat dalam jaringan komputer, dengan
menggunakan suatu program aplikasi komputer (software), sehingga paket
data yang berupa kode-kode yang bergerak keluar-masuk dalam suatu

jaringan milik seseorang pengguna internet dapat dilihat oleh seseorang yang
tidak berkepentingan, kemudian kode-kode tersebut yang merupakan data
pribadi seseorang pengguna internet dapat diterjemahkan kembali sehingga
seseorang yang tidak berkepentingan tersebut dapat membaca data pribadi
pengguna internet tersebut, maka kegiatan itu dapat dikategorikan sebagai
suatu penyadapan karena data milik pengguna internet yang bersifat pribadi
yang dikirimkan oleh pengguna internet melalui jaringan komputer dapat
diketahui oleh pihak yang tidak berkepentingan.
Ketentuan mengenai penyadapan di Indonesia telah diatur dalam
berbagai perundang-undangan. Pasal 40 Undang-Undang Nomor 36 tahun
1999 tentang Telekomunikasi menyebutkan,
setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi
yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk
apapun .
Dari penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999
tentang Telekomunikasi tersebut telah menyatakan secara tegas mengenai
pelarangan terhadap setiap orang dalam kegiatan penyadapan atas informasi
yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun.
Apabila dijabarkan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi tersebut memuat unsur-u

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Mengenai Game Online Counter Strike yang Mengandung Kekerasan di Internet Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 12 1

Tinjauan Hukum Mengenai Rekayasa Foto yang Mengandung Unsur Pencemaran Nama Baik yang Ditampilkan Pada Media Internet Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 31 1

Tinjauan Hukum Mengenai Perusakan Situs Resmi Instansi Pemerintah Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

2 12 69

Tinjauan Hukum Terhadaop Perbuatan Melawan Hukum atas Pembobolan Akses Internet Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 4 1

Tinjauan Hukum Mengenai Pembayaran Dengan Menggunakan Digital Cash Dihubungkan Dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 3 1

Tinjauan Hukum Mengenai Praktik Prostitusi yang Dilakukan Melalui Media Internet Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 2 1

Tinjauan Hukum Mengenai Informasi Lowongan Kerja Pada Internet Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 7 91

Tinjauan Hukum Mengenai Kekuatan Pembuktian Secara elektronik Dalam Perkara Cyber Crime Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 10 29

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Transaksi Perbankan Melalui Electronic Data Capture (EDC) General Packet Radio Services (GPRS) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik JUNCTO Undang-Unda

1 38 180

Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Internet Dihubungkan Dengan Pasal 362 KUHP Juncto Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

2 12 90