Pasal 82
1 Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat 2 huruf d diberikan kepada korban bencan dalam bentuk :
a. penampungan sementara; b. bantuan pangan;
c. sandang; d. air bersih dan sanitasi; dan
e. pelayanan kesehatan. 2 Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban
bencana diberikan dengan memperhatikan standar minimal kebutuhan dasar dengan memperhatikan prioritas kepada kelompok rentan.
3 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB IX PENGAWASAN DAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 83
1 Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap seluruh tahap penanggulangan bencana.
2 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi : a. sumber ancaman atau bahaya bencana;
b. kebijakan pembangunan yang berpotensi menimbulkan bencana; c. kegiatan eksploitasi yang berpotensi menimbulkan bencana;
d. pemanfaatan barang, jasa, teknologi serta kemampuan rekayasa dan rancangan bangunan dalam negeri;
e. kegiatan konservasi lingkungan hidup; f. perencanaan tata ruang;
g. pengelolaan lingkungan hidup; h. kegiatan reklamasi; dan
i. pengelolaan keuangan. 3 Dalam melaksanakan pengawasan terhadap upaya pengumpulan
sumbangan, Bupati dapat meminta laporan tentang hasil pengumpulan sumbangan dari BPBD.
4 Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, pemerintah daerah dan masyarakat dapat meminta untuk dilakukan audit.
Pasal 84
1 Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerja pada tahap prabencana dan pascabencana
dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan. 2 Pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi kedaruratan dan dilaksanakan sesuai dengan akuntabilitas dan
transparansi. 3 Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik
keuangan maupun kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling lambat 3 tiga bulan setelah masa tanggap darurat.
28
BAB X PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Kesatu Umum
Pasal 85
4 Penyelesaian sengketa penanggulangan bencana pada tahap pertama diupayakan berdasarkan asas musyawarah mufakat dan asas
kekeluargaan untuk mencapai kesepakatan. 5 Dalam hal penyelesaian sengketa tidak diperoleh kesepakatan, para pihak
dapat menempuh upaya penyelesaian di luar pengadilan atau melalui pengadilan.
6 Upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat dilakukan dengan tata cara adat atau alternatif penyelesaian sengketa sesuai dengan
Peraturan Perundangundangan.
Bagian Kedua Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Pasal 86
1 Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai :
a. bentuk dan besarnya ganti rugi; b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan atau perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan atau perusakan; danatau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap Iingkungan hidup.
2 Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana sebagaimana diatur dalam UndangUndang Lingkungan Hidup.
3 Dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dapat digunakan jasa mediator untuk membantu menyelesaikan sengketa.
Bagian Ketiga Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan, Ganti Kerugian dan
Pemulihan Lingkungan Pasal 87
1 Setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum dan mengakibatkan bencana yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, wajib membayar ganti rugi danatau melakukan tindakan tertentu.
2 Setiap orang yang melakukan pemindahtanganan, pengubahan sifat dan bentuk usaha danatau kegiatan dari suatu badan usaha yang melanggar
hukum, tidak melepaskan tanggung jawab hukum danatau kewajiban badan usaha tersebut.
Bagian Keempat Tanggung Jawab Mutlak dan Hak Gugat
29
Pasal 88
1 Setiap orang yang tindakannya danatau usahanya mengakibatkan bencana non alam, bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi,
tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. 2 Bencana sepanjang dapat dibuktikan di luar kesengajaan atau akibat
perbuatan melawan hukum pihak ketiga, maka tanggung jawab mutlak menjadi batal.
Pasal 89
Pemerintah daerah berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha danatau kegiatan yang menyebabkan terjadinya
bencana yang menimbulkan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.
Pasal 90
1 Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi kemasyarakatan berhak mengajukan
gugatan. 2 Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran ril.
3 Organisasi kemasyarakatan dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan :
a. berbentuk badan hukum atau yang disahkan sebagai LSM bidang Lingkungan Hidup;
b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi Iingkungan hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling singkat 2 dua tahun.
BAB XI KETENTUAN PIDANA