Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza terhadap Produktivitas RumputSetaria sphacelata, Brachiaria humidicoladanPanicum maximum

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Keragaman Tinggi Tanaman (cm) pada Pemotonggan I.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
**
Hijauan
2
6308.72 3154.36
25.93
3.40
5.61
**
Mikrofer

3
2840.31 946.77
7.78
3.01
4.72
tn
Interaksi H x M
6
696.28
116.05
0.95
2.51
3.67
Galat
24
2920.00 121.67
Total
35
12765.31
Keterangan: ** = sangat nyata.

tn = tidak nyata

Lampiran 2.Analisis Keragaman Tinggi Tanaman (cm) pada Pemotongan II.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
**
Hijauan
2 4335.70 2167.85
21.35
3.40
5.61
Mikrofer
3 4242.54 1414.18

13.93**
3.01
4.72
tn
Interaksi H x M
6
814.36
135.73
1.34
2.51
3.67
Galat
24 2436.71
101.53
Total
35 11829.30
Keterangan: ** = sangat nyata.
tn = tidak nyata

Lampiran 3.Analisis Keragaman Tinggi Tanaman (cm) pada Pemotongan III.

F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
**
Hijauan
2
16612.50 8306.25
31.47
3.40
5.61
**
Mikrofer
3
8662.30 2887.43

10.94
3.01
4.72
Interaksi H x M
6
1704.04
284.01
1.08tn
2.51
3.67
Galat
24
6335.24
263.97
Total
35
33314.08
Keterangan: ** = sangat nyata.
tn = tidak nyata


Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Analisis Keragaman Jumlah Anakan Rumput pada Pemotongan I.
Sumber
keragaman

Db

Hijauan
Mikrofer
Interaksi H x M

Jk

Kt

F tab

F Hit
0.05


2
3

229.06
119.56

0.01

114.53

21.14**

3.40

5.61

39.85

**


3.01

4.72

tn

2.51

3.67

6

1.61

0.268519

Galat

24


130.00

5.416667

Total

35

480.22

7.36

0.05

Keterangan: ** = sangat nyata.
tn = tidak nyata

Lampiran 5. Analisis Keragaman Jumlah Anakan Rumput pada Pemotongan II.
F tab

Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
**
Hijauan
2
710.06
355.03
34.27
3.40
5.61
Mikrofer
3 9589.00 3196.33 308.49**
3.01
4.72

tn
3.67
Interaksi H x M
6
402.17
67.03
6.47
2.51
Galat
24
248.67
10.36
Total
35 10949.89
Keterangan: ** = sangat nyata.
tn = tidak nyata

Lampiran 6.Analisis Keragaman Jumlah Anakan Rumput pada Pemotongan III.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
Hijauan
2
525.50
262.75
9.05**
3.40
5.61
**
Mikrofer
3 14510.53 4836.84 166.63
3.01
4.72
tn
Interaksi H x M
6
364.06
60.68
2.09
2.51
3.67
Galat
24
696.67
29.03
Total
35 16096.75
Keterangan: ** = sangat nyata.
tn = tidak nyata

Lampiran 7. Analisis Keragaman Produksi Bahan Segar (g) Rumput pada Pemotongan I.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
*
Hijauan
2
2611.22 1305.61
3.60
3.40
5.61
Mikrofer
3
4770.30 1590.10
4.39*
3.01
4.72
tn
Interaksi H x M
6
331.64
55.27
0.15
2.51
3.67
Galat
24
8699.67 362.49
Total
35
16412.83
Keterangan: * = nyata.
tn = tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Analisis Keragaman Produksi Bahan Segar (g) Rumput pada Pemotongan II.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
**
Hijauan
2
4423.18 2211.59
9.72
3.40
5.61
**
Mikrofer
3
5948.21 1982.74
8.72
3.01
4.72
tn
Interaksi H x M
6
552.15
92.03
0.41
2.51
3.67
Galat
24
5459.81
227.49
Total
35
16383.34
Keterangan: ** = sangat nyata.
tn = tidak nyata

Lampiran 9. Analisis Keragaman Produksi Bahan Segar (g) Rumput pada Pemotongan
III.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
*
Hijauan
2 8067.43 4033.71
4.63
3.40
5.61
Mikrofer
3 13703.96 4567.99
5.24**
3.01
4.72
tn
Interaksi H x M
6
903.99
150.67
0.17
2.51
3.67
Galat
24 20907.07
871.13
Total
35 43582.45
Keterangan: ** = sangat nyata, * = nyata.
tn = tidak nyata

Lampiran 10. Analisis Keragaman Produksi Bahan Kering (g) Rumput pada Pemotongan
I.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
tn
Hijauan
2
1.15
0.58
0.02
3.40
5.61
Mikrofer
3
153.12
51.04
1.71 tn
3.01
4.72
tn
Interaksi H x M
6
142.53
23.76
0.80
2.51
3.67
Galat
24
714.76
29.78
Total
35
1011.57
Keterangan: tn = tidak nyata

Lampiran 11. Analisis Keragaman Produksi Bahan Kering (g) Rumput pada Pemotongan
II.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
tn
Hijauan
2
53.30
26.65
0.75
3.4
5.61
tn
Mikrofer
3
174.90
58.30
1.64
3.01
4.72
Interaksi H x M
6
63.19
10.53
0.30 tn
2.51
3.67
Galat
24
853.34
35.56
Total
35
1144.74
Keterangan: tn = tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12. Analisis Keragaman Produksi Bahan Kering (g) Rumput pada Pemotongan
III.
F tab
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
0.05
0.01
tn
Hijauan
2
32.45
16.23
1.05
3.40
5.61
tn
Mikrofer
3
27.55
9.18
0.59
3.01
4.72
tn
Interaksi H x M
6
126.53
21.09
1.36
2.51
3.67
Galat
24
371.96
15.50
Total
35
558.49
Keterangan: tn = tidak nyata

Lampiran 13. Analisis Keragaman Biomassa (g) Akar Rumput
Sumber
Db
Jk
Kt
F Hit
keragaman
Hijauan
2 351759.06 175879.50
209.58**
Mikrofer
3 191765.56 63921.85
76.17**
Interaksi H x M
6
42215.25
7035.88
8.38**
Galat
24
20140.46
839.19
Total
35 605880.33

F tab
0.05
3.4
3.01
2.51

0.01
5.61
4.72
3.67

Keterangan: ** = sangat nyata.

Universitas Sumatera Utara

Bracharia Humidichola

Panicum Maximum

Setaria Sphacelata

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2008. http://affandi21.xanga.com/644038359/pemanfaatan-urine-sapi-yangdifermentasi-sebagai-nutrisi-tanaman/
Ariyanto, D. P. 2010. Kesuburan Tanah Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Jakarta.
Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982.
Karya Aksara, Jakarta.

Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman).Bhatara

Chrowder, L. V and H. R Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman Inc,
London and New York.
Cooke, G.W. 1982. Fertilizer For Maximum Yield. Granada Publishing. London
Dartius, 1995.FisiologiTumbuhan. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fitter A.H., Hay R.K.M. 1991.FisiologiLingkunganTanaman.GadjahMada University
Press.Yogyakarta hlm. 321.
Foth,

H.
D.
1988.
Dasar-DasarIlmu
Tanah.EdisiKeenam.AlihBahasaSoenartoAdisoemarto. 1994. Erlangga, Jakarta.

Guntoro, S. 2006. Leaftet ”Teknik Produksi dan Aplikasi Pupuk Organik Cair dari
Limbah Ternak”. Kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dengan
Bappeda Provinsi Bali.
Hadisuwito, S. 2007. Tata Cara PembuatanKomposCair. PT. Agro Media Pustaka,
Jakarta.
Harjadi, S.S., 1993. PengantarAgronomi. PT Gramedia, Jakarta.
http://www.skripsi-tesis.com/07/05/pemanfaatan-limbah ternakuntukpembuatan-pupukorganik-cair-studi-pemanfaatan-limbah untuk .20 januari 2010)
Indriani. 2004. MembuatKomposSecaraKilat. PenebarSwadaya, Jakarta.
Judoamidjojo, M. Darwis, A.A. Said, E. G. 1992. TeknologiFermentasi. PenerbitRajawali,
Jakarta.
Khasen.2011. http://jenis-pupuk-pemupukan.kha@plasa.com.html.
Kusmiyati, F., E. D. Purbayanti dan W. Slamet. 2000. Pengaruh Pemupukan Kalsium
dan Nitrogen Terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Rumput Makanan Ternak
Pada Tanah Salin. Dikti, Jakarta.

33

Universitas Sumatera Utara

Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. 2011, Medan
Lawani, M. 1993. Panili.Kanisius, Yogyakarta.
Lingga, Pinus. 1991. Pupuk dan Cara Memupuk. Kanisius, Jakarta.
Lingga. 2000. PetunjukPenggunaanPupuk. Kanisius, Jakarta.
Madjid,
M.
D.,
Bachtiar
E.H.,
Fauzi
H.,
Hamidah
DasarPupukdanPemupukanKesuburan Tanah.USU-Press, Medan.

H.

2011.

McIlroy, R. J. 1977. PengantarBudidaya Padang RumputTropika.PradyaPramita, Jakarta.
Misro Tech, 2009. http://wongkendal.wordpress.com/2009/12/25/enzim-dan-fermentasi.
Murdowo, J. 2004. http//www.suaramerdeka.com/barisan/0408/19/slo 28htm
agustus 2006).

(28

Nasution,
H.
F.
1991.
Pengaruh
Interval
danTinggiPemotonganTerhadapProduksiRumputSetaria.Skripsi FP USU, Medan.
Nasution, H. F. 1997. DasarPeternakan.FP-USU, Medan.
Naswir. 2003. PemanfaatanUrineSapi yang DifermentasikanSebagaiNutrisiTanaman.
http://www tumontou.net/702/07134/2006/07/20, htm 4.
(09 Februari
2013)
Nita, Wayan. 2007. MenakarKomposisiKandungan EM4.http://forum.detik.com/ (1
Januari 2013).
Paturau, J. and Maurice. 1969. By-Products of the Cane Sugar Industry. New York:
Elsevier Science Publishing Company Inc.
Penuntun Pembuatan Padang Penggembalaan (Hijauan Makanan Ternak). 1978.
Direktorat Bina Produksi Peternakan, DirJen Peternakan Jakarta.
Petunjuk Teknis Penanaman Rumput Raja. 1989. Departemen Pertanian Liptan, BIP
Sumatera Utara, Medan.
Prawiranata, S., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasarFisiologiTumbuhan.
DepartemenPertanian IPB, Bogor.
Prihmantoro, H danIndriyani,
PenebarSwadaya, Jakarta.

Y.

H

.

1994.

HidroponikSayuranSemusim.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika. BPFE,
Yogyakarta.
Rismunandar. 1986. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Sinar Baru, Bandung.

Universitas Sumatera Utara

Rosmarkam, A dan N.W Yuwono. 2002. IlmuKesuburan Tanah. Kanisius.
Sarief, S., 1986.KesuburandanPemupukan Tanah Pertanian.PustakaBuana. Bandung.
Sarno, 2008. http://khairultamimi.student.umm.ac.id/2010/01/22/proposal-penelitian/
Soepardi, G. 1979. SifatdanCiri Tanah.DepartemenIlmu Tanah. FP IPB, Bogor.
Sumarsono, S. Anwar, S. Budiyanto, D. Permatasari, D. W. Widjajanto. 2006. Prosiding
Seminar
NasionalPengembangan
Usaha
PembibitanTernakPolaIntegrasiTanamanTernakdalamRangkaMendukungKecukup
anDaging 2010. UniversitasSebelasMaret, Surakarta. Hal.36-41.
Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan dan Pengelolaan Pastura dan Padang Rumput.
FP IPB, Bogor.
Sutanto, R. 2006. PertanianOrganik.Cetakankeenam.Kanisius, Yogyakarta.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupukdan Cara Pemupukan.RinekaCipta, Jakarta.
Tan Kim Hong, 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York.
ThariWidodo. 2008. http://www.kebonkembang.com/serba-serbi-rubrik.44/178-pupukkontroversi-seputar-pupuk-tanaman.html
Tisdale, S. H. L and Nelson. 1965. Soil Fertily and Fertilizer. McMillanco, New York.
Web master.http://agrica.wordpress.com/2008/12/31/unsur-hara/2009.
Wibisono. http://rumput-gajah-hijauan-pakan-sapi.html# 14 Februari 2013.
Williamson, E. and W. J. A. Payne.1993.PengantarPeternakan di Daerah Tropik.Gajah
Mada University–Press, Yogyakarta.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Edisi Pertama. Graha
Ilmu, Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN

TempatdanWaktuPenelitian
Penelitian ini dimulai pada tanggal 14 April 2013 sampai dengan tanggal 07
September 2013 di lahan percobaan unit penelitian Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. Dr. Sofyan, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Rumput (Setaria sphacelata,Panicum maximum

danBrachiariahumidicola)

sebagai objek penelitian yang diperoleh dari lahan percobaan Sei Putih.Fungi Mikoriza
Arbuskula sebagai perlakuan. Tanah ultisol sebagai media tanam. Polybag ukuran 5 kg
sebagai tempat menanam tanaman.

Alat
Peralatan yang digunakan meliputi:ayakan tanah, gunting, oven,kertas semen,
alattulis, kamera digital,cangkul, meteran, gembor,kertas label dan pisau.Timbangan
sebagai alat menimbang bahan segar dan bahan kering, karung sebagai alat tempat rumput
yang dipotong. Oven sebagai alat pengering bahan segar setelah panen sehingga diperoleh
bahan kering.

11

Universitas Sumatera Utara

MetodePenelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial,yang
terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah dosis atau level pemberian
mikoriza, seperti berikut ini:
M 0 = 0 gram FMA (kontrol)
M 1 = 5 gram FMA
M 2 = 10 gram FMA
M 3 = 15 gram FMA
Faktor kedua yaitu jenis Rumput yang digunakan sebagai objek penelitian. Adapun jenis
rumput tersebut adalah sebagai berikut:
R 1 = Setaria sphacelata
R 2 = Brachiaria humidicola
R3=Panicun maximum
Penelitian ini terdiri atas : 5 x 4 x 3 = 60 satuan percobaan. Penelitian ini dilakukan di
lahan dengan menggunakan polybag. Dalam 1 polybag digunakan 5 kg tanah.Model linear
yang akandigunakanadalahRancanganAcakLengkap (RAL) Faktorial dengan model
rancangansebagaiberikut:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + Ɛijk
Dimana: Yijk : pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan taraf ke-I dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
µ

: rataan atau nilai tengah

αi

: pengaruh taraf ke-I dari faktor A

βj

: pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ) ij : pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

Universitas Sumatera Utara

Ɛijk

: pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan
ij. €ij ~ N (0,σ2)
PELAKSANAAN PENELITIAN

Parameter yang diamati
1. Pertumbuhan tinggi vertikal tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung dauntertinggi dengan cara
mengatupkan seluruh daun keatas dengan tangan sampai tegak lurus kemudian dilakukan
pengukuran secara vertical pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah.
2. Jumlah anakan
Anakan rumput yang dihitung adalah anakan yang muncul dari dalam tanah atau
tumbuh pada rhizoma batang,bukan yang tumbuh ke sampingpada buku batang yang tidak
terpotong. Jumlah anakan diukur setiap 5 minggu sekali dengan 3 pemanenan.
3.

Produksi Segar dan Bahan Kering
Bahan kering seluruh bagian rumput pada akhir percobaan diukur dengan cara

mengeringkan udara terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 700 C
selama 48 jam.

4. Biomassa Akar
Biomassa adalah jumlah bahan organikyang diproduksi oleh organisme (tumbuhan)
per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti
berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang
berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Unit satuan
biomassa adalah gr per m2 atau ton per ha.

Universitas Sumatera Utara

5.TeknikPelaksanaan
Teknik pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap , yaitu :
1. Tahappersiapan. Tanah ultisol dikering udara kan selama tiga hari kemudian di ayak
dengan ayakan .Kemudian dimasukkan kedalam polybag sebanyak 5 kg/ polybag.
2. Penanamandanpemberianinokulan. inokulum mikoriza sesuai dengan perlakuan
sebanyak0 gr, 10 gr, 20 gr dan 30 gr/ poly bag diletakkan 5 cm dibawah permukaan
tanah dan sobekan rumpun (pols) rumput diambil yang seragam dan ditanam ke
polybag.
3. Perlakuan Trimming.Pemangkasan dilakukan setelah tanaman berumur tiga minggu
setelah tanam dan dengan cara memotong bagian atas tanaman supaya tingginya sama.
Pertumbuhan setelah pemangkasan ini dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan
yang diberikan.
4. Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan.
Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Penyiangan dilakukan
secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh setiap hari.
5. Pemanenandanpengambilansampel. Pemanenan dilakukan dengan interval 35 hari.
Panen dilakukan sebanyak tiga kali. Pengambilan sampel dilakukan pada saat periode
1 ke 2 dan ke 3.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Bahan Segar (g)
Produksi segar rumput (setaria sphacelata, bracharia humidicoladan panicum
maximum) diperoleh dengan melakukan pemotongan dan penimbangan daun, batang
rumput dalam keadaan segar yang ditimbang secara langsung tanpa harus dilakukan
pengeringan terlebih dahulu cara pengambilan datadilakukan pada setiap perlakuan dari ke
tiga jenis rumput. Rataan produksi bahan segar rumput dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
ini.
Tabel 1. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Rumput Selama Penelitian.
Hijauan

R1

R2

R3
Total

Perlakuan
M₀
M₁
M₂
M₃
M₀
M₁
M₂
M₃
M₀
M₁
M₂
M₃

Pemotongan
I
II
11.30
13.43
26.40
32.67
28.17
35.53
40.20
48.50
22.07
31.00
48.20
50.40
47.13
62.53
65.27
79.07
15.97
20.13
26.40
31.20
32.47
31.60
40.87
44.87
404.43
480.93

Total
III
20.33
45.07
46.03 105.10
49.37 113.07
69.73 158.43
39.73
92.80
81.03 179.63
83.67 193.33
113.30 257.63
27.97
64.07
45.57 103.17
53.77 117.83
69.40 155.13
699.90 1585.27

Rataan
15.02 tn
35.03 tn
37.69 tn
52.81 tn
30.93 tn
59.88 tn
64.44 tn
85.88 tn
21.36 tn
34.39 tn
39.28 tn
51.71 tn
528.42

Dari Tabel 1diatas terlihat bahwa pada tabel rataan produksi bahan segar rumput
perlakuan pemberian mikoriza M1 (5%), M2 (10%), dan M3 (15%) tidak menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap rumput R1 (setaria sphacelata,) R2 (Bracharia
humidicola), dan R3 (Panicum maximum)pada data rataan yang ditunjukkan
16
Universitas Sumatera Utara

perlakuantanpa mikoriza (M0) terlihat adanya kecendrungan untuk hasil yang cenderung
lebih tinggi terlihat pada tanaman seperti perlakuan R2M3 yaitu sebesar 85,88 g dan pada
perlakuan R1M0 terlihat kecendrungan yang lebih rendah yaitu sebesar 15,02 g namun itu
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata perlakuan pemberian mikoriza terhadap
produktivitas rumput. Pemberian mikoriza M1(5%), M2 (10%) dan M3 (15%) cenderung
tidak memperlihatkan hasil yang berbeda nyata pada tiap pemotongannya namun bila
dibandingkan pada tanaman yang tidak diberikan mikoriza hasilnya sedikit lebih baik
untuk produktivitas bahan segar rumput. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh atau
interaksi yang diberikan mikoriza ke tanah ultisol dan mempengaruhi bagian akar pada
tanaman.Seperti kita ketahui bahwasannya tanah ultisol memiliki unsur hara yang sangat
rendah sehingga apabila digunakan sebagai media tanam akan sangat memungkinkan
dapat mempengaruhi produktivitas pertumbuhan pada tanaman terutama produksi bahan
segarnya.Namun jika dilihat dari data rataan produksi bahan segar diatas pemberian
mikoriza arbuskula dapat mempengaruhi struktur tanah ultisol dalam

meningkatkan

produksi bahan segar pada tanaman. Dosis mikoriza pada level pemberian 15% g/polybag
memberikan hasil yang cenderung lebih baik pada produksi bahan segar hijauan apabila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya (0g, 5 g dan 10 g). Hal Ini menunjukkan bahwa
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat bersimbiosis dengan baik pada akar hijauan
sehingga produktivitas pun meningkat. Seperti pernyataan Brrundett et al. (1996), yang
menyatakan bahwa struktur arbuskula dan vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi
spora yang tinggi. Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi yang
manfaat fungsional yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan diperoleh
melalui penyerapan karbon organik dari tanaman inang. Selain itu Smith dan Read
(1997), juga menyatakan bahwa tanaman inang dapat memanfaatkan fungi simbiosis

Universitas Sumatera Utara

berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dibantu oleh FMA sehingga
pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.
Untuk rataan produksi bahan segar pada

rumputPannicum maximum pada

perlakuan diatas menunjukkan hasil yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan jenis
rumput lainnya. Ini dikarenakan secara fisiologis rumput Pannicum maximum mempunya
ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan Setariadan Brachiaria humidicola.Sehingga
produksi bahan segarnya pun pasti lebih banyak.Reksohadiprodjo (1994), dalam bukunya
menyatakan bahwa Pannicum maximummerupakan tumbuhan yang berumur panjang,
tumbuh tegak membentuk rumpun seperti padi. Tinggi bisa mencapai 0,5 – 2 meter.
Sistem perakarannya dalam dan menyebar luas.Tahan terhadap musim kering.Tekstur
daun halus dan berwarna hijau tua.Umumnya tahan terhadap lindungan sehingga
memungkinkan untuk ditanam di antara pohon-pohon perkebunan.Dapat tumbuh pada
tempat dengan ketinggian sampai 1.950 m dpl dan curah hujan 1000 – 2000
mm/tahun.Pembiakan jenis rumput ini bisa dengan biji atau sobekan rumpun.Kebutuhan
biji untuk penanaman berkisar 4 – 11kg/ha tergantung jarak tanam yang digunakan.
Pada pemotongan ke III menunjukkan hasil rataan produksi segar paling tinggi jika
dibandingkan pemotongan I dan II, yaitu masing-masing rataan sebesar 699,90 cm,
480,93 cm dan 404,43 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pemotongan dapat membantu
meningkatkan produktivitas hijuan. Susetyo (1980) ,menyatakan bahwa pemotongan
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap produksi bahan segar, bahan kering,
jumlah anakan, nilai gizi, daya cerna maupun tingkat konsumsi yang diberikan kepada
ternak. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nasution (1991) bahwa produksi segar
hijauan terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya interval pemotongan.

Universitas Sumatera Utara

Produksi Bahan Kering (g)
Produksi bahan kering bagian rumput diambil setiap 35 hari pada tiap pemotongan.
Produksi bahan kering diambil dengan cara mengeringudarakan terlebih dahulu kemudian
dimasukkan kedalam oven pada suhu 700 C selama 48 jam.Rataan produksi bahan kering
rumput dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Rumput Selama Penelitian.
Pemotongan
Total
I
II
III
M₀
20.89
21.35
22.35
64.59
M₁
24.58
26.04
22.12
72.74
R1
M₂
22.26
21.85
18.85
62.96
M₃
21.62
28.96
25.90
76.48
M₀
16.74
22.72
23.88
63.34
M₁
24.46
20.30
27.00
71.75
R2
M₂
20.41
22.30
21.84
64.54
M₃
28.94
24.78
25.33
79.05
M₀
21.73
20.02
22.36
64.10
M₁
25.14
22.30
20.84
68.28
R3
M₂
21.59
18.49
25.59
65.67
M₃
22.60
25.77
22.29
70.66
Total
270.95
274.88
278.34
824.17
Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat pada produksi bahan kering

Hijauan

Perlakuan

Rataan
21.53tn
24.25tn
20.99tn
25.49tn
21.11 tn
23.92tn
21.51tn
26.35tn
21.37tn
22.76tn
21.89tn
23.55tn
274.72
menunjukkan

adanya kecendrungan hasil rataan pada tiap perlakuan untuk tingkatan mikoriza pada tiap
pemotongan. Dari tabel rataan produksi bahan kering rumput terlihat kecendrungan hasil
pada perlakuan R2M3 yang cenderung menunjukkan hasil lebih tinggi yaitu sebesar 26,35
g dan pada perlakuan R2M0 menunjukkan hasil yg terendah yaitu sebesar 21,11 gakan
tetapi pada data rataan diatas tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata
pada perlakuan pemberian mikoriza terhadap produktivitas rumput namun itu tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata perlakuan pemberian mikoriza terhadap produktivitas
rumput. Hasil data rataan pada tabel perlakuan pemberian mikoriza sebanyak 15% (M3)
menghasilkan produksi bahan kering yang sedikit lebih tinggi bila dibandingkan perlakuan

Universitas Sumatera Utara

pemberian mikoriza lainnya seperti M0, M1 dan M2 namun dari data rataan produksi
bahan kering tersebut tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara pengaruh
pemberian Fungi Mikoriza arbuskula terhadap tanaman rumput.Pemberian mikoriza pada
level 15 % dan dan pada tingkatan waktu pemotongan ke 3 hanya memperlihatkan
mikoriza sedikit mempengaruhi perakaran pada tanaman terutama dalam menyediakan
unsur hara dan untuk memberikan pembenahan pada tanah ultisol dan salah satunya
merangsang

pertumbuhan

vegetatif

pada

tanaman

yang

berpengaruh terhadap

produktivitas bahan kering rumput . Hal ini sesuai seperti pernyataan yang dijelaskan
Haryantini dan Santoso (2001), yang menyatakan bahwa inokulasi FMA dapat
meningkatkan serapan P dan meningkatkan adaptasiterhadap kekeringan. Fungi mikoriza
arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan
hifa eksternal yang dapat tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil dalam
penyedia unsur hara yg dibutuhkan tanaman.
Selain itu mikoriza juga berperan sebagai pembenah tanah dan juga sebagai
penyumbang unsur hara salah satunya berfungsi merangsang pertumbuhanvegetatif pada
tanaman. Dalam hal ini untuk pertumbuhan vegetatif rumput tersebut saat dipotong akan
menghasilkan produksi bahan segar rumput yang masih mengandung airakan tetapi hasil
dari pemberian mikoriza 15% (M3) memanfaatkan air yang diserap untuk proses
fotosintesa dengan baik sehingga setelah dihitung produksi bahan keringnya lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya.
Perlakuan M3 (dosis mikoriza 15 g) memberikan hasil bahan kering yang cenderung lebih
tinggi hal ini dikarenakan pemberian mikoriza berakibat pada penurunan proses fisiologi
yang mempengaruhi produktivitas rumput termasuk produksi bahan kering rumput. Hal ini
dapat dilihat dari tiap pemotongan untuk produksi bahan kering rumput.Hal ini juga sesuai
seperti pernyataan Rungkat (2009), yang menyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza

Universitas Sumatera Utara

biasanya tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki
peranan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman sebagai
berikut : a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza melindungi
tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stres kekeringan, c)
mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, e) mikoriza
dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah akan tetapi
pada tahap pembesaran sel yang terlihat dari pertambahan tinggi tanaman, diameter,
perbanyakan daun dan pertumbuhan akar untuk cekaman air menyebabkan penurunan
turgor pada sel tanaman dan berakibat pada penurunan proses fisiologi yang
mempengaruhi produktivitas rumput termasuk produksi bahan kering rumput.Dapat diliat
dari rataan produksi bahan kering rumput pada tiap pemotongannya.
Dari data rataan di atas padapemotongan ke III menunjukkan hasil rataan produksi
bahan kering yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan pemotongan I dan II, yaitu
masing-masing rataan sebesar 278,34 g , 274 ,88 g dan 270,95 g. Hal ini menunjukkan
bahwa pemotongan dapat membantu meningkatkan produktivitas hijuan. Susetyo (1980),
mengatakan bahwa pemotongan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
produksi bahan segar dan bahan kering, jumlah anakan, da nilai gizi pada tanaman. Selain
itu, Crowder and Chheda (1982), juga menyatakan bahwa interval pemotongan
berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk tumbuh kembali,
komposisi botani dan ketahanan spesies. Frekuensi pemotongan berlaku apabila pada
batas tertentu frekuensi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif
bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif oleh pemotongan yang
lebih sering.

Universitas Sumatera Utara

Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung dauntertinggi dengan
cara mengatupkan seluruh daun keatas dengan tangan sampai tegak lurus kemudian
dilakukan pengukuran secara vertikal pada bagian tanaman yang paling tinggi
daripermukaan tanah.Rataan tinggi rumput pada tiap pemotongan dapat dilihat pada Tabel
3 berikut ini.

Tabel 3. Rataan Tinggi (cm) RumputSelama Penelitian.
Hijauan

Perlakuan
M₀
M₁
M₂
M₃
M₀
M₁
M₂
M₃
M₀
M₁
M₂
M₃

R1

R2

R3

Total

Pemotongan
I
II
30.83
34.17
45.00
64.33
59.33
60.67
64.17
74.00
30.17
33.20
41.17
52.17
37.83
55.50
46.17
58.50
62.67
66.33
61.50
66.50
73.83
81.17
85.00
90.67
637.67
737.20

III
52.33
81.39
99.00
110.17
50.83
71.33
68.67
80.67
105.33
104.00
125.17
144.17
1093.06

Total

Rataan

117.33 39.11 tn
190.72 63.57 tn
219.00 73.00 tn
248.33 82.78 tn
114.20 38.07 tn
164.67 54.89 tn
162.00 54.00 tn
185.33 61.78 tn
234.33 78.11 tn
232.00 77.33 tn
280.17 93.39 tn
319.83 106.61 tn
2467.92
822.64

Dari Tabel 3 diatas pemberian mikoriza pada level 5 % (M1), 10 % (M2) dan 15%
(M3) tidak memperlihatkan pengaruh yang jauh berbeda terhadap jenis rumput Setaria
Sphacelata(R1), Bracharia Humidicola(R2), dan Panicum Maximum (R3). Dari data
diatas juga terlihat dari data rataan tinggi rumput tidak menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata pada tiap pemotongan tetapi hanya terlihat adanya kecendrungan hasil yang
lebih tinggi terlihat pada perlakuan R3M3 pada pemotongan ke 3 dan pada perlakuan M0
tanpa mikoriza (control) yaitu pada perlakuan R2M0 menunjukkan hasil yang cenderung
lebih rendah namun itu tidak menunjukkan pengaruh yang nyata

antara perlakuan

Universitas Sumatera Utara

pemberian mikoriza terhadap produktivitas beberapa jenis rumput. Seperti pada perlakuan
R3M3 untuk jenis rumput Bracharia Humidichola (R3)yang diberi perlakuan mikoriza
sebanyak 15 g/ polybag menunjukkan hasil rataan yang cendrung lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis rumput Setaria Sphacelata(R1)danPanicum Maximum(R3)
pada tiap level pemotongan dan pada pemberian tingkatan level mikoriza. Hal ini hanya
menunjukkan

bahwa

pada

tanaman

tingkatpertumbuhan tinggi tanaman

Bracharia

Humidichola

(R2)

memiliki

yang baik pada setiap tingkat pemotongannya

dibandingkan rumput lainnya. Hal ini juga

menjelaskan bahwa semakin tinggi

umur rumput Bracharia Humidichola maka semakin sempurna bentuk tanaman inimulai
dari perakaran batang dan daun untuk mendukung produksi tinggi tanamannya .Terlihat
padarataan rumput yang cenderung lebih tinggi terdapat pada perlakuan R3M3 yaitu
sebesar 106,61 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan R2M0 yaitu sebesar 38,07
cm. Rumput Brachiaria Humidicola memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih baikbila
dibandingkan

denganSetaria

karenaBrachiaria humidicola

Sphacelata

danPannnicum

termasuk jenis rumput yang

maximum

hal

ini

memang memiliki

pertumbuhan yang cepat hal ini sesuai dengan pernyataan Mcllroy(1977), yang
menyatakan bahwa Brachiarria humidicola merupakan rumput berumur panjang,
berkembang secara vegetatif dengan stolon yang memiliki pertumbuhan cepat sehingga
bila ditanam di lapangan segera membentuk hamparan.Brachiariahumidicola dapat
ditanam secara vegetatif dengan pols, stolon atau biji Selain itu, Brachiaria humidicola
mempunyai toleransi pada daerah dengan drainase jelek.
Pada Tabel Rataan tinggi tanaman terlihat kecendrungan hasil yang paling baik
pada perlakuan R1M3 dibandingkan perlakuan lainnya.terlihat pada rataan Perlakuan
R 1 M 3 (82,78 cm), R 2 M 3 (61,78 cm) dan R 3 M 3 (106,61 cm) merupakan perlakuan tinggi
tanaman tertinggi dari masing-masing jenis rumput. Jika dilihat Tabel 3, akan terlihat

Universitas Sumatera Utara

bahwa pertumbuhan Setaria dan Brachiaria humidicola merupakan hijauan yang paling
cepat pertambahan tingginya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Reksohadiprodjo (1994)
dan Mcllroy (1977), yang menyatakan bahwa rumput setaria dapat tumbuh di dataran
rendah dan dataran tinggi. Pada kondisi yang baik satu rumpun bisa mencapai ratusan
batang. Pertumbuhan kembali sehabis dilakukan pemotongan sangat cepat, sehingga baik
digunakan sebagai rumput gembala. Begitu pula rumput Brachiaria humidicola, rumput
inimerupakan rumput berumur panjang, berkembang secara vegetatif dengan stolon yang
memiliki pertumbuhan cepat sehingga bila ditanam di lapangan segera membentuk
hamparan.
Hijauan yang ditanam pada perlakuan M0 (kontrol) menunjukkan hasil yang kurang baik
jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kondisi tanah ultisol sebagai media tanam
menyebabkan pertumbuhan rumput terhambat karena tanah ultisol merupakan tanah
masam yang kandungan unsur haranya rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez
(1992), yang menyatakan bahwa ultisol umunya bereaksi masam, produktifitasnya rendah,
kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) yang rendah kejenuhan
Aluminium (Al) yang tinggi, kandungan bahan organik rendah dan peka terhadap erosi.
Masalah utama pada ultisol ini adalah jumlah kelarutan dan kejenuhan Al yang tinggi
sehingga mengakibatkan fosfor (P) membentuk senyawa yang tidak larut dengan Al.
Akibatnya ketersediaan P sangat rendah bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman
terganggu.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Anakan (rumpun)
Jumlah anakan adalah rumpun rumput yang sama yang tumbuh dan muncul dekat
disekitar tanaman inangnya pada rhizoma batang. Untuk cara pengambilan data jumlah
anakan rumput yang dihitung adalah anakan tanaman yang muncul dari dalam tanah atau
tumbuh pada rhizoma batang bukan yang tumbuh ke sampingpada buku batang yang tidak
terpotong. Jumlah anakan diukur setiap 35 harisekali. Hasil jumlah anakan (rumpun) dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Rataan Jumlah Anakan (rumpun) Rumput Selama Penelitian
Hijauan

Perlakuan
M₀
M₁
M₂
M₃
M₀
M₁
M₂
M₃
M₀
M₁
M₂
M₃

R1

R2

R3

Total

I
8.00
10.67
11.67
12.67
8.00
12.00
12.00
13.00
2.67
6.00
6.33
7.67
110.67

Pemotongan
II
12.33
14.00
14.33
18.00
12.33
14.00
14.67
17.00
6.67
8.33
9.33
12.33
153.33

III
13.33
17.00
17.33
23.67
13.33
17.33
16.00
21.67
7.67
16.00
12.33
15.00
190.66

Total
33.67
41.67
43.33
54.33
33.66
43.33
42.67
51.67
17.00
30.33
28.00
35.00
454.65

Rataan
11.22 tn
13.89 tn
14.44 tn
18.11 tn
11.22 tn
14.44 tn
14.22 tn
17.22 tn
5.67 tn
10.11 tn
9.33 tn
11.67 tn
151.55

Dari Tabel 4diatas terlihat hasil rataan jumlah anakan pada perlakuan M1 (5%),
M2 (10 %) dan M3 (15%) tidak memperlihatkan hasil yang berbeda terhadap ketiga jenis
rumput Setaria Sphacelata, Bracharia Humidichola, dan Panicum Maximum.. Pada data
rataan diatas terlihat perlakuan R1M3 menunjukkan hasil yang cenderung lebih tinggi bila
dibandingkandengan perlakuan R3M0 yang menunjukkan hasil yang cenderung lebih
rendah namun ini tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dari perlakuan pemberian
mikoriza karena hasil rataan perlakuan M1, M2, dan M3 tidak jauh berbeda bila

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan tanpa pemberian mikoriza (M0) . Dari tabel diatas pada perlakuan
R1M3 pada jenis rumput setaria sphacelatamenunjukkan hasil rataan jumlah anakan yang
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis rumput Bracharia Humidichola (R2)
danPanicum Maximum(R3) akan tetapi itu tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada
perlakuan pemberian mikoriza terhadap produktivitas rumput.Terlihat pada pemberian
mikoriza 15 % terlihat menunjukkan pengaruh yang baik bila dibandingkan terhadap
perlakuan tanpa mikoriza (M0) hal ini hanya menunjukkan mikoriza telah mempengaruhi
struktur dalam tanah sebagai penyedia unsur hara penyedia unsur p sehingga tanah ultisol
dapat digunakan sebagai media tanam yang sedikit lebih baik tetapi untuk pengaruh
terhadap jenis rumput hasil data rataan pada tabel jumlah anakan diatas

tidak

menunjukkan pengaruh yang nyata . Hal tersebut juga dapat dilihat dari data rataan diatas
jika diliat dari jenis rumputnya rumputSetaria sphacelata (R1) menunjukkan hasil rumput
dengan jumlah anakan yang cenderung lebih tinggiyaitu pada perlakuan R1M3 yaitu 18,11
untukproduksi jumlah anakan.Akan tetapi hal itu tidak menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata antara perlakuan pemberian mikoriza terhadap produktivitas jumlah anakan
rumput. Hal ini hanya menunjukkan bahwasannya rumput Setaria Sphacelata.Memiliki
produktivitas untuk jumlah anakan yg lebih baik Seperti pernyataan Reksohadiprodjo
(1994), yang menyatakan dalam bukunya bahwa Setaria sphacelatamerupakan rumput
yang tumbuh tegak dan membentuk rumpun. Pada kondisi yang baik satu rumpun bisa
mencapai ratusan batang. Pertumbuhan kembali sehabis dilakukan pemotongan sangat
cepat, sehingga baik digunakan sebagai rumput gembala.
Untuk rataan data jumlah anakan rumput diatas terlihat kecendrungan hasil yang lebih
tinggi terdapat pada perlakuan R1M3 yaitu sebesar 18,11 rumpun dan yang cenderung
lebih rendahterdapat pada perlakuan R3M0 yaitu sebesar 5,67 rumpun dari data rataan
tersebut menunjukkan tidak terlihatnya pengaruh yang nyata antara perlakuan pemberian

Universitas Sumatera Utara

mikoriza terhadap produktivitas jumlah anakan rumput. Pemberian mikoriza arbuskula
sebanyak 15 g / polybag terlihat adanya sedikit kecendrungan pada produktivitas jumlah
anakan dari ketiga jenis rumput rumput (Setaria Sphacelata, Brachiaria humidicola, dan
Pannicum maximum).FungiMikoriza Arbuskulatelah meningkatkan ketersediaan hara pada
tanah ultisol, sehingga tanah ultisol dapat digunakan sebagai media tanam yang cenderung
lebih baik. Seperti pernyataan,Lynch (1983) dan Harjadi (1993), menyatakan bahwa
teknologi tanah yang dikombinasikan dengan praktek-praktek usaha tani merupakan alat
yang sangat penting untuk mengembangkan pertanian pada tanah mineral masam tropika.
Teknologi ini mencakup segala upaya memanipulasi jasad renik tanah dan proses
metabolik mereka untuk mengoptimumkan produksi tanaman. Penggunaan jasad renik
mikoriza telah mulai diupayakan dalam kebijaksanaan pengelolaan tanah mineral masam
tropika. Mikoriza mempunyai peranan yang besar dalam

pengelolaan tanah mineral

masam tropika. Pada tanah-tanah tersebut ditemukan beberapa spesies mikoriza yang
mempunyai ketahanan tinggi terhadap kemasaman dan keracunan Al serta berpotensi
besar dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.Sehingga Pertumbuhan
kembali sehabis dilakukan pemotongan dapat lebih cepat.
Biomasa Akar
Biomassa akar adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme
(tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran
berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan
air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Unit
satuan biomassa adalah g per m2 atau ton per ha.Untuk Biomassa Akar sendiri diambil
dari penimbangan akhirdengan pengambilan sedikit sampel berat segar perakaran selama
masa umur tanaman ditimbang bahan segar lalu kemudian dikering udarakan sebentar

Universitas Sumatera Utara

dankemudian dianalisa di laoratorium. Rataan biomassa akar pada masing-masing hijauan
dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel5. Rataan Biomassa Akar (g) Rumput.
Hijauan

Perlakuan

R1

M₀
M₁
M₂
M₃
M₀
M₁
M₂
M₃
M₀
M₁
M₂
M₃

R2

R3

Total

Ulangan
I
54.34
73.82
89.76
166.21
250.51
299.21
355.68
422.51
167.45
244.81
299.81
450.82
1162.89

II
62.77
67.8
93.47
154.11
218.16
266.82
325.47
359.87
125.53
198.69
382.5
487.67
1194.39

III
58.23
78.55
102.62
166.52
227.18
271.664
298.68
437.89
182.21
231.54
432.71
428.51
1274.97

Total

Rataan

175.34
220.17
285.85
486.84
695.85
837.694
979.83
1220.27
475.19
675.04
1115.02
1367

58.45**
73.39**
95.28**
162.28**
231.95**
279.23**
326.61**
406.76**
158.40**
225.01**
371.67**
455.67**

Pada Tabel 5diatas terlihat untuk data rataan biomasa akar perlakuan pemberian
mikoriza pada level M1 (5%), M2 (10%), dan M3 (15%) menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap jenis rumput Setaria Sphacelata, Bracharia Humidicola dan Panicum
Maximum dan perlakuan pemberian mikoriza antara M1, M2, dan M3 menunjukkan hasil
yang berbeda nyata pada tiap pemotongannya. Seperti hasil rataan yang cenderung lebih
tinggi terdapat pada perlakuan R3M3 yaitu sebesar 455,67 g dan yang terendah terdapat
pada perlakuan R1M0 yaitu sebesar 58,45 g. perlakuan pemberian mikoriza pada level 15
% menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Dari data rataan biomassa akar diatas dilakukan
uji lanjut yang dilanjutkan dengan menggunakan analisis Uji Duncan seperti pada Tabel
6dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Analisis Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Terhadap Biomassa Akar
Rumput.
Perlakuan
Total
Rataan
Hijauan
M0
M1
M2
M3
R1
175.34
220.17
285.85
486.84 1168.20 330.95b
R2
695.85
837.69
979.83
1220.27 3733.64 1012.60a
R3
475.19
675.04
1115.02
1367.00 3632.25 1052.35c
Total
1346.38
1732.90
2380.70
3074.11
a
ab
b
Rataan
448.79
577.63
793.57
1024.70c
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata
(p