Analisis keterpaduan pasar dan sistem penyaluran beras di DKI Jakarta

ANALISIS KETERPADUAN PASAR DAN SISTEM
PENYALURAN BERAS DI DKI JAKARTA

Oleh

RINl ANDRIDA
A 25 0285

L

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANtAN
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR

1993

RINI ANDRIDA.

Analisis Keterpaduan Pasar Dan Sistem

Pemasaran Beras di D K I Jakarta ( D i bawah bimbingan A R I E F

DARYANTO) .
Beras merupakan bahan pangan yang memegang kedudukan
penting dalam perekonomian bangsa Indonesia.

Sistem

penyaluran beras akan mempengaruhi tingkat keterpaduan
pasar beras tersebut.

Di samping itu, sistem penyaluran

beras akan mempengaruhi pangsa pasar yang akan diperoleh
Pasar Induk Cipinang (PIC).
Penyaluran beras di DKI Jakarta ditangani oleh dua
lembaga, yaitu Dolog DKI Jakarta dan Pasar Induk Cipinang.
Penyaluran oleh Dolog DKI Jakarta ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan Golongan Anggaran dan Non Anggaran.

Sebaliknya,


PIC menyalurkan beras kepada semua konsumen di luar kedua
golongan tadi melalui pasar-pasar wilayah di DKI Jakarta.
Golongan Anggaran adalah kelompok konsumen beras yang
pembiayaannya dibebankan kepada Departemen Keuangan cq.
Dirjen Anggaran .

Golongan ini terdiri dari ABRI/POLRI ,

PNS, Pegawai Otonom, Dirjen Pemasyarakatan, Dirjen Bantuan
Sosial dan Dirjen Transmigrasi.

Golongan Non Anggaran

adalah kelompok konsumen beras yang pembiayaannya ditanggung oleh instansi terkait, terdiri dari Perusahaan Negara/PTP dan Operasi Pasar.
Volume penyaluran beras untuk Golongan Anggaran
terlihat relatif stabil selama periode 1983-1992. Hal ini
disebabkan karena jumlah konsumen yang dilayani relatif

tetap atau sudah tertentu.


Untuk Golongan Non Anggaran,

selama periode ini menunjukkan angka yang semakin menurun.
Penurunan ini terjadi karena volume penyaluran untuk
Operasi Pasar berkurang, dengan semakin mantapnya persediaan pangan nasional.
Penyaluran beras melalui PIC tidak hanya melayani DKI
Jakarta saja, tetapi juga daerah-daerah di luar kota dan
antar pulau.

Volume penyaluran dari PIC sangat tergantung

pada pasokan beras dari daerah sentra produksi seperti
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Sistem penyaluran beras oleh PIC ini harus didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai, seperti transportasi,
penyimpanan, parkir dan lembaga keuangan.
Keterpaduan pasar dalam jangka pendek antara PIC
dengan pasar-pasar di wilayah DKI Jakarta untuk jenis IR
dan Cisadane maupun gabungan keduanya terlihat sangat
rendah.


Hal ini mengindikasikan bahwa pembentukan harga

di pasar-pasar lokal hampir seluruhnya ditentukan oleh
kondisi pasar itu sendiri, sehingga informasi harga yangg
terjadi di pasar referensi kurang berpengaruh.

Kecende-

rungan ini terjadi karena dalam jangka pendek pedagang
beras di pasar lokal dapat mengandalkan pasokan langsung
dari daerah produksi sekitar, seperti Jawa Barat tanpa
melalui PIC.
Dalam jangka panjang, beras Cisadane lebih terpadu
dibandingkan beras IR, karena kualitas Cisadane yang lebih
baik.

Mutu yang baik berbanding lurus dengan harga,

sehingga semakin tinggi mutu beras makin tinggi harga

jualnya. Aspek ini sangat berhubungan dengan preferensi
masyarakat terhadap jenis beras yang akan dikonsumsi.
Dari pengamatan terhadap jenis beras yang disalurkan di
PIC terlihat beras Cisadane dan IR mendominasi pemasaran.
Jenis beras lainnya yang beredar adalah Saigon, Cianjur,
Rajalele dan Ex Dolog.
Pangsa pasar yang diraih PIC dapat dilihat dari
jumlah beras yang disalurkan, dan dipengaruhi oleh jumlah
beras yang masuk.

Perhitungan pangsa pasar didasarkan

pada tingkat konsumsi dan jumlah penduduk setiap tahun.
Selama tiga tahun terakhir, pangsa pasar yang diraih PIC
cukup berfluktuasi.

Rata-rata nya adalah 49.03 persen

yang berarti PIC melayani hampir setengah kebutuhan beras
DKI Jakarta.


Sedangkan setengah lagi dipenuhi dari pen-

yaluran oleh Dolog DKI Jakarta dan kebocoran dari PIC
Dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pemasaran
beras maka perlu pengurangan campur tangan pemerintah
dalam sistem perberasan.

Hal ini akan mendorong pasar

menjadi lebih mandiri, sehingga keterpaduan pasar akan
lebih nyata.

Dalam menyalurkan beras kepada konsumen,

Dolog DKI Jakarta diharapkan lebih memperhatikan preferensi masyarakat terhadap mutu beras, sehingga akan lebih
mengarah kepada kepentingan konsumen, produsen dan pedagang beras.

ANALISIS KETEFWADUAN PASAR DAN
SISTEM PENYALURAN BERAS DI DKI JAKARTA


Oleh
RINI ANDRIDA
A 25 0285

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 9 3

PERNYATAAN
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
ANALISIS KETERPADUAN PASAR DAN SISTEM PEMASARAN BERAS DI

DKI JAKARTA

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG

BELUM PERNAH DIAJUKAN DI PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN

Bogor, Oktober 1993

Rini Andrida
A 25 0285

ANALISIS KETERPADUAN PASAR DAN SISTEM
PENYALURAN BERAS DI DKI JAKARTA

Oleh

RINl ANDRIDA
A 25 0285


L

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANtAN
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR

1993

RINI ANDRIDA.

Analisis Keterpaduan Pasar Dan Sistem

Pemasaran Beras di D K I Jakarta ( D i bawah bimbingan A R I E F
DARYANTO) .
Beras merupakan bahan pangan yang memegang kedudukan
penting dalam perekonomian bangsa Indonesia.

Sistem

penyaluran beras akan mempengaruhi tingkat keterpaduan

pasar beras tersebut.

Di samping itu, sistem penyaluran

beras akan mempengaruhi pangsa pasar yang akan diperoleh
Pasar Induk Cipinang (PIC).
Penyaluran beras di DKI Jakarta ditangani oleh dua
lembaga, yaitu Dolog DKI Jakarta dan Pasar Induk Cipinang.
Penyaluran oleh Dolog DKI Jakarta ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan Golongan Anggaran dan Non Anggaran.

Sebaliknya,

PIC menyalurkan beras kepada semua konsumen di luar kedua
golongan tadi melalui pasar-pasar wilayah di DKI Jakarta.
Golongan Anggaran adalah kelompok konsumen beras yang
pembiayaannya dibebankan kepada Departemen Keuangan cq.
Dirjen Anggaran .

Golongan ini terdiri dari ABRI/POLRI ,


PNS, Pegawai Otonom, Dirjen Pemasyarakatan, Dirjen Bantuan
Sosial dan Dirjen Transmigrasi.

Golongan Non Anggaran

adalah kelompok konsumen beras yang pembiayaannya ditanggung oleh instansi terkait, terdiri dari Perusahaan Negara/PTP dan Operasi Pasar.
Volume penyaluran beras untuk Golongan Anggaran
terlihat relatif stabil selama periode 1983-1992. Hal ini
disebabkan karena jumlah konsumen yang dilayani relatif

tetap atau sudah tertentu.

Untuk Golongan Non Anggaran,

selama periode ini menunjukkan angka yang semakin menurun.
Penurunan ini terjadi karena volume penyaluran untuk
Operasi Pasar berkurang, dengan semakin mantapnya persediaan pangan nasional.
Penyaluran beras melalui PIC tidak hanya melayani DKI
Jakarta saja, tetapi juga daerah-daerah di luar kota dan
antar pulau.

Volume penyaluran dari PIC sangat tergantung

pada pasokan beras dari daerah sentra produksi seperti
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Sistem penyaluran beras oleh PIC ini harus didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai, seperti transportasi,
penyimpanan, parkir dan lembaga keuangan.
Keterpaduan pasar dalam jangka pendek antara PIC
dengan pasar-pasar di wilayah DKI Jakarta untuk jenis IR
dan Cisadane maupun gabungan keduanya terlihat sangat
rendah.

Hal ini mengindikasikan bahwa pembentukan harga

di pasar-pasar lokal hampir seluruhnya ditentukan oleh
kondisi pasar itu sendiri, sehingga informasi harga yangg
terjadi di pasar referensi kurang berpengaruh.

Kecende-

rungan ini terjadi karena dalam jangka pendek pedagang
beras di pasar lokal dapat mengandalkan pasokan langsung
dari daerah produksi sekitar, seperti Jawa Barat tanpa
melalui PIC.
Dalam jangka panjang, beras Cisadane lebih terpadu
dibandingkan beras IR, karena kualitas Cisadane yang lebih
baik.

Mutu yang baik berbanding lurus dengan harga,

sehingga semakin tinggi mutu beras makin tinggi harga
jualnya. Aspek ini sangat berhubungan dengan preferensi
masyarakat terhadap jenis beras yang akan dikonsumsi.
Dari pengamatan terhadap jenis beras yang disalurkan di
PIC terlihat beras Cisadane dan IR mendominasi pemasaran.
Jenis beras lainnya yang beredar adalah Saigon, Cianjur,
Rajalele dan Ex Dolog.
Pangsa pasar yang diraih PIC dapat dilihat dari
jumlah beras yang disalurkan, dan dipengaruhi oleh jumlah
beras yang masuk.

Perhitungan pangsa pasar didasarkan

pada tingkat konsumsi dan jumlah penduduk setiap tahun.
Selama tiga tahun terakhir, pangsa pasar yang diraih PIC
cukup berfluktuasi.

Rata-rata nya adalah 49.03 persen

yang berarti PIC melayani hampir setengah kebutuhan beras
DKI Jakarta.

Sedangkan setengah lagi dipenuhi dari pen-

yaluran oleh Dolog DKI Jakarta dan kebocoran dari PIC
Dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pemasaran
beras maka perlu pengurangan campur tangan pemerintah
dalam sistem perberasan.

Hal ini akan mendorong pasar

menjadi lebih mandiri, sehingga keterpaduan pasar akan
lebih nyata.

Dalam menyalurkan beras kepada konsumen,

Dolog DKI Jakarta diharapkan lebih memperhatikan preferensi masyarakat terhadap mutu beras, sehingga akan lebih
mengarah kepada kepentingan konsumen, produsen dan pedagang beras.

ANALISIS KETEFWADUAN PASAR DAN
SISTEM PENYALURAN BERAS DI DKI JAKARTA

Oleh
RINI ANDRIDA
A 25 0285

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 9 3

PERNYATAAN
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
ANALISIS KETERPADUAN PASAR DAN SISTEM PEMASARAN BERAS DI
DKI JAKARTA

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG

BELUM PERNAH DIAJUKAN DI PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN

Bogor, Oktober 1993

Rini Andrida
A 25 0285