Pengaruh Anggaran Dan BEP (Break Event Point) Terhadap Perencanaan Laba Jangka Pendek Di PT. Bina Citra Kharisma Lestari 2

(1)

(THE INFLUENCE OF BUDGET AND BREAK EVEN POINT TO

SHORT-TERM PROFIT PLANNING IN PT.BINA CITRA

KHARISMA LESTARI 2 )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jenjang Studi Strata I Program Studi Akuntansi

Oleh:

RISMA ROSALINA

21107166

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

iv

Jangka Pendek”

Penelitian ini dilakukan di PT.CITRA BINA KHARISMA LESTARI 2 yaitu merupakan perusahaan manufaktur. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah adanya pengaruh anggaran dan break even point terhadap perencanaan laba jangka pendek di PT.CITRA BINA KHARISMA LESTARI 2.

Metode yang digunakan adalah metode deskriftif verivikatif. Untuk mengetahui pengaruh anggaran dan perencanaan laba jangka pendek digunakan pengujian statistik. Penghitungan statistik yang digunakan menggunakan adalah Pengujian Pet Analisis menggunakan aplikasi spps 18.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa anggaran dan break even point dapat mempengaruhi laba jangka pendek di PT.CITRA BINA KHARISMA LESTARI 2. Terdapat hubungan yang kuat antara anggaran, break even point terhadap perencanaan laba jangka pendek. Yaitu dengan diketahui H0 ada pada daerah penolakan berarti Ha diterima maka anggaran dan break even point berpengaruh terhadap perencanaan laba jangka pendek.


(3)

v Planning

The reserch was conducted in PT CITRA BINA KHARISMA LESTARI 2 is a manufacturing determine companny. The Goal was to determaine wheither the effect of the budget and break even point for the planning of short term profits in PT CITRA BINA KHARISMA LESTARI 2.

The method used is descriptive methode verivikatif. To determine the effect of budget and planning short term earnings use statistical test. Statistical calculation used to use path analysis using SPSS 18.0 for windows application.

These result indicate that the budget and Break Even Point can effect short term profits in PT CITRA BINA KHARISMA LESTARI 2. These a strong relationship between the budget, the Break Even Point for the planning of short term profits. That is with known Ho exsist in the region of rejection means Ha accepted the budget and Break Even Point effect on short profit planning.


(4)

vi

memberikan rahmat dan karunai-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini tepat pada waktunya. Skripsi dengan judul “PENGARUH ANGGARAN DAN BEP (BREAK EVEN POINT) TERHADAP PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK DI PT.BINA CITRA KARISMA LESTARI 2. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh

program Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas

Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.Dr.Hj. Ria Ratna

Ariawati,Ms.Ak. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu guna membimbing, mengarahkan dan memberikan petunjuk yang sangat

berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

Selama menyusun laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk itu penulis

hanya dapat menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Studi Fakultas


(5)

vii

perizinan yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

6. PT. Astra International Tbk, yang telah menyajikan informasi keuangannya

secara transparan sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini.

7. Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

8. Orang tua tercinta, Mama dan Papa yang telah memberikan doa, kasih

sayang, semangat dan pengorbanan tak terhingga baik secara moril maupun

materil.

9. Seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan doa dan semangat tiada

henti kepada penulis.

10. Tunanganku Yadi Suryadi yang setia mendampingi, memberi support selama

pembuatan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku Erni Nuraeni, Ferawati Oktaviani, Shela Yohana

Simbolon, Tri Endar Purwani, Meta Sri Meylani, untuk kebersamaan,

keceriaan, dan persahabatan kita selama ini.

12. Seluruh teman Ak-4 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungannya.

13. Seluruh pihak yang secara langsung atau pun tidak langsung turut membantu


(6)

viii

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih

jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan pengetahuan dan

pengalaman penulis sehingga penulisan skripsi ini masih memerlukan banyak

perbaikan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima

saran dan kritik membangun guna perbaikan lebih lanjut. Namun demikian,

penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Juli 2011

Penulis

Risma Rosalina 21107166


(7)

1

1.1Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan berkembangnya dunia usaha dewasa ini, dan sejalan

dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor industri,

maka persaingan antar perusahaan baik untuk perusahaan yang tidak sejenis

maupun sejenis khususnya yang sejenis semakin meningkat. Untuk menjaga

kesinambungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat

tersebut, diperlukan penanganan dan pengelolaan yang baik dan teratur. (Erik

Agustian,2006)

Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Besar

kecilnya laba sering menjadi ukuran keberhasilan manajemen. Hal tersebut

didukung oleh kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan

kesempatan dimasa yang akan datang, Oleh karena itu perlu adanya suatu

perencanaan untuk mencapai hal tersebut.

Ukuran yang sering dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen

suatu perusahaan adalah dari laba yang diperoleh perusahaan. Sedangkan laba

terutama dipengaruhi volume penjualan.

Dalam melakukan pembiayaan, pengusaha sudah menyadari akan segala

risiko dan kesulitan yang dihadapi dan bisa terjadi sewaktu waktu. Resiko yang


(8)

perusahaan maka tidak sesuai dengan realisanya. Contohnya seperti naiknya harga

bahan baku, banyaknya pesaing. Dalam mengatasi semua masalah tersebut, sejak

awal pihak manajemen harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam melihat

segala kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang, untuk

mendapatkan tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Tujuan perencanaan jangka pendek yaitu guna untuk memungkinkan

disusunnya laporan keuangan performa bagi entitas tersebut untuk suatu periode

dimasa yang akan datang. Rencana ini disusun melaui proses yang sistematis

sangat terukur, dinyatakan dalam ukuran finansial. Rencana jangka panjang yaitu

suatu rencana yang mungkin hanya menghasilkan suatu laporan keuangan secara

garis besar untuk periode 5 tahun dari sekarang.

Manajer perusahaan harus dapat membuat perencanaan secara terpadu atas

semua aktivitas yang sedang maupun akan dilakukan dalam upaya mencapai laba

yang diharapkan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang paling

mendasar, sebab dapat memberikan arah dan pedoman dalam mencapai tujuan

perusahaan. Untuk itu diperlukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan

tercapainya laba. Harga jual, laba per produk dan hasil penjualanlah yang

menjadi sasaran pemikiran utama. Dalam hal ini laba dapat diartikan sebagai

kemungkinan laba yang diperoleh (Potential Profit) dari suatu produk tertentu yang telah dijual. Besarnya laba yang diperoleh perusahaan biasanya digunakan

sebagai tolok ukur sukses atau tidaknya manajemen dalam mengelola

perusahaannya. Besar kecilnya laba dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu harga


(9)

seorang manajer harus bisa memahami, mengetahui dan mengkombinasikan

faktor-faktor tersebut agar mendapatkan laba yang optimal. Laba Optimal

merupakan suatu pencapaian laba yang maksimal dari apa yang sudah

direncanakan atau dianggarkan perusahaan dalam situasi dan kondisi tertentu.

Sedangkan didalam usaha untuk meningkatkan laba, perusahaan harus dapat

mengendalikan biaya-biaya yang mungkin terjadi sehubungan dengan barang

dibuat sampai barang jadi dijual.(Sandra:2000)

Perencanaan laba itu berhubungan dengan volume penjualan, biaya

produksi serta biaya operasi perusahaan. Disini pun anggaran mempengaruhi

perencanaan laba, suatu perusahaan dapat mengatakan bahwa perusahaan itu akan

mendapatkan laba dari hasil penjualan produknya. Selisih antara anggaran dengan

realisasinya terjadi karena adanya penyimpangan dalam pelaksanaanya.

Beberapa jenis anggaran di antaranya anggaran produksi dan anggaran

penjualan kedua-duanya saling berkaitan. Pada dasarnya penyusunan anggaran

bertujuan agar sumber daya dalam perusahaan dapat digunakan seefisien dan

seefektif mungkin. Disusunnya anggaran dapat menjadi pedoman bagi pihak yang

terkait dalam perusahaan sekaligus dapat digunakan sebagai alat evaluasi terhadap

penyimpangan-penyimpangan yang seringkali terjadi dalam perusahaan. Sehingga

bilamana anggaran dapat difungsikan dengan benar diharapkan akan semakin

meningkatkan laba perusahaan.

Perencanaan dan pengendalian melalui anggaran ini dirasakan sangat


(10)

mengetahui peramalan (forecasting) keadaan perusahaan di masa datang, maka saat ini perusahaan dapat memperkirakan langkah- langkah ataupun kebijakan apa

saja yang dapat diambil untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja

demi kelangsungan hidup perusahaan.

Berdasar dari hal-hal tersebut, maka penulis ingin menelaah lebih dalam

mengenai anggaran perusahaan yang dapat diterapkan dalam perusahaan sebagai

alat pengendalian. Anggaran / budget yang akan dibahas adalah anggaran produksi, anggaran penjualan, anggaran biaya non produksi.

Perusahaan untuk mengetahui pencapaian tingkat laba yang diharapkan

perusahaan dapat menggunakan Analisis Biaya-Volume-Laba (Cost-Volume Profit Analysis-CVP) yang berkaitan dengan penentuan volume penjualan yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Dimana analisis ini

memberikan informasi mengenai besarnya penjualan yang harus dicapai. Model

analisis yang paling umum digunakan untuk mengetahui hubungan antara biaya – volume penjualan – laba adalah Break Even Point (BEP) Analysis . (Nurhasanah Siregar,2009)

Break Even Point sendiri diartikan suatu keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak juga mengalami rugi. Dengan kata lain jika jumlah

pendapatan sama dengan biaya yang dikorbankan perusahaan. Dalam perencanaan

laba dengan menggunakan analisis break even merupakan “profit planning

approach” yang mendasarkan pada hubungan biaya (cost) dan volume penjualan (revenue). (Henik Kustantik :2009)


(11)

PT.Bina Citra Karisma Lestari 2 merupakan suatu perusahan manufaktur

yang bergerak dibidang garmen. Produk yang dihasilkan yaitu untuk kepentingan

sandang yaitu memproduksi pakaian. Dilihat dari misi PT.Bina Citra Karisma

Lestari 2 yaitu menambah vitalitas dalam kehidupan. Kami memenuhi kebutuhan

masyarakat dengan produk-produk yang membantu konsumen merasa nyaman,

berpenampilan baik, dan merasa nyaman. Dari misi PT.Bina Citra Karisma

Lestari 2 diatas dapat diartikan bahwa PT.Bina Citra Karisma Lestari 2 ingin

memenuhi fasilitas yang biasanya rakyat Indonesia butuhkan untuk kegiatan

sehari-hari, produk yang dihasilkan ialah pakaian.

Tabel 1.1

Laporan laba bersih perusahaan PT.Bina Citra Karisma Lestari 2

(Tahun 2002-2008)

(Sumber : Laporan keuangan PT.BCKL 2)

Tahun

Biaya

(Rp)

Volume Penjualan

(Rp)

Laba bersih

(Rp)

2002 948.725.000 1.989.450.756 1.020.740.656

2003 1.125.425.000 2.178.691.890 1.035.270.826

2004 1.347.250.000 3.475.347.800 2.107.234.800

2005 1.751.425.000 3.996.649.970 1.985.787.324

2006 2.276.852.500 4.596.147.466 2.208.532.887

2007 2.959.908.250 5.456.786.900 2.175.799.356


(12)

Berdasarkan tabel diatas terlihat laba bersih dari tahun 2002-2008

cenderung naik, akan tetapi pada tahun 2005 hingga 2007 terjadi penurunan laba,

hal ini terjadi karena adanya peningkatan biaya produksi variabel yang cukup

signifikan, karena kenaikan harga bahan baku hingga total biaya meningkat.

Adapun yang menyebabkan fluktuasi laba yaitu naiknya minyak dunia, sehingga

memaksa pemerintah membuat kebijakan menaikan harga minyak dua kali dalam

satu tahun tentu saja ini dapat berdampak bagi perusahaan BCKL 2 di bidang

produksi, yaitu bertambahnya biaya variabel yang diakibatkan kenaikan bahan

bakar minyak. Dengan demikian pada tahun 2005 hingga 2007 laba perusahaan

mengalami fluktuatif.

Kenaikan total biaya dan total volume penjualan akan mengakibatkan pula

pada kenaikan BEP karena besarnya BEP tergantung pada total biaya dan total

volume penjualan. Berdasarkan teori semakin rendah BEP maka semakin besar

kesempatan perusahaan memperoleh laba. Namun disini tidak sesuai dengan teori

yang ada biaya meningkat, volume penjualan meningkat, dan laba pun meningkat.

Namun bisa saja penambahan biaya lebih kecil dari pada penambahan hasil

penjualan. Seharusnya jika biaya meningkat, volume penjualan meningkat, dan

laba pun menurun, itu disebabkan karena break even point meningkat. Jika BEP meningkat maka kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba semakin kecil.

Menurut data dan informasi yang didapat penurunan yang terjadi mulai

pada tahun 2005 hingga 2007 karena merosotnya nilai rupiah sehingga

menurunkan daya beli masyarakat. Artinya masyarakat disini pada tahun 2005


(13)

penjualan pada tahun 2005 dan 2007 dan tentunya penurunan pendapatan dan laba

yang diharapkan dari 2004-2005, yaitu dari 2.107.234.800 -1.985.787.324, dan

2006-2007 yaitu dari 2.208.532.887-2.175.799.356.

Penurunan laba yang fluktuatif ini juga disebabkan oleh perencanaan yang

dilakukan oleh manager PT.BCKL2 kurang matang. Terutama dalam anggaran

penjualan didalam anggaran penjualan tentunya terdapat rencana mengenai

penjualan masa yang akan datang. Manajemen seharusnya mampu membaca

keadaan masa depan, apakah terjadi kenaikan nilai dolar,hingga nilai kurs naik.

Anggaran yang menerangkan secara terperinci rencana penjualan perusahaan

dimasa datang dimana didalamnya tercantum tentang jenis barang, jumlah, harga,

waktu serta tempat penjualan barang. Penelitian ini telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya mengenai Analisis Bep Multi Produk sebagai Alat perencanaan laba

Pada CV.Cahaya selatan. Rhibels,(2010) 1-11 yaitu: Alat analisis yang dapat

membantu manajemen dalam pengambilan keputusan di antaranya yaitu dengan

mempergunakan Break-Even Point. Analisis Titik Impas memberikan informasi mengenai tingkat volume penjualan yang harus dicapai perusahaan. Analisis Titik

Impas juga di maksudkan untuk mengetahui kondisi perusahaan apakah

perusahaan mengalami keadaan laba atau rugi. Atau dengan kata lain Break-Even Point membantu pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui kondisi penjualan yang sedang dialami perusahaan.

Break-Even Point biasa disebut dengan hubungan antara jumlah investasi dan volume yang ditargetkan untuk mencapai laba, terjadi pada perusahaan yang


(14)

tidak mengalami keuntungan atau pun kerugian dalam mencapai usahanya. Dapat

pula dikatakan pada titik impas hasil penjualan dapat menutup semua biaya-biaya

yang digunakan. Sementara bagi seorang manajer sebelum dapat mengkoordinasi

mengarahkan dan mengawasi kegiatan usaha perusahaan dalam mencapai tujuan

yang telah direncanakan (laba), sebaiknya terlebih dahulu memahami hubungan

antara biaya, pendapatan dan keuntungan, Sehingga analisis volume, biaya, laba

atau sering disebut Titik Impas (BEP) dapat memberikan pedoman yang sangat

berguna bagi para manajer.

Dan penelitian mengenai Budgetary Participation and Budgetary Slack yaitu oleh (Ichsan Gorontalo:2007) yaitu Anggaran dalam suatu organisasi merupakan

rencana kuantitatif yang mengidentifikasikan sumber daya dan komitmen yang

dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dalam periode anggaran.

Penyusunan anggaran memungkinkan memungkinkan manajemen untuk

melakukan perencanaan, mengkomunikasikan rencana dan tujuan selama periode

anggaran tertentu kepada semua divisi dan untuk memotivasi para karyawan

dengan cara melibatkan mereka dalam pembuatan rencana. Anggaran merupakan

rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang harus dicapai oleh

manager suatu perusahaan guna untuk melaksanakan serangkaian kegiatan

tertentu di masa yang akan datang. Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian.Oleh karena itu penulis mengambil judul :

” Pengaruh Anggaran dan Break Even Point (BEP) Terhadap Perencanaan Laba Jangka Pendek pada PT.Bina Citra Karisma Lestari 2”.


(15)

1.2. Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

1. PT.Bina Citra Karisma Lestari 2 mengalami fluktuasi laba disebabkan karena

meningkatnya harga biaya variabel, kenaikan biaya yang terus menerus dan

volume penjualan yang naik juga namun tidak dibarengi dengan kenaikan laba.

2. Ketidakmampuan manajemen di Bina Citra Karisma Lestari 2 dalam melihat

adanya peluang dan kesempatan dimasa yang akan datang sehingga

menyebabkan perbedaan anggaran penjualan yang telah dibuat pada masa lalu

dengan realisasinya.

3. Penurunan daya beli masyarakat terhadap barang yang diproduksi PT.Bina

Citra Karisma Lestari 2 karena suku bunga (menurunnya nilai rupiah terhadap

nilai Dolar AS dikarenakan keadaan ekonomi).

1.3.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anggaran yang terdiri dari Anggaran Penjualan dan Anggaran

Biaya di PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2.

2. Bagaimana Break Even Point di PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2.

3. Seberapa besar pengaruh Anggaran dan Break Even Point terhadap perencanaan laba jangka pendek di PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2


(16)

4. Seberapa besar pengaruh Anggaran dan Break Even Point terhadap perencanaan laba jangka pendek di PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2

secara simultan.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1.Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Anggaran

penjualan, anggaran biaya, dan Break Even Point (BEP) Terhadap Perencanaan Laba Jangka Pendek pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2”.

1.3.2.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Anggaran yang terdiri dari Anggaran Penjualan dan

Anggaran Biaya di PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2.

2. Untuk mengetahui Break Even Point di PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Anggaran dan Break Even Point terhadap perencanaan laba jangka pendek di PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2

secara parsial.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Anggaran dan Break Even Point terhadap perencanaan laba jangka pendek di PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2


(17)

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis yang penulis tunjukkan pada perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian ini bagi perusahaan dapat digunakan sebagai masukan

mengenai Anggaran dan break even point (BEP) terhadap perencanaan laba jangka pendek.

2. Bagi PT.BCKL 2 yang diteliti pada bagian akuntansi dan manajemen, diharapkan dapat memberikan informasi dalam praktek Anggaran dan

Break Even Point (BEP) terhadap perencanaan laba jangka pendek.

1.4.2.Kegunaan Akademis 1.Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan dan pengetahuan serta pemahaman penulis mengenai

pengaruh Anggaran dan break even point (BEP) terhadap perencanaan laba jangka pendek.

2.Bagi Peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai referensi dan pemikiran dalam penelitian lebih

lanjut dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Pengaruh

Anggaran dan Break Even Point (BEP) terhadap perencanaan laba jangka pendek.


(18)

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam upaya mendapatkan data untuk menyusun skripsi ini, penulis

mengadakan penelitian pada PT.Bina Citra Karisma Lestari 2 yang beralokasi di

Jalan Cisirung No.175.

Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli

2011. Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 1.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan

Feb Maret Apr Mei Juni Juli Agst

Tahap kegiatan: 1.Membuat outline dan

proposal skripsi

2.Mengambil formulir penyusunan skripsi

3.Menentukan tempat penelitian

Tahap pelaksanaan: 1.Mengajukan out line


(19)

2.Meminta surat pengantar ke perusahaan

3.penelitian di perushaan


(20)

14 2.1.Kajian Pustaka

2.1.1.Anggaran

2.1.1.1.Pengertian anggaran

Menurut Wiliam K.Carter (2009;4) pengertian anggaran adalah :

“Suatu anggaran adalah suatu rencana yang dinyatakan secara keuangan

dan secara kuantitatif”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan

sebuah rencana keuangan mengenai rencana perusahaan masa depan untuk

mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan.

Pengertian serupa mengenai anggaran dikemukakan oleh Mulyadi (2001;488)

yaitu:

“Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif,

yang diukur dalam satuan moneter standard dan satuan ukuran yang lain,

yang mencangkup jangka waktu satu tahun”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan


(21)

kuantitatif, yang dapat diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran

yang lain, dan dapat dilakukan dalam jangka waktu satu tahun.

1.1.1.2. Jenis Jenis Anggaran

2.1.1.2.1.Anggaran Penerimaan

1.Anggaran penjualan

Dalam berkembangnya usaha saat ini, yaitu dengan bertabah kompleksnya

tantangan yang harus dihadapi dengan besarnya risiko yang ditanggung oleh

pengusaha dirasakan makin pentingnya anggaran sebagai salah satu alat bantu

manajemen. Untuk itu anggaran harus disusun secara cermat dan hati-hati dengan

perhitungan dan estimasi yang baik dalam menetapkan suatu anggaran khusus

penjualan, kegiatan penjualan dapat diwujudkan dengan cara menyusun suatu

anggaran yang merupakan proyeksi penjualan yang diharapkan pada suatu

periode, tujuan bagi perusahaan adalah untuk mencapai laba perusahaan. Salah

satu komponen yang paling penting dalam suatu anggaran adalah estimasi

penjualan yang realistis, berdasarkan analisis berdasarkan analisis atas penjualan

di masa lampau dan kondisi pasar saat ini. Tetapi, seringkali penjualan merupakan

komponen yang paling sulit untuk diprediksi. Permintaan bergantung pada

kekuatan yang berada diluar kendali manajemen. Dalam kebanyakan kasus,

ketidakpastian ini membuat perkiraan penjualan menjadi titik penting dari proses


(22)

Pengertian anggaran penjualan menurut M.Munandar (2004;49) yaitu:

“Anggaran penjualan adalah anggaran yang merencanakan secara lebih

terperinci tentang penjualan perusahaan selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas), jumlah (kuantitas), harga barang yang akan dijual, waktu penjualan serta tempat

(daerah ) penjualannya”.

Dari definisi diatas anggaran penjualan merupakan pedoman pelaksanaan

pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai

tujuan perusahaan yaitu laba. Secara tidak langsung anggaran penjualan yang

telah dibuat perusahaan adalah untuk perencanaan laba di masa yang akan datang.

Dengan adanya anggaran penjualan memudahkan management dalam perincian

mengenai penjualan yang akan dilakukan di masa mendatang nanti, dan

mengetahui laba yang diharapkan oleh perusahaaan pada masa yang akan datang.

Menurut William K.Carter dan Milton F.Usry (2005:17) yang diterjemahkan

oleh Krista,SE.,AK mengemukakan bahwa adanya hubungan antara anggaran

penjualan dengan pencapaian laba adalah sbb:

“Suatu Anggaran Penjualan yang terinci dapat menjadi alat yang efektif

untuk menganalisis potensi penjualan baru. Hal itu membantu dalam mengidentifikasikan atas terjadinya penurunan atau kenaikan penjualan yang berpengaruh terhadap tercapainya laba atau rugi.

Anggaran penjualan merupakan hal yang sangat penting, karena atas dasar

anggaran penjualan ini seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan akan disusun

perencanaan dan pelaksanaanya. Dalam pelaksanaanya anggaran penjualan pada

umumnya dilaksanakan dalam jangka pendek (1 tahun) dan jangka panjang (5


(23)

Keberhasilan pencapaian anggaran perlu mendapat dukungan dari tiap

pegawai yang ada di dalam perusahaan. Anggaran yang akan dilaksanakan

tersebut diimplementasikan, perlu terlebih dahulu disiapkan saran-saran kerja

yang perlu untuk kelancaran pelaksanaan anggaran tersebut, pencapaian anggaran

mendapat dukungan dari tiap pegawai yang ada di dalam suatu perusahaan, tanpa

memandang pegawai bersangkutan.

Pelaksanaan dalam penyusunan anggaran penjualan

Pelaksanaan anggaran penjualan yang dilaksanakan di PT.BCKL 2

dilaksanakannya dalam jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan rencana

kerja yang telah disusun oleh perusahaan. Pelaksanaan dalam penyusunan

anggaran adalah sebagai berikut :

1. Rencana Jangka Panjang

Rencana Jangka Panjang merupakan rencana perusahaan yang disusun untuk :

A.Rencana Kerja Jangka Panjang

Adalah rencana perusahaan yang disusun di kantor pusat dan mengacu pada

sasaran strategi antara lain :

1. Meningkatkan kemampuan survival perusahaan

2. Menyesuaikan dengan peraturan pemerintah

3. Menyiapkan dan meningkatkan kemampuan bersaing


(24)

2. Rencana Jangka Pendek

Rencana perusahaan selama satu tahun dengan mengacu pada rencana kerja

jangka panjang untuk mencapai tujuan tingkat pertumbuhan efisiensi dan

keuntungan dengan cara :

a) Rencana formasi Personalia

b) Rencana produksi

c) Proyeksi portofolio

Berlaku akan banyak dimanfaatkan sebagai alat pengambilan keputusan

manajemen yang penting, sebagai missal dalam penilaian performance pimpinan

dalam PT.BCKL 2, hasil evaluasi antara realisasi yang telah dicapai, dengan

target yang telah dianggarkan akan dipakai sebagai alat mengukur keberhasilan

pimpinan kantor tersebut. Dan selanjutnya hasil evaluasi ini akan bermanfaat

untuk penetapan pembayaran bonus maupun penetapan kenaikan pangkat/jabatan

dari pimpinan yang bersangkutan, dan sebaiknya apabila pimpinan kantor

tersebut.

Tujuan Anggaran Penjualan

1.

Mengurangi ketidakpastian dimasa depan

2.

Memasukkan pertimbangan / keputusan manajemen dalam proses perencanaan

3.

Memberikan informasi dalam profit planing control

4.

Untuk mempermudah pengendalian penjualan

5. Dapat melihat tanda-tanda lebih dini akan kehadiran peluang-peluang maupun


(25)

6. Dapat digunakan sebagai alat analitik yang akurat dan tepat waktu

7.Mempunyai kemampuan untuk memprediksi kinerja.

2.1.1.2.1.Anggaran Pengeluaran (Anggaran Biaya)

1.Anggaran Produksi

Menurut Gunawan Adisaputra (1996:65) pengertian anggaran produksi adalah :

“Anggaran produksi adalah anggaran yang disusun dengan memperhatikan segala kegiatan produksi, yang diperlukan untuk menunjang anggaran

penjualan yang telah disusun”.

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa anggaran produksi dibuat

atau disusun berdasarkan seluruh kegiatan produksi yang dapat menunjang

anggaran penjualan.

Setelah anggaran penjualan telah selesai disusun, kebutuhan produksi untuk

periode anggaran anggaran yang akan datang dapat ditentukan dan

diorganisasikan dalam bentuk anggaran produksi. Anggaran Produksi (production budget) adalah skedul rinci yang mengidentifikasi produk-produk atau jasa yang mesti dihasilkan atau disediakan untuk memenuhi penjualan yang dianggarkan

dan kebutuhan-kebutuhan persediaan.

Anggaran produksi berurusan dengan penjadwalan operasi, penentuan

volume, dan penetapan kuantitas maksimum dan minimum dari persediaan. Hal

tersebut memberikan dasar untuk membuat anggaran untuk bahan baku, tenaga


(26)

lainnya, dapat dirinci per bulan atau per kuartalan. Dalam suatu perusahaan

manufaktur, divisi yang paling banyak mencapai kemajuan dalam manajemen

ilmiah adalah departemen produksi. Usaha konstan diarahkan menuju

pembuatan teknik-teknik baru yang akan membawa kepada produksi yang lebih

efisien.

Dalam perusahaan BCKL 2 ini terdapat bagian produksi, pemasaran, dan

administrasi dan umum yang didalamnya memiliki anggaran masing-masing

yang berbeda, yaitu:

1. Bagian Produksi : Biaya yang dikeluarkan pada bagian produksi ini adalah

keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang mulai

dari barang mentah menjadi barang jadi yang siap untuk dijual ke pasaran.

Dalam biaya produksi ini dibedakan menjadi :

a) Biaya Bahan Baku :

 Biaya Variabel: Kain, benang, bahan penolong (kancing, sleting). b) Biaya Tenaga Kerja Langsung :

 Biaya Tetap : Biaya gaji mandor, gaji kepala bagian produksi, gaji direktur.

 Biaya Variabel : Biaya tenaga pemasangan aksesoris pakaian, gaji operator mesin operasi, gaji tukang jahit, gaji tukang potong.


(27)

c) Biaya Overhead Pabrik :

 Biaya Tetap : depresiasi mesin dan peralatan, pajak bangunan, asuransi pabrik, gaji karyawan di luar produksi, gaji mandor, sewa mesin .

 Biaya Variabel: Amortisasi hak paten, biaya listrik air dan telepon, reparasi gedung dan peralatan pabrik, biaya bahan pembantu.

2. Bagian Pemasaran : Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan barang yang

telah siap diproduksi dan di jual terhadap konsumen.

 Biaya Tetap : Biaya gaji karyawan yang bersangkutan, biaya iklan, biaya promosi, biaya contoh/ sampel.

 Biaya Variabel : biaya pengemasan

3. Bagian Administrasi dan Umum : biaya untuk mengkoordinasi kegiatan

produksi dan pemasaran produk.

 Biaya Tetap : Biaya gaji direksi, karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, humas.


(28)

2. Anggaran Biaya Distribusi

Menurut Gunawan Adisaputra (1996:66) pengertian anggaran biaya distribusi

adalah:

“Anggaran biaya distribusi merupakan anggaran yang mencangkup

seluruh biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam

hubungannya dengan kegiatan memasarkan produk”.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa anggaran biaya distribusi

didalamnya mencangkup seluruh biaya-biaya untuk memasarkan barang hasil

produksi yang telah selesai diproduksi perusahaan. Contohnya : biaya salesman,

supervisor, ongkos pengangkutan, biaya transport, penginapan, makanan,

promosi, asuransi.

3.Anggaran Biaya Umum dan Administrasi

Menurut Gunawan Adi Saputra (1996:90) definisi anggaran biaya umum

dan administrasi adalah sbb :

“Anggaran biaya umum dan administrasi adalah anggaran yang berisi semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan

stafnya, bagian keuangan dan administrasi”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anggran biaya umum dan


(29)

tetap perusahaaan, yang rutin selalu dikeluarkan perusahaan dan cenderung

biayanya tetap. Contoh biaya gaji direktur, biaya gaji bagian keuangan, dsb.

2.1.2. Pengertian Biaya

Biaya dalam suatu perusahaan merupakan komponen yang sangat penting

dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan itu

dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai suatu bentuk pengorbanan

oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat. Dalam

menentukan apakah suatu pengorbanan merupakan biaya atau tidak, maka terlebih

dahulu harus dipahami pengertian tentang biaya diantaranya adalah:

Menurut Supriyono (1999:16) mengemukakan bahwa :

“Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang digunakan

dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai

pengurang penghasilan”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu

hal yang harus dikorbankan yaitu dengan membeli kebutuhan-kebutuhan mulai

dari produksi sampai dengan penjualan demi mendapatkan pendapatan.

Adapun pengertian biaya menurut Mulyadi (1999 : 8) dalam arti luas

mengemukakan bahwa :

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai


(30)

Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk

memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam

pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan di

dalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan.

Dari pengertian di atas, walaupun nampak ada perbedaan namun pada dasarnya

memiliki persamaan yaitu biaya adalah pengorbanan ekonomis, yang di ukur

dengan nilai uang untuk memperoleh barang atau jasa. Pengklasifikasian biaya

atau penggolongan biaya dilakukan sesuai dengan tujuan biaya itu sendiri. Untuk

tujuan yang berbeda, diperlukan cara penggolongan biaya yang berbeda pula.

Penggolongan biaya atas dasar tendensi perubahan terhadap aktivitas

tertentu sangat penting dalam proses perencanaan laba. Biaya ini dikelompokan

menjadi biaya tetap, biaya variable dan biaya semi variable. Untuk kepentingan

analisis break event, biaya semi variable akan dianalisis lebih lanjut kedalam

biaya tetap dan biaya variable.

1. Biaya tetap

Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar

perubahan volume kegiatan tertentu.

Menurut Mulyadi (1999:507) menyatakan biaya tetap dalam hubungannya

untuk perencanaan dan pengawasan biaya,biaya tetap dibedakan menjadi:

a.Committed fixed cost b.Discretionary fixed cost

Committed fixed cots adalah biaya tetap dikeluarkan,yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaaan di dalam memenuhi


(31)

tujuan-tujuan jangka panjang. Contoh : committed cost adalah biaya depresiasi, PBB, sewa, asuransi, dan gaji karyawan utama. Kebijakan menjadi committed cost

terutama dipengaruhi oleh rencana kegiatan jangka panjang.

Discretionary fixed cost adalah biaya yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala (biasanya tahunan) yang secara langsung mencerminkan

kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang diizinkan

untuk dikeluarkan, dan yang tidak dapat menggambarkan hubungan yang

optimum antara masukan dengan keluaran (yang di ukur dengan volume

penjualan, jasa atau produk). Contoh : discretionary fixed cost adalah biaya riset dan dan pengembangan, biaya iklan, biaya promosi penjualan, biaya program

latihan karyawan.

2.Biaya Variabel

Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung. Untuk tujuan perencanaan dan pengawasan, biaya variable

dibedakan menjadi:

a.Engineered Variabel Cost

Engineered Variabel Cost adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu dengan ukuran kegiatan tertentu atau biaya yang antara masukan dan keluaran


(32)

b.Discretionary Variabel Cost

Discretionary Variabel Cost adalah biaya-biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan sebagai akibat kebijakan/keputusan

manajemen. Contohnya biaya iklan yang ditetapkan oleh manajemen.

3.Biaya Semi Variabel

Biaya semi variable adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variable

didalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk

menyediakan jasa sedangkan unsur variable merupakan bagian dari biaya semi

variable yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.Biaya semi variable

memiliki unsur biaya tetap dan biaya variable. Contoh biaya semi variabel adalah

selling exspense, administrasi dan umum, biaya perawatan dan perbaikan.

2.1.2.1.Harga Pokok Penjualan

Harga pokok dikenal dengan nama singkatnya “HPP” adalah salah satu

komponen dari laporan laba rugi, yang menjadi perhatian manajemen perusahaan

dalam mengendalikan operasional perusahaan.

A. Pengertian Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual.

Manfaat harga pokok penjualan:

1. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.


(33)

besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya

apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh

kerugian.

B. Rumus Menghitung Penjualan Bersih.

Penjualan dalam perusahaan dagang sebagai salah satu unsur dari pendapatan

Perusahaan. Unsur-unsur dalam penjualan bersih terdiri dari:

1. penjualan kotor

2. retur penjualan

3. potongan penjualan;

4. penjualan bersih.

Untuk mencari penjualan besih adalah sebagai berikut:

Penjualan bersih = penjualan kotor – retur penjualan – potongan penjualan.

C. Rumus Menghitung Pembelian Bersih.

Pembelian bersih adalah sebagai salah satu unsur dalam menghitung harga pokok

penjualan.

Unsur-unsur untuk menghitung pembelian bersih terdiri dari:

1. pembelian kotor;

2. biaya angkut pembelian;

3. retur pembelian dan pengurangan harga;

4. retur pembelian;

5. potongan pembelian.


(34)

Pembelian bersih = pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.

D. Rumus Menghitung Harga Pokok Penjualan.

Untuk menghitung harga pokok penjualan terlebih dahulu harus memperhatikan

Unsur-unsur dibawah ini:

1. persediaan awal barang dagangan;

2. pembelian;

3. biaya angkut pembelian;

4. retur pembelian dan pengurangan harga ;

5. potongan pembelian

Rumus harga pokok penjualan:

HPP = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih – persediaan akhir HPP = Barang yang tersedia untuk dijual – persediaan akhir

Keterangan :

Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan +

pembelian bersih.

Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.

Atau

Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian + beban angkut

Pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.


(35)

2.1.2.2.Penjualan

Mulyadi dalam bukunya menyatakan bahwa: “Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Selain itu

Hansen dan Mowen mengemukakan bahwa “Harga jual adalah jumlah moneter

yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas

barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa

ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk

mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan

untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat

untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan

kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan

kepada konsumen.

2.1.2.3.Volume Penjualan

Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh jumlah produk yang

terjual.Makin tinggi jumlah produk yang terjual maka semakin meningkat pula

penjualan yang diperoleh, begitupun sebaliknya semakin rendah jumlah produk


(36)

Menurut Sujana Ismaya mengidentifikasikan bahwa:

“Volume penjualan adalah jumlah penjualan yang berhasil dicapai atau

diinginkan oleh suatu perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa volume penjualan

merupakan suatu pencapaian yang diinginkan perusahaan dalam jangka waktu

tertentu atas penjualannya.

Menurut Asegaf Abdulah dalam “kamus akuntansi” mengidentifikasikan bahwa:

“Volume penjualan adalah jumlah unit yang terjual dari unit prosuksi suatu

pemindah dari pihak produksi ke pihak konsumen,dan tetap pada suatu

periode tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah yang berhasil

terjual dan sampai di tangan konsumen dari unit produksi pada suatu periode

tertentu.

2.1.2.4 . Break Even Point (BEP)

Menurut Bambang Riyanto (2001: 359) pengertian break even point adalah :

Break Even Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume

kegiatan.”

Dari pengertian diatas Break Even point secara umum dapat dikatakan untuk menyajikan dan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai


(37)

hubungan yang erat atas ketiga variabel berikut yaitu biaya, volume penjualan dan

laba. Selanjutnya dapat memudahkan pimpinan perusahaan untuk melihat

bagaimana perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi laba dengan cara

penyajian yang ringkas sehingga pemimpin perusahaan dapat dibantu dalam

pengambilan keputusan dalam hal ini kebijakan mengenai penetapan harga.

Adapun pengertian lain menurut Martono dan Agus Harjito (2005 : 288)adalah :

“Break Even Point (BEP) adalah sangat bermanfaat untuk merencanakan laba perusahaan. Dengan mengetahui besarnya BEP maka kita dapat menentukan berapa jumlah minimal produk yang harus dijual (budget sales) dan harga jualnya (sales price). Apabila kita mengiginkan laba

tertentu.”

Analisis Biaya, Volume, laba atau yang lebih dikenal dengan BEP (Break Even Point) merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan dalam menentukan volume produksi dan volume penjualan yang dapat

menutup biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu periode tertentu.

Break Even Point sendiri diartikan suatu keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak juga mengalami rugi. Dengan kata lain suatu usaha

dapat dikatakan impas jika jumlah pendapatan yang didapat sama dengan biaya

yang dikeluarkan selama produksi. Dalam perencanaan laba dengan menggunakan

analisa break event merupakan “profit planning approach” yang mendasar pada hubungan biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue). (Henik Kustantik

:2009).

Menurut Supriyono, BEP dan analisis hubungan biaya volume-laba


(38)

akuntansi tertentu dengan mendasarkan analisanya pada varibialitas penghasilan

penjualan maupun biaya terhadap volume kegiatan sehingga teknik-teknik

tersebut akan dapat digunakan baik sebagai alat perencanaan laba dalam jangka

pendek.

Dalam perencanaan laba dengan teknik BEP dan analisa hubungan biaya,

volume, laba digunakan dasar anggapan sebagai berikut :

a. Harga jual produk per unit (satuan) yang dianggarkan tetap konstan pada

berbagai tingkat volume penjualan dalam periode yang bersangkutan, apabila

anggapan tidak terpenuhi penghasilan penjualan tidak dapat digambarkan

dalam garis lurus.

b. Semua biaya yang dianggarkan dapat dikelompokan ke dalam elemen biaya

tetap dan biaya variable yang mempunyai tingkat variabilitas terhadap produk

yang diproduksi atau dijual, bukan terhadap dasar kegiatan yang lain.

c. Harga dari biaya atau masukan (misalnya harga bahan baku, upah langsung dan

lain-lain) yang dianggarkan tetap konstan pada berbagai kegiatan, sehingga

dapat digambarkan secara garis lurus.

d. Kapasitas yang dimiliki perusahaan tidak berubah, misalnya karena adanya

ekspansi, karena perubahan kapasitas yang dimiliki akan merubah pola

hubungan biaya-volume-laba.

e. Tingkat efisiensi dari perusahaan tidak berubah, karena program efisiensi yang

sangat berhasil atau terjadinya pemborosan yang luar biasa akan berpengaruh


(39)

f. Tingkat dan metode teknologi yang dimiliki perusahaan tidak berubah,

perubahan teknologi yang dapat mengubah pola hubungan biaya-volume-laba.

g. Apabila perusahaan menjual beberapa macam produk,maka komposisi produk

yang dianggarkan pada berbagai tingkatan penjualan tidak berubah, perubahan

komposisi akan berakibat berubahnya porsentase batas konstitusi.

Penyimpangan harga jual, biaya, dan komposisi penjualan yang sesungguhnya

dibandingkan dengan yang dianggarkan dianalisa melalui analisa selisih laba.

2.1.3.Perencanaan laba

Menurut Mulyadi (2009:4) pengertian perencanaan laba :

“Perencanaan laba (profit planning) adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan”.

Dalam pengertian diatas perencanaan laba merupakan sebuah rencana

perusahaan untuk mendapatkan laba yang maksimal, apa yang direncanakan

perusahaan untuk masa depan dapat terealisasi.

Adapun pengetian perencanaan menurut Cuningham mengemukakan

bahwa :

”Perencanaan merupakan menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan,

fakta, imajinasi, asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan mempormulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat


(40)

Perencanaan dalam pengertian ini menitiberatkan kepada usaha untuk

menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan

datang serta usaha untuk mencapainya.

Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan

perusahaan. yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tujuan perusahaan

pada periode yang akan datang. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk

memperoleh laba yang optimal sesuai dengan kemampuan perusahaan, oleh

karena itu untuk mencapai laba optimal tersebut perlu disusun perencanaan laba

agar kemampuan yang dimiliki perusahaan dapat dikerahkan secara terkooddinasi

dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi

keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal.

Laba perusahaan merupakan selisih antara penghasilan penjualan diatas

semua biaya dalam periode akuntansi tertentu, oleh karena itu perencanaan laba

untuk periode akuntansi tertentu akan berhubungan dengan perencanaan atas

penghasilan penjualan dan atas biaya pada periode akuntansi yang bersangkutan.

2.1.3.1. Keuntungan Perencanaan Laba

Perencanaan laba, atau penganggaran, memiliki manfaat dan keunggulan berikut :

1. Perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin terhadap

identifikasi dan penyelesaian masalah. Manajemen diwajibkan untuk

mempelajari semua aspek bisnis dalam mengembangkan anggaran. Hal ini

memungkinkan adanya peluang untuk menilai kembali setiap segi operasi dan


(41)

2. Perencanaan laba menyediakan arahan ke semua tingkatan manajemen. Hal ini

membantu mengembangkan kesadaran akan laba di seluruh lapisan organisasi

dan mendorong kesadaran akan biaya serta efisiensi biaya.

3. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi. Hal ini menyediakan suatu cara

untuk menyelaraskan usaha-usaha dalam mencapai cita-cita. Anggaran

membuat identifikasi dan eliminasi dari halangan serta ketidakseimbangan

menjadi mungkin, sebelum kedua hal itu terjadi dan untuk menyalurkan

usaha-usaha ke aktivitas-aktivitas yang paling menguntungkan.

4. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja

sama dari semua tingkatan manajemen. Keahlian dan pengetahuan dari semua

manajer dibutuhkan untuk mengembangkan rencana yng paling efektif.

Partisipasi dari semua tingkatan membantu mengeluarkan ide-ide dan

menyediakan suatu cara untuk mengkomunikasikan tujuan serta memperoleh

dukungan atas rencana akhir. Manajer yang berpartisipasi belajar mengenai apa

yang diharapkan, sehingga mereka mengembangkan komitmen terhadap

cita-cita yang ikut mereka tetapkan.

5. Anggaran menyediakan suatu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja aktual

dan meningkatkan kemampuan dari individu-individu. Hal ini mendorong


(42)

2.1.4.1.Kaitan Anggaran dengan perencanaan laba jangka pendek Menurut William K Carter (2009:4) mengemukakan bahwa :

“Suatu rencana atau anggaran mencerminkan tingkat atau target laba yang

berusaha untuk dicapai manajemen.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan anggaran dapat digunakan bagi

pihak manajemen dalam merencanakan laba yang diharapkan perusahaan.

Anggaran dibuat pada tahun sebelumnya dan untuk direalisasikan di masa yang

akan datang.

2.1.4.2. Kaitan Break even point dengan perencanaan laba jangka pendek

Menurut Muslieh (2003:308) mengemukakan bahwa :

“Teknik analisis Break Even Point memberikan dasar hubungan antara berbagai variabel untuk menentukan aktivitas perusahaan dalam suatu proses perencanaan keuangan dalam mencapai target laba yang

ditentukan.”

Jadi, analisis Break Even Point akan memberikan dasar hubungan antara berbagai variabel untuk menentukan aktivitas perusahaan dalam suatu proses

perencanaan keuangan dalam mencapai target laba yang ditentukan.

Menurut Supriyono (1998:1) mengemukakan bahwa :

“BEP (Break Even Point) merupakan teknik perencanaan laba dalam jangka pendek atau dalam satu periode akuntansi tertentu dengan mendasarkan analisanya pada variabilitas pengendalian penjualan maupun biaya terhadap volume kegiatan sehingga teknik-teknik tersebut akan dapat


(43)

2.2.Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran disusun untuk menjelaskan mengenai cara berfikir dalam

melakukan penelitian. Serta kerangka pemikiran digunakan untuk menegaskan

masalah yang akan diteliti oleh peneliti.

2.2.1. Karakteristik Anggaran

Anggaran harus disusun dan dihitung dengan cermat agar operasionalisasi

perusahaan dapat berjalan dengan efektif. Dapat diikhtisarkan bahwa anggaran

harus berupa satuan keuangan mencakup jangka waktu satu tahun, berisi

komitmen, disetujui oleh pihak berwenang, dapat berubah dalam kondisi tertentu

dan harus berupa hasil aktual.

2.2.1.1 Klasifikasi Anggaran

Anggaran perusahaan berfungsi sebagai alat bantu manajemen dalam

pengambilan keputusan setiap kegiatan yang dilaksanakan suatu perusahaan,

sehingga dalam hal ini anggaran perusahaan akan mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Seluruh kegiatan yang ada di perusahaan akan terkait dengan

anggaran perusahaan. Oleh karena itu, anggaran perusahaan akan terdiri dari

berbagai macam anggaran lainnya baik dari segi isi, bentuk maupun fungsinya.

Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu diketahui jenis anggaran apa saja yang


(44)

Klasifikasi anggaran dapat dibedakan dengan melihat dari dasar

penyusunan, cara penyusunan, jangka waktu, bidang anggaran, kemampuan

penyusunan dan dari fungsinya.

2.2.1.2. Manfaat dan Keterbatasan Anggaran

Dalam suatu proses kegiatan (aktivitas) yang dilakukan perusahaan,

anggaran memiliki berbagai manfaat yang dapat dirasakan baik secara langsung

maupun tidak langsung oleh perusahaan tersebut.

Anggaran memiliki banyak manfaat yang dapat diperoleh perusahaan

dengan dibuatnya anggaran tersebut, baik keefektivitasan maupun keefisienan

dalam hal produktivitas kerja perusahaan dan sumber daya manusianya.

Walaupun anggaran mempunyai banyak manfaat dan kegunaan bagi

perusahaan, anggaran juga tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang ada.

Hal-hal yang menjadi keterbatasan anggaran diantaranya yaitu keefektivitasan

dari penggunaan anggaran sangat bergantung kepada keterlibatan semua pihak

dalam perusahaan tersebut. Pelaksanaan dari suatu anggaran memerlukan

kerjasama dan partisipasi dari seluruh anggota manajemen dalam mencapai tujuan

perusahaan, karena pelaksanaan dari anggaran tidak berjalan dengan sendirinya

dan penyesuaian terhadap kondisi yang terjadi hatus terus menerus dilakukan oleh

pihak manajemen perusahaan agar anggaran yang dibuat tidak menyimpang dari


(45)

2.2.1.3.Anggaran Penjualan (Anggaran Penerimaan)

Anggaran penjualan merupakan anggaran yang dibuat pada suatu perusahaan

yang dapat membantu manajemen dalam merinci biaya dan melihat laba yang

akan dihasilkan pada periode yang akan datang.

2.2.1.4.Anggaran Biaya (anggaran Pengeluaran) 1. Anggaran Biaya Produksi

Anggaran produksi dibuat harus sesuai dengan anggaran penjualan yang

telah direncanakan sebelumnya. Karena pembuatan anggaran biaya harus melihat

anggaran penjualan yang dibuat seperti jumlah barang yang diproduksi dalam 1

tahun, dan harga penjualannya.

2. Anggaran Biaya Distribusi

Anggaran biaya distribusi menampilkan atau menyusun biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendistribusikan barang.

3.Anggaran Biaya Administrasi dan Umum.

Anggaran biaya administrasi dan umum merupakan pengeluaran biaya

administrasi perusahaan yang dapat menunjang kegiatan operasional perusahaan.

Hal ini menggambarkan bahwa jika perusahaan membagi kantor administrasi

menjadi beberapa bagian, maka rencana tentang biaya administrasi dan


(46)

2.2.2. Break Even Point (BEP)

Adapun pengertian Break Even Point adalah sebagai berikut :

1. Adalah suatu cara untuk mengetahui berapa volume penjualan minimum agar

suatu usaha tersebut tidak menderita rugi , tetapi juga belum tentu

memperoleh laba.

2. Adalah suatu tekhnik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap,

biaya variabel, keuntungan (laba) atau volume kegiatan.

3. Disebut pula cost-profit-volume analysis, karena mempelajari hubungan antara biaya-laba-volume kegiatan.

Adapun Rumus untuk menghitung BEP (titik impas)

Sumber :William Carter (Akuntansi Biaya)

2.2.3.Perencanaan laba

Perencanaan adalah konstruksi dari laporan operasional terinci,

merupakan proses dari menyadari kesempatan maupun ancaman eksternal,

menentukan tujuan yang diinginkan, dan menggunakan sumber daya untuk

mencapai tujuan tersebut.

Penjualan = FC 1- Vc


(47)

Bahwa pada dasarnya anggaran itu merupakan sebuah rencana yang

dinyatakan dalam bentuk kuantitatif pada periode tertentu yang biasanya

dinyatakan dalam periode tahun.

Adapun untuk menghitung perencanaan laba adalah sebagai berikut:

Sumber : Henry Simamora (akuntansi managemen)

Keterangan :

FC : (fixed cost) Biaya Tetap Vc: (Vareiabel Cost) Biaya Variabel S : Penjualan

Keuntungan : laba yang diharapkan

Penjualan = FC + Keuntungan 1- Vc


(48)

Selanjutnya dibawah ini secara sederhana kerangka pemikiran dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2

MANAGER

PERENCANAAN

ANALISIS BEP ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN L/R

1.Anggaran penjualan

2.anggaran Biaya(biaya tetap dan biaya variabel)


(49)

PT.BCKL 2 merupakan suatu perusahan yang memasok seluruh

produknya kepada masyarakat. Produk yang dihasilkan yaitu untuk kepentingan

sandang diperlukan masyarakat Indonesia umumnya setiap waktu. PT.BCKL 2 ini

merupakan perusahaan manufaktur yang yang bergerak di bidang garmen.

Dalam perencanaan labanya PT.BCKL 2 menggunakan anggaran

penjualan untuk mengetahui bagaimana penjualan dimasa yang akan datang dan

menghitungnya menggunakan analisis break even point untuk mengetahui titik impas apakah perusahaan itu mangalami keuntungan atau kerugian.

2.3.Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang digunakan sebelum

dilakukannya penelitian dalam hal pendugaannya menggunakan statistika untuk

menganalisanya. Sugiyono (2008:64) menyatakan bahwa Hipotesis adalah sebagai

berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam kalimat.”

Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian

merupakan pernyataan mengenai hubungan antara tiga variabel yang belum

terbukti. Hipotesis dari penelitian ini adalah: Anggaran dan Break Even Point (BEP) berpengaruh perencanaan laba jangka pendek.


(50)

44 3.1.Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai

topik penulis dalam rangka menyusun suatu laporan. Dalam penelitian ini untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan objek penelitan yang berjudul

“Pengaruh Anggaran dan Break Even Point (BEP) Terhadap Perencanaan Laba Jangka Pendek pada PT.Bina Citra Karisma Lestari 2”.

Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan tiga variabel sebagai objek

penelitian. Adapun yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1.Variabel bebas, yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau

terpengaruhnya variabel tidak bebas. Dalam hal ini yang menjadi variable X

adalah X1 (Anggaran Penjualan), X2 (Anggaran Biaya), X3 (Break Even

Point).

2.Variabel tidak bebas, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Dalam hal ini variabel Y adalah Perencanaan Laba Jangka Pendek.

Anggaran dan break even point sebagai salah satu alat bantu perusahaan merupakan faktor penyebab, sedangkan laba jangka pendek merupakan faktor


(51)

Objek penelitian menurut Sugionosebagai berikut:

“Objek penelitian sarana ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan guna tertentu sesuatu hal objektif, valid , realiabel tentang suatu hal

(variabel tertentu)”.

Berdasarkan definisi diatas maka yang menjadi objek penelitian dalam

penelitian ini adalah anggaran ,break even point, dan perencanaan laba jangka pendek.

1.2 Metode Penelitian

Umi Narimawati (2007 : 60) mengungkapkan metode penelitian sebagai berikut :

“Metode penelitian menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat

menjawab atau menjelaskan masalah penelitian”.

Menurut Sugiyono (2010:2) pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut:

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif

Verifikatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk

diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang

menekankan analisisnya pada data-data numeric (Angka), dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel


(52)

yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas

gambaran mengenai objek yang diteliti.

Sugiyono (2010 :147) mengemukakan metode deskriptif sebagai berikut:

“Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”

Selanjutnya Masyhuri (2009 : 45) mengemukakan metode verifikatif

sebagai berikut :

“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar atau tidaknya apabila

dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa

dengan kehidupan.”

Metode penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji

pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji

teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.Dengan

menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara

variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas

gambaran mengenai objek yang diteliti.


(53)

3.2.1. Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan – perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik

dan sistematis.

Pengertian desain penelitian menurut Moh. Nazir adalah:

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlikan dalam perencanaan –

perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode Deskriptif dan

Verifikatif, serta menggunakan metode pendekatan Kuantitatif.

Dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian

dilakukan seorang penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan

sampai dengan pelaksanaan yang dilakukan pada waktu tertentu.

Dalam melakukan suatu penelitian maka diperlukan suatu desain

penelitian. Desain penelitian menurut William M.K. Torchim (2006) yaitu:

Research design can be thought of as the structure of research. It is the glue that holds all od the elements in the research project together”.

Sedangkan menurut Lincoln dan Guba (1985:226) mendefinisikan desain

penelitian sebagai berikut:

“Desain penelitian merupakan usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukan secara pasti apa yang akan


(54)

Pendekatan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sendiri adalah pendekatan yang

mendasarkan diri pada paradigma post positivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Ciri khas pendekatan kuantitatif adalah:

 Bersandar pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif (numerik).

 Menggunakan strategi survei dan eksperimen.

 Mengadakan pengukuran dan observasi.

 Melaksanakan pengujian teori dengan uji statistik.

Dalam penelitian eskperimen data dirancang untuk meningkatkan validitas

internal maupun eksternal.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan judul yang akan diteliti, sebagai dapat di ketahui apa yang akan

diteliti dan menjadi masalah dalam penelitian.

2) Merumuskan masalah penelitian, masalah yang diteliti dalam penelitian ini

yaitu anggaran penjualan, anggaran biaya dan break even point (X) sebagai Variabel bebas dan dalam perencanaaan laba jangka pendek (Y) sebagai

variable terikat.

3) Memilih serta memberikan pengukuran variabel, pengukuran variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran dengan skala ordinal karena


(55)

4) Memilih prosedur dan teknik yang di gunakan. Teknik yang digunakan untuk

membuktikan hipotesis, yaitu dengan menggunakan analisis deskriftif

kualiitatif yang meliputi uji validitas dan uji reabilitas.

5) Menyusun alat serta teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket

atau kuesioner

6) Menyimpulkan penelitian kedalam rangka pemuikiran, dikarenakan diperoleh

penyelesaian atas identifikasi masalah dalam penelitian dan dimana tempat

perusaha yang akan di teliti

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan jenis atau bentuk

penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data

dilapangan. Yaitu :

a) Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang

dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya

diolah menjadi data dengan rumus yang bersumber dari laporan keuangan

perusahaan dari tahun 2006 sampai 2008 data tersebut kemudian dianalisis untuk

memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk

menggambarkan break event point sebagai dasar kebijakan penetapan harga untuk

memperoleh laba.

Menurut Sugiyono (2004:11) bahwa:

“Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat


(56)

b) Sedangkan verifikatif pada dasarnya untuk menguji teori dengan pengujian

hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan perhitungan

statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel x terhadap variabel y

yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian status hipotesis,

apakah diterima atau tidak.

Metode tersebut diatas bertujuan untuk membuat suatu uraian secara

sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang diteliti, kemudian

menggabungkan antar variabel yang terlibat didalamnya.

Dalam hal ini penulis berusaha mencari seberapa besar hubungan antara

anggaran penjualan, anggaran biaya dan break even point sebagai variabel x (independent) terhadap perencanaan laba jangka pendek sebagai variabel y

(dependen) sehingga diketahui seberapa besar pengaruh anggaran penjualan,

anggaran biaya dan break even point terhadap Perencanaan Laba Jangka Pendek.

3.2.2.Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul yang diteliti yaitu “Pengaruh Anggaran Penjualan, Anggaran Biaya Dan Break Even Point.”, maka terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.


(57)

Variabel tersebut adalah:

1. Variabel Independent (X1), (X2) dan (X3)

Variabel Independent (bebas) adalah variabel yang menjadi penyebab atau timbulnya variabel dependent (terikat). Adapun yang menjadi variabel Independent dalam penelitian ini adalah “Anggaran Penjualan, anggaran biaya dan break even point”.

2. Variabel Dependent (Y)

Variabel Dependent (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel dependent adalah Perencanaan Laba jangka pendek. Tabel 3.1

Operasionalisasi variabel

Variabel

Konsep variable

Indikator

Skala

Anggaran “Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standard dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu

tahun”.

(Mulyadi,2001:488)

Anggaran penjualan

Price x Kuantity

Anggaran Biaya

Biaya tetap + Biaya Variabel


(58)

Break even point

“Break Even Point (BEP) adalah

alat yang sangat bermanfaat untuk merencanakan laba perusahaan. Dengan mengetahui besarnya BEP maka kita dapat menentukan berapa jumlah minimal produk yang harus dijual (budget sales) dan harga jualnya (sales price). Apabila kita mengiginkan laba

tertentu.”

(Martono dan Agus Harjito,2005:288)

Total Biaya, Total volume penjualan, laba. Biaya Tetap BEP = 1- Vc S Rasio Perencanaan laba jangka pendek.

Perencanaan laba adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan , fakta, imajinasi, asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan mempormulasi hasil yang diinginkan,urutan kegiatan yang diperlukan,dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian mengenai laba. (Cuningham:2004) Penjualan =FC+keuntungan 1- Vc S Rasio


(59)

3.2.3. Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian terdiri dua yaitu :

1. Data primer, yaitu data-data, fakta-fakta atau informasi yang diambil

langsung dari objek yang ditinjau yaitu pada PT.BCKL 2.

2. Data sekunder, yaitu data-data, fakta-fakta atau informasi yang sudah diolah

pihak pertama.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sekunder yang didapat

dari pihak kedua di perusahaan seperti data yang diberikan manager.

3.2.3.2. Teknik Penentuan Data

1. Populasi

Menurut sugiyono (2004:72) populasi adalah :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini anggaran penjualan, anggaran biaya tahun


(60)

2. Sampel

Menurut sugiyono (2004:73) adapun pengertian sampel adalah sebagai berikut:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Menurut Sugiyono (2004:3):

“Untuk memperoleh besar sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan menggunakan sampel kecil yaitu untuk menentukan sampel cara

praktis sehingga tidak memerlukan suatu perhitungan yang rumit dengan

taraf kesalahan 5%”.

Dalam penelitian ini tidak dilakukan sampling karena populasinya sedikit,

sehingga dilakukan sensus.

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang penulis gunakan adalah data sekunder, merupakan data primer yang

telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data atau pihak lain.

Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk data, tabel-tabel, diagram atau

segala informasi yang berasal dari literatur yang ada hubungannya dengan

teori-teori mengenai topik penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa

laporan keuangan mengenai biaya, harga, dan volume penjualan serta laba bersih

perusahaan. Agar dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka penulis


(61)

1. Studi Pustaka (library research)

Yaitu mengumpulkan data dan mempelajari atau membaca pendapat para

ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti untuk

memperoleh landasan teoritis yang dapat menunjang penelitian, sehingga

penelitian yang dibuat mempunyai landasan teori yang kuat dan

menunjang.

2. Studi Lapangan (field research)

Dalam teknik ini peneliti langsung turun ke lapangan untuk

mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data yang diperlukan

sedangkan cara yang ditempuh dalam penelitian di lapangan adalah

sebagai berikut:

1.Observasi

Observasi ini dilakukan langsung terhadap objek penelitian dengan

mendatangi perusahaan (ketempat penelitian langsung). Data atau

informasi yang diperoleh secara langsung didapat dari sumber-sumber

tertulis yang diberikan perusahaan. Data dikumpulkan dengan cara

pengamatan langsung di perusahaan yang diteliti. Maksud pengamatan

langsung ini adalah untuk melengkapi data yang diperlukan serta

membandingkan keterangan yang diperoleh sebelumnya dengan


(62)

2.Wawancara

Menurut Nazir (2002:234) wawancara adalah:

“Proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan

responden dengan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”.

3.Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan dan menganalisis data-data penting tentang

perusahaan, terutama yang berhubungan dengan biaya, harga dan volume

penjualan.

3.2.5.Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan

alat-alat bantu, berupa dasar-dasar teori yang telah dipelajari sebelumnya. Sehingga

diperoleh gambaran yang jelas mengenai obyek yang diteliti, dan dapat digunakan

untuk menarik kesimpulan. Adapun analisis penelitiannya akan dilakukan melalui

pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode statistik, untuk pengujian

hipotesis. Untuk melakukan pengujiannya diperlukan serangkaian langkah yang


(63)

populasi dan sampel, serta metode analisa dan rancangan pengujian

hipotesis.Analisis kuantitatif menurut Sugiyono (2010 : 31) yaitu :

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.”

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Analisis Jalur (Path Analysis)

Menurut Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:259)

mengemukakan bahwa:

“Analisis jalur (path analysis) digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuanya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang

merupakan variabel akibat.”

Dalam penelitian ini, analisis jalur (path analysis) digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat, dengan tujuan menerangkan akibat langsung

dan akibat tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab

terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

jalur (path analysis) karena peneliti ingin memastikan apakah ada pengaruh anggaran dan break even point terhadap perencanaan laba jangka pendek.


(64)

Model analisis jalur adalah sebagai berikut:

X1

X2

X3

Y

PYX1

PYX2

PYX3

rX1X2

rX1X3

rX2X3

Gambar 3.1

Diagram Jalur Paradigma Penelitian

Gambar diagram jalur seperti terlihat diatas dapat diformulasikan kedalam

bentuk persamaan struktural sebagai berikut.

Y = PYX1X1 + PYX2X2 + PYX3X3 +  Keterangan:

Y = Perencanaan laba jangka pendek

X3 = Break even point

X2 = Anggaran biaya

X1 = Anggaran penjualan

PYX1 = Koefisien jalur anggaran penjualan terhadap perencanaan laba jangka pendek

PYX2 = Koefisien jalur anggaran biaya terhadap perencanaan laba jangka pendek

PYX3 = Koefisien jalur break even point terhadap perencanaan laba jangka pendek

rX1X2 = Koefisien jalur anggaran penjualan dengan anggaran biaya rX1X3 = Koefisien jalur anggaran penjualan dengan break even point rX2X3 = Koefisien jalur anggaran biaya dengan break even point


(1)

Nilai statistik uji t sebesar 5,881 sama dengan nilai t yang terdapat pada tabel 4.7, selanjutnya nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai t dari tabel. Dari tabel t dengan tingkat signifikansi (0.05) dan derajat bebas 5 diperoleh nilai sebesar 2,671. Karena thitung (5,881) lebih besar dibanding ttabel (2,571) maka pada tingkat kekeliruan 5% ada alasan yang kuat untuk menolak Ho dan menerima hipotesis penelitian (Ha), sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa break even point secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perencanaan laba jangka pendek pada PT.Bina Citra Karisma Lestari 2. Secara visual daerah penolakan dan penerimaan Ho pada uji pengaruh break even point terhadap perencanaan laba jangka pendek dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.11

Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Pada Uji t Break even point Terhadap Perencanaan laba

Berdasarkan gambar 4.9 diatas dapat dilihat bahwa Ho ditolak, karena thitung sebesar 5,881 berada pada daerah penerimaan Ho, yang berarti bahwa break event point secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perencanaan laba PT.Bina Citra Karisma Lestari 2.

Daerah Penolakan Ho Daerah

Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho

0

t 0,975;5 = 2,571


(2)

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh anggaran dan break even point terhadap perencanaan laba jangka pendek pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2, maka pada bagian akhir dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sekaligus saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Anggaran penjualan pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2 rata-rata mengalami peningkatan sebesar Rp.1.686.051.000,00 setiap tahunnya dengan pertumbuhan sekitar 33,93% setiap tahunnya. Kemudian anggaran biaya pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2 rata-rata mengalami peningkatan sebesar Rp.1.404.378.200,00 setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 31,66% setiap tahunnya.

2. Break even point pada PT.Bina Citra Karisma Lestari 2 terus mengalami peningkatan dari tahun 2002 hingga tahun 2010. Bila dilihat dari perkembangannya, break even point pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2 rata-rata mengalami peningkatan sebesar Rp.860.825.000,00 setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 29,82% setiap tahunnya. 3. Anggaran (anggaran penjualan maupun anggaran biaya) secara parsial

tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perencanaan laba jangka pendek pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2. Break even point


(3)

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perencanaan laba jangka pendek pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2. Karena perencanaan laba didasarkan pada rencana Break even point. Secara parsial anggaran memberikan kontribusi (pengaruh) sebesar 12,2% terhadap perencanaan laba jangka pendek pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2. Oleh karena itu anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap perencanaan laba. Faktor yang dapat mempengaruhinya adalah perubahan selera konsumen, perubahan tingkat harga, penemuan baru/kemajuan teknologi, pesaing. Kemudian break even point secara parsial memberikan kontribusi (pengaruh) sebesar 87,6% terhadap perencanaan laba jangka pendek pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari, karena perencanaan laba didasarkan pada perencanaan break even point.

4. Secara bersama-sama (simultan) anggaran dan break even point memberikan kontribusi (pengaruh) sebesar 99,8% terhadap perencanaan laba jangka pendek pada PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2, sedangkan sisanya 0,2% ditentukan oleh faktor konsumen dan pesaing.


(4)

102

5.2 Saran

1. Perusahaan PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2 terutama bagi pihak manager agar mampu memprediksi dengan baik agar semua yang sudah dianggarkan sesuai dengan realisasinya dilapangan.

2. Perusahaan PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2 diharapkan agar dapat mencari sumber bahan baku yang harganya relatif rendah untuk menekan biaya-biaya yang ditimbulkan dalam memproduksi barang agar laba yang diinginkan atau dicapai dapat optimal.

3. Perusahaan PT.Bina Citra Kharisma Lestari 2 agar mampu menekan BEP (Break Even Point) agar laba yang diinginkan perusahaan meningkat, karena semakin rendah nilai BEP (Break Even Point) maka semakin besar perusahaan untuk memperoleh laba yang diinginkan. Caranya dengan menekan biaya terutama biaya tetap.


(5)

117

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat.2007.Statistika.Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP

Carter K.Wiliam. 2009. Akuntansi Biaya edisi 14.Jakarta : Salemba Empat. Carter Usry.2004. Akuntansi Biaya edisi 4.Jakarta : Salemba Empat. Ely Suhayati. 2008. Modul Pengantar Akuntansi 2.Bandung.Unikom.

Gunawan Adisaputra.,& Marwan Asri.1996. Anggaran perusahaan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep manfaat dan rekayasa. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi.2001. Akuntansi Manajemen.Jakarta : Salemba Empat. Mulyadi.1993. Akuntansi biaya,Edisi 5. Yogyakarta :Aditya Media.

M.Munandar.2000. Budgeting: Perencanaan kerja, Pengkoordinasian kerja, pengawasan kerja.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Munawir. 1993. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: LIBERTY YOGYAKARTA.

Sulisyanto.2005.”Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran”,Ghalia Indonesia Sandra.lib.atmajaya.ac.id/2000./Akuntansi Biaya.

Umi Narimawati., Sri Dewi Anggadini., & Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi : GENESIS.

Wibowo eri,Sugiyono.2004.”Statistika untuk penelitian”.Alfabeta William,Usry.2005. Akuntansi Biaya.Jakarta : Salemba Empat. Yauliee.wordpress.com/2010/02/20/Harga-Pokok-Penjualan. Zaulidamel.wordpress.com/2008/12/12/Harga pokok.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Risma Rosalina

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 10 Oktober 1989

Alamat : Komplek Bojong Malaka Indah blok E1.63.Bandung.

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas)

Adapun Daftar Riwayat Pendidikan:

SD : SDN Angkasa XII, Tahun 1995-2001

SLTP : SLTPN I Margahayu, Tahun 2001-2004

SMA : SMAN I Soreang, Tahun 2004-2007

Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Organisasi di bidang:

1. OSIS (Organisasi Siswa) 2. PMR (Palang Merah Remaja)