Kajian pengawasan Mutu dan Pemasaran Apel di Kecamatan Bumiaji, Malang

KAJIAN PENGAWASAN MUTU DAN PEMASARAN APEL
Dl KEGAMATAN BUMIAII, MALANG

OLEH

1995

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANlAN
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
B060R

b'

Mukti Wibowo. F 27 0248. Kajian Pengalvasan Mutu dan Pemasaran Ape1 di
Kecamatan Burniaji, Malang. Di bawah bimbingan
Soesarsono Wijandi, MSc.

#'- ..,

RLNGKASAN


Apel merupakan salah satu komoditas buah-buahan di Indonesia yang mempunyai potensi produksi dan pasaran yang cukup baik, narnun dihadapkan pada kendala
karena sifat buah apel yang mudah rusak (perishable) dan tidak tahan lama serta belutii
maksimalnya pengawasan mutu petani dan para pelaku pemasaran pada saat pasca
panen yang mengakibatkan masih banyak terjadi kerusakan-kerusakan dan penurunan
mutu buah serta menurunnya pangsa pasar buah apel.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aspek pengawasan mutu dan pemasaran ape1 di tingkat petani dan para pelaku pemasaran (tengkulak, 'pedagang pengumpul' dan pedagang pengecer); liiempelajari cara-cara pengawasan mutu dan pemasaran
apel; serta mempelajari model atau pola kemitraan yang terlibat dalam pemasaran apel.
Berdasarkan jangka waktunya kemitraan usaha yang terjadi antara pelaku pemasaran ape1 dapat diklasifikasikan ke dalam 'pola kemitraan insidentil' (hubungan petani
dengan tengkulak dan 'pedagang pengumpul', liubungan tengkulak dengan 'pedagang
pengumpul', liubungan tengkulak dengan pedagang pengecer serta hubungan 'pedagang
pengumpul' dengan grosir di luar kota). Sedangkan berdasarkan pola kerjasama yang
dijalin, pola kemitraan usaha yang terjadi antara pelaku pemasaran ape1 di Kecamatan
Bumiaji, Malang termasuk pola 'kontrak kerja' (contoh : Paguyuban Petani Apel
BAGUS).

Tingkat pengawasan mutu yang dilakukan oleh pelaku pemasaran apel berbedabeda, di mana tingkat pengawasan iiiutu 'pedagang pengumpul' lebih baik dibandingkan
pedagang pengecer dan tengkulak. Hal ini dapat dililiat dari nilai tambah yang diteriiiia
dan RIC rasio baik untuk jenis apel Rome Beauty, Manalagi maupun Anna.

Nilai ta~iibahyang diteri~napada tingkat 'pedagang pengumpul' lebih baik daripada pedagang pengecer. maupun tengkulak untuk ape1 Rome Beauty, Manalagi dan

Anna, masing-masing 21.05%. 8.13% dan 5.51 % untuk ape1 Rome Beauty, 31.22%.
6.39% dan 4.84% untuk apel Manalagi, serta 21.60%, 6.06% dan 6.97% untuk apel
Anna, dari harga yang harus dibayar konsumen.
R/C rasio pada tingkat 'pedagang pengu~npul',pedagang pengecer dan tengkulak, masing-iiiasing sebesar 1.27, 1.09 dan 1.06 untukapel Rome Beauty, 1.42, 1.07
dan 1.05 untuk ape1 Manalagi, serta 1.28, 1.06 dan 1.04 untuk ape1 Anna.
Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara mutu ape1 dan harganya yaitu bahwa
semakin bagus mutu apel, selnakin tinggi harga jualnya, yaitu untuk grade A , B, C dan
krill harga jualnya iiiasing-masing Rp 1 900; Rp 1 750; Rp 1 500; dan Rp 1 300 per
kilograrn untuk ape1 R o ~ n eBeauty. Sedangkan untuk ape1 Manalagi masing-masing
R p 3 000; Rp 2 500; Rp 2 050; dan Rp 1 750 per kilogram dan untuk ape1 Anna
Rp 2 500; Rp 2 400; Rp I 950; dan Rp 1 650 per kilogram. Hal ini dibuktikan dengan
nilai koefisien korelasi antara mutu apel dan harganya (r) yang mendekati nilai satu dan
.si,qn(ficrinf (nyata) berdasarkarl uji statistik a = I persen ( r = 0.9748 untuk ape1

Rome Beauty, r

=

0.9732 untuk ape1 Manalagi dan r


=

0.9535 untuk ape1 Anna).

KAJIAN I'ENGALVASAN MUTU DAN PEMASAIlAN AI'EL
DI ICECAMATAN BUMIAJI, MALANG

oleh
MUKTI

WIDOW0

F 27. 0248

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN,
Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

1995

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

INSTITUT
FAKULTAS

PERTANIAN

TEKNOLOGI

BOGOR
PERTANIAN

KAJIAN PENGAWASAN hlUTU DAN PEhlASARAN AI'EL

DI KECAMATAN BUMIAJI, MALANG

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
KUKTI

WIBOWO

F 27. 0248
Dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1971
di Banyuwangi
Tanggal lulus :


Mei 1995

Dosen Pembimbing

KATA

PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Selama penelitian, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai

pihak.

Untuk

itu penulis menyampaikan

terima


kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Bapak Ir. H.

Soesarsono Wijandi, MSc., selaku dosen

pembimbing,
2.

Bapak-Ibu Suntakim, Bapak-Ibu Kastanu yang telah banyak
memberikan bantuannya selama penulis di Malang, juga
Bapak Arfa'i, Bapak Sunfiatmodjo, Bapak

Toha dan Yeni

di Paguyuban Petani Ape1 (PPA) BAGUS, Batu Malang yang
telah banyak memberikan bantuannya,
3.


Kakak-kakakku

tercinta, yang telah banyak memberikan

bantuan moril maupun materiil selama penulis menyelesaikan studi di IPB,
4.

Teman-temanku, khususnya : Hari (di UI), Dilar, Giri,
dan Ono (di IPB), yang telah banyak memberikan bantuan
moril kepada penulis
Penulis sadar bahwa isi skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis
harapkan.
Bogor,

April 1995

Penulis


DAFTAR

IS1
Halaman

................................
I S 1 ....................................
T A B E L ..................................
GAMBAR ................................
LAMPIRAN ...............................

KATA PENGANTAR
DAFTAR
DAFTAR
DAFTAR
DAFTAR

I


.

.
B.

A

I1

I11

.

.

............................
P E N E L I T I A N .........................

.............................
P E M I K I R A N ........................


KERANGKA

WAKTU DAN L O K A S I P E N E L I T I A N
PENGUMPULAN DATA

D.

P E N A R I K A N CONTOH

.
.

...............

..........................
..........................

PENGOLAHAN DAN A N A L I S I S DATA

H A S I L DAN PEMBAHASAN
A

ix
1

3

.

E

viii

TUJUAN

METODA P E N E L I T I A N

C

vi

1

..............................
A . A P E L ......................................
B . PENGAWASAN MUTU ...........................
C . PEMASARAN .................................
D . KEMITRAAN .................................
.
B.

iv

LATAR BELAKANG

T I N J A U A N PUSTAKA

A

I V.

....................................

PENDAHULUAN

iii

..............

..........................

KEADAAN UMUM WILAYAH

iv

......................

4
4

9

12

17

22
22
23
23
23
26

34
34

...................
1 . Jenis dan Sifat Komoditas ..............
2 . Saluran Pemasaran Ape1 ................
3 . Proses Pemasaran Ape1 .................

B.

KERAGAAN PEMASARAN APEL

C.

KEMITRAAN USAHA

.
2.
1

V

.

VI .

Berdasarkan

...........................
Jangka Waktu ..............

Berdasarkan Pola Kerjasama yang Dijalin

......................

D.

PENGAWASAN MUTU APEL

E.

ANALISIS BIAYA. NILAI TAMBAH DAN R/C RASIO
PEMASARAN APEL ...........................

F.

ANALISIS
HARGANYA

KORELASI

ANTARA

MUTU

APEL

DAN

..................................

CARA-CARA PENGAWASAN MUTU DAN PEMASARAN
APEL .........................................

..........................
A . KESIMPULAN ................................
B . SARAN .....................................
KESIMPULAN DAN SARAN

................................
......................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR

TABEL

Halaman

...........
.............

Tabel

1.

Komposisi buah ape1 segar

Tabel

2.

Standar kematangan ape1

Tabel

3.

Unit contoh petani apel di Kecamatan
Bumiaji, Malang ....................

24

Sebaran masing-masing contoh para
pelaku yang terlibat dalam pemasaran
ape1 di Kecamatan Bumiaji, Malang ...

26

Grade apel berdasarkan jumlah buah
per kilogram ........................

32

Volume rata-rata penjualan apel yang
dilakukan oleh pelaku pemasaran pada
setiap transaksi di Kec. Bumiaji ....

52

Kondisi penanganan apel di Kecamatan
Bumiaji, Malang

.....................

58

Rataan mutu apel Rome Beauty pada
berbagai tingkat rantai pemasaran di
Kecamatan Bumiaji, Malang ...........

67

Rataan mutu apel Manalagi pada
berbagai tingkat rantai pemasaran di
Kecamatan Bumiaji, Malang ...........

70

Tabel 10. Rataan mutu apel Anna pada berbagai
tingkat rantai pemasaran di Kecamatan
Bumiaji, Malang .....................

72

Tabel 4.

Tabel 5.
Tabel

6.

Tabel 7.
Tabel

8.

Tabel 9.

Tabel

11.

Nilai tambah pemasaran apel RomeBeauty ..............................

7
11

74

Tabel

12.

Nilai tambah pemasaran apel Manalagi ................................ 75

Tabel

13.

Nilai tambah pemasaran ape1 Anna

Tabel 14. R/C rasio ape1 Rome Beauty

....
..........

76

80

. R/C

.............

80

.................

80

Tabel 17 . Nilai koefisien korelasi antara mutu
ape1 dan harganya ...................

82

Tabel 18 . Standar mutu apel Rome Beauty. Manalagi. dan Anna yang banyak disukai
konsumen

88

Tabel 15

rasio ape1 Manalagi

Tabel 16 . R/C rasio ape1 Anna

............................

DAFTAR

GAMBAR

Halaman

......
penelitian .

Gambar 1.

Delapan macam bentuk buah ape1

Gambar 2.

Diagram alir tatalaksana

Gambar 3.

Saluran pemasaran apel di daerah
sentra produksi Kecamatan Bumiaji

Gambar 4.
Gambar 5.

6

33

...

46

Proses sortasi dan grading apel di
Kecamatan Bumiaji, Malang ...........

61

Proses pengepakan apel di
Kecamatan Bumiaji, Malang ...........

64

DAFTAR

LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1.
Lampiran 2.

Data curah hujan d a n RH rata-rata
Kecamatan Bumiaji, Malang .........

97

Peta pembagian desa atau kelurahan
untuk
Kecamatan Bumiaji,
Malang

98

............................

I. PENDAHULUAN

Salah satu buah-buahan yang bukan tanaman asli
Indonesia dan dapat dibudidayakan dengan baik adalah
ape1

(Malus sylvestris Mill.).

Berdasarkan laporan

Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, pada tahun 1979
daerah Malang telah menghasilkan 15 881 ton buah apel.
Sedang pada tahun 1992 mencapai 127 654 ton buah.
Diperkirakan pada tahun-tahun mendatang terjadi

per-

tambahan produksi apel secara pesat.
Selama ini produksi apel nasional belum mampu
memenuhi kebutuhan apel dalam negeri yang ditunjukkan
secara tidak langsung dengan dilakukannya impor apel
dengan volume yang cenderung semakin meningkat.

Dalam

hubungan ini perlu disebutkan bahwa selama kurun waktu
1984-1990 terjadi kenaikan volume impor buah apel dari
45.4 ton menjadi 2 177.5 ton (Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi

Pertanian,

1992).

Pencabutan pembatasan

impor buah-buahan termasuk apel yang dilakukan pemerintah sejak bulan Juni 1991 (Paket Juni 1991), mengakibatkan membanjirnya apel impor di dalam negeri dengan
harga yang cukup murah yang selanjutnya membawa dampak
berupa

penurunan harga jual dan volume penjualan

apel

di dalam negeri kurang lebih 12.5 persen (Arsip Paguyuban Petani Apel BAGUS).
Buah-buahan

termasuk

hortikultura yang

apel merupakan

komoditas

mudah rusak (perishable)

bersifat

apabila setelah dipanen dibiarkan begitu saja tanpa
adanya penanganan
yang

berakibat

atau pengawasan mutu lebih lanjut
terhadap

penurunan mutu buah.
buah

apel

dapat

terjadinya

disebabkan

faktor

fisik, kimiawi,

Di daerah tropis seperti

diperkirakan tingkat

kerusakan

selama pasca panen berkisar antara 22
1981).

dan

Kerusakan dan penurunan mutu

parasitik dan mikrobiologis.
Indonesia

kerusakan

-

buah

apel

78 persen (FAO,

Sedangkan menurut Arsip Paguyuban Petani Apel

BAGUS (1994), kerusakan atau penurunan mutu apel saat
pasca panen
25

-

40

di

tingkat

persen.

pedagang

pengecer

sebesar

Sedangkan pada tingkat

'pedagang

pengumpul' tercatat sebesar 18

-

25 persen.

Mutu atau kualitas buah apel merupakan kombinasi
dari

karakteristik, ciri-ciri

diberikan

komoditas

tersebut

dan

sifat-sifat

yang

untuk

dikonsumsi

oleh

manusia sehingga dapat dikenal derajat keistimewaan dan
keunggulannya (Kader, 1985).

Mutu atau kualitas buah

apel yang disukai konsumen adalah buah yang baik kualitas cita rasa, menarik penampakannya dan mempunyai daya
tahan yang dapat diandalkan selama penyimpanan.

Namun

demikian menurut Kusumo (1986), standar mutu buah apel

di Indonesia belum ada.

Pada umumnya harqa apel di

pasaran

jumlah

ditentukan

oleh

buah

per

kilogram.

Klasifikasi yang digunakan petani atau pedagang dalam
menentukan harga adalah jumlah

-

buah/kg, 7

3

8 buah/kg, 9 -

10

- 4 buah/kg, 5
buah/kg,

11

buah/kg, dan 16 buah ke atas per kilogram.

-

-

6
15

Makin

sedikit jumlah buah per kilogram, makin tinggi pula
harqanya.

Ukuran buah yang digemari konsumen adalah

yang berisi 5

-

6 buah/kg (Yuniarti dan Suhardi, 1989).

Permintaan yang semakin berkembang terhadap buah
apel tidak hanya terbatas pada kuantitasnya dan kualitasnya,

akan

tetapi

juga

kemudahan

mendapatkan komoditas tersebut.
ketepatan

dan

keefektifan

konsumen untuk

Untuk itu diperlukan

distribusi

pemasarannya.

Sedangkan untuk memperoleh mutu dan sistem distribusi
pemasaran yang baik diperlukan juga faktor pendukung
yaitu adanya kerjasama atau kemitraan diantara berbagai
pihak yang terkait.

Dalam kenyataannya kerjasama antar

pelaku sistem dalam sistem agribisnis sampai saat ini
masih

belum

berjalan

Model-model

kemitraan

dikatakan

belum

secara
yang

mampu

efektif
selama

dan

ini

mewujudkan

efisien.

ada

dapat

keterpaduan

aktifitas antar pelaku sistem agribisnis.

Salah satu

pihak seringkali memiliki dan memerankan peran lebih
dominan

dan

merugikan

agroindustri

misalnya,

pihak
pada

lainnya.

umunya

lebih

Pengusaha
menguasai

manajemen,
tambah

teknologi

komoditas

dan

diserap

pemasaran
langsung

sehingga
oleh

nilai

pengusaha.

Sementara petani yang sejauh ini hanya mampu menguasai
teknik budidaya, memiliki lahan usaha dan tenaga kerja,
menjadi tidak berdaya dalam kemitraan yang semestinya
memberikan keuntungan yang seadil-adilnya

bagi para

pelaku kemitraan tersebut (Dirjen Tanaman Pangan dan
Hortikultura, 1994) .

Oleh karena itu kajian aspek

pengawasan mutu dan pemasaran ini menjadi sangat pent ing .
B.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah : (1) mempelajari
aspek pengawasan mutu dan pemasaran apel di tingkat
petani dan para pelaku pemasaran (tengkulak; 'pedagai~g
pengumpul'; dan pedagang pengecer),

(2) mempelajari

cara-cara pengawasan mutu dan pemasaran apel, dan (3)
mempelajari model atau pola kemitraan yang terlibat
dalam pemasaran apel.

11.

A.

TINJAUAN PUSTAKA

APEL

Tanaman apel (Malus sylvestris Mill.)

termasuk

filum Spermatophyta, kelas Anqiosperrnae, s u b k e l a s
Monocotyledonae dan famili Rosaceae.

(Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, 1985).
Buah apel merupakan salah satu jenis buah yang
digemari rakyat Indonesia, terutama di kota-kota besar.
Hal ini tampak dari peningkatan produksi buah apel di
Jawa Timur, sebagai daerah sentra produksi buah apel di
Indonesia, yaitu sebanyak

275 065 ton

pada

tahun

1988 meningkat menjadi 300 148 ton pada tahun 1989
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur, 1989).
Sejak awal tahun 1983, Pemerintah Indonesia telah
melarang impor beberapa jenis buah segar termasuk
diantaranya buah apel.

Akibatnya volume impor buah

apel segar ke Indonesia mengalami penurunan sejak tahun
1983, yaitu 2 025 ton pada tahun 1983 menurun menjadi'
0.9 ton pada tahun 1987.

Dengan tidak adanya saingan

dari apel impor, maka potensi pasar apel Indonesia
cukup baik di masa mendatang.

Bahkan pada tahun 1989

Indonesia telah berhasil mengekspor buah a p e l k e
Singapura

sebanyak

21.4 ton (Direktorat Bina Produksi

Hortikultura,
tanaman dalam

1990).

Beberapa varietas ape1 hasil

negeri yang sudah banyak

dikenal di

pasaran adalah Rome Beauty, Manalagi dan Princess Noble
(apel hijau).

Dalam program mencari varietas-varietas

unggul, di kebun percobaan di Banaran, Kecamatan Batu
Malang, telah ditanam sembilan varietas apel, yaitu
Princess Noble, Manalagi, Rome Beauty, Red Rome Beauty,
Cahort I no. 23, Cahort I no.25, Cahort I no.27, Mc.
Intosch dan Winter Banana.

Salah satu sifat unggul

yang diinginkan adalah buah yang mempunyai penampakan
menarik dan rasa yang banyak disenangi, yaitu manis
denqan rasa sedikit masam (Yuniarti dan Suhardi, 1989).
Melihat banyaknya jumlah kultivar apel tidaklah
aneh jika ciri-ciri morfologinya pun beragam.
contoh bentuk

buah

dengan Manalagi.

apel Rome Beauty

Menurut Untung

Sebagai

jelas berbeda

(1994) ada delapan

macam bentuk buah apel seperti nampak pada Gambar 1,
yakni : flat, flat-round, round, round-conical, lonqconical, oblong dan oblong-conical.

Bentuk buah terse-

but dipengaruhi oleh iklim dan tanah tempat tumbuh.

Secara umum buah yang berasal dari sebelah Utara qaris
meridian sebagian besar berbentuk conical.

FLAT-ROUND

FLAT

Gambar 1.

OBLONG

CONICAL

OBLONG-CONICAL

ROUND-CONICAL

LONG-CONICAL

ROUND

Delapan m a c a m b e n t u k buah a p e l (Untung, 1 9 9 4 )

S e p e r t i umumnya p a d a b u a h - b u a h a n ,
pada d a g i n g buah a p e l a d a l a h a i r .
karbohidrat yang t e r d i r i

baqian t e r b e s a r
Ape1 mengandung

a t a s g u l a dan p a t i ,

yang

banyaknya t e r g a n t u n q d a r i t i n g k a t kematanqan buah.
S e l a i n i t u a p e l j u g a mengandung asam-asam
pektin, vitamin,
sisi kimia

apel

zat-zat

organik,

m i n e r a l dan l a i n - l a i n .

selengkapnya

zat

Kompo-

t e r d a p a t pada T a b e l 1.

Tabel 1.

Komposisi buah apel segar (100 gram ~ a m ~ e l ) ~ )

Komposisi

Kandungan

Air
Karbohidrat
fruktosa
sukrosa
glukosa
xylosa
Lemak
Protein
asparagin
asam aspartat
asam glutamat
serine
- alanin
Asam organik
malat
quinin
sitrat
sitramatat
shikimat
klorogenat
p-coumarylquinat
Vitamin
biotin
asam pamtotenat
riboflavin
thiamin
myoinositol
Mineral
kalsium
magnesium
fosfor
kal ium
a ) Stephanie

0.1 - 1.36
0.04 - 0.46
trace-0.02
trace - 0.05
trace - 0.015
trace - 0.30
trace - 0.05

g
g
g
g
g
g
g

(1983)

Sedangkan menurut hasil penelitian Yuniarti dan
Suhardi (1989)

terhadap kesembilan varietas apel yang

ditanam di kebun percobaan di Banaran, kandungan air
dari semua varietas 84.06

-

86.55 persen, diameter buah

5.93 - 7.50 cm, keliling buah 19.02

-

23.93 cm, tebal

buah 4.57 - 6.25 cm, dan bobot buah 113.44

-

228.12

gram.

Varietas Cahort I no.25 mempunyai ukuran buah

terbesar bila ditinjau dari diameter
kelilingnya (23.9 Cm).

(7.5 cm) dan

Varietas ini juga mempunyai

bobot buah tertinggi, yaitu 228.1 gram.
Menurut Kusumo (1986), standar mutu buah apel di
Indonesia belum ada.

Pada umumnya harga apel d i

pasaran ditentukan oleh jumlah buah per kilogram.
Klasifikasi yang digunakan petani atau pedagang dalam
menentukan harga adalah jumlah 3
buahlkg, 7 - 8 buahlkg, 9

-

-

4 buahlkg, 5 - 6

-

10 b u a h l k g , 11

buah/kg, d a n 16 buah k e atas per kilogram.

15

Makin

sedikit jumlah buah per kilogram harganya makin tinggi
pula.

Ukuran buah yanq digemari konsumen adalah yang

berisi 5 - 6 buah/kg (Yuniarti dan Suhardi, 1989).
Departemen Pertanian Amerika Serikat menetapkan
tingkat mutu (grading) buah apel segar yang

hendak

dipasarkan sebagai komoditas segar berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : buah harus mulus, bersih dan
bebas dari kebusukan serta kerusakan fisiologis, buah
memiliki tingkat kematangan yang cukup dengan aroma
(flavour), karekteristik warna dan bentuk yang khusus
serta bebas dari segala bentuk cacat, bentuk buah harus
tetap pada kondisi yang berbeda (Ryall dan Pentzer,

9

B.

PENGAWASAN MUTU

Kualitas atau mutu didefinisikan sebaqai suatu
ciri-ciri yanq membuat bahan dapat dikenal derajat
keistimewaan dan keungqulannya.

Kualitas dari komodi-

tas hortikultura seqar merupakan kombinasi dari karakteristik, ciri-ciri dan sifat-sifat yanq diberikan
komoditas pada manusia untuk dimakan (Kader, 1985).
Faktor-faktor yanq mempengaruhi kualitas dari
komoditas hortikultura seqar antara lain (Kader, 1985)
antara lain :
1.

Faktor g e n e t i k , misalnya seleksi kultivar dan
tanaman buahnya (rootstocks)

2.

Faktor-faktor linqkunqan sebelum panen, seperti
iklim-temperatur, cahaya, anqin, curah h u j a n ,
polutan, kondisi pertanaman-tipe tanah, cadanqan
hara dan air, mulsa, pemanqkasan, penjaranqan,
perlakuan-perlakuan bahan kimia, waktu dan metoda
pemetikan

3.

Pemanenan; fase-kedewasaan, pematangan, umur fisioloqis

4.

Perlakuan-perlakuan pasca panen, seperti faktorfaktor linqkungan (temperatur, kelembaban nisbi,
komposisi atmosfir penyimpanan), metoda penanqanan,
lama waktu antara panen dan konsumsi

10

Varietas-varietas apel yang disukai orang adalah
b a i k dalam kualitas cita r a s a , penampakan sangat
menarik,

r e l a t i f t a h a n t e r h a d a p hama

produktif dan kuat tanamannya.
bagus

dalam

penyimpanan

penyakit,

Jika buah apel tersebut
dan

penanganan

serta

pengolahannya, maka nilai varietas tersebut meningkat
(Childers, 1973) .
Warna buah apel merupakan salah satu penentu
k u a l i t a s a p e l , k a r e n a berkaitan langsung dengan
penampilan disukai atau tidaknya oleh konsumen.

Warna

buah apel disebabkan oleh kelompok piqmen anthocyanin
yang didominasi oleh cyanidin (Markasis, 1975).

Per-

kembangan dan perubahan warna buah apel ditentukan oleh
perubahan anthocyanin, yang dipengaruhi oleh temperat u r , unsur hara tanah, kandungan air tanah, cahaya
matahari, kerusakan oleh hama dan sebagainya (Childers,
1973).
Di USA terdapat dua jenis kriteria standar yaitu
U.S.

Standard

(1976)

dan

California

Food

and

Agricultural Code (C.A. Standard, 1983) (Kader, 1985).
Standar mutu apel segar menurut U.S. Standard ditentukan oleh : derajat kematangan, warna, firmness, bentuk
dan ukuran, bebas dari kerusakan-kerusakan internal
browning, internal breakdown, scald, scab, bitter pit,
jonathan spot, freezing injury, water core, bruises
russeting,

scars, insect damage, dan

kerusakan

lain.

Sedangkan C.A.

Standard menggunakan standar derajat

kematangan dengan mengukur total padatan terlarut (SSC)
d a n u j i f i r m n e s s , seperti terlihat pada Tabel 2.
Selain derajat kematanqan, C.A. Standard juga menetapkan
standar ukuran, warna, kondisi daqing buah, bebas dari
kerusakan (seperti : scald, spot, internal breakdown,
water core, bruisess, sun burn, russetinq) , dan bebas
busuk.
Di Indonesia belum ada standarisasi mutu buah ape1
segar.

Kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai

berikut : derajat kematangan, besar buah, warna buah,
kebersihan kulit, rasa, aroma dan kekerasan daging buah
(Kusumo, 1986).
Tabel 2.
- --

Standar kematangan (C.A. Standard, 1983)b,
-

Kultivar
Red delicious
Golden delicious
Jonathan
Rome
McIntosch
Gravenstein

SSC ( % )

Firmness (lb/in2)

11
12
12
12.5
11.5
10.5

b)Sumber : Kader (1985)
Pengawasan mutu terutama bertujuan untuk memelihar a keseragaman mutu produk, meninqkatkan efisiensi
serta meningkatkan dan menjamin mutu yang baik dalam
jangka

panjang guna memenuhi dan

memuaskan

kebutuhan

konsumen.

Keinginan dan harapan konsumen yang dicer-

minkan dalam standar penampakan produk, umumnya didasarkan pada tujuan penggunaan serta harga jual produk
(Besterfield, 1979).
Assauri

(1978), mengatakan bahwa pengawasan mutu

merupakan langkah untuk menentukan kebijaksanaan dalam
ha1

mutu

dengan

mempengaruhi

mutu,

penjualan, perubahan
pemeriksaan.
standar

Dalam

yang

teknologi yang
standar

memperhatikan
yaitu

proses

permintaan

pembuatan,

konsumen

melaksanakan

digunakan

sehingga

negara

aspek

dan peranan

pengawasan

hendaklah

dicapai oleh

tersebut,

faktor-faktor yang

mutu,

sesuai

dengan

yang menggunakan

pengawasan

mutu

dapat

ditempatkan pada tempat yang sebenarnya.
C.

PEMASARAN

Kotler

(1990) mendefinisikan

pemasaran

sebagai

suatu proses sosial di mana manusia baik sebagai individu maupun

kelompok, mendapatkan

apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok
lainnya.

Kegunaan

kegiatan

pemasaran

antara

lain

selalu mengusahakan tersedianya komoditas dalam bentuk
yang' diinginkan (form utility), menyuguhkan tepat pada
lokasi dan saat dibutuhkan (place and time utility).

13

Sedangkan David Downey (1987) mengemukakan bahwa
pemasaran adalah telaah terhadap aliran produk secara
fisis dan ekonomik, dari produsen melalui pedagang
perantara k e konsumen.

Pemasaran melibatkan banyak

kegiatan' yang berbeda, yang menambah nilai produk pada
saat produk bergerak melalui sistem tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa pada dasarnya
masalah pemasaran komoditas ialah bagaimana merefleksikan permintaan konsumen kepada produsen dan masalah
bagaimana menyalurkan komoditas dan jasa dari produsen
ke konsumen dengan biaya serendah-rendahnya pada tingkat teknologi yang ada serta masalah bagaimana menyelaraskan pemasaran dengan perubahan permintaan konsumen
(Saefuddin,

1989).

Konsep produk menurut Kotler (1987) adalah konsumen akan menyenangi produk yang menawarkan kualitas dan
prestasi yang paling baik serta keistimewaan yang
menonjol dan karena itu perusahaan harus mencurahkan
usaha terus-menerus dalam perbaikan produk.

Sedangkan

konsep pemasaran adalah kunci untuk mencapai tujuan
organisasional yang terdiri dari penentuan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran (target markets) serta
pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif
dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing.

14
Swastha dan Irawan (1990) menyatakan bahwa produk
atau barang menurut tujuan pemakaiannya digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu barang konsumsi dan barang
industri.

Adapun yang dimaksud dengan barang konsumsi

adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsikan di
mana pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli
dari konsumen.

Dapat dikatakan bahwa pembeli barang

konsumsi adalah pembeli atau konsumen akhir, karena
barang yang dibeli itu tidak diproses lagi tapi digunakan untuk keperluan sendiri.

Sedangkan barang industri

ialah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi
atau untuk kepentingan dalam industri.

Dengan kata

lain bahwa pembeli barang industri adalah perusahaan,
lembaga atau organisasi.
Menurut Kotler (1990) konsep pemasaran secara
sederhana adalah bahwa keinginan dan kebutuhan konsumen
yang merupakan sumber yang paling masuk aka1 dalam
tahap pengembangan gagasan produk baru.

Identifikasi

atas kebutuhan dan keinginan konsumen dapat dijalankan
dengan penelitian langsung, tes proyeksi, diskusi
dengan kelompok tertentu maupun yang berasal dari saran
atau tuntutan pembeli.
Penggunaan konsep pemasaran bagi sebuah perusahaan
dapat menunjang berhasilnya bisnis yang dilakukan.
Dikatakan

oleh

Swastha

dan

Irawan

(1990)

bahwa

sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran tersebut
disusun dengan memasukkan tiga elemen pokok, yakni :
1)

Orientasi konsumen, pasar, pembeli

2)

Volume penjualan yang menguntungkan

3)

Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan
pemasaran dalam perusahaan
Menurut Kinnear dan Taylor ( 1 9 8 7 ) , riset pemasaran

adalah suatu pendekatan yang sistematis dan obyektif
untuk pengembangan d a n pengambilan informasi, guna
pengambilan keputusan di dalam manajemen pemasaran.
Riset pemasaran dapat digolongkan menjadi empat kategori, yaitu :
a) Riset penjajagan
Merupakan penelitian pendahuluan untuk mendapatkan
informasi awal tentang suatu permasalahan
b) Riset deskriptif
Merupakan penelitian untuk mendapatkan gambaran
tentang suatu keadaan yang terjadi
c) Riset penjelasan

M e r u p a k a n p e n e l i t i a n untuk m e n j e l a s k a n s e b a b
terjadinya suatu keadaan
d) Riset prediktif
Merupakan penelitian untuk memprediksi segala sesuatu yang terjadi.

'

16

Pada umumnya, para praktisi pemasaran membagi
riset pemasaran berdasarkan sasarannya menjadi dua,
yaitu riset konsumen d a n riset perdagangan.

Riset

konsumen merupakan istilah yang sering dipakai oleh
para praktisi pemasaran untuk mendefinisikan salah satu
jenis riset pemasaran yang sasaran risetnya adalah
konsumen.

Konsumen biasanya membeli barang atau jasa

untuk keperluan sendiri, dikonsumsi langsung dan tidak
diperjualbelikan lagi dengan pihak lain

(Littler,

1984).

Sedangkan sasaran riset perdagangan adalah produs e n , agen-agen tunggal, wholesealer, distributor,
grosir dan para pengecer.

Riset perdagangan dilakukan

jika perusahaan ingin mengembangkan bauran pemasaran.
Pengkajian yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk
jenis riset perdagangan.

Untuk melaksanakan riset

perdagangan, perlu dipersiapkan beberapa hal, diantaranya : biaya yang diperlukan, lama waktu yang tersedia,
dan tenaga yang dibutuhkan.

Selain itu perlu pula

ditentukan tipe riset yang akan dilakukan, apakah riset
penjajagan, riset deskriptif, riset penjelasan atau
riset prediktif.
Apabila persiapan

untuk riset telah dianggap

cukup, selanjutnya adalah mendefinisikan

dan menspesi-

fikasikan informasi yang diperlukan dan berapa tingkat
kedalamannya. Pada d a s a r n y a , prosedur d a r i r i s e t

\7

pemasaran adalah perurnusan persoalan, menentukan
sumber-sumber informasi, mempersiapkan

formulir atau

daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk pengumpulan
data, menentukan desain penarikan contoh (sampling),
mengumpulkan data di lapangan, mengolah data, menganalisa data dan terakhir adalah membuat laporan riset
(Supranto, 1986) .
D.

KEMITRAAN

Kemitraan agribisnis merupakan hubungan interaksi
didasari atas kebutuhan dan kepentingan bersama yang
dijalin dalam bentuk kerjasama dan keterkaitan yang
seimbang, wajar, serasi, dan harmonis antara pelakupelaku dalam pembentukan dan pengembangan usaha atau
bisnis di bidang pertanian (Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan Hortikultura, 1994).

Sistem kemitraan dalan

agribisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama
dari dua atau lebih pelaku agribisnis yang saling
menguntungkan.
yang sama

Terjadinya kemitraan bila ada keinginan

untuk saling mendukung dan melengkapi dalam

upaya mencapai tujuan bersama.

Pelaku-pelaku dalan

kemitraan agribisnis adalah petani, lembaga petani,
pengusaha, perusahaan dan pemerintah.
Ada beberapa model kemitraan agribisnis yang
berkembang

di

Indonesia.

Model

tersebut

dapat

19

dibedakan berdasarkan jangka waktu dan pola kemitraan
yang dijalin.
1.

Berdasarkan Jangka Waktu
a.

Kemitraan Insidentil
Kemitraan insidentil adalah bentuk kemitraan yang didasari atas kepentingan ekonomi
bersama dalam jangka pendek dan dihentikan kalau
k e g i a t a n y a n g bersangkutan t e l a h s e l e s a i .
Kemitraan seperti ini dijalin

dengan atau tanpa

kesepakatan atau kontrak kerja.

Hubungan yang

dijalin biasanya dalam pengadaan sarana produksi
dan pemasaran hasil usahatani. Contoh : kemitraan antara petani sayuran dengan pasar swalayan.
b.

Kemitraan Jangka Menenqah
Kemitraan jangka menengah adalah bentuk
kemitraan berdasarkan motif ekonomi bersana
dalam jangka
tertentu.
dengan

menengah atau musim produksi

Kemitraan seperti ini dapat dilakukan
atau

tanpa

(kontraklkesepakatan).

perjanjian

tertulis

Contoh : hubungan bapak

angkat - anak angkat; Perusahaan Inti Rakyat
(PIRINES).

19

c.

Kemitraan Jangka Panjang
K e m i t r a a n s e p e r t i ini d i l a k u k a n d a l a m
janqka panjanq dan terus-menerus dalam skala
besar dan denqan perjanjian tertulis (kontrakl
kesepakatan).

Kemitraan didasari atas salinq

keterqantunqan dalam ha1 penqadaan bahan, permodalan, manajemen dan lain-lain.

Contoh : Pemi-

likan perusahaan oleh petani atau koperasi; Tebu
Rakyat Intensifikasi (TRI).
2.

Berdasarkan Pola Kerjasama Yang Dijalin
a.

Pola Kontrak Kerja
Dalam pola ini petani atau koperasi dan
perusahaan

aqribisnis

menjalin

hubunqan

kerjasama denqan melakukan kontrak kerja, baik
dalam penyediaan sarana produksi dari perusahaan
maupun jaminan pemasaran hasil produksi petani
ke perusahaan. Dengan demikian keqiatan aqribisnis perusahaan hanya terbatas pada proses penqolahan (aqroindustri) dan pemasaran komoditas
yanq dihasilkan.
b.

Pola Kontrak Manajemen
Bentuk kemitraan dehqan pola ini berupa
bantuan manajemen usahatani dari lembaqa yanq

20

berpengalaman dalam manajemen usahatani seperti
Koperasi Jasa Manajemen maupun perusahaan
agroindustri yang telah memiliki kemampuan dalam
mengelola agribisnis kepada petani atau lembaga
tani dalam ikatan kontrak. Dalam pola ini,
Koperasi

Jasa

Manajemen

atau

perusahaan

agroindustri melayani kegiatan manajerial usaha
agribisnis y a n g dikembangkan petani atau
k o p e r a s i sekaligus melakukan bimbingan d a n
pembinaan kepada petani dan pengurus koperasi.
c.

Pola Unit Pelaksana Proyek
Pola ini menyertakan peran aktif pemerintah
dalam pembentukan usaha agribisnis sejak awal
sampai saatnya dikonversi kepada petani.
daan

Penga-

sarana produksi, proses produksi, pengola-

han hasil dan pemasaran hasil mendapatkan
bantuan serta dukungan pembinaan dan pengendalian dari pemerintah, hanya saja bantuan yang
merupakan pinjaman harus dikembalikan.
d.

Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIRINES)
Pada pola ini, perusahaan agroindustri yang
memiliki skala usaha besar peranannya dalam
penyediaan sarana produksi, pengolahan lahan,
pengolahan hasil, pemasaran dan pelayanan teknis

21

dan manajerial.

Dengan kemampuan teknis dan

manajerial yang cukup baik, diharapkan pembinaan
kepada plasma dapat berjalan dengan baik pula.
e.

Pola Perusahaan Tani
Pada pola ini, petani atau koperasi yang
pada umumnya kesulitan permodalan, membentuk
usaha patungan

berupa

suatu

perusahaan

baru

(misal : perusahaan penyalur saprotan) dengan
perusahaan agroindustri dengan menyertakan saham
masing-masing.

Secara bertahap, dengan telah

mampunya petani atau koperasi menjalankan
perusahaan,

pemilikan keseluruhan saham dialih-

kan kepada petani atau koperasi.
f.

Pola Perusahaan ~ e t a n iTerpadu
Pembentukan perusahaan baru dengan pola ini
sama seperti pola perusahaan petani, hanya saja
dalam pola ini saham milik perusahaan agroindustri tetap ada pada perusahaan baru tersebut.
Seluruh

kegiatan agribisnis perusahaan dilaku-

kan bersama-sama.

Perusahaan semacam ini memer-

lukan perwakilan petani atau koperasi dalam
jajaran manajemen perusahaan baik pada tingkat
operasional maupun tingkat pengawasan.

111.

A.

METODA PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam menghadapi persaingan pasar yang

semakin

berat, perusahaan harus mampu menumbuhkan kepercayaan
konsumen yang kuat terhadap produknya.
dipenuhi
baik,

dengan

yang

terjaga
diterima

adanya

sistem pengawasan

dapat menjamin

saat
oleh

produk

mutu

beredar

konsumen,

Hal ini dapat

di

apalagi

yang dikaji dalam penelitian

produk

mutu

harus

pasaran
mengingat

yang
tetap

dan

siap

komoditas

ini adalah buah-buahan

yaitu apel, yang mempunyai sifat mudah rusak apabila
setelah panen dibiarkan begitu saja tanpa dilakukan
penanganan pasca panen yang baik.
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penilaian cara-cara penanganan atau pengawasan mutu pada
saat pasca panen dan melakukan riset pemasaran pada
berbagai

tingkat rantai pemasaran apel di Kecamatan

Bumiaji,

Malang;

baik

petani,

tengkulak,

'pedagang

pengumpul', dan pedagang pengecer, agar dapat diperoleh
kriteria-kriteria mutu apel yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen yang secara tidak langsung juga akan mendukung suksesnya produk di pasar.

B.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan,

-

Oktober
C.

November 1994 di Kecamatan Bumiaji, Malang.

PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
data sekunder.

Data primer yang dikumpulkan berupa

data-data cara pengawasan atau penanganan

mutu apel

mulai dari tingkat petani, tengkulak, 'pedagang pengumpull dan

pedagang

pengecer;

rataan mutu

apel

Rome

Beauty, Manalagi dan Anna; dan data pengklasan (grading) apel.
Data sekunder yang menunjang berupa jumlah petani,
tengkulak,
ngecer

'pedagang

yang

berasal

pengumpul'
dari

Kantor

dan

pedagang

Kecamatan

pe-

Bumiaji,

Malang; data harga apel Rome Beauty, Manalagi dan Anna
yang berasal dari Dinas Pasar Kota Administratif Batu;
serta data-data lain yang menunjang.
D.

PENARIKAN CONTOH

Unit

contoh

dalam

penelitian

ini

adalah

para

pelaku yang terlibat dalam rantai pemasaran apel di
Kecamatan Bumiaji,

Malang (petani, tengkulak, 'peda-

gang pengumpul' dan pedagang pengecer).
Petani Contoh

(Sampel) .

Untuk tingkat petani

contoh diambil berdasarkan acak bertingkat (stratified

random sampling) yaitu dari delapan desa di Kecamatan
Bumiaji, Malang diambil tiga desa yaitu desa Bulukerto,
Bumiaji dan

Punten.

Pemilihan tiga desa

tersebut

berdasarkan pertimbangan bahwa ketiga desa di atas
menurut

informasi dari

Dinas Hortikultura

setempat

merupakan sentra produksi apel (penghasil apel terbanyak) di Kecamatan Bumiaji, Malang.
Selanjutnya dari ketiga desa tersebut masingmasing diambil dua Rukun Warga (RW) secara acak dan
masing-masing Rukun Warga diambil petani contoh masingmasing sebanyak

petani.

4

Dengan demikian total petani

contoh yang diambil sebanyak

24

petani.

Sebaran petani

contoh dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.

Unit co toh petani apel di Kecamatan Bumiaji,
Malangc

f

Desa

Jumlah Rukun Warga

Jumlah

Petani

-

Bulukerto
Bumiaji

Total

umber

24

6
: Hasil olahan data primer

Tengkulak. Untuk tingkat tengkulak masing-masing
desa contoh yakni desa Bulukerto, Bumiaji dan Punten
diambil

7

tengkulak

secara

acak.

Dengan

demikian

jumlah tengkulak yang diambil sebagai contoh sebanyak
21

tengkulak.
'Pedagang Pengumpul'.

Untuk tingkat

'pedagang

pengumpul' masing-masing desa contoh yakni desa Bulukerto, Bumiaji dan Punten diambil 7
pul'

secara acak.

pengumpul'

'pedagang pengum-

Dengan demikian total

'pedagang

contoh ada 21 'pedagang pengumpul'.

Pedagang Pengecer.

Untuk mengambil pedagang pe-

ngecer contoh dalam penelitian ini, diambil dua lokasi
pasar yakni pasar Kotif Batu dan pasar buah Selecta.
Pengambilan

dua

lokasi

pasar

tersebut

berdasarkan

pertimbangan bahwa kedua pasar tersebut paling besar
dibandingkan pasar-pasar yang lain di wilayah Batu,
Malang.

Dari kedua lokasi pasar tersebut kemudian

diambil pedagang pengecer contoh masing-masing sebanyak
10 pedagang pengecer secara acak.

total

pedagang

pengecer

ada

20

Dengan demikian
pedagang

pengecer.

Secara keseluruhan sebaran masing-masing contoh dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Sebaran masing-masing contoh para pelakl)
pemasaran ape1 di Kecamatan Bumiaji, Malang

Contoh

Jumlah

Petani

Contoh
24

Tengkulak
'Pedagang Pengumpul'

21

Pedagang Pengecer

20

Total

86

d)Sumber : Hasil olahan data primer
E.

PENGOLAHlW DAN ANALISIS DATA

Setelah semua data yang diperlukan yaitu data
primer dan data

sekunder terkumpul, maka

pengeditan dan penstabilan data mentah.
kemudian

dikelompokkan

indikator

yang

akan

dilakukan

Data tersebut

sesuai

dengan

indikator-

dijadikan

ukuran

penelitian.

Selanjutnya data tersebut dimasukkan dan diolah dengan
bantuan perangkat komputer.
Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, data
yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder
dianalisis dengan perangkat analisis berupa
1.

:

Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk data-data yang
bersifat kualitatif dan

informasi-informasi lain

yang relevan dengan studi ini.

27

2.

Analisis Tataniaga dan Sistem Pasar
A n a l i s i s ini d i g u n a k a n u n t u k m e n g e t a h u i
rantai

tataniaga

apel baik yang telah ada maupun

sistem pasar apel yang berlaku di Kecamatan Bumiaji, Batu Malang.
3.

Analisis Kemitraan
Analisis ini ditujukan untuk mengidentifikasi
bentuk-bentuk kerjasama diantara para pelaku yang
terlibat dalam rantai pemasaran apel di Kecamatan
Bumiaji - Batu, Malang; baik di tingkat petani,
tengkulak, 'pedagang pengumpul' maupun pedagang
pengecer.

4.

Analisis Pengawasan Mutu
Analisis ini ditujukan untuk mengetahui persentase tingkat pengawasan mutu yang dilakukan para
pelaku yang terlibat dalam

rantai pemasaran apel

(baik petani, tengkulak, 'pedagang p e n g u m p u l '
maupun pedagang pengecer) dari total masing-masing
unit contoh.

Indikator-indikator yang dipakai

dalam studi ini meliputi :
a.

Kebersihan Buah
Analisis ini ditujukan untuk mengetahui
t a r a f atau tingkat perlakuan dalam r a n g k a

menjaga kebersihan buah yang dilakukan masingm a s i n g pelaku y a n g t e r l i b a t dalam r a n t a i
pemasaran apel dengan menggunakan penilaian
secara kualitatif.
b.

Sortasi dan Grading

Analisa ini ditujukan untuk mengetahui
sejauh mana para pelaku yang terlibat dalam
rantai pemasaran apel mengadakan proses sortasi
dan grading terhadap buah apel, meliputi

:

ukuran, bobot, warna, bentuk, kemasakan,
kebebasan bahan asing dan penyakit, kerusakan
oleh serangga dan luka-luka mekanik.

Dalam ha1

ini juga dilakukan penilaian secara kualitatif.
c.

Pengepakan
Analisa ini ditujukan untuk mengetahui
sejauh mana para pelaku yang terlibat dalam
rantai pemasaran apel melakukan pengepakan
terhadap buah apel mereka, apakah menggunakan
plastik (polietilen), kertas karton, keranjany
bambu atau dengan menggunakan metoda lain.

d.

Penyimpanan
Analisa ini ditujukan untuk mengetahui
sejauh mana para pelaku yang terlibat dalam

rantai pemasaran apel melakukan proses penyirnpanan

terhadap

buah a p e l mereka, apakah

menggunakan metoda penyimpanan secara umum
(tidak menggunakan unit pendingin), penyimpanan
dingin, atau menggunakan penyimpanan udara
terkendali .

Analisis ini digunakan untuk mengetahui aspek
ekonomi yaitu aspek manfaat dan pengorbanan yang
dilakukan oleh masing-masing pelaku yang terlibat
dalam

rantai

pemasaran apel di Kecamatan Bumiaji-

Batu, Malang.
Indikator-indikator yang digunakan dalam studi
ini antara lain :

-

Revenue (pendapatan) =
Harga penjualan x Omzet penjualan

-

cost (biaya) =
Biaya-biaya y a n g diperlukan
produksi

*

R/C r a s i o

dalam proses

= perbandingan antara pendapatan dengan
biaya

30
6.

A n a l h i e Korelasi Antara

Mutu

Ape1 dan Harganya

Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara
mutu apel dan harganya dalam. studi ini diketahui
dari koefisien korelasi (r) pada berbagai jenis
apel (apel Rome Beauty, Manalagi dan Anna) di Batu,
Malang.

Koefisien korelasi yang tinggi, menunjuk-

kan bahwa hubungan antara mutu apel dan harganya
sangat erat yakni semakin baik mutu apel, maka
semakin tinggi harganya.
Model yang dipakai untuk mengukur koefisien
korelasi berbagai jenis apel dalam studi ini adalah
sebagai berikut (Supranto, 1986)

:

di mana :
r

=

koefisien korelasi contoh

xi

=

mutu apel pada berbagai jenis apel untuk
pengamatan i = 1,2, ..., n

yi

=

harga apel pada berbagai jenis apel untuk
pengamatan i = 1,2, ...,n

n

=

banyaknya contoh yang diteliti

31

Selanjutnya untuk mengetahui significant atau
tidak dari koefisien korelasi di atas dilakukan
pengujian statistik dengan persamaan s e b a g a i
berikut :

Daerah kritis :

Jika

-t0.5a,df

Jika

5a,df

' thit ' t0.5a,df'
$

thit

#

t0,5a,df

maka terima X,

maka tolak Ho

di mana :

r

=

koefisien korelasi populasi

H, =

hipotesis no1

HI =

hipotesis alternatif

df

=

degree of freedom (derajat bebas) = n

k

=

banyaknya variabel yang diteliti

-

k

Keteranqan :
Karena d i ~ndones'ia belum ada standarisasi mutu
buah apel yang baku, dalam tataniaga apel yang
berlaku

s a a t ini kriteria mutu apel d i u k u r

berdasarkan jumlah buah per kilogram.

Dari temuan

di lapanqan ditemukan grading (penqklasan) apel

berdasarkan jumlah buah per kilogram seperti tampak
pada Tabel 5.
Tabel 5.

Grade
age1 berdasarkan jumlah
kilogram

Grade Ape1

buah

per

Jumlah buahjkg

e)~umber : Hasil pengamatan di lapangan
*)untuk apel grade krill tidak dimasukkan dalam
perhitungan korelasi, karena apel grade krill
tidak pernah laku dijual ke luar kota (hanya
laku untuk kebutuhan lokal)

.

Untuk lebih jelasnya mengenai tatalaksana penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

-

-

S , stem hvkvm
Pcmbaqirn kcunlunqan

Kr,rlarln IOR
K