Desain Penelitian METODE PENELITIAN

55 Ajat Sudrajat, 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu diamati. Proses yang membantu perwujudan fenomena itulah yang paling berkesan, bukannya fenomena itu sendiri. 6 Penjelasan Sababiyah causal explanation ; dalam paradigma kualitatif yang dipertanyakan adalah sejauh mana X memainkan peran sehingga menyebabkan Y? Jadi, hal yang dicari adalah sejauhmana kejadian- kejadin itu berhubungan satu sama lain dalam kerangka penjelasan Sababiyah lokal. Miles and Huberman 1994: 6-7 mengemukakan bahwa metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bogdan and Taylor 1992: 22, pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif pada hakikatnya peneliti terlibat dan terjun secara langsung dalam waktu yang relatif lama di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai aneka aktivitas yang terjadi pada masyarakat tersebut dan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan warga masyarakat, berusaha memahami bahasa, dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif verifikatif. Bungin 2011: 70 menyatakan: “Format desain kualitatif verifikatif merupakan sebuah upaya pendekatan induktif terhadap seluruh proses penelitian yang akan dilakukan karena format desain penelitiannya secara total berbeda dengan format deskriptif kualitatif. Format ini lebih banyak mengkonstruksi format penelitian dan strategi memperoleh data di lapangan, sehingga format penelitiannya menganut model induktif. Namun dalam hal memperlakukan teori, format kualitatif verifikatif lebih longgar dalam arti tetap terbuka pada teori, pengetahuan tentang data dan tidak mengharuskan peneliti menggunakan “kacamata” kuda.” 56 Ajat Sudrajat, 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 57 Ajat Sudrajat, 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Data Data Data Data Peneliti Teori Kemudian Bungin 2011: 71, mengemukakan bahwa alur informasi dalam penelitian kualitatif verifikatif ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 3.1 : Alur Informasi Kualitatif Verifikatif Lebih lanjut, Bungin 2011: 151 mengungkapkan bahwa strategi analisis data kualitatif verifikatif merupakan sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian yang dilakukan pada seluruh proses penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, format strategi analisis data penelitiannya secara total berbeda dengan format penelitian kuantitatif. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini berupaya untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada subjek penelitian. Peneliti akan berupaya untuk mengkonstruksi makna tentang suatu fenomena berdasarkan pendapat atau pandangan-pandangan dari partisipan dan informan. Penelitian ini diarahkan untuk mengungkapkan, meggambarkan, dan menyimpulkan makna-makna atau simbol-simbol yang diteliti. Dengan demikian, peneliti berusaha untuk membangun makna tentang nilai-nilai budaya gotong-royong Etnik Betawi yang tercermin pada daur hidup Etnik Betawi kemudian diimplementasikan kepada peserta didik melalui Penelitian Tindakan Kelas PTK pada pembelajaran IPS kelas IV di SDN Srengseng Sawah 06 Pagi Jakarta Selatan. Wiriaatmadja 2012: 13, mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan sesuatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. 58 Ajat Sudrajat, 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Menurut Arikunto 2012: 16, terdapat empat tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas PTK, yaitu: 1 Perencanaan; 2 Pelaksanaan; 3 Pengamatan; 4 Refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut. Tahap I: Perencanaan planning , dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang implementasi nilai-nilai budaya gotong-royong Etnik Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Untuk itu, peneliti bekerjasama dengan Guru Kelas IV SDN Srengseng Sawah 06 Pagi Jakarta Selatan, yaitu Sri Wiyanti, S.Pd dan Reviewer Ahli, Dosen PGSD FIP UNJ, yaitu Drs. Andi Ali Saladin, M.Pd. Tahap II: Pelaksanaan Tindakan Acting , yaitu pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Hal yang perlu diingat bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksanaan peneliti harus diingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula. Tahap 3: Pengamatan observing , yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebenarnya, diistilahkan kurang tepat jika pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada peneliti pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika peneliti tersebut sedang melakukan tindakan. Oleh karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar 59 Ajat Sudrajat, 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan, guru pelaksana mencatat yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. Tahap 4: Refleksi reflecting , yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika peneliti telah selesai melakukan tindakan lalu berhadapan dengan Reviewer untuk untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan berikutnya. Dengan kata lain, peneliti kembali melakukan dialog untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya atau kepada peneliti sendiri apabila akan melanjutkan di kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan tidak akan menemui kesulitan. Perencanaan Pelaksanaan Siklus I Pengamatan Refleksi Perencanaan Pelaksanaan Siklus II Pengamatan Refleksi 60 Ajat Sudrajat, 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 : Model Penelitian Tindakan Kelas

C. Lokasi dan Subjek Penelitian