Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Internet Dihubungkan Dengan Pasal 362 KUHP Juncto Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

LEGAL VIEW CONCERNING LARCENY OF CUSTOMERS FUND BANK THROUGH INTERNET MEDIA RELATED WITH ARTICLE 362 CRIMINAL LAW CODE JUNCTO UNDANG-UNDANG NUMBER 11/2008

ABOUT INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Komputer Indonesia

Disusun Oleh : Darsono 3.16.04.028

Di Bawah Bimbingan :

Arinita Sandria, S.H., M.Hum

JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

i

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Strata-1 Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

Darsono 316. 04. 028

Bandung, Juli 2010 Pembimbing

Arinita Sandria, S.H., M.HUM NIP.4127.3300.006

Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia

(Prof. DR. H. R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H) NIP : 4127. 7000. 009


(3)

ix

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK ABSTRAK DARSONO

Pemanfaatan teknologi dan informasi saat ini telah banyak digunakan oleh orang secara individu maupun oleh lembaga. Hasil kemajuan serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang paling besar pengaruhnya adalah pada lembaga keuangan. Pemanfaatan internet oleh lembaga keuangan atau bank yang kini telah dikenal dengan nama internet banking, maka konsumen (nasabah) dapat melakukan suatu transaksi yang mengedepankan aspek kemudahan, efisiensi, fleksibilitas dan kesederhanaan yang tentunya merupakan media alternatif dalam memberikan kemudahan bagi nasabah lembaga keuangan Bank tersebut. Penyelenggaraan internet banking yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi, dalam kenyataannya pada satu sisi membuat jalannya transaksi menjadi lebih mudah, akan tetapi di sisi lain membuatnya semakin berisiko. Berdasarkan hal tersebut, keamanan menjadi faktor yang paling penting. Faktor keamanan ini dapat menjadi salah satu fitur unggulan yang dapat ditonjolkan oleh pihak bank. Salah satu risiko yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan internet banking diantaranya adalah pencurian dana nasabah bank melalui internet. Masalah pencurian dana nasabah bank saat ini diatur oleh Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, akan tetapi dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet belum dapat diatur, oleh karena itu timbul beberapa masalah antara lain bagaimanakah efektivitas Pasal 362 KUHP jucto Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam mengatur tentang pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet, serta tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.

Untuk mencapai tujuan diatas, maka Penulis melakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif. Data hasil penelitian dianalisis secara kualitatif yuridis, yang mana peraturan perundang-undangan yang satu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-perundang-undangan lainnya, serta memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan dan kepastian hukum. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh pelaku pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet dapat dikenakan Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana juncto Pasal 32 ayat 2 Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dikarenakan perbuatan pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet telah memenuhi unsur-unsur dari pasal tersebut.


(4)

x

LEGAL VIEW CONCERNING LARCENY OF CUSTOMERS FUND BANK THROUGH INTERNET MEDIA RELATED WITH ARTICLE 362 CRIMINAL

LAW CODE JUNTO UNDANG-UNDANG NUMBER 11/2008 ABOUT INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION

Abstract

Darsono

The exploiting of information and technology at present has much being used by people individualy and also by institution. The bigest influence of the output progress and technological information and communication development are on the financial institution. Existence of the internet exploiting by financial institution what is recognized as internet banking were facilitating the customer on the transaction which placing forward the easy factor, efficiency, flexibility and simplicity where one of the service on internet banking itself. Implementation of internet banking very influential progress of technology and informations, in a mater of fact make in transaction is very easy, but in other side make be a risk. In this case a security can be important. In this factor security can be other superiority in of bank it self. Other side of risk concerned with Implementation of internet banking between is larceny of customers fund bank through internet media. a problem of legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media arraged related with article 362 criminal law code, but in article 362 criminal law code a problem of legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media not yet arrange. Because of that appear some many problems between other howeffectiveness related with article 362 criminal law code junto undang-undang number 11/2008 about information and electronic transaction in regulate about legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media, and constrain with the deal in law maintenance with law measure that can do about subject the legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media.

to reach the purpose above, then the writer do some analitycal description research with normative juridical approach. the data has been qualitative juridical analyzed considering the hierarchy of the regulations it self and to achieve law certainness.

grounded on research when have finished can be able to node that deed where do by subject legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media according criminal may be touched article 362 criminal law code junto undang-undang number 11/2008 about information and electronic transaction because of a deed legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media, already comply with a request substances from articles.


(5)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... vi

ABSTRAK... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Maksud dan Tujuan Penelitian... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Kerangka Pemikiran... 8

F. Metode Penelitian... 18

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG PERBANKAN DAN PENCURIAN MELALUI INTERNET A. Aspek Hukum Perbankan... 21


(6)

vii

C. Aspek Hukum Mengenai Pencurian 37

D. Cybercrime ... 40

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH MELALUI INTERNET

A. Pihak-Pihak Yang Terkait dalam kasus Pencurian Dana Nasabah Melalui Internet... 47 B. Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Internet... 51 C. Akibat yang timbul dari tindak pidana pencurian dana nasabah

bank melalui internet... 54

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) JUNCTO PASAL 32 AYAT 2

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Efektivitas Mengenai Pencurian Dana Nasabah Bank melalui Internet dihubungkan dengan Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Juncto Pasal 32 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik .. ... . 59

B. Tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian

dana nasabah bank melalui


(7)

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan . 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA . 81

LAMPIRAN


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu ekonomi, budaya, hukum, agama dan politik, sehingga dibutuhkan suatu tuntutan hukum atau adanya perundang-undangan untuk menyesuaikan dengan keadaan di era globalisasi sekarang ini.

Teknologi memberikan manfaat yang luar biasa bukan karena telah digunakan oleh para ribuan pakar saja yang dapat mengaksesnya akan tetapi dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat luas. Terciptanya suatu sistem informasi yang bersifat global menjadikan dunia ini semakin kecil dan seakan-akan meniadakan apa yang disebut dengan batas-batas suatu negara (borderless).

Sistem informasi awalnya sangat sulit untuk diperoleh, akan tetapi kini semuanya dapat diperoleh hanya dalam beberapa saat saja. Perkembangan teknologi pada saat ini tidak hanya mencakup masalah informasi saja, akan tetapi juga mencakup masalah-masalah lain khususnya masalah ekonomi. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan dan pergeseran yang cepat dalam suatu kehidupan tanpa batas. Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong pertumbuhan bisnis yang pesat, karena berbagai informasi dapat disajikan melalui hubungan jarak jauh dan mereka yang ingin mengadakan transaksi tidak harus bertemu muka, akan tetapi cukup melalui peralatan komputer dan telekomunikasi.


(9)

2

Perkembangan teknologi informasi juga membentuk masyarakat dunia baru yang tidak lagi dihalangi oleh batas-batas teritorial dan telah membalikkan segalanya yang jauh jadi dekat yang khayal jadi nyata. Di balik kemajuan itu, juga telah melahirkan keresahan-keresahan baru dengan munculnya kejahatan yang canggih dalam bentuk cybercrime.

Pemanfaatan teknologi dan informasi saat ini telah banyak digunakan oleh orang secara individu maupun oleh lembaga. Hasil kemajuan serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang paling besar pengaruhnya adalah pada lembaga keuangan. Pemanfaatan internet oleh lembaga keuangan atau bank yang kini telah dikenal dengan nama internet banking, maka konsumen (nasabah) dapat melakukan suatu transaksi yang mengedepankan aspek kemudahan, efisiensi, fleksibilitas dan kesederhanaan yang tentunya merupakan media alternatif dalam memberikan kemudahan bagi nasabah lembaga keuangan bank tersebut1.

Berkembangnya internet banking sebagai suatu layanan keuangan, tidak terlepas dari beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan memanfaatkan internet banking tersebut. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan bahwa industri saat ini banyak mengadopsi konsep internet banking, diantaranya adalah untuk memperluas jangkauan akses pasarnya, meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan terhadap para nasabahnya dan yang lebih penting bahwa penerapan internet banking ini dapat dijadikan sebagai sarana strategis untuk melakukan kompetisi antar bank yang sangat ketat2.

1

Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,Hlm. 1.

2


(10)

3

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi perbankan relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Berbagai Jenis teknologi diantaranya meliputi Automated Teller Machine (ATM), Banking Application System, Real Time Gross Settlement System, Sistem Kliring Elektronik, dan Internet Banking. Bank Indonesia sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi Sistem Informasi (TSI) untuk semua terapan teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan . Istilah lain yang lebih sering digunakan adalah Electronic Banking. Electronic Banking mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan di garis depan atau front end (yang berhubungan dengan nasabah), yaitu menggunakan web browser sebagai user interface contohnya ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa kelompok lainnya bersifat back end (yang berhubungan dengan bank), yaitu teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, merchant, atau penyedia jasa transaksi, misalnya electronic checkconversion.3

Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari hampir seluruh aktivitas masyarakat. di dunia, di mana hampir seluruh proses penyelenggaraan sistem pembayaran dilakukan secara elektronik (paperless). Perkembangan teknologi informasi tersebut telah memaksa pelaku usaha mengubah strategi bisnisnya dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama dalam proses inovasi produk dan jasa. Pelayanan electronic transaction (e-banking) melalui internet banking merupakan salah satu bentuk baru dari delivery

3 Penegakan Hukum terhadap Cyber, http://nustaffsite.gunadarma.ac.id, Diakses Pada


(11)

4

channel pelayanan bank yang mengubah pelayanan transaksi manual menjadi pelayanan transaksi oleh teknologi. 4

Internet banking bukan merupakan istilah yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan. Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya nasional yang menyelenggarakan layanan tersebut. Penyelenggaraan internet banking yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi, dalam kenyataannya pada satu sisi membuat jalannya transaksi menjadi lebih mudah, akan tetapi di sisi lain membuatnya semakin berisiko. Berdasarkan hal tersebut, keamanan menjadi faktor yang paling penting. Faktor keamanan ini dapat menjadi salah satu fitur unggulan yang dapat ditonjolkan oleh pihak bank. Salah satu risiko yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan internet banking diantaranya adalah pencurian dana nasabah bank melalui internet. Salah satu contoh pencurian dana nasabah bank melalui internet terjadi di Purwokerto, seorang nasabah bank Mandiri. Kehilangan uang sebesar Rp. 38 juta yang dicuri oleh teknologi internet. Kasus pencurian dana nasabah bank melalui internet ini menjadikan pihak bank atau nasabah sebagai korban, dapat terjadi karena maksud jahat seseorang yang memiliki kemampuan dalam bidang teknologi informasi, atau seseorang yang memanfaatkan kelengahan pihak bank maupun pihak nasabah. Pemanfaatan internet untuk praktik pencurian dana nasabah bank melalui internet, sesungguhnya bukan hal baru. Beberapa nasabah bank sudah sejak lama mengeluh kepada pihak bank yang dipercayai untuk menyimpan uangnya, dikarenakan uang yang terdapat pada rekening

4 Peranan Bank Indonesia dalam Pencegahan Kejahatan, http://www.jisportal.com, Di


(12)

5

tabungan berkurang, sementara nasabah bank tersebut tidak merasa melakukan penarikan uang, transaksi, atau membelanjakan uang yang terdapat pada rekening yang di milikinya.

Internet merupakan sebuah media hasil dari perkembangan teknologi informasi yang banyak memberikan manfaat di satu sisi, akan tetapi pada sisi lain seakan menjadi fasilitas yang memudahkan berbagai aktivitas kejahatan yang dapat mengganggu rasa aman dan ketertiban dalam masyarakat5. Kejahatan yang dilakukan melalui media internet merupakan salah satu jenis kejahatan baru yang pada saat ini marak dilakukan karena tingkat kesulitan dalam melaksanakan kejahatan relatif mudah dilakukan. Pelaku menggunakan internet sebagai media untuk melakukan kejahatan tanpa harus tatap muka secara langsung karena dilakukan melalui dunia yang tidak nyata, termasuk kejahatan pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet. Media internet memudahkan pelaku untuk melakukan kejahatan tersebut karena proses yang terjadi didalamnya relatif cepat, mudah dan dipastikan tanpa diketahui oleh siapa pun.

Keadaan inilah yang memaksa penegakan hukum dalam teknologi informasi sangatlah penting, penegakan hukum selalu melibatkan manusia di dalamnya dan dengan demikian akan melibatkan tingkah laku manusia bahkan beragamnya perilaku anggota masyarakat yang mencoba mempengaruhi bekerjanya hukum sebagai sistem, tidak menutup kemungkinan ada diantaranya anggota masyarakat yang mencoba menghambat dan menggagalkan bekerjanya

5

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law (Aspek Hukum Teknologi Informasi), Refika Aditama , Bandung , 2005, Hlm. vii.


(13)

6

hukum dengan cara mempengaruhi aparat penegak hukum agar tidak bekerja sesuai dengan kode etik profesinya.

Hal ini merupakan suatu kendala yang dapat mengakibatkan perbuatan tersebut dapat dilakukan secara sah karena Indonesia menganut asas legalitas yang di mana tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.

Masalah mengenai pencurian dana nasabah bank melalui internet diatur dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tetapi Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) hanya mengatur pencurian secara konvensional dan belum mengatur mengenai pencurian melalui internet.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang dilakukan peneliti

mengambil judul: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA

NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK .


(14)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah efektivitas Pasal 362 KUHP dalam mengatur tentang pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet?

2. Apa tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet?

C. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian yang diungkit oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui efektivitas Pasal 362 KUHP dalam mengatur tentang pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.

2. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan secara Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan masukan dalam perkembangan ilmu hukum, khususnya di bidang cyber law (hukum siber)

2. Kegunaan secara Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan kepada para penegak hukum untuk melakukan proses penegakan


(15)

8

hukum dalam masalah pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat menyebutkan bahwa:

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 menjelaskan tentang Pancasila yang terdiri dari lima sila dan apabila dilihat secara bulat atau holistik (satu kesatuan), yaitu dengan melihat dasar pikiran dalam sila pertama, ketiga dan kelima, maka keseimbangan (balance) merupakan substansi pokok yang terkandung di dalamnya. Keseimbangan yang dijelaskan dalam keseluruhan silanya adalah keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat serta kepentingan penguasa, yang dituntun oleh sila ketuhanan6.

6 Otje Salman S. dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan


(16)

9

Alinea keempat merupakan landasan hukum dalam upaya melindungi seluruh masyarakat Indonesia tidak terkecuali setiap orang yang melakukan perbuatan hukum yang bersinggungan, Kebijakan hukum nasional yang kurang bisa mengikuti perkembangan kemajuan teknologi tersebut, justru akan mendorong timbulnya kejahatan-kejahatan baru dalam masyarakat yang belum dapat dijerat dengan menggunakan hukum lama sehingga negara terancam dengan kerugian yang sangat besar dan tidak ada tindakan yang tegas sesuai hukum di Indonesia untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya mengenai pencurian dana nasabah bank melalui internet.

Hal ini berarti bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (rechtstaat) dan bukan negara yang berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat) dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Salah satu konsekuensi dari negara hukum adalah bahwa tindakan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan sesuai dengan asas legalitas.

Istilah negara hukum dalam bahasa Belanda disebut rechstaat, sedangkan dalam terminologi Inggris disebut rule of law. Istilah rule of law dalam perkembangan hukum di Indonesia disebut dengan negara hukum yang diartikan sebagai negara atau pemerintah berdasarkan atas hukum.


(17)

10

Wade mengidentifikasikan lima aspek dalam the rule of law, yaitu :

1. Semua tindakan pemerintah harus berdasarkan hukum.

2. Pemerintah harus berperilaku di dalam suatu bingkai yang diakui peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip yang membatasi kekuasaan diskresi.

3. Sengketa mengenai keabsahan tindakan pemerintah akan diputuskan oleh pengadilan yang murni independen dari kekuasaan eksekutif.

4. Harus seimbang antara pemerintah dan warga negara.

5. Tidak seorangpun dapat dihukum, kecuali atas kejahatan yang ditegaskan menurut undang-undang.

Peraturan perundang-undangan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general) 7. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan, bahwa :

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum

Setiap negara memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia salah satunya adalah memberikan perlindungan bagi seluruh warga negara Indonesia. Hal ini terlihat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang menyatakan, bahwa :

7


(18)

11

... kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum...

Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersebut menegaskan bahwa pemerintah Indonesia harus berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini sejalan dengan prinsip welfare state (negara kesejahteraan) yang dianut oleh pemerintah Indonesia.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional Indonesia Tahun 2005 2025 adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.

Pembangunan nasional memiliki 8 (delapan) misi, yaitu :

1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudi dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.


(19)

12

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum. 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu.

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan. 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

Strategi untuk melaksanakan visi dan misi tersebut dijabarkan secara bertahap dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Saat ini, Indonesia sudah memasuki RPJMN Tahapan ke-2 (2010 2014).

Visi Indonesia 2014 adalah terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokrasi dan berkeadilan. Perwujudan visi Indonesia 2014 dijabarkan dalam misi pembangunan 2010 2014 sebagai berikut :

1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera. 2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi.

3. Memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang.

Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010 2014 ditetapkan 5 (lima) agenda utama pembangunan nasional tahun 2010 2014, yaitu :

1. Agenda I, yaitu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.


(20)

13

3. Agenda III, yaitu penegakan pilar demokrasi.

4. Agenda IV, yaitu penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. 5. Agenda V, yaitu pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

Sistem yang demokratis harus disertai dengan tegaknya rule of law, oleh karena itu agenda penegakan hukum masih merupakan agenda yang penting dalam periode 2010 2014. Wujud dari penegakan hukum adalah munculnya kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepastian hukum akan memberikan rasa aman, adil dan kepastian berusaha bagi masyarakat yang terkait dengan kepastian usaha. Salah satu persoalan yang dianggap menggangu masuknya investasi ke Indonesia adalah lemahnya kepastian hukum, oleh karena itu penegakan hukum akan membawa dampak positif bagi perbaikan iklim investasi yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara kerjasama internasional dan regional dan mendorong kerja sama internasional regional dan bilateral antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga disegala bidang, bidang disini yaitu bidang teknologi dan informasi, maka dari itu perlunya perbaikan dan penyempurnaan pada aspek hukum dalam memberikan keadilan yang akan memudahkan pencapaian dalam bidang kerja sama, salah satunya ketentuan di bidang informasi dan transaksi elektronik, yaitu Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Eletronik.

Internet banking merupakan suatu layanan elektronik kepada nasabah bank secara online di internet. Sebagaimana halnya dengan fasilitas perbankan lainnya yang menggunakan kecanggihan teknologi, misalnya ATM maupun kartu kredit, permasalahan yang sering timbul adalah mengenai tingkat resiko yang cukup tinggi.


(21)

14

Banyaknya kerugian materiil yang diderita oleh nasabah bank pengguna internet banking dalam mekanisme internet banking, menunjukkan masih kurangnya suatu perlindungan hukum bagi nasabah bank pengguna Internet Banking.8

Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong pertumbuhan bisnis yang pesat, karena berbagai informasi dapat disajikan melalui hubungan jarak jauh dengan mudah dapat diperoleh. Mereka yang ingin mengadakan transaksi tidak harus bertemu muka secara langsung, cukup melalui peralatan komputer dan telekomunikasi.

Peranan hukum diharapkan dapat menjamin bahwa pelaksanaan perubahan itu akan berjalan dengan cara yang teratur, tertib dan lancar khususnya dalam bidang perbankan, di tinjau dari segi efisiensi perbankan 9.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menyatakan bahwa:

Segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya .

Fungsi utama bank Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dana yang dihimpun oleh bank merupakan simpanan yang di percayakan oleh masyarakat kepada bank.

8

Perlindungan Hukum bagi Nasabah Bank Pengguna Internet Banking, http://www.google.com// www.hukum_online.com, Diakses Pada Tanggal 22 Februari 2010, Jam 15.49 WIB

9Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Komputer, http://www.google.com//


(22)

15

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak .

Berdasarkan ketentuan Pasal 5 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menurut jenisnya bank dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariat yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariat yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kemajuan teknologi dan informasi, mengakibatkan masyarakat dapat mengakses dan memanfaatkan internet. Internet telah membuat manusia mampu menjelajah ruang maya tanpa batas, berkomunikasi mengenai beragam informasi global, memasuki jagat perbedaan dan lintas etnis, agama, politik, budaya, dan lain sebagainya10. Kemajuan teknologi dan informasi mempunyai dampak positif dan negatif bagi masyarakat khususnya dalam penggunaan internet, dampak positifnya

10


(23)

16

diantara lain adalah internet adalah sebagai media komunikasi di mana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia, internet pun bisa menjadi media pertukaran data contohnya dengan menggunakan e-mail yaitu para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan mudah, selain itu internet pun bisa digunakan sebagai lahan informasi, mencari informasi dan juga memberikan kemudahan bertransaksi dan berbisnis khususnya dalam bidang perdagangan, sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran atau penjualan. Penggunaan internet selain mempunyai dampak positif, ada juga dampak negatifnya diantaranya yaitu dapat menimbulkan tingkat kejahatan di antaranya yaitu mengenai pornografi, penipuan, ataupun pencurian.

Penyalahgunaan komputer dalam perkembangannya menimbulkan permasalahan yang sangat rumit, terutama kaitannya dengan proses pembuktian tindak pidana (faktor yuridis). Penggunaan komputer untuk tindak kejahatan itu memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda dengan kejahatan yang dilakukan tanpa menggunakan komputer (konvensional). Perbuatan atau tindakan, pelaku, alat bukti ataupun barang bukti dalam tindak pidana biasa dapat dengan mudah teridentifikasi, tidak demikian halnya kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan komputer. Tindak kejahatan pencurian makin marak terjadi melalui internet dengan modus yang bermacam-macam diantaranya yaitu pencurian dana nasabah bank melalui internet.


(24)

17

Tindak pidana pencurian diatur oleh Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang memuat unsur-unsur sebagai berikut 11:

1. Mengambil barang, artinya perbuatan mengambil barang, kata mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakan tangan dan jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkanya ke tempat orang lain.

2. Barang yang diambil, artinya merugikan kekayaan korban, maka barang yang harus diambil harus berharga, harga ini tidak harus bersifat ekonomis.

3. Tujuan memiliki barangnya dengan melanggar hukum, artinya tindak pidana pencurian dalam bentuknya yang pokok berupa perbuatan mengambil suatu benda yang sebagian atau seluruhnya adalah kepunyaan orang lain.

Pada kasus pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet, pihak yang melakukan pencurian dana tersebut melakukan pemindahan atau mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain kepada pihak yang tidak berhak.

Media informasi dan teknologi merupakan sarana efektif untuk perbuatan melawan hukum, oleh karena itu perbuatan yang dilakukan secara elektronik juga harus diatur dalam undang-undang agar tidak lolos dari jerat hukum. Kenyataan ini telah menyebabkan negara-negara di dunia memberikan perhatian terhadap pentingnya regulasi dibidang teknologi informasi yang dikenal dengan cyber law. Di

11

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Jakarta , 1967, Hlm. 15


(25)

18

Indonesia regulasi tersebut baru dibentuk dan baru disahkan pada tahun 2008, yakni Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Teknologi Elektronik.

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang dilakukan adalah secara deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian dilakukan dengan cara melukiskan dan menggambarkan fakta-fakta baik berupa data sekunder bahan hukum primer berupa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para ahli dan data sekunder bahan hukum tersier yakni data-data yang didapat melalui majalah dan brosur yang berhubungan dengan masalah pidana.

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu suatu metode di mana hukum dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas atau dogma-dogma. Peneliti ini mencoba melakukan penafsiran hukum ekstensif di mana penafsiran tersebut memperluas dengan cara melampaui batas-batas yang ditentukan dalam penafsiran gramatikal, penafsiran gramatikal dilakukan berdasarkan bunyi undang-undang dengan berpedoman pada arti kata-kata dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat yang dipakai dalam undang-undang tersebut atau melihat arti kata dari kamus hukum. Kontruksi hukum


(26)

19

secara analogi yaitu dengan melakukan pembentukan hukum dari peristiwa yang sama dan filsafat hukum yaitu dilakukan dengan meninjau keefektifan dari Undang-Undang.

3. Tahap penelitian

a. Studi kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan mencari data-data berupa:

1) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang antara lain: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2) Data sekunder bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum berupa doktrin atau pendapat para ahli hukum terkemuka.

3) Data sekunder bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan informasi-informasi berupa artikel, majalah, makalah serta brosur. b. Studi lapangan

Yaitu wawancara dengan mengadakan tanya jawab dan mempersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman. Peneliti mengadakan wawancara dengan ibu Yulianty Pratiwi sebagai Human Resort Development (HRD) Bank Mandiri Martadinata, Jl. R.E. Martadinata No.103 Bandung.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data yang diperoleh dari perundang-undangan, buku-buku teks, hasil penelitian, majalah, artikel dan lain-lain, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait dan mengunjungi situs internet.


(27)

20

5. Metode Analisis Data

Data yang peneliti peroleh, dianalisis secara yuridis kualitatif untuk mencapai kepastian hukum, agar peraturan perundang-undangan yang satu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, dengan memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan.

6. Lokasi Penelitian a. Perpustakaan

1) Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur No. 112 Bandung.

2) Perpustakaan Universitas Padjajaran, Jalan Imam Bonjol No. 21 Bandung

b. Instansi yaitu Bank Mandiri cabang Bandung, Jl. R.E. Martadinata No.103, telepon (022) 4209093, fax. 4204991

c. Situs Internet:

1) Penegakan hukum terhadap cyber, http://nustaffsite.gunadarma.ac.id 2) Peranan Bank Indonesia Dalam Pencegahan Kejahatan

http://www.jisportal.com

3) My Personal Library Online, Cyber Crime,


(28)

21

BAB II

ASPEK HUKUM TENTANG PERBANKAN

DAN PENCURIAN MELALUI INTERNET

A. Aspek Hukum Perbankan

1. Pengertian Bank secara Etimologis

Secara etimologis kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang artinya bangku. Bangku inilah yang digunakan bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada nasabah sehingga nasabah pada saat itu menjadi terbiasa menggunakan istilah bank. Pertengahan abad 16 istilah banca secara resmi menjadi bank12.

2. Pengertian Bank menurut Para Ahli

a. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik, berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral13.

b. Menurut Syarif Arbi, bank adalah lembaga keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok masyarakat yang berlebihan dana dan menyalurkan kepada kelompok masyarakat yang kekurangan dan

12 Malayu Hasibuan, Pengertian Bank, hizkiarahwikoadi.blogspot.com, Di Akses Pada

Tanggal 20 Mei 2010, Jam 15.00 WIB

13 Wikipedia, Pengertian Bank Menurut Para Ahli, http://id.wikipedia.org/, Di Akses Pada


(29)

22

membutuhkan dana tersebut serta memenuhi persyaratan tertentu untuk diberikan bantuan dana tersebut14.

3. Sejarah Perbankan

a. Sejarah Perbankan di Dunia

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Usaha perbankan kemudian berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang, sehingga dalam sejarah perbankan arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Valuta Asing (Money Changer). Perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan, berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul

14


(30)

23

sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam15.

b. Sejarah Perbankan di Indonesia

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu De Javasche Bank NV, didirikan di Batavia pada tanggal 24 Januari 1828 kemudian menyusul Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij NV, pada tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri dan penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda16.

Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada di antara lain :

1) De Javasce NV. 2) De Post Poar Bank.

3) De Algemenevolks Crediet Bank. 4) Nederland Handles Maatscappi (NHM). 5) Nationale Handles Bank (NHB).

6) De Escompto Bank NV.

Terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain:

15

N.N., Sejarah Perbankan, http://infoperbankan.blogspot.com, Di Akses Pada Tanggal 10 Mei 2010, Jam 22.45 WIB

16

Wikipedia Indonesia, Sejarah Perbankan, Pengertian, Asas, Fungsi, dan Tujuan, http://www.afand.cybermq.com, Di Akses Pada Tanggal 10 Mei 2010, Jam 22.45 WIB


(31)

24

1) Bank Nasional Indonesia. 2) Bank Abuan Saudagar. 3) NV Bank Boemi.

4) The Chartered Bank of India. 5) The Yokohama Species Bank. 6) The Matsui Bank.

7) The Bank of China. 8) Batavia Bank.

Pada masa zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain17:

1) Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal dengan BNI '46.

2) Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.

3) Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.

4) Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

5) Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. 6) Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta,

kemudian menjadi Bank Amerta.

7) NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.


(32)

25

8) Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik.

9) Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

4. Dasar Hukum Perbankan

Muhammad Djumhana telah mencoba membuat suatu batasan mengenai apa yang dimaksud dengan hukum perbankan, yaitu sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi dan eksistensinya serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain18.

Berdasarkan rumusan tersebut terungkap bahwa pengaturan di bidang perbankan diantaranya menyangkut19:

a. Dasar-dasar perbankan, yaitu menyangkut asas-asas kegiatan perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan, serta hubungan hak dan kewajiban.

b. Kedudukan hukum pelaku di bidang perbankan misalnya kaidah-kaidah mengenai pengelolanya, seperti dewan komisaris, direksi, karyawan, ataupun pihak yang terafiliasi. Juga, mengenai bentuk badan pengelolanya, yaitu berbadan hukum persero, perusahaan daerah, koperasi, atau perseroan terbatas,

18

Muhammad Djumhana, Dikutip dari H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti , Bandung, 2005 Hlm.1

19


(33)

26

serta mengenai bentuk kepemilikan, yaitu milik pemerintah, swasta, ataupun campuran dengan pihak asing.

c. Kaidah-kaidah perbankan secara khusus memperlihatkan kepentingan umum, seperti kaidah-kaidah yang mencegah persaingan yang tidak wajar, antitrust, perlindungan terhadap konsumen (nasabah), dan lain-lain. Di Indonesia bahkan mempunyai kekhususan tersendiri, yaitu bahwa perbankan nasional harus memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.

d. Kaidah-kaidah yang menyangkut struktur organisasi, yang mendukung kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah, seperti dewan moneter dan bank sentral. Di Indonesia pengaturan mengenai hal tersebut di atas diadakan dalam bentuk Undang-Undang Bank Sentral 1968, yang mengatur mengenai Bank Indonesia dan Dewan Moneter.

e. Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian berupa kemampuannya untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak di capainya melalui organisasi, dan personal yang tersusun baik, di antaranya penegakan hukum termasuk di dalamnya kekuasaan untuk memaksa, serta penerapan sanksi, insentif, dan sebagainya.

f. Peraturan-peraturan hukum itu satu sama lain ada hubungannya, jadi tidak mungkin berdiri sendiri. Malahan


(34)

27

keterkaitannya merupakan hubungan logis dari bagian-bagian lainnya. Peraturan-peraturan hukum yang berdiri-sendiri itu kemudian terikat dalam satu susunan kesatuan.

Pengaturan mengenai Dasar hukum perbankan di Indonesia, dapat dilihat dalam20 :

a. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

b. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

c. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah

5. Asas Hukum Perbankan

Asas Perbankan Indonesia, diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu21:

"Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian". Penjelasan Pasal 2 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi yaitu demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

20

N.N., Tinjauan Umum Tentang Bank, http://pumkienz.multiply.com, Di Akses Pada Tanggal 22 Mei 2010, Jam 13.25 WIB

21


(35)

28

Perbankan yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi, mempunyai arti bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan perbankan, sedangkan pemerintah bertindak memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan dunia perbankan sekaligus menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangannya.

Demokrasi ekonomi yang menjadi dasar pelaksanaan pembangunan memiliki ciri-ciri positif dan negatif.

Ciri-ciri demokrasi ekonomi yang positif di antaranya22 :

a. Perekonomian harus disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan oleh karena itu di dalam demokrasi ekonomi tidak dikenal sistem pertentangan kelas. b. Sumber-sumber kekayaan, dan sumber-sumber alam serta

keuangan negara harus digunakan dengan pemufakatan perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaan yang bertalian dengan itu harus ada pada perwakilan rakyat. c. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. d. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang

dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan, dan penghidupan yang layak.

e. Hak milik perorangan diakui, dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat (fungsi sosial).

22 N.N., Prinsip-Prinsip yang Mendasari Relasi antara Bank dan Nasabah, http://polhukam.kompasiana.com, Di Akses Pada Tanggal 11 Mei 2010, Jam 17.00 WIB


(36)

29

f. Potensi aktif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

g. Fakir miskin, dan anak-anak terlantar berhak memperoleh jaminan sosial.

Demokrasi Ekonomi juga memiliki ciri-ciri negatif yang harus di hindari antara lain23 :

a. Sistem Free Fight Liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia, dan bangsa lain, yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan, dan menyebabkan kelemahan struktural posisi Indonesia di dalam ekonomi dunia.

b. Sistem Etatisme, di mana dalam negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak, dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.

c. Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

23

N.N., Prinsip-Prinsip Bank, http://wikipedia.com, Di Akses Pada Tanggal 11 Mei 2010, Jam 19.30 WIB


(37)

30

B. Aspek Hukum Internet

1. Pengertian Internet.

Pada tahun 1969 (ARPA Advanced Research Project Agency), sebuah bagian dalam kementerian pertahanan Amerika Serikat memulai sebuah proyek, yang di satu sisi menciptakan jalur komunikasi yang tak dapat dihancurkan dan disisi lain memudahkan kerjasama antar badan riset diseluruh negeri, seperti juga industri senjata. Awalnya komputer sejenis yang melakukan pertukaran data, bertambahnya komputer dengan berbagai sistem operasi lain menuntut solusi baru komunikasi yang tak terbatas antar semua badan yang tergabung dalam jaringan yang dinamakan dengan Internetting Project, untuk itu dibuat Internetting Project, yang mengembangkan lebih lanjut hasil yang telah dicapai dalam ARPANet, agar media komunikasi baru ini juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai sistem komputer yang tergabung. Vendor (pengguna) komputer meramaikan lalu lintas jaringan tersebut untuk berbagai kebutuhan sehingga terciptalah internet24.

Secara harfiah, internet kependekan dari interconnected-networking ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf I besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian

24 N.N., Pengertian dan Sejarah Internet , http://www.acehforum.or.id/, Diakses Pada


(38)

31

internet yang terbesar dinamakan Internet, cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking25.

a. Pengertian Internet secara Etimologis

Istilah internet berasal dari bahasa Latin inter, yang berarti antara. Internet adalah jaringan antara atau penghubung. Fungsi internet yaitu menghubungkan berbagai jaringan yang tidak saling bergantung pada satu sama lain sedemikian rupa, sehingga pengguna dapat berkomunikasi.

b. Pengertian Internet menurut Para Ahli.

Alvin Toffler berpendapat bahwa internet adalah jaringan dari jaringan-jaringan, yang menggabungkan komputer pemerintah, universitas dan pribadi bersama-sama dan menyediakan infrastruktur untuk penggunaan e-mail, bulletin, penerimaan file, dokumen hypertext, basis data hingga sumber-sumber komputer lainnya26.

2. Dasar Hukum Keberadaan Internet di Indonesia.

Perkembangan teknologi Informasi, mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia, termasuk di negara Indonesia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi

25

N.N., Pengertian Internet, http://id.wikipedia.org/, Diakses Pada Tanggal 29 April 2010, Pukul 08.30 WIB

26

Alvin Toffler, dikutip dalam N.N., Pengertian internet Menurut Para Ahli, http://id.wikipedia.org/, Diakses Pada Tanggal 3 Mei 2010, Pukul 10.00 WIB


(39)

32

Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum telematika.

Pemerintah dalam mendukung pengembangan teknologi informasi telah memperhatikan infrastruktur hukum dan pengaturannya dengan dibuatnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial udaya masyarakat Indonesia.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan dasar hukum dari hadirnya teknologi informasi dalam kehidupan masyarakat khususnya masyarakat negara indonesia yang mengkonsolidasikan berbagai aspek terkait dengan teknologi informasi elektronik secara lebih spesifik dan lebih khusus. Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik memang jauh lebih maju dalam merespon perkembangan hukum teknologi informasi.

Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Undang-Undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.


(40)

33

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik tersebut mengandung makna bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik ini memiliki jangkauan yuridiksi tidak semata-mata untuk perbuatan hukum yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga negara Indonesia, tetapi juga berlaku untuk perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah hukum (yuridiksi) Indonesia baik oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing atau badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia, mengingat pemanfaatan teknologi informasi untuk Informasi elektronik dan transaksi elektronik dapat bersifat lintas teritorial atau universal.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.

Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan asas dalam pemanfaatan teknologi informasi yaitu :

a. Asas kepastian hukum yaitu asas dalam negara hukum yang menggunakan landasan peraturan perundang-undangan,


(41)

34

kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara, yang artinya landasan hukum bagi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik serta segala sesuatu yang mendukung penyelenggaraannya yang mendapatkan pengakuan hukum di dalam dan di luar pengadilan.

b. Asas manfaat berarti asas bagi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik diupayakan untuk mendukung proses berinformasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Asas kehati-hatian berarti landasan bagi pihak yang bersangkutan harus memperhatikan segenap aspek yang berpotensi mendatangkan kerugian, baik bagi dirinya maupun bagi pihak lain dalam pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik.

d. Asas iktikad baik berarti asas yang digunakan para pihak dalam melakukan transaksi elektronik tidak bertujuan untuk secara sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakibatkan kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut.

e. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi berarti asas pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang akan datang.


(42)

35

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;

d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan

e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi informasi.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik ini membahas mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik yang telah jelas dalam pemanfaatannya dalam membantu pembangunan nasional dalam bidang sarana prasarana.

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

1) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

2) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

3) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang ini.

4) Ketentuan mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan

b. surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.


(43)

36

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Traksaksi Elektronik ini membahas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah pada Pasal 5 ayat (1). Segala data yang berasal dari elektronik harus dicetak maka itu dapat menjadi alat bukti yang sah dalam proses persidangan di Pengadilan. Hal ini dapat dikategorikan sebagai alat bukti surat yang memilki kaitan dengan Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam Pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menjelaskan bahwa bentuk informasi tidak hanya tertulis di kertas saja tetapi dapat dituangkan dalam bentuk data secara elektronik.

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Setiap orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak orang lain berdasarkan adanya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik harus memastikan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang ada padanya berasal dari sistem elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundang undangan.


(44)

37

Ketentuan ini dimaksudkan bahwa suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dapat digunakan sebagai alasan timbulnya suatu hak.

C. Aspek Hukum Mengenai Pencurian

Pengertian pencurian secara umum ialah dengan sengaja mengambil dengan melawan hukum hak atau milik orang lain dengan maksud untuk dimilikinya sendiri. Pencurian menurut hukum dirumuskan dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi :

"Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 900,00".

Unsur-unsur dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersebut terdiri dari 27:

1. Mengambil barang, artinya perbuatan mengambil barang, kata mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakan tangan dan jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkanya ke tempat orang lain.

27


(45)

38

2. Barang yang diambil, artinya merugikan kekayaan korban, maka barang yang harus diambil harus berharga, harga ini tidak harus bersifat ekonomis.

3. Tujuan memiliki barangnya dengan melanggar hukum, artinya tindak pidana pencurian dalam bentuknya yang pokok berupa perbuatan mengambil suatu benda yang sebagian atau seluruhnya adalah kepunyaan orang lain.

Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam Pasal 362 KUHP diatas, terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif, yakni sebagai berikut28 :

1. Unsur subjektif yaitu : mengenai benda tersebut secara melawan hukum.

2. Unsur objektif yaitu : a. Barang siapa atau hij.

b. Mengambil atau wegnemen yaitu suatu perilaku yang membuat suatu benda berada dalam penguasaanya yang nyata, atau berada dibawah kekuasaanya atau di dalam detensinya, terlepas dari maksudnya tentang apa yang ia inginkan dengan benda tersebut.

c. Sesuatu benda atau eenig goed.

d. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

Unsur objektif pertama dari tindak pidana pencurian ialah barang siapa, kata barang siapa menunjukan orang, apabila orang tersebut memenuhi semua


(46)

39

unsur dari tindak pidana pencurian maka ia dapat disebut pelaku atau dader dari tindak pidana pencurian tersebut.

Kata dengan maksud atau met het oogmerk om het zich wederrech telijk toe te eigene itu harus diartikan sebagai maksud dari pelaku untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum. Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain melawan secara hukum bahwa keuntungan yang diperoleh dan cara memperoleh keuntungan tersebut pelaku bersifat bertentangan dengan kepatutan dalam pergaulan masyarakat.

Kesengajaan atau opzet pelaku itu meliputi unsur-unsur :

1. Mengambil yaitu telah menghendaki untuk melakukan perbuatan. 2. Sesuatu benda yaitu bahwa yang diambil suatu benda.

3. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

4. Dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum.

Menurut Simons yang dimaksud mengambil yaitu membawa suatu benda menjadi berada dalam penguasaanya atau membawa benda tersebut secara mutlak berada dibawah penguasaanya yang nyata, dengan kata lain pada waktu pelaku melakukan perbuatanya benda tersebut harus belum berada dalam penguasaanya. Seseorang dapat dinyatakan terbukti telah melakukan tindak pidana pencurian yang terdapat didalam rumusan Pasal 362 KUHP.


(47)

40

D. Cybercrime

Kejahatan informasi dikategorikan sebagai cybercrime, definisi cybercrime adalah sesuatu tindakan yang merugikan orang lain atau pihak-pihak tertentu yang dilakukan pada media digital atau dengan bantuan perangkat-perangkat digital dan jaringan internet.

Berdasarkan motif kegiatan yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi dua jenis sebagai berikut29 :

1. Cybercrime sebagai Tindakan Murni Kriminal

Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan kejahatan yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini adalah carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet (webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan. Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat di masukkan dalam contoh kejahatan yang menggunakan internet sebagai sarana, di beberapa negara maju, pelaku spamming dapat dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi.

2. Cybercrime sebagai Kejahatan Abu-abu

Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah abu-abu, cukup sulit menentukan apakah itu merupakan tindak

29

N.N., Pengertian Cybercrime, http://id.wikipedia.org/, Diakses Pada Tanggal 29 Mei 2010, Pukul 21.00 WIB


(48)

41

kriminal atau bukan mengingat motif kegiatannya terkadang bukan untuk kejahatan. Salah satu contohnya adalah probing atau port scanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem operasi yang digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup, dan sebagainya.

Kejahatan tersebut dapat dikategorikan sebagai white colar crime. White colar crime adalah kejahatan kerah putih atau kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang pintar yang dalam beroperasi lebih banyak menggunakan pikiran atau otak. Jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan, yakni kejahatan korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan individu, di samping white colar crime sebelumnya di namakan blue collar crime, kejahatan ini lahir sebelum teknologi berkembang, definisi blue collar crime atau kejahatan berkerah biru adalah Kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan secara konvensional seperti misalnya perampokkan, pencurian, pembunuhan dan lain-lain.

Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kedua model di atas.


(49)

42

Karakteristik unik dari kejahatan di dunia maya atau cybercrime tersebut antara lain menyangkut lima hal berikut30 :

a. Ruang lingkup kejahatan b. Sifat kejahatan

c. Pelaku kejahatan d. Modus Kejahatan

e. Jenis kerugian yang ditimbulkan

Tindakan, perilaku, perbuatan yang termasuk dalam kategori Cybercrime adalah sebagai berikut :

a. Penipuan finansial melalui perangkat komputer dan media komunikasi digital.

b. Sabotase terhadap perangkat-perangkat digital, data-data milik orang lain, dan jaringan komunikasi data.

c. Pencurian informasi pribadi seseorang maupun organisasi tertentu.

d. Penetrasi terhadap sistem komputer dan jaringan sehingga menyebabkan privasi terganggu atau gangguan pada fungsi komputer yang Anda gunakan (denial of service).

e. Para pengguna internal sebuah organisasi melakukan akses-akses ke server tertentu atau ke internet yang tidak diijinkan oleh peraturan organisasi.

30 N.N,Modus-Modus Kejahatan Teknologi informasi, http :


(50)

43

f. Menyebarkan virus, worm, backdoor, trojan pada perangkat komputer sebuah organisasi yang mengakibatkan terbukanya akses-akses bagi orang-orang yang tidak berhak.

Faktor-faktor yang menyebabkan kejahatan cybercrime kian marak dilakukan antara lain adalah:

a. Akses internet yang tidak terbatas.

b. Kelalaian pengguna komputer. Hal ini merupakan salah satu penyebab utama kejahatan komputer.

c. Mudah dilakukan dengan resiko keamanan yang kecil dan tidak diperlukan peralatan yang super modern. Walaupun kejahatan komputer mudah untuk dilakukan tetapi akan sangat sulit untuk melacaknya, sehingga ini mendorong para pelaku kejahatan untuk terus melakukan hal ini. d. Para pelaku merupakan orang yang pada umumnya

cerdas, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan fanatik akan teknologi komputer. Pengetahuan pelaku kejahatan komputer tentang cara kerja sebuah komputer jauh diatas operator komputer.

e. Sistem keamanan jaringan yang lemah. f. Kurangnya perhatian masyarakat.

Indonesia saaat ini masih belum memiliki Undang-Undang cybercrime, dalam beberapa hal, ketentuan yang berkaitan dengan cybercrime diatur dalam


(51)

44

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Usaha lainnya yang sedang dilakukan oleh pemerintah indonesia adalah dengan mengatur kegiatan di cyberspace dengan memperluas pengertian-pengertian yang terdapat dalam Rancangan KUH Pidana 1999/2000. Hal ini dapat dikatakan sebagai tindakan pemerintah yang revolusioner karena sebelumnya dalam KUH Pidana tidak ada pengertian yang terkait dengan cyberspace31.

Menurut Barda Nawawi Arief, kebijakan yang sementara ini ditempuh dalam KUHP konsep 2000 yang berkaitan dengan kegiatan di cyberspace adalah sebagai berikut :

1. Buku I (ketentuan umum) di buat ketentuan mengenai :

a. Pengertian barang (Pasal 174) yang di dalamnya termasuk benda tidak berwujud berupa data dan program komputer, jasa telepon atau telekomunikasi atau jasa komputer.

b. Pengertian anak kunci (Pasal 178) yang di dalamnya termasuk kode rahasia, kunci masuk komputer, kartu magnetik, sinyal yang telah di program untuk membuat sesuatu.

Maksud anak kunci ini kemungkinan besar adalah password atau kode-kode tertentu seperti privat atau public key infrastructure.

31 Agus Raharjo, Cybercrime-Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan


(52)

45

c. Pengertian surat (Pasal 188) termasuk data tertulis atau tersimpan dalam disket, pita magnetik, media penyimpanan komputer atau penyimpanan data elektronik lainnya.

d. Pengertian ruang (Pasal 189) termasuk bentangan atau terminal komputer yang dapat di akses dengan cara-cara tertentu.

Maksud dari ruang ini kemungkinan besar juga adalah dunia maya atau cyberspace atau virtual reality.

e. Pengertian masuk (Pasal 190) termasuk mengakses komputer atau masuk ke dalam sistem komputer.

Pengertian masuk di sini dalam arti yang lebih luas tidak hanya masuk ke dalam sistem komputer tetapi juga masuk ke dalam sistem jaringan informasi global yang disebut internet dan kemudian baru masuk ke situs atau website yang di dalamnya berupa server dan komputer yang termasuk dalam pengelolaan situs.

f. Pengertian jaringan telepon (Pasal 191) termasuk jaringan komputer atau sistem komunikasi komputer.

2. Dalam buku II

Konsep yang termuat dalam buku I juga mengubah perumusan delik atau menambah delik-delik baru yang berkaitan dengan teknologi, dengan harapan dapat menjaring kasus-kasus cybercrime, antara lain adalah :

a. Menyadap pembicaraan di ruang tertutup dengan alat bantu teknis (Pasal 263).


(53)

46

b. Memasang alat bantu teknis dengan tujuan untuk mendengar atau merekam pembicaraan.

c. Merekam (memiliki atau menyiarkan) gambar dengan alat bantu teknis di ruang untuk tidak umum (Pasal 266).

d. Merusak atau membuat tidak dapat dipakai bangunan untuk sarana atau prasarana pelayanan umum, seperti bangunan telekomunikasi lewat satelit atau komunikasi jarak jauh (Pasal 546).

e. Pencucian uang atau money laundering (Pasal 641-642).

Bahwa terdapat dua usaha yang di lakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi cybercrime, yaitu dengan berusaha untuk membuat Undang-Undang di bidang cybercrime dan dengan memperluas beberapa pengertian dalam konsep Rancangan KUH Pidana.

Pada dasarnya semua hukum bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, baik dalam lingkungan yang kecil maupun dalam lingkungan yang besar, agar didalamnya terdapat suatu keserasian, suatu ketertiban, suatu kepastian hukum dan lain sebagainya32.

32 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti,


(54)

47

BAB III

PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET

A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank melalui Internet

Kecanggihan teknologi komputer telah memberikan kemudahan-kemudahan, terutama dalam membantu pekerjaan manusia. Perkembangan teknologi komputer menyebabkan munculnya jenis kejahatan-kejahatan baru, yaitu dengan memanfaatkan komputer sebagai modus operandi.

Penyalahgunaan komputer dalam perkembangannya menimbulkan

permasalahan yang sangat rumit, diantaranya proses pembuktian atas suatu tindak pidana (faktor yuridis). Terlebih lagi penggunaan komputer untuk tindak pidana ini memiliki karakter tersendiri atau berbeda dengan tindak pidana yang dilakukan tanpa menggunakan komputer. Perbuatan atau tindakan, pelaku, alat bukti dalam tindak pidana biasa dapat dengan mudah diidentifikasi namun tidak demikian halnya untuk kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan komputer34.

Banyaknya penyedia internet dan semakin terjangkaunya biaya akses internet membuat semakin banyak orang mulai mengenal internet dan menggunakannya. Hal tersebut membuat para pencuri melakukan aksi carding database dengan memanfaatkan kesadaran masyarakat dalam hal ini nasabah bank yang masih kurang mengerti akan dampak negatif dari internet serta ke

34

M Ahmad , Ramli , Cyber Law dan Haki dalam Sistem Hukum Indonesia, Refika Aditama , Bandung , 2006, Hlm 19.


(55)

48

tidak sempurnaan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal tersebut. Carding database adalah pencurian data nasabah berupa nomor rekening dan identitas nasabah melalui database bank tersebut, sehingga pelaku akan mendapatkan informasi tentang nasabah yang terkait untuk dijadikan target pencurian, sedangkan pelakunya disebut carder. Contoh carding database yang sering kita jumpai adalah surat konfirmasi situs bank kepada nasabah melalui email, konfirmasi hadiah undian dari bank bersangkutan dengan menggunakan telepon, dan lain lain.

Pihak-pihak yang terkait dalam kasus pencurian dana nasabah bank melalui internet yaitu :

1. Carder

Carder adalah pelaku dari carding database. Carder menggunakan e-mail, banner atau pop-up window untuk menipu netter ke suatu situs web palsu, dimana netter diminta untuk memberikan informasi pribadinya35. Teknik umum yang sering digunakan oleh para carder dalam aksi pencurian adalah membuat situs atau e-mail palsu atau disebut juga phising dengan tujuan memperoleh informasi nasabah seperti nomor rekening, PIN (Personal Identification Number), atau password. Pelaku kemudian melakukan konfigurasi PIN atau password setelah memperoleh informasi dari nasabah, sehingga dapat mengambil dana dari nasabah tersebut36.

35 Ibid. 36

Iwan Aditama, Mengenal Istilah Carding, http://iwan.or.id, Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2010, Pukul 15:30 WIB


(1)

78

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku pencurian dana nasabah bank melalui internet (carding database) telah memenuhi unsur objektif dan unsur subjektif dari Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengenai tindak pidana pencurian. Dengan demikian, perbuatan carder dapat dikenakan jenis hukuman yang terdapat dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Penerapan Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terhadap kasus tindak pidana pencurian dana nasabah bank melalui internet (carding database) dikarenakan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak diatur secara khusus mengenai carding database. Berdasarkan Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman bahwa apabila belum ada aturan secara khusus mengenai pencurian dana nasabah bank melalui internet (carding database), hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Dalam menghadapi kasus-kasus carding yang terjadi hakim dapat menggunakan penafsiran hukum secara ekstensif terhadap


(2)

79

peraturan perundang-undangan yang masih relevan dengan kasus carding, dalam hal ini Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). 2. Berdasarkan kasus-kasus carding yang telah dilakukan oleh para carder

dan merugikan korban secara materil dan immateril maka tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian atau carder yaitu dengan cara baik secara preventif (pencegahan) maupun represif (penindakan), dengan 3 pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial budaya dan pendekatan hukum. Adanya ketentuan mengenai alat bukti dalam Pasal 44 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik maka pembuktian bukan lagi menjadi suatu kendala dalam menjerat pelaku penipuan atau carder.

B. SARAN

1. Perlunya peningkatan kualitas penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim) dalam menangani cybercrime khususnya tindak pidana penipuan untuk memperoleh informasi personal (phishing) melalui pengiriman e-mail, mengingat modus operandi dalam cybercrime ini sangat berbeda dengan kejahatan konvensional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan upaya-upaya pelatihan (training) bagi para penegak hukum mengenai kejahatan yang berkaitan dengan cybercrime, karena hal ini tentu saja membutuhkan kecermatan para penegak hukum dalam upaya penjeratan terhadap pelaku kejahatan cybercrime.


(3)

80

2. Berdasarkan teori pembinaan hukum dari Mochtar Kusumaatmadja yaitu mempertahankan, memperbaiki atau memperbaharui peraturan perundang-undangan, dalam hal ini Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum pidana (KUHP) harus diperbaiki, karena pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum pidana (KUHP) mengatur kejahatan-kejahatan yang masih bersifat konvensional, dianggap sudah tidak relevan lagi dengan bentuk kejahatan yang baru dalam dunia maya. Dengan demikian, antara dunia nyata dan dunia maya hanya ada 1 (satu) ketentuan pidana yang mengatur kegiatan di kedua dunia tersebut.


(4)

81

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku-Buku

Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Refika Aditama, Bandung: 2005.

Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, Citra Adtya Bakti , Bandung: 2002.

Al Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Komputer, Universitas Atmajaya , Yogyakarta: 1999. Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law (Aspek Hukum

Teknologi Informasi), Refika Aditama, Bandung: 2005.

M Yahya harahap, Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta : 2000

Normin S. Pakpahan, Kamus Hukum Ekonomi, Edisi Pertama, Elips, Jakarta: 1997.

Otje Salman Soemadiningrat, Teori hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung : 2004

PAF Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung : 1997

PAF Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus, Tarsito, Bandung : 1995

Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta: 1989.

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung : 2003

Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


(5)

82

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Situs

http://hukumonline.com http://tempo.interaktif.com http://www.kapanlagi.com

http://www.ikht.net/lkht_fhui.htm http://id.wikipedia.org


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Darsono

NIM : 31604028

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 02 April1986 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sukabumi Dlm Nomor. 299 Rt. 06 Rw. 02 Bandung 40271

Tlp : 022-7214764

Pendidikan Formal

SD Negeri Soka 34 Bandung Tahun 1992 1998 SLTP Kartika III-1 Bandung Tahun 1998 2001

SMU Sumatera 40 Bandung Tahun 2001 2004

Terdafar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Tahun 2004 2010 Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia


Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

4 66 152

ANALISIS YURIDIS KEGIATAN PROSTITUSI MELALUI INTERNET DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 5 2

Tinjauan Hukum Terhadaop Perbuatan Melawan Hukum atas Pembobolan Akses Internet Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 4 1

Tinjauan Hukum Mengenai Pembayaran Dengan Menggunakan Digital Cash Dihubungkan Dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 3 1

Tinjauan Hukum Mengenai Praktik Prostitusi yang Dilakukan Melalui Media Internet Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 2 1

Tinjauan Hukum Mengenai Informasi Lowongan Kerja Pada Internet Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 7 91

Tinjauan Hukum Mengenai Kekuatan Pembuktian Secara elektronik Dalam Perkara Cyber Crime Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 10 29

Tinjauan Hukum Mengenai Penyadapan Data pribadi Pengguna Internet Melalui Monitoring Aktivitas Komputer Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 26 92

TINJAUAN YURIDIS KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PENISTAAN TERHADAP AGAMA OLEH PEMELUKNYA MELALUI MEDIA INTERNET MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KUHP.

0 0 2

TINJAUAN YURIDIS VIKTIMOLOGIS TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 0 1