Meningkatkan alokasi Dana Desa hingga 10 dari dan diluar transfer ke daerah sesuai Road

4. a. Meningkatkan alokasi DAK melalui pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan di KL yang telah menjadi kewenangan daerah. b. Memperkuat sistem pengalokasian DAK fisik berdasarkan kebutuhan daerah proposal based dan sistem pelaporan monitoring dan evaluasi. 2. Meningkatkan besaran dan memperbaiki pembobotan dalam formulasi alokasi DAU guna meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. 5. Meningkatkan alokasi anggaran Dana Insentif Daerah DID untuk memberikan penghargaan kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan keuangan, perekonomian dan kesejahteraan daerah. 1. Meningkatkan Alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN 2017 mendekati anggaran KementerianLembaga Belanja KL. 3. Meningkatkan kualitas penganggaran dan penyaluran DBH dan penguatan DAU sebagai instrumen equalization grant. 3 6. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dana otsus Provinsi Papua, Papua Barat, dan Provinsi Aceh, serta Dana Keistimewaan DIY.

7. Meningkatkan alokasi Dana Desa hingga 10 dari dan diluar transfer ke daerah sesuai Road

Map Dana Desa 2015-2019, untuk memenuhi amanat UU No. 6 Tahun 2014. DANA ALOKASI UMUM 1. Menerapkan formula DAU secara konsisten melalui pembobotan: o Alokasi Dasar; o Komponen Kebutuhan Fiskal; o Komponen Kapasitas Fiskal. 2. Menetapkan besaran pagu DAU Nasional sebesar 27,7 dari PDN Neto yang ditetapkan dalam APBN, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 3. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah sebagai equalization grant yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson yang paling optimal, melalui pembatasan porsi alokasi dasar dan mengevaluasi bobot variabel kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, dengan arah mengurangi ketimpangan fiskal antar daerah. 4. Menetapkan besaran DAU yang bersifat final tidak mengalami perubahan, dalam hal terjadi perubahan APBN yang menyebabkan PDN Neto bertambah atau berkurang. Jangka Pendek TA 2017 • Perbaikan Formula khususnya perhitungan Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal sesuai dengan variabel yang sudah ditentukan di UU Nomor 33 Tahun 2004. • Perbaikan transparansi perhitungan DAU dengan mempertimbangkan bobot variabel dalam jangka menengah tidak berubah tiap tahun. • Masa transisi penerapan revisi UU 332004 dengan menghilangkan AD  bobot atau peranan AD secara bertahap terus dikurangi sehingga jika perubahan UU 332004 disepakati untuk menghilangkan AD maka formula baru akan lebih mudah dirancang tanpa AD. Jangka Menengah Revisi UU 332004 : formulasi DAU diubah dengan menghilangkan AD dan menerapkan konsep Celah Fiskal. Jangka Panjang • Formula DAU berdasarkan cluster, misalnya berdasarkan kepadatan penduduk untuk Kab.Kota atau luas wilayah untuk Kabupaten dan jumlah penduduk untuk Kota. • Kebutuhan dearah diukur dari kebutuhan riil daerah yang dikaitkan dengan kinerjanya dari estimasi menurut fungsi dan cakupan pelayanan. • Pengukuran Kapasitas Fiskal menggunakan varibel potensi berdasarkan rasio agregat PAD + DBH Pajak dan DBH SDA dengan basis terkait average effective taxesrevenue rate KEBIJAKAN DAU KE DEPAN KEBIJAKAN DAU TA 2016 4 DBH PAJAK 1. Mempercepat pengalokasian DBH Pajak melalui percepatan penyediaan data rencana dan prognosa penerimaan pajak 2. Penggunaan Biaya Pemungutan PBB sebesar 9 yang merupakan bagian daerah digunakan untuk mendanai kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah block grant. 3. Membagi penerimaan PBB bagian pusat sebesar 10 secara merata kepada seluruh Kab.Kota 4 . Mempercepat penyelesaian Kurang Bayar DBH SDA 5. Memperluas penggunaan DBH CHT yang semula berdasarkan UU No. 392007 tentang Cukai hanya dapat digunakan untuk mendanai: • peningkatan kualitas bahan baku, • pembinaan industri, • pembinaan lingkungan sosial, • sosialisasi ketentuan di bidang cukai, danatau • pemberantasan barang kena cukai ilegal Menjadi dapat juga digunakan untuk kegiatan yang lain sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah block grant dengan porsi 50. DANA BAGI HASIL KEBIJAKAN DBH TA 2016 5 DBH SDA 1 Mempercepat penetapan alokasi DBH SDA melalui percepatan penyampaian data dari Kementerian Teknis 2. Menetapkan alokasi DBH SDA secara tepat jumlah sesuai dengan rencana penerimaan berdasarkan potensi daerah penghasil; 3. Menyempurnakan sistem penganggaran dan pelaksanaan atas PNBP yang dibagihasilkan ke daerah; 4. Mempercepat penyelesaian Kurang Bayar DBH SDA; 5. Mempertegas penerapan prinsip: • By Origin; yaitu : a Daerah penghasil mendapatkan porsi lebih besar b Daerah lain dalam provinsi yang bersangkutan mendapatkan bagian pemerataan dengan porsi tertentu; • Realisasi : penyaluran DBH SDA berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan 6. Menegaskan sifat DBH SDA sebagai dana block grant dengan menghilangkan earmarked 0,5 dari migas untuk bidang pendidikan KEBIJAKAN DBH TA 2017 1. Menambah cakupan DBH PBB termasuk PBB sektor lainnya a.l. PBB Perikanan, Kabel bawah laut diluar sektor pertambangan, perkebunan, dan perhutanan. 2. Melakukan pembagian DBH kepada daerah penghasil berdasarkan prinsip by origin. 3. Mempercepat penyelesaian kurang bayarkurang salur dan lebih bayarsalur DBH kepada daerah. 4. Memperbaiki pola penyaluran triwulan I 30, triwulan II dan III masing2 25 dan triwulan IV based on prognosa realisasi penerimaan negara. KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS KE DEPAN DANA ALOKASI KHUSUS KEBIJAKAN DAK TA 2017 KEBIJAKAN DAK TA 2016 32 1. Mendukung implementasi Nawacita: • Ketiga: membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI; • Kelima: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; • Keenam: meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; • Ketujuh: kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor domestik. 2. Mendukung percepatan pembangunan infrastruktur publik daerah; 3. Mendukung pemenuhan anggaran pendidikan 20 dan kesehatan 5 dengan tetap menjaga lingkungan hidup dan kehutanan; 4. Mengakomodasi usulan kebutuhan dan prioritas daerah dalam mendukung pencapaian prioritas nasional Proposal Based, 5. Memperkuat kebijakan afirmasi untuk mempercepat pembangunan daerah perbatasan, tertinggal, dan pesisirkepulauan; 6. Mempercepat pengalihan anggaran belanja KL dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang sudah menjadi urusan daerah ke DAK; 7. Merealokasi dana transfer lainnya BOS, TPG, TAMSIL, dan P2D2 ke dalam DAK non fisik; 8. Menyesuaikan kewajiban penyediaan dana pendamping DAK sesuai dengan kemampuan fiskal daerah. 1. PENINGKATAN PAGU: meningkatkan anggaran DAK, termasuk dari pengalihan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang sudah menjadi kewenangan daerah ke DAK. 2. FOKUS PADA PENCAPAIAN TARGET PRIORITAS NASIONAL: mempertajam fokus DAK Fisik untuk bidangsub bidang infrastruktur publik dan saranaprasarana pelayanan dasar berdasarkan prioritas nasional dan kewilayahan, termasuk untuk daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan. 3. BERBASIS PROPOSAL pengalokasian DAK Fisik berdasarkan usulan kebutuhan daerah, dengan mempertimbangkan prioritas nasional. 3. SINKRONISASI DAK DENGAN PENDANAAN LAINNYA: Pengalokasian DAK disinergikan dan disinkronisasikan dengan pendanaan lainnya guna mendukung pencapaian prioritas nasional. 4. PERUBAHAN ALOKASI BERDASARKAN KEWENANGAN: Merubah alokasi DAK Fisik dan DAK Nonfisik sesuai dengan perubahan kewenangan yang diatur dalam UU No.232014 pendidikan SMASMK, Kehutanan, Energi skala kecil. DANA ALOKASI KHUSUS 7 Kriteria Penilaian UsulanProposal DAK Sesuai Prioritas Nasional Sesuai Menu Kegiatan masing2 Bidang Subbidang Usulan Pendanaan yang wajar Dukungan Data Teknis Penyusunan Rencana Kegiatan oleh SKPD BappedaBiro KeuanganBPKAD RekapKonsolida si Usulan Penyampaian Proposal oleh Kepala Daerah Verifikasi oleh KL Teknis atas UsulanProposal

1. Kemenkeu 2. Bappenas