Analisis Yuridis Penerbitan Sertifikat Fidusia Pada Perjanjian Pembiayaan Kenderaan Bermotor Yang Mengalami Kemacetan Pembayaran (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan Di Kota Medan)”

(1)

TESIS

Oleh

TANJUNG SIMANJUNTAK

117011100/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TANJUNG SIMANJUNTAK

117011100/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nama Mahasiswa : TANJUNG SIMANJUNTAK

Nomor Pokok : 117011100

Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

2. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 3. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn 4. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn


(5)

Nama : TANJUNG SIMANJUNTAK

Nim : 117011100

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS PENERBITAN SERTIFIKAT

FIDUSIA PADA PERJANJIAN PEMBIAYAAN

KENDERAAN BERMOTOR YANG MENGALAMI

KEMACETAN PEMBAYARAN (STUDI PADA

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DI KOTA MEDAN) Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :TANJUNG SIMANJUNTAK


(6)

pembiayaan selaku kreditur dan Konsumen selaku debitur. Jaminan kepastian hukum itu didapatkan setelah objek jaminan fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia dan kemudian dibuktikan dengan adanya sertifikat jaminan fidusia. UUJF Nomor 42 Tahun 1999 tidak menentukan batas waktu pendaftaran jaminan fidusia secara tegas, sehingga memberikan peluang bagi perusahaan pembiayaan selaku penerima fidusia untuk mendaftarkan fidusia kapan saja dan membuat jadwal pendaftaran jaminan fidusia tidak tertib.

Penelitian ini bersifat Kualitatif Yuridis, yaitu kegiatan menganalisa data secara komprehensip, yaitu data sekunder dari berbagai kepustakaan dan literatur baik berupa buku, peraturan perundangan dan hasil penelitian lainnya maupun informasi dari media massa dari segi peraturan-peraturan yang berlaku mengenai hukum jaminan, jaminan fidusia dan pendaftaran jaminan fidusia, serta dianalisa sehingga dapat diterapkan dalam praktik keseharian terhadap pendaftaran fidusia dan didukung dengan wawancara kepada responden yaitu para Manager dan Kepala bagian Perusahaan Pembiayaan di kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan, perusahaan pembiayaan selaku kreditur mematuhi peraturan yang ditetapkan pemerintah lewat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kenderaan bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia dan hasilnya saat ini berjalan tertib dan dipatuhi perusahaan pembiayaan. Akan tetapi pelaksanaan penegakan hukum terhadap kepastian hukum yang terdapat pada sertifikat fidusia belum terlaksana dengan baik. Kelemahan pelaksanaan penegakan hukum inilah yang menyebabkan perusahaan pembiayaan merasa kurang puas, karena Peraturan Menteri Keuangan hanya memberi sanksi adminitratif bagi perusahaan sebagai kreditur sedangkan sanksi bagi nasabah sebagai debitur yang wanprestasi tidak ada sama sekali.

Disarankan kepada Pemerintah sebaiknya dilakukan sosialisasi akan arti dan fungsi dari pendaftaran fidusia kepada perusahaan pembiayaan dan masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan pembiayaan, sehingga pelaksanaan penegakan hukum dalam UUJF ini dapat dilaksanakan sehingga memberikan rasa nyaman dan adil. Dengan tertibnya pendaftaran jaminan fidusia akan menambah pendapatan bagi Negara lewat Pendapatan Negara Bukan Pajak dan menambah pendapatan dan kesejahteran bagi para notaris yang menerima kuasa dari perusahaan pembiayaan untuk melakukan pendaftaran objek jaminan fidusia.


(7)

legal certainty is obtained after fiduciary collateral is registered in the Fiduciary Registration Office and is proved by fiduciary collateral certificates. UUJF No.42/1999 does not strictly limit the time for the registration of fiduciary collateral so that financing companies as the receivers of fiduciary have the opportunity to register the fiduciary any time so that the registration of fiduciary collateral is not orderly.

The research was judicial qualitative which was aimed to analyze comprehensively secondary data from various documents such as books, legal provisions and other results of researches, and information from mass media about prevailing rules on legal certainty, fiduciary collateral, and registration of fiduciary collateral. The data were then analyzed so that they could be implemented in practice of the registration of fiduciary and supported by interviews to respondents such as Managers and Heads of the Department of Financing Companies in Medan.

The result of the research showed that financing companies as creditors complied with the regulation stipulated by the government through the Regulation of the Minister of Finance No. 130/PMK.010/2012 on the Registration of Fiduciary Collateral for Financing Companies which Finance Consumers in Buying Motor Vehicles with Fiduciary Collateral as the Mortgage. So far, this case has run smoothly since it is obeyed by financing companies. Nevertheless, the implementation of law enforcement on legal certainty in fiduciary certificates does not run smoothly. The weakness of the implementation of law enforcement has caused financing companies to feel unsatisfied because the Regulation of the Minister of Finance only imposes administrative sanction on the companies as creditors, while there is no sanction imposed on the clients as debtors who breach the contract (default).

It is recommended that the Government socialize the meaning and function of fiduciary registration to financing companies and to all people who use the service of financing companies so that the implementation of law enforcement in UUJF can be done in order that the sense of comfort and fairness can be carried out. The orderly registration of fiduciary collateral will increase state’s revenues through Non-Tax State’s Revenues and increase income and welfare of notaries who get the authority from financing companies to register fiduciary collateral.


(8)

memberikan berkat dan tuntunannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “ANALISIS YURIDIS PENERBITAN SERTIFIKAT FIDUSIA PADA PERJANJIAN PEMBIAYAAN KENDERAAN BERMOTOR YANG

MENGALAMI KEMACETAN PEMBAYARAN (STUDI PADA

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DI KOTA MEDAN)”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril berupa bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH dan Bapak Prof. Dr.

Muhammad Yamin, SH, MS, CN masing-masing selaku anggota Komisi

Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, nasehat serta bimbingan kepada saya untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih secara khusus kepada Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn dan ibu Chairani Bustami, SH, SpN, MKn selaku dosen penguji sekaligus sebagai panitia penguji tesis. Selanjutnya ucapan terimakasih disampaikan kepada :


(9)

Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Ketua Dan Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dan ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera dan seluruh Staff.

4. Ayahanda dan ibunda tercinta, Manoktang Simanjuntak dan Alm. Saur Dame Br. Naingolan yang telah melahirkan dan membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang, sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dan ucapan terimakasih kepada dan kepada mertua penulis Bapak Drs. HAP. Siburian dan Ibu K. Br Sianturi yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan studi ini.

5. Isteri tercinta Ruth Evita Siburian,SH dan anak-anaku tersayang Callista Aryanti Simanjuntak dan Ivan Johannes Parlindungan Simanjuntak serta

Christian Palito Simanjuntak yang memberikan motivasi dan inspirasi untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada Kepala Wilayah Adira Finance Tbk Sumbagut I yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di


(10)

7. Terimakasih juga buat dukungan dari rekan-rekan Group A angkatan 2011 yang memberikan semangat,bantuan pikiran serta mengingatkan dikala penulis lupa untuk menyelesaikan penulisan tesis ini yaitu : Joyo Chandra, SH, Mahvira Siregar, SH, MKn, Ika Nora SH, Belinda Paulina Cuandy, SH dan Notaris Muchairani SH, MKn serta rekan-rekan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

8. Terimakasih kepada seluruh staff di sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Magister Kenotariatan, Lisa Hariani, dan yang

lainnya yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan perusahaan pembiyaan dan notaris perusahaan pembiayaan yang mendaftarkan objek jaminan fidusia

Medan, September 2013

Penulis,


(11)

Nama : Tanjung Simanjuntak Tempat/Tgl.Lahir : Medan, 06 Juni 1972

Alamat : Jl. Amal Luhur Gg. Selamat No. 29 A Medan

Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : laki-laki

Status : Menikah

II. ORANG TUA

Ayah : Manoktang Simanjuntak

Ibu : Alm. Saur Dame Nainggolan

III. PENDIDIKAN

1. SD PAB No.1 Medan 1978 – 1984

2. SMP.ST.Thomas-3 Medan 1984 - 1987

3. SMA Negeri 11 Medan 1987 - 1990

4. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 1991 - 1997 5. Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara 2011 - 2013

IV. PEKERJAAN

1. 1997 -2007 : PT. Federal International Finance Tbk Representatif Head

2. 2007 – Sekarang : PT.Adira Dinamika Multi Finance Tbk Branch Manager


(12)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ISTILAH ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

A. Perumusan Masalah ... 14

B. Tujuan Penelitian ... 14

C. Manfaat Penelitian ... 15

D. Keaslian Penelitian... 16

E. Kerangka Teori Dan Konsepsi ... 18

1. Kerangka Teori ... 18

2. Konsepsi... 22

F. Metode Penelitian ... 24

1. Pendekatan Penelitian ... 24

2. Lokasi Penelitian ... 25

3. Data Penelitian ... 25

4. Alat Penelitian ... 26

5. Analisis Data ... 28

BAB II AKIBAT HUKUM TERHADAP JAMINAN FIDUSIA YANG DIDAFTARKAN PADA SAAT TERJADINYA KEMACETAN PEMBAYARAN ... 30

A. Ruang Lingkup Jaminan Fidusia ... 30


(13)

5. Eksekusi Jaminan Fidusia ... 48

B. Akibat Hukum Jaminan Fidusia Yang Didaftarkan Pada Saat Terjadinya Kemacetan Pembayaran... 52

1. Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan ... 52

2. Pendaftaran Jaminan Fidusia Pada Saat Terjadinya Kemacetan Pembayaran ... 56

BAB III LATAR BELAKANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SELAKU KREDITUR TIDAK MENAATI PERATURAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA YANG TERDAPAT PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 42.TAHUN 1999 ... 59

A. Penerbitan Sertifikat Jaminan Fidusia Pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen... 59

B. Latar Belakang Perusahaan Pembiayaan Selaku Kreditur Tidak Melakukan Pendaftaran Jaminan Fidusia Tepat Waktu . 75 BAB IV PELAKSANAAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA OLEH PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SELAKU KREDITUR SEJAK DIBERLAKUKANNYA PERATURAN MENTERI KEUANGAN No. 130/PMK/010.2012 TENTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN UNTUK KENDERAAN BERMOTOR DENGAN PEMBEBANAN JAMINAN FIDUSIA ... 98

A. Pendaftaran Jaminan Fidusia Pada Perusahaan Pembiayaan .... 98

B. Pelaksanaan Pendaftaran Jaminan Fidusia Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Dengan Diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK/010.2012 ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran... 117

DAFTAR PUSTAKA... 119 LAMPIRAN


(14)

Accesoir : Perjanjian Ikutan Pada Perjanjian Pokok

Acknowledgment of debtedness : Surat Pengakuan Hutang

Argumentum a contrario : Penafsiran hukum yang memberikan

Perlawanan pengertian antara peristiwa konkrit yang dihadapi dengan peristiwa

Yang diatur dalam undang-undang

Assignment of proceed : Pengalihan Piutang

Autoritatif : Yang Mempunyai Kewenangan

Case approach : Pendekatan Kasus

Constitutum possessorium : Penyerahan benda, dimana benda itu tetap dikuasai debitur sedang bukti kepemilikan berada pada kreditur

Consumer finance : Pembiayaan Konsumen

Content analysis : Analisis Isi

Debitur : Orang Atau Badan Yang Memiliki Utang

Debt collector : Jasa penagihan untuk nasabah bermasalah

Droit de Preference : Asas yang memberikan kedudukan yang diutamakan

Droit de suite; zaaksgevolg : Asas yang menyatakan bahwa benda mengikuti kewenangan seseorang dimana benda itu berada

F iduciary transfer of ownwership : Penyerahan hak kepemilikan secara kepercayaan

Factoring : Anjak Piutang


(15)

Interrelasi : Hubungan kedalam

Justice as regularity : Keadilan Sebagai Keteraturan

Kontemporer : Pada masa kini

Kontroversi : Hal yang berlawanan

Kreditur : Orang yang memiliki piutang

Kualitatif : Kegiatan menganalisis data secara verbal

Leasing/ lease : Sewa Guna Usaha

Online : Secara Elektronik

Oogstverband : Ikatan panen

Opsional : Pilihan

Parate eksekusi : Wewenang kepada pemegang fidusia (Kreditur) untuk menjual objek fidusia

Personel right : Hak perorangan

Preferen : diutamakan/ didahulukan

Promissory notes : Surat sanggup bayar

Rechtszekerheid : Kepastian hukum

Section Head : Kepala bagian

Spare part : Komponen/bagian dari mesin kenderaan

Statatute approach : Pendekatan undang-undang

Supplier : Penyedia barang/jasa


(16)

UUJF : Undang-Undang Jaminan Fidusia

PMK : Peraturan Menteri Keuangan

KPF : Kantor Pendaftaran Fidusia

PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak

BPSK : Badan Penyelesaian Sengketa konsumen

GBHN : Garis-garis Besar Haluan Negara

BW : Burgerljk Wetboek

BNI : Bank Negara Indonesia


(17)

pembiayaan selaku kreditur dan Konsumen selaku debitur. Jaminan kepastian hukum itu didapatkan setelah objek jaminan fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia dan kemudian dibuktikan dengan adanya sertifikat jaminan fidusia. UUJF Nomor 42 Tahun 1999 tidak menentukan batas waktu pendaftaran jaminan fidusia secara tegas, sehingga memberikan peluang bagi perusahaan pembiayaan selaku penerima fidusia untuk mendaftarkan fidusia kapan saja dan membuat jadwal pendaftaran jaminan fidusia tidak tertib.

Penelitian ini bersifat Kualitatif Yuridis, yaitu kegiatan menganalisa data secara komprehensip, yaitu data sekunder dari berbagai kepustakaan dan literatur baik berupa buku, peraturan perundangan dan hasil penelitian lainnya maupun informasi dari media massa dari segi peraturan-peraturan yang berlaku mengenai hukum jaminan, jaminan fidusia dan pendaftaran jaminan fidusia, serta dianalisa sehingga dapat diterapkan dalam praktik keseharian terhadap pendaftaran fidusia dan didukung dengan wawancara kepada responden yaitu para Manager dan Kepala bagian Perusahaan Pembiayaan di kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan, perusahaan pembiayaan selaku kreditur mematuhi peraturan yang ditetapkan pemerintah lewat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kenderaan bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia dan hasilnya saat ini berjalan tertib dan dipatuhi perusahaan pembiayaan. Akan tetapi pelaksanaan penegakan hukum terhadap kepastian hukum yang terdapat pada sertifikat fidusia belum terlaksana dengan baik. Kelemahan pelaksanaan penegakan hukum inilah yang menyebabkan perusahaan pembiayaan merasa kurang puas, karena Peraturan Menteri Keuangan hanya memberi sanksi adminitratif bagi perusahaan sebagai kreditur sedangkan sanksi bagi nasabah sebagai debitur yang wanprestasi tidak ada sama sekali.

Disarankan kepada Pemerintah sebaiknya dilakukan sosialisasi akan arti dan fungsi dari pendaftaran fidusia kepada perusahaan pembiayaan dan masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan pembiayaan, sehingga pelaksanaan penegakan hukum dalam UUJF ini dapat dilaksanakan sehingga memberikan rasa nyaman dan adil. Dengan tertibnya pendaftaran jaminan fidusia akan menambah pendapatan bagi Negara lewat Pendapatan Negara Bukan Pajak dan menambah pendapatan dan kesejahteran bagi para notaris yang menerima kuasa dari perusahaan pembiayaan untuk melakukan pendaftaran objek jaminan fidusia.


(18)

legal certainty is obtained after fiduciary collateral is registered in the Fiduciary Registration Office and is proved by fiduciary collateral certificates. UUJF No.42/1999 does not strictly limit the time for the registration of fiduciary collateral so that financing companies as the receivers of fiduciary have the opportunity to register the fiduciary any time so that the registration of fiduciary collateral is not orderly.

The research was judicial qualitative which was aimed to analyze comprehensively secondary data from various documents such as books, legal provisions and other results of researches, and information from mass media about prevailing rules on legal certainty, fiduciary collateral, and registration of fiduciary collateral. The data were then analyzed so that they could be implemented in practice of the registration of fiduciary and supported by interviews to respondents such as Managers and Heads of the Department of Financing Companies in Medan.

The result of the research showed that financing companies as creditors complied with the regulation stipulated by the government through the Regulation of the Minister of Finance No. 130/PMK.010/2012 on the Registration of Fiduciary Collateral for Financing Companies which Finance Consumers in Buying Motor Vehicles with Fiduciary Collateral as the Mortgage. So far, this case has run smoothly since it is obeyed by financing companies. Nevertheless, the implementation of law enforcement on legal certainty in fiduciary certificates does not run smoothly. The weakness of the implementation of law enforcement has caused financing companies to feel unsatisfied because the Regulation of the Minister of Finance only imposes administrative sanction on the companies as creditors, while there is no sanction imposed on the clients as debtors who breach the contract (default).

It is recommended that the Government socialize the meaning and function of fiduciary registration to financing companies and to all people who use the service of financing companies so that the implementation of law enforcement in UUJF can be done in order that the sense of comfort and fairness can be carried out. The orderly registration of fiduciary collateral will increase state’s revenues through Non-Tax State’s Revenues and increase income and welfare of notaries who get the authority from financing companies to register fiduciary collateral.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang maupun badan usaha pasti memiliki kebutuhan. Kebutuhan tersebut pada saat ini sangat banyak jenisnya, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang begitu canggih. Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak terlepas dari masalah biaya atau dana yang diperlukan biasanya jumlahnya lebih besar dari dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang di perlukan.

Kebanyakan orang maupun perusahaan dalam menghadapi kekurangan dana salah satu jalan keluar yang dapat dilakukan adalah dengan berutang kepada pihak lain,1di sinilah timbul perjanjian utang piutang atau pemberian kredit. Pada dasarnya pemberian pinjaman dana atau modal kerja dapat diberikan oleh para kreditur kepada debitur asalkan dana atau modal tersebut dapat dikembalikan oleh debitur kepada kreditur. Untuk menjamin atau memastikan kelancaran pengembalian dana atau modal tadi yang diberikan secara kedit maka diperlukanlah adanya suatu jaminan. Bentuk pengamanan kredit dalam praktik perbankan dilakukan dengan pengikatan jaminan.2

Pengikatan jaminan dengan perjanjian merupakan alat bukti tertulis, bukti tulisan dalam perkara perdata merupakan bukti utama dan bukti yang disediakan pada

1

Gatot Supramono,Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis(Jakarta: Rineka Cipta,2009), hlm.1.

2

Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan (Bandung: Alumni,2006),hlm.2.


(20)

lazimnya berupa tulisan.3 Untuk melaksanakan perjanjian, lebih dahulu harus ditetapkan secara tegas dan cermat apa saja isi dari perjanjian tersebut, atau dengan kata lain apa saja hak dan kewajiban masing -masing pihak.4 Kalau seorang berjanji melaksanakan suatu hal, janji ini dalam hukum pada hakekatnya ditujukan kepada orang lain.5

Secara garis besar ada dua macam bentuk jaminan yaitu jaminan perorangan (Persoonlijkezerheids) dan jaminan kebendaan. Jaminan yang paling disukai bank

adalah jaminan kebendaan (Zakelijkezekerheids) dan jaminan kebendaan yang di

kenal dalam hukum perdata terdiri dari beberapa macam ; Pertama adalah Jaminan dalam bentuk gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai 1160 KUHPerdata.Kedua

adalah Hipotek yang diatur dalam Pasal 1162 hingga Pasal 1232 KUHPerdata.Ketiga

adalah Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang mengatur mengenai penjaminan atas hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya. Keempat adalah Jaminan Fidusia, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut dengan UUJF), yang sebelumnya fidusia sebagai pranata jaminan diakui secara yurisprudensi.6

Jaminan perorangan merupakan suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga yang menjamin di penuhinya kewajiban-kewajiban

3

M.Nur Rasaid,Hukum Acara Perdata (Jakarta:Sinar Grafika),hlm.38.

4

Subekti,Hukum Perjanjian,(Jakarta: PT.Intermasa,1994),hlm.39.

5

Wirjono Prodjodikoro,Asas-asas Hukum Perjanjian(Bandung: Mandar Maju,2000),hlm.7. 6


(21)

si berutang (debitur)7, sistem hukum jaminan perorangan yang objeknya adalah perorangan merupakan sub sistem dari hukum kontrak yang mengandung asas pribadi

(personel right).8

Sejarah penggunaan jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi, yang semula berasal dari zaman Romawi.

Dalam hukum romawi, lembaga fidusia ini dikenal dengan nama fiducia cum

creditore (artinya janji kepercayaan yang dibuat kreditur), Dimana debitur akan

mengalihkan kepemilikan atas suatu benda sebagai jaminan utangnya dengan kesepakatan bahwa debitur tetap akan menguasai secara fisik benda tersebut dan kreditur akan mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada debitur bilamana utangnya sudah dibayar lunas.9

Perkataan fidusia mempunyai arti “secara kepercayaan” ditujukan kepada kepercayaan yang diberikan secara bertimbal-balik oleh satu pihak kepada yang lain, bahwa apa yang keluar ditampakkan sebagai pemindahan milik, sebenarnya (kedalam, intern) hanya suatu jaminan saja untuk hutang.10 Fidusia bersifataccesoir

7

Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia (Bandung: Alumni,1982), hlm.25.

8

Tan Kamello,Op, Cit.,hlm 156, dikutip dari buku Mariam Darus Badrulzaman,Aneka Hukum Bisnis, hlm. 80.

9

Rachmadi Usman, Hukum jaminan Keperdataan(Jakarta: Sinar Grafika,2009)hlm.151. 10


(22)

yang berarti mengikuti, mengekori, membuntuti atau mendekati orang / barang yang terikat pada perjanjian pokok .11

Dalam pengertian fidusia cum creditore, seorang kreditur pemegang benda

jaminan tidak dapat bertindak seperti pemilik benda, dimana debitur percaya bahwa kreditur tidak akan memiliki benda jaminan untuk selamanya dan akan memenuhi janjinya untuk mengembalikan barang jaminan dan kemudian menimbulkan persoalan bila debitur tidak menepati janjinya, dan penyelesaiannya tergantung pada hakikat hubunganfiducia cum creditore yang didasarkan pada moral, disinilah awal

kelemahan lembaga fiducia cum creditore, yang membuat debitur sangat sulit

menuntut haknya lewat saluran hukum.12

Sebelum berlakunya UUJF Nomor 42 Tahun 1999, fidusia masih agak kurang terjamin, karena tidak adanya publisitas tentang “hak milik secara kepercayaan” yang diperolehnya atas barang-barang jaminan itu,13serta tidak adanya spesialitas. Asas spesialitas yang dimaksud adalah bahwa objek jaminan yang diserahkan secara fidusia harus tertentu, sedangkan asas publisitas adalah bahwa setiap penyerahan jaminan secara fidusia harus didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia yang bertujuan untuk melindungi kepentingan debitur dari pihak ketiga.14

11

John Salindeho,Sistem jaminan Kredit Dalam Era Pembangunan Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1994),hlm.4.

12

Tan Kamello,Op .Cit., hlm.46. 13

Subekti,Op.Cit.,hlm.88. 14

Puteri Natalia Sari, Pengalihan Piutang Secara Cessie dan akibatnya terhadap jaminan hak tanggungan dan jaminan fidusia, Tesis,Program Magister kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2010.


(23)

Kelemahan itu dijawab dengan dikeluarkannya undang-undang darurat di Hindia Belanda tahun 1884 yang mengatur lembaga jaminan baru yang disebut dengan lembaga Oogstverband (ikatan panen) yang artinya adalah suatu hak

kebendaan atas hasil-hasil pertanian yang belum dipetik atau sudah beserta perusahaan serta peralatan yang digunakan untuk pengolahan hasil pertanian itu, untuk jaminan agar dipenuhinya perjanjian untuk penyerahan produk-produk itu kepada pemberi uang untuk dijual dalam komisi dengan tujuan membayar uang-uang persekot, bunga-bunga, ongkos-ongkos dan uang provisi dari hasil penjualan.15

Mengenai objek Oogsverband, masih perlu dipertanyakan apakah objek

Oogsverbanditu termasuk dalam benda bergerak atau benda tidak bergerak. Menurut

Tan Kamelo, hasil panen yang sudah dipetik merupakan benda bergerak sedangkan hasil panen yang belum dipetik merupakan benda tidak bergerak.16

Kesimpang siuran peristilahan barang bergerak dan tidak bergerak diatasi sebagai berikut yaitu bahwa jika dalam buku ini disebut “benda bergerak” maka yang dimaksud hanyalah benda bergerak “biasa”, jadi bukan benda bergerak terdaftar seperti kapal yang terdaftar dan juga bukan sepanjang menyangkut BW, hak bergerak.17

Untuk barang objek jaminan hutang yang masih tergolong benda bergerak, tetapi pihak debitur enggan menyerahkan kekuasaan atas barang tersebut kepada

15

Tan Kamello,Op .Cit., hlm.49.

16

Ibid, hlm.50. 17

O.K. Brahn, Fiduciaire Overdracht, Stille Verpanding En Eigendomsvoorbehoud Naar Huidig En Komend Recht (Fidusia,Penggadaian Diam-diam dan Retensi Milik Menurut Hukum Yang Sekarang dan Yang Akan Datang, Terjemahan Libus Doludjawa (Jakarta: PT. Tatanusa),hlm.12.


(24)

kreditur, sementara pihak kreditur tidak mempunyai kepentingan bahkan kerepotan jika barang tersebut diserahkan kepadanya, oleh karena itu dibutuhkanlah adanya suatu bentuk jaminan hutang yang objeknya masih tergolong benda bergerak tetapi tanpa menyerahkan kekuasaan atas benda tersebut kepada pihak kreditur inilah yang disebut dengan jaminan fidusia.18

Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, UUPA beserta peraturan

pelaksanaannya itu hanya mengatur Hipotek/Creditverband atas tanah. Hanya hak atas tanah yang diatur oleh UUPA, undang-undang ini tidak mengatur tentang bagaimana status bangunan-bangunan yang berdiri diatas tanah hak-hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha dan juga tidak mengatur bagaimana jika ada bangunan yang berdiri di atas tanah orang orang lain, misalnya di atas tanah hak pakai, hak sewa dan lain-lain. Apakah bangunan-bangunan tersebut dapat dijadikan jaminan terpisah dari tanahnya, tentang itu tidak ada ketentuan dalam UUPA.19

Mengenai barang bergerak yang dapat menjadi objek fidusia adalah sama dengan objek gadai, yang meliputi barang bergerak adalah yang bertubuh yang dapat dilihat dengan kasat mata dan dapat dipegang serta diraba, kemudian barang bergerak yang tidak bertubuh meskipun barangnya tidak kelihatan, tetapi dapat dirasakan manfaatnya, antara lain hak cipta, hak merek dan sebagainya. Kemudian objek fidusia berupa barang tidak bergerak, ruang lingkupnya terbatas pada barang berupa bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yaitu bangunan yang tidak termasuk berdiri diatas tanah yang berstatus Hak milik , Hak Guna Usaha, serta Hak Guna Bangunan (Undang – Undang Nomor 4 tahun 1996).20

18

Munir Fuady,Jaminan Fidusia (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,2003),hlm.2. 19

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,Hukum Jaminan Di Indonsesia, Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan,( Yogyakarta: Badan Pembinaan hukum Nasional, 1980),hlm.18.

20


(25)

Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, maka masyarakat tidak lagi melihat perbedaan benda atau barang bergerak dan benda atau barang tidak bergerak, tetapi lebih melihat sejauh apa fidusia ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Hukum berubah, tumbuh dan berkembang tiada henti-hentinya selama masyarakat ada, nilai hukum telah dikentalkan oleh hakim dalam pengadilan yang kini dijadikan pegangan yurisprudensi dan disanalah lembaga fidusia berdiri.21

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan terus berkembang serta perlunya menjaga kondisi yang nyaman dan tentram khususnya dalam hal pembangunan perekonomian yang merupakan bagian terpenting dari pembangunan nasional dan di perlukan peraturan perundang – undangan secara lengkap dan komprehensif, maka dibentuklah UUJF Nomor 42 tahun 1999.

UUJF Nomor 42 Tahun 1999 selain dibuat untuk memacu aktivitas perekonomian dengan jaminan kepastian hukum terutama bagi pengusaha-pengusaha kecil untuk menghadapi perkembangan ekonomi global, sehingga dapat diharapkan lebih tahan dan tidak mudah terpengaruh menghadapi perubahan perekonomian yang sangat pesat serta semakin kompleks antara lain disebabkan keterlambatan pertumbuhan hukum terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat22

Sistem hukum yang baik selalu mengarah kepada adanya kepastian hukum dengan demikian para pelaku usaha baik itu pengusaha maupun konsumen serta pemilik modal atau yang sering di kenal dengan istilah investor akan semakin giat

21

John Salindeho,Op.Cithlm.12. 22


(26)

untuk melakukan aktivitasnya sehingga pembangunan dan pertumbuhan kesejahteraan akan semakin cepat terwujud.

Jaminan bagi kreditur terhadap debitur dalam fidusia, cukup terjamin, karena adanya ancaman pidana bagi debitur jika debitur berani menjual barang kepada orang lain.23Oleh karena itu kompleksitas masalah jaminan fidusia sebagai bagian jaminan kebendaan dapat dituntaskan persoalannya dengan melihat jaminan kebendaan lainnya dalam suatu sitem hukum jaminan nasional.24

Sejalan dengan prinsip memberikan kepastian hukum, maka undang-undang fidusia mengambil prinsip pendaftaran jaminan fidusia yang tujuannya memberikan kepastian hukum terhadap pemberi dan penerima fidusia serta pihak ketiga, Hal ini didasarkan pada beberapa asas yang terkandung pada fidusia yaitu :

1. asas kepastian hukum 2. asas pendaftaran

3. asas perlindungan yang seimbang 4. asas menampung kebutuhan praktek 5. asas tertulis otentik

6. asas pemberian kedudukan yang kuat kepada kreditur25

Kepastian hukum dalam undang-undang meliputi dua hal yakni, pertama, kepastian perumusan norma dan prinsip hukum yang tidak bertentangan satu dengan

23

Subekti,Op.Cit., hlm.88. 24

Tan Kamello,Op. Cit., hlm.157. 25

J.Satrio,Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2002),hlm.180.


(27)

yang lainnya baik dari pasal undang-undang itu sendiri secara keseluruhan maupun kaitannya dengan pasal-pasal lainnya yang berada diluar undang-undang tersebut.

Kedua, kepastian dalam melaksanakan norma-norma dan prinsip hukum undang-undang tersebut.26

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pada pasal 3 angka (1) disebutkan bahwa asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal27.

Hukum tertulis mempunyai superioritas diatas kebiasaan, hukum tertulis dan kebiasaan sejajar letaknya pada garis yang sama sebagai sumber hukum.28 Kepastian hukum diartikan sebagai suatu keadaan dimana para pencari keadilan (justiabelen)

dapat mengetahui terlebih dulu ketentuan-ketentuan hukum yang mana yang akan berlaku dan bahwa hakim tidak akan menerapkan hukum secara sewenang-wenang.29

Dalam UUJF Nomor 42 Tahun 1999, pada Pasal 15 dalam penerbitan sertifikat fidusia disebutkan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, artinya dimaksudkan bahwa sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan tetap.30

26

Tan Kamello,Op. Cit,hlm.118.

27

Lihat dalam Penjelasan Pasal 3 angka (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

28

Mahadi, Perkembangan Hukum Antar Golongan di Indonesia, Buku Keempat (Medan:Fakultas Hukum USU,1971), hlm.16.

29

Oey Hoey Tiong,Fidusia Sebagai Jaminan unsur-unsur Perikatan.,(Jakarta:Ghalia Indonesia,1985) hlm.72.

30

Pasal 15 angka 1 dan angka 2 Undang –Undang Republik Indonesia Nomor.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.


(28)

Dengan adanya irah-irah keputusan diatas maka semakin jelas dan kuatlah kedudukan sertifikat perjanjian fidusia pada kegiatan yang dilakukan pada lembaga pembiayaan atau perbankan.

Sifat jaminan fidusia pada ketentuan Pasal 1 angka 2 UUJF disebutkan bahwa jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penugasan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada fidusia terhadap kreditor lainnya atau yang disebut denganDroit de Preference.31

Dengan demikian perbuatan hukum pembebanan jaminan fidusia diikuti dengan pendaftaran merupakan keharusan, karena lahirnya hak kebendaan atas jaminan fidusia dimaksud dalam undang-undang ini yaitu pada saat pembebanan atas jaminan didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia, maka dapatlah diartikan seolah-olah undang-undang ini mengatakan “Tiada Pembebanan Tanpa Pendaftaran”.32

Karena itu, kewajiban pendaftaran jaminan fidusia ke instansi yang berwenang merupakan salah satu perwujudan dari asas publisitas yang bertujuan agar pihak debitur terutama yang nakal, tidak dapat lagi merugikan kreditur - kreditur atau

31

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani,Op.Cit.,hlm.130. 32


(29)

calon kreditur dengan memfidusiakan sekali lagi atau bahkan menjual objek jaminan tanpa sepengetahuan kreditur asal.33

Kepatuhan terhadap kewajiban pendaftaran jaminan fidusia ke instansi yang berwenang seperti yang terdapat pada UUJF Nomor 42 Tahun 1999 masih belum sepenuhnya dilakukan oleh para pelaku usaha atau kreditur, menurut pendapat kepala biro dan pembiayaan dan penjaminan Bapepam-LK Ihsanuddin mengatakan

“Jaminan Fidusia baru muncul ketika perusahaan penerimanya mendaftarkan

jaminan nasabahnya tersebut ke kantor pendaftaran fidusia, apabila tidak dilakukan

maka transaksi tersebut bukan dianggap fidusia, selain itu Undang - undang tersebut

tidak mengakomodasi sanksi bagi perusahaan penerima jaminan yang tidak

mendaftarkan fidusia”.34

Untuk melengkapi ketentuan yang ada pada UUJF Nomor 42 Tahun 1999, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan biaya pembuatan Akta Jaminan Fidusia, maka pendaftaran adalah merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari jaminan fidusia itu sendiri.

Pasal 11 angka 1 UUJF menyebutkan “benda yang dibebani dengan fidusia wajib didaftarkan”, tanpa menyebutkan batas waktu terhadap pendaftaran itu sendiri, disinilah awal dari timbulnya masalah ketidakpatuhan terhadap pendaftaran fidusia, karena UUJF maupun Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tidak dengan

33

Munir Fuady,Op.Cit.,hlm.30. 34

Tahir Saleh “Kementrian keuangan pertegas fidusia”, Harian Bisnis Indonesia, kamis, 20 Januari 2011, hlm .5.


(30)

tegas menyebutkan batas waktu terhadap pendaftaran jaminan fidusia ke kantor pendaftaran fidusia, artinya kreditur maupun debitur kapan saja dapat mendaftarkan jaminan fidusia.

Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 11 angka 1 UUJF maupun Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 memungkinkan bagi kreditur maupun debitur untuk melakukan pendaftaran jaminan fidusia pada saat terjadinya kemacetan pembayaran oleh debitur, pendaftaran fidusia dilakukan jika permasalahan kedua belah pihak berlanjut sampai penyelesaian lewat jalur hukum.

Pemberlakuan sanksi yang kurang tegas terhadap pelaksanaan UUJF Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia, membuat pelaksanaan pendaftaran terhadap fidusia ini menjadi tidak tertib dan menimbulkan banyak pendapat. Bahwa pendaftaran akta jaminan fidusia hukumnya adalah wajib, namun tidak terdapat batas waktu kapan fidusia itu harus didaftarkan dan tidak terdapat sanksi jika tidak mendaftarkan akta jaminan tersebut kekantor pendaftaran jaminan fidusia di departemen Hukum dan HAM.35Beginilah kenyataannya yang nyata terjadi dalam keseharian.

Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan biaya pembuatan Akta Jaminan Fidusia, pada prakteknya sama dengan UUJF Nomor 42 Tahun 1999, artinya tidak membuat para kreditur dan debitur mematuhi peraturan terhadap pendaftaran jaminan fidusia di kantor pendaftaran fidusia, hal ini disebabkan peraturan pemerintah yang dikeluarkan ini

35

Robintan Sulaiman & partner,Legal Opinion,. dalam hal dugaan tindak Pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dan 13 UU No.42 tentang jaminan Fidusia dan pasal 1 PP No.86 tahun 2000 tentang Tata cara pendaftaran Fidusia dan Biaya Pendaftaran Fidusia.


(31)

sifatnya hanya normatif, dan tidak berisi sanksi atau ancaman hukuman bagi kreditur maupun debitur. Sudah saatnya pemerintah membuat peraturan yang mengatur tentang pendaftaran jaminan fidusia yang berisi pelaksanaan sanksi hukum yang tegas bagi yang tidak mematuhinya, hal ini mengingat perkembangan perekomian yang cukup pesat di negara Indonesia saat ini, sehingga para pelaku usaha seperti perusahaan pembiayaan selaku kreditur sangat membutuhkan penegasan pelaksanaan kepastian hukum terutama terhadap pemilikan barang bergerak yang di peroleh lewat perjanjian kredit yang dilakukan oleh lembaga keuangan bank maupun non bank secara fidusia.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia oleh perusahaan pembiayaan di departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pendaftaran dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia serta menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kenderaan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia. Berdasarkan uraian di atas maka tesis ini ditulis dengan judul Analisis Yuridis

Penerbitan Sertifikat Fidusia Pada Perjanjian Pembiayaan Kenderaan

Bermotor Yang Mengalami Kemacetan Pembayaran. (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan di kota Medan).


(32)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi dasar di dalam pembahasan tesis ini, adalah sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi akibat hukumnya apabila Jaminan Fidusia didaftarkan pada saat terjadinya kemacetan pembayaran ?.

2. Mengapa Perusahaan Pembiayaan selaku Kreditur tidak menaati peraturan Pendaftaran Jaminan Fidusia yang terdapat pada Undang - Undang nomor 42 tahun 1999, selain alasan yang sering didengar yaitu membuang waktu, prosedur yang panjang dan biaya yang mahal ?.

3. Bagaimanakah Pelaksanaan Pendaftaran Jaminan Fidusia Oleh Perusahaan Pembiayaan selaku kreditur sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 130/PMK/010.2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi

perusahaan pembiayaan konsumen untuk kenderaan bermotor dengan

Pembebanan Jaminan Fidusia ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian tesis ini berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas adalah :


(33)

1. Untuk mengetahui yang menjadi akibat hukumnya apabila Jaminan Fidusia didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia pada saat terjadinya kemacetan pembayaran.

2. Untuk mengetahui yang menjadi latar belakang Perusahaan pembiayaan selaku kreditur tidak menaati peraturan pendaftaran jaminan fidusia yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 selain alasan yang sering didengar yaitu membuang waktu, prosedur yang panjang dan biaya yang mahal.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pendaftaran Jaminan Fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia oleh Perusahaan Pembiayaan selaku kreditur sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK/010.2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini selain memiliki manfaat teoretis juga memiliki manfaat praktis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian ini :

1. Secara teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum khususnya hukum fidusia dan juga memberikan masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan dan penerapan pendaftaran jaminan


(34)

fidusia, khususnya Penerbitan Sertifikat Fidusia Pada Perjanjian Pembiayaan Kenderaan Bermotor Yang Mengalami Kemacetan Pembayaran.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada penegak hukum dan pembuat peraturan perundang-undangan untuk menyempurnakan kembali terhadap aturan pelaksanaan penerbitan sertifikat fidusia pada departemen hukum dan hak azasi manusia, baik yang dilakukan tepat waktu maupun lewat waktu.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang didapat dari penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara ternyata penelitian tentang Analisis Yuridis

Penerbitan Sertifikat Fidusia Pada Perjanjian Pembiayaan Kenderaan

Bermotor Yang Mengalami Kemacetan Pembayaran. (Studi pada Perusahaan Pembiayaan di kota Medan) tidak ada ditemukan judul yang sama maka penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Adapun penelitian sebelumnya yang meneliti tentang penerbitan sertifikat fidusia adalah sebagai berikut:

1. Analisis Juridis Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Fidusia Terhadap Terhadap Objek Jaminan dalam Kepailitan oleh saudara Anggiat Ferdinan, mahasiswa Pascasarjana bidang ilmu hukum dengan Nomor Induk Mahasiswa 077005002, Meneliti tentang kekuatan hukum sertifikat fidusia terhadap objek jaminan fidusia apabila terjadi kepailitan pada diri debitur, untuk mengetahui proses


(35)

pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia dalam kepailitan, serta mengetahui solusi terhadap kendala-kendala yang dapat proses eksekusi terhadap objek jaminan fidusia dalam kepailitan.

2. Perlindungan Hukum terhadap konsumen apabila terjadi kredit macet dalam perjanjian pembiayaan sepeda motor Honda pada perusahaan finance adira, oleh saudara Agung Pramana, mahasiswa kenotariatan dengan Nomor Induk Mahasiswa 097011142, meneliti perlindungan terhadap debitur atau nasabah apabila terjadi kemacetan pembayaran dan penyelesaian permasalahannya. 3. Analisis Yuridis Fungsi dan Peranan Kantor Pendaftaran Fidusia Ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia (Suatu Penelitian di kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara) oleh saudari Juraini Sulaiman, mahasiswi Pascasarjana bidang ilmu hukum dengan Nomor Induk Mahasiswa 047005035/HK, meneliti fungsi dan peranan kantor pendaftaran fidusia ditinjau dari Undang-Undang No.42 Tahun 1999 dan mencari tau tentang prosedur yang ditempuh pihak kantor pendaftaran fidusia dalam memberikan kepastian hukum kepada para pihak.

Apabila dilihat dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya terlihat perbedaan sudut pandang obyek penelitian sebelumnya dengan penelitian ini maka pokok pembahasannya akan berbeda pula, baik dari segi materi, objek penelitian maupun lokasi penelitian dengan demikian penelitian dengan judul Analisis Yuridis Penerbitan Sertifikat Fidusia Pada Perjanjian Pembiayaan


(36)

Kenderaan Bermotor Yang Mengalami Kemacetan Pembayaran. (Studi pada

Perusahaan Pembiayaan di kota Medan) adalah asli dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau secara akademik.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian36

Untuk menyusun kerangka teori, maka seorang peneliti dapat menerapkan methode induktif, yang beritik tolak pada hal-hal yang khusus, untuk kemudian menarik kesimpulan umum atas dasar aspek-aspek yang sama pada hal-hal khusus tersebut atau deduktif (atau bahkan keduanya).37

Sebagai titik awal, perlu diingat bahwa teori-teori hukum secara khas dibangun diatas teori-teori tentang otoritas yang bersifat implisit yang melihat

kontroversiseputar ilmu hukumkontemporer yang berakar pada krisis otoritas yang

telah mengguncang institusi-institusi publik.38 Ciri umum dari hukum yang paling menonjol di sepanjang masa dan tempat adalah bahwa eksistensinya berarti bahwa jenis-jenis tertentu perilaku manusia tidak lagi bersifat pilihan(opsional), melainkan

dalam pengertian tertentu dan bersifat wajib.39

36

M.Solly Lubis,Filsafat ilmu dan Penelitian(Bandung: Mandar Madju,1994),hlm.23.

37

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum(Jakarta: UI press,1986),hlm.121. 38

Philippe Nonet Philip Selznick,Hukum Responsif (Bandung, Nusa Media. 2005),hlm.4.


(37)

Kegunaan dari teori atau kerangka teori dan aplikasinya pada masalah yang hendak di teliti mempunyai kegunaan dan menyangkut hal – hal sebagai berikut ;

1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

2. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-definisi.

3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti.

4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.

5. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.40

Menurut Soerjono Soekanto teori adalah rangkaian pernyataan logis dan konsisten mengenai gejala-gejala tertentu yang mencakup semua interrelasi dalam

semua unsur gejala yang menjadi ruang lingkupnya serta kebenarannya dapat diuji.41 Mengenai penerbitan sertifikat fidusia dalam penulisan tesis ini juga menggunakan kerangka teori sebagai pisau analisis yakni asas publisitas dan kepastian hukum. Menurut J.Satrio, asas publisitas dilakukan agar khalayak ramai

40

Soerjono Soekanto,Op, cit.,hlm.126. 41

Bismar Nasution & Mahmul Siregar,Teori Hukum, bahan Kuliah Kelas Pararel A dan B, Sekolah Pasca sarjanaUniversitas Sumatera Utara, hlm.2.


(38)

yang mempunyai kepentingan, bisa mengetahui data - data tersebut, terutama beban-beban yang menindih benda tertentu dan karenanya daftar yang dilakukan terbuka untuk umum.42

Hukum itu mengatur masyarakat semata-mata untuk mengatur atau untuk suatu tujuan yang lebih besar yaitu memberi kebahagiaan kepada rakyat dan bangsanya.43Hukum sebagai kategori moral serupa dengan keadilan, pernyataan yang ditujukan untuk pengelompokan sosial tersebut sepenuhnya benar, yang sepenuhnya mencapai tujuannya dengan memuaskan semua.44Keteraturan dan keseluruhan dalam pelaksanaan hukum dapat disebut “keadilan sebagai keteraturan” (justice as

regularity).45

Setiap kali seorang teoritisi bermaksud memasukkan sebuah proposisi baru ke dalam sistemnya, dia harus menentukan bagaimana kecocokan proposisi tersebut dengan pengetahuannya mengenai peristiwa-peristiwa, sekaligus hubungan logis konsisten ataukah kontradiksi, koherensi ataukah inkoherensi, yang dimiliki proposisi tersebut dengan pernyataan - pernyataan lain dari sistem teorinya.46

Radburch menyatakan tentang kepastian hukum guna mewujudkan Legal

ordersebagai berikut :

42

J.Satrio,Loc.Cit,hlm.141.

43

Satjipto Raharjo,Membedah Hukum Progresif,(Jakarta: Kompas 2008),hlm.10. 44

Stanley L.Pouson,Pengantar Teori Hukum Hans Kelsen(Bandung: Nusa Media,2010),hlm.48. 45

John Rawls,Teori Keadilan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar),hlm.298. 46

Roberto M.Unger,Teori Hukum Kritis, posisi hukum dalam masyarakat modern,Terjemahan Siwi Purwandari (Bandung: Nusa Media,2008), hlm.26.


(39)

“The existence of legal order is more important than it’s justice and expediency, which constitute the second great task of the law, while the first, equally approved by all, is legal certainly, that is order or peace”.47

(eksistensi suatu legal order adalah lebih penting dari pada keadilan dan kelayakan itu sendiri, yang menetapkan tugas besar kedua dari hukum, sementara yang pertama sama-sama diakui oleh seluruhnya adalah kepastian hukum,yakni ketertiban dan ketentraman).

Selanjutnya Radburch menyatakan bahwa :

“Legal certainty not only requires the validity of legal rules laid down by power, it also makes demand on their contents, it demands that the law be capable of being administered with certainy, that it be practicable”.

(kepastian hukum tidak hanya mensyaratkan keabsahan peraturan hukum yang dibuat melalui kekuasaan, melainkan juga menuntut pada seluruh isinya, dapat diadministrasikan dengan pasti sehingga dapat dilaksanakan).

Didaftarkannya objek jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia, maka kreditur atau penerima fidusia memperoleh hak preferensi.48 Pendaftaran objek fidusia melindungi hak-hak dari pemberi fidusia dan penerima fidusia dan memberi rasa keadilan bagi keduanya, dengan demikian tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa jaminan fidusia hanya merupakan perjanjian obligatoir yang melahirkan hak yang bersifatpersoonlijk(perorangan) bagi kreditur.49

Pada prinsipnya , sistem hukum jaminan terdiri dari jaminan kebendaan

(Zakelijkezekerheids) dan jaminan perorangan (Persoonlijkezerheids). Dengan

karakter kebendaan yang dimiliki jaminan fidusia, penerima fidusia merupakan

47

Eko Yudhistira,Pendaftaran Jaminan Fidusia: Hambatannya dilihat dari Aspek Sistem Hukum , Tesis,Program Magister kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,2010.

48

Andreas Albertus Andi Prajitno,Op Cit.,hlm.32. 49


(40)

kreditur yangpreferendan memiliki identitas sebagai lembaga jaminan yang kuat dan

akan digemari oleh para pemakainya.50

Hak prefrensi ada dalam Jaminan Fidusia, apabila debitur jatuh pailit, pihak

penerima fidusialah terlebih dahulu menerima pelunasan utangnya yang diambil dari penjualan barang objek fidusia.51Dengan demikian jika debitur pailit, maka setelah itu jika ada sisa baru diberikan kepada kreditur lainnya.52

2. Konsepsi.

Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan di teliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut.

“di dalam penelitian hukum normatif maupun sosisologis atau empiris, dimungkinkan untuk menyusun kerangka konsepsionil yang dipiris, dimungkinkan untuk menyusun kerangka konsepsionil yang didasarkan atau diambil dari peraturan perundang – undangan tertentu”.53

Untuk memperoleh penjelasan yang relevan dan menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran dari sesuatu istilah yang dipakai dalam penulisan tesis ini dirumuskan kerangka konsepsi sebagai berikut :

50

Tan Kamello,Loc. Cit.,hlm.22. 51

Andreas Albertus Andi Prajitno,Op Cit.,hlm.34. 52

Munir Fuady,Op Cit.,hlm.42. 53


(41)

1. Analisis Yuridis adalah bahan hukum yang dipelajari isinya, atau bagian pasal dari undang-undang jaminan fidusia yang di tafsirkan sebagai pernyataan dari prinsip fidusia.

2. Sertifikat Fidusia merupakan salinan dari buku daftar fidusia catatan tentang hal-hal yang sama dengan data dan keterangan yang ada saat pernyataan pendaftaran.54 Sertifikat fidusia sebagai bukti bahwa penerima fidusia memiliki hak fidusia yang memiliki kekuatan pembuktian yang kuat sebagai suatu akta otentik.55

3. Perjanjian Pembiayaan yang dimaksud disini adalah Pembiayaan konsumen yaitu Kredit yang diberikan kepada konsumen- konsumen guna pembelian barang-barang konsumsi dan jasa-jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif atau dagang. Kredit yang demikian itu dapat mengandung resiko yang besar daripada kredit dagang biasa; maka dari itu, biasanya kredit itu diberikan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.56

4. Perjanjian Pembiayaan yang mengalami kemacetan pembayaran adalah salah satu bentuk wan prestasi karena debitur telah ingkar janji berupa perbuatan tidak mengembalikan utangnya pada bank atau lembaga keuangan non bank, baik sebagian atau seluruhnya sedangkan jatuh tempo utangnya sudah terlewati.57

54

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani,Op.Cit.,hlm.148. 55

Munir Fuady,Op.Cit.,,hlm. 33-34. 56

Munir fuady,Hukum Tentang Pembiayaan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006 ), hlm.16. 57


(42)

G.Metode Penelitian 1.Pendekatan penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.58

Dilihat dari pendekatannya, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan undang-undang (statatute approach), dimana dilakukan dengan menelaah semua

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani dan pendekatan kasus (case approach) yang dilakukan dengan cara

menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.59

Metode yang dipakai untuk penelitian ini berdasarkan undang-undang

(deduktif) yang berlaku dan berdasarkan kebiasaan masyarakat (Induktif), kemudian

dianalisa (content analysis), sehingga penelitian ini dapat memperoleh gambaran

yang seteliti mungkin tentang data faktual yang berhubungan dengan obyek yang diteliti tersebut.

Penelitian ini bersifatKualitatif Yuridis,kualitatif diartikan sebagai kegiatan

menganalisa data secara komprehensip, yaitu data sekunder dari berbagai kepustakaan dan literatur baik berupa buku, peraturan perundangan, disertasi, tesis

58

Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010),hlm.35. 59


(43)

dan hasil penelitian lainnya maupun informasi dari media massa dari segi peraturan-peraturan yang berlaku mengenai hukum jaminan, jaminan fidusia dan pendaftaran jaminan fidusia, serta dianalisa sehingga dapat diterapkan dalam praktik keseharian terhadap pendaftaran fidusia.

Bersifat Yuridis maksudnya penelitian yang bertujuan untuk melukiskan

keadaan obyek atau peristiwanya,60 berdasarkan undang-undang dan peraturan yang ada, dalam hal ini undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, yang didaftarkan setelah terjadinya kemacetan pembayaran, kemudian dianalisis.

2. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian tesis ini dilakukan pada 2 (dua) Perusahaan Pembiayaan di Kota Medan dan sekitarnya yaitu PT.Adira Dinamika Multi Finance Tbk dan PT.Central Santosa Finance Tbk yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kenderaan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia.

3.Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu : 60


(44)

1. Data Primer.

Data primer diperoleh dari penelitian dilapangan, yaitu dari para pihak yang telah ditentukan sebagai informan yang bekerja sebagai karyawan perusahaan pembiayaan seperti para Kepala Bagian (Section Head) dan Manager yang

berada di wilayah Medan dan sekitarnya dan menangani kredit yang mengalami macet pembayaran serta melakukan kegiatan pendaftaran fidusia pada perusahaan pembiayaan konsumen.

2. Data Sekunder.

Bahan data sekunder diperoleh dari bahan pustaka yang merupakan data dasar yang digolongkan sebagai data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tertier.

4.Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan bahan yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan secara umum, maka dalam penelitian biasanya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat (data primer atau data dasar) dan dari bahan pustaka (data sekunder).61 Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data.

Sepanjang hendak diteliti adalah prilaku (hukum) dari warga masyarakat, maka warga masyarakat harus diteliti secara langsung, sehingga dipergunakan adalah

61


(45)

data primer atau data dasar. Di dalam penelitian hukum, dipergunakan pula data sekunder, yang dari sudut kekuatan mengikatnya digolongkan kedalam :62

1. Bahan hukum primer

merupakan bahan hukum yang bersifar autoritatif artinya yang mempunyai

otoritas, yaitu ; Perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.63 Peraturan perundang-undangan adalah peraturan yang tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.64 Dalam penelitian ini sumber data primer berasal dari perundang-undangan, khususnya UUJF Nomor 42 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia.

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis dan disertasi hukum,65yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer.66

3. Bahan hukum tersier

62

Ibid,hlm.52. 63

Peter Mahmud Marzuki,Op.Cit.,hlm.141.

64

Ibid, hlm.144. 65

Ibid, hlm.155.

66


(46)

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.67

5.Analisis Data

Keseluruhan data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dianalisis secara kualitatif. Analisis dilakukan terhadap terhadap pasal-pasal yang isinya yang isinya merupakan kaedah hukum, kemudian dianalisis, setelah itu maka konstruksi dilaksanakan dengan cara memasukkan pasal-pasal tertentu kedalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dari dasar sistem tersebut.

Kualitatif diartikan sebagai kegiatan menganalisis data secara komprehenship, yaitu data sekunder dari berbagai kepustakaan baik yang berupa buku,peraturan perundangan,tesis dan hasil penelitian lainnya maupun informasi dari media massa. Analisis data secara kualitatif dan kuantitatif pada hakekatnya merupakan cara saling melengkapi.68

Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survey

kuantitatif dan menggunakan metode yang sangat berbeda dari mengumpulkan informasi informasi, terutama individu dalam menggunakan metode wawancara secara mendalam.

67Ibid,

hlm.52.

68


(47)

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan mengungkapkan suatu problem,keadaan, peristiwa sebagaimana adanya atau mengungkapkan fakta secara mendalam, mulai dari proses pendaftaran, manfaat yang didapat setelah pendaftaran, serta kenyataan yang dihadapi perusahaan dilapangan bila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian fidusia


(48)

BAB II

AKIBAT HUKUM TERHADAP JAMINAN FIDUSIA YANG DIDAFTARKAN PADA SAAT TERJADINYA KEMACETAN

PEMBAYARAN A.Ruang Lingkup Jaminan Fidusia

1.Pengertian Jaminan Fidusia.

Pengertian Fidusia menurut Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang jaminan fidusia, pada Pasal 1 angka 1 menyatakan :

“Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.”69

Kemudian pada Pasal 1 angka 2 menyatakan :

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.70

Dari defenisi yang disebutkan di atas memperjelas perbedaan antara Fidusia dan jaminan Fidusia, dimana fidusia merupakan suatu proses pengalihan hak kepemilikan dan Jaminan fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia, hal ini menunjukkan bahwa pranata jaminan fidusia yang diatur dalam

69

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999


(49)

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 merupakan pranata jaminan fidusia yang diatur dalam fidusiacum creditore.71

Penjelasan mengenai fidusia menurut M.Tahir Saleh yang ditulis pada Harian Bisnis Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Mekasnisme fidusia mirip dengan gadai. Salah satu perbedaannya adalah jaminan fisik dan non-fisik yang diserahkan ketika terjadi pengalihan hak atas kepemilikan barang.

2. Kalau fidusia, debitur (pengutang) tidak menyerahkan benda jaminan secara fisik (misalnya surat mobil) ke kreditur. Jaminan tersebut tetap berada dibawah kekuasaan debitur, namun debitur tidak diperkenankan mengalihkan benda jaminan tersebut kepada pihak lain.

3. Sedangkan gadai diberikan hanya atas benda bergerak dan adanya penyerahan benda gadai fisik kepada kreditur.

4. Pemberi fidusia adalah perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi obyek jaminan fidusia,sedangkan penerima fidusia adalah perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang dengan mekanisme pembayaran dijamin dengan fidusia.72

Hak jaminan dalam fidusia merupakan hak kebendaan, dimana kreditur memperjanjikan suatu jaminan khusus atas suatu atau sekelompok benda tertentu yang didahulukan dalam mengambil pelunasan atas hasil eksekusi tersebut, atau disebut juga sebagai hak preferen dan dalam undang-undang fidusia digunakan

istilah“hak yang diutamakan”(Pasal 1 angka 2 UUJF) dan“hak yang didahulukan”

(Pasal 27 UUJF).73

Sifat dari hak jaminan dapat dibedakan yakni jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan. Hak kebendaan memberikan kekuasaan langsung terhadap bendanya

71

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani,Loc.Cit.,hlm.130. 72

Tahir Saleh “Kementrian keuangan pertegas fidusia”, Harian Bisnis Indonesia, kamis, 20 Januari 2011,Op.Cithlm .5.

73


(50)

dan bertujuan memberikan hak verhaal (hak untuk meminta pemenuhan piutangnya

kepada di kreditur) terhadap hasil penjualan benda-benda tertentu untuk pemenuhan piutangnya, hak kebendaaan ini mempunyai ciri khas dapat dipertahankan (dimintakan pemenuhan) terhadap siapun juga, yaitu terhadap mereka yang memperoleh hak, baik berdasarkan atas hak yang umum maupun yang khusus, juga terhadap pihak kreditur dan pihak lawannya dan selalu mengikuti bendanya dan haknya tetapi juga kewenangan untuk menjual bendanya dan eksekusi(droit de suite;

zaaksgevolg) sedangkan hak perorangan menimbulkan hubungan langsung antara

perorangan yang satu dengan yang lainnya yang bertujuan memberikan hakverhaal

kepada kreditur terhadap benda keseluruhan dari debitur untuk memperoleh pemenuhan dari piutangnya. 74

Sifat dari perjanjian fidusia adalahassessoir(perjanjian buntutan), maksudnya

perjanjian fidusia ini tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi mengikuti/ membuntuti perjanjian lainnya yang merupakan perjanjian pokok yaitu perjanjian hutang piutang. Oleh karena itu konsekuensi dari perjanjian assesoir ini adalah bahwa jika perjanjian pokok tidak sah, maka secara hukum perjanjian fidusia sebagai perjanjian assesoir juga ikut menjadi batal.75

2. Obyek Jaminan Fidusia.

Dalam Pasal 2 UUJF Nomor 42 Tahun 1999 menyatakan bahwa Undang-Undang Jaminan Fidusia berlaku terhadap setiap perjanjian yang bertujuan untuk

74

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,Loc. Cit.,hlm.38. 75


(51)

membebani benda dengan jaminan fidusia, yang dipertegas kembali oleh rumusan yang dibuat dalam Pasal 3 UUJF dengan tegas menyatakan bahwa jaminan fidusia ini tidak berlaku terhadap :

a. Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang

peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftar. Namun demikian bangunan diatas milik orang lain yang tidak dapat dibebani hak tanggungan berdasarkan undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, dapat dijadikan Objek jaminan Fidusia.

b. Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 (duapuluh)

Meter atau lebih.

c. Hipotek atas pesawat terbang dan

d. Gadai.

Dengan itu berarti, bahwa atas suatu hubungan hukum,yang mempunyai ciri-ciri fidusia sebagai yang disebutkan dalam UUJF. Salah satu ciri-ciri pokok yang harus ada adalah adanya maksud untuk membebani benda dengan jaminan fidusia. Patokan tersebut diatas adalah penting untuk kita simak, karena dengan itu berarti bahwa Undang-Undang Fidusia tidak harus berlaku untuk segala macam hubungan fidusia, yang meliputi bidang yang luas,karena hubungan fidusia itu tetap ada, setiap kali ada


(52)

seseorang yang secara teknis yuridis adalah pemilik, tetapi secara sosial ekonomis hak tersebut dianggap milik orang lain.76

Apabila ketentuan dalam Pasal 3 UUJF ditafsirkan secara argumentum a

contrario, maka benda yang menjadi objek Jaminan fidusia dapat dirumuskan dalam

pengertian yang luas, meliputi;

1. Benda bergerak yang berwujud;

2. Benda bergerak tidak berwujud, termasuk piutang;

3. Benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah; 4. Benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan Hipotek sebagaimana

diatur dalam Kitab Undang Hukum Perdata dan kitab Undang-Undang hukum dagang.77

Dari perkataan “membebani” dalam Pasal 2 UUJF, dapat disimpulkan, bahwa untuk menutup perjanjian fidusia harus ada tindakan aktif “membebani” atau paling tidak secara tegas disebutkan, bahwa maksud perjanjian itu adalah seperti itu. Dengan demikian Undang-Undang fidusia hanya berlaku untuk perjanjian, dimana seorang pemilik (pemberi fidusia) menyerahkan hak miliknya atas benda atau sekelompok

76

J.Satrio,Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia,Loc.Cit,hlm.189.dikutip dari V,Oven Zakenrecht,Alg.Deel,hlm.324.

77


(53)

benda-benda tertentu kepada fiduciarus (penerima fidusia) dengan maksud untuk

dijadikan jaminan atas hutang-hutangnya.78

Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia didasarkan pada kesepakatan antara pemberi fidusia dan penerima fidusia, artinya harus terdapat kesepakatan diantara kedua belah pihak untuk terjadinya pemfidusiaan. Dengan demikian pemberian jaminan fidusia tidak dapat dibatalkan sepihak oleh salah satu pemberi fidusia atau penerima fidusia. Namun demikian pemberi fidusia atau penerima fidusia tidak dapat dengan sekehendak hati memperjanjikan pemberian jaminan fidusia tersebut, artinya perjanjian yang bertujuan membebani suatu benda dengan jaminan fidusia harus mengikuti ketentuan dalam pasal-pasal yang terdapat pada undang-undang Fidusia.79

Menurut sejarahnya benda bergerak yang berwujud dan tidak berwujud dapat difidusiakan, benda bergerak yang berwujud antara lain ; barang-barang perniagaan, inventaris, ternak dll, sedangkan benda bergerak tidak berwujud yaitu piutang atas nama (vordering op naam). Objek jaminan fidusia sebaiknya digunakan terbatas

hanya untuk barang-barang perniagaan saja, khususnya untuk barang-barang bergerak, tanah diterima sebagai objek jaminan fidusia, jika syarat-syarat administratip tidak dapat dipenuhi.80

78

Ibid, hlm.190. 79

Rachmadi Usman,Op.Cit.hlm.176. 80

Mariam Darus Badrulzaman,Bab-Bab Tentang Credietverband,Gadai dan Fiducia(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991),hlm.102-103.


(54)

Benda bergerak adalah benda yang dimaksud dalam KUH Perdata dan setelah berlakunya UUPA memungkinkan status rumah/bangunan yang dipisahkan secara secara horizontal, yaitu memiliki bangunan diatas tanah orang lain yang mempunyai ciri sebagai berikut ;

1) Bangunan dibangun oleh pemilik dengan bahan-bahannya milik sendiri diatas tanah orang lain.

2) Hak membangun didasarkan atas persetujuan dengan pemilik tanah. 3) Bangunan dianggap dan diperlakukan sebagai “benda bergerak”.

4) Tanah dan bangunan merupakan dua benda yang terpisah(zelfstandige zaak)dan

dapat dialihkan.

5) Hubungan pemilik tanah pemilik bangunan diatur didalam perjanjian sewa. 6) Jika hak sewa berakhir, pemilik bangunan tidak memperoleh ganti rugi. Pemilik

tanah tidak wajib mengambil alih bangunan dan karena itu pemilik bangunan wajib membongkar bangunan itu.

7) Pemutusan sewa harus seizin pejabat yang berwenang.81

Apabila objek fidusia yang berupa barang tidak bergerak sebagaimana diatur dalam UUJF Nomor 42 Tahun 1999 dihubungkan dengan objek fidusia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tampak tidak sejalan. Dalam Pasal 12 angka 1 huruf b Undang-Undang Rumah susun mengatur bahwa rumah

susun berikut tanah tempat bangunan itu berdiri serta benda lainnya yang

merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dapat dijaminkan utang dengan

81


(55)

dibebani fidusia, jika tanahnya tanah hak pakai atas Negara. Sedangkan dalam

UUJF Nomor 42 Tahun 1999 dengan tegas menyebutkan, hanya khusus pada bangunannya saja yang dapat dibebankan fidusia yang tanahnya bukan berstatus hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan.82

Dengan memperhatikan pengaturan objek fidusia pada kedua undang-undang tersebut, terlihat telah terjadi pengaturan yang tumpang tindih, yang dapat berakibat membingungkan masyarakat karena terjadi ketidakpastian hukum, seharusnya dengan dibentuknya UUJF Nomor 42 Tahun 1999 maka ketentuan fidusia yang diatur dalam Undang-Undang Rumah susun dinyatakan tidak berlaku lagi.83

3.Pembebanan Jaminan Fidusia.

Pembebanan jaminan fidusia dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang terdapat pada Pasal 5 angka (1) UUJF Nomor 42 Tahun 1999 yaitu ;

Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam

bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia.

Dari bunyi ketentuan dalam Pasal 5 angka (1) UUJF dapat diketahui bahwa sesungguhnya tidak mensyaratkan adanya “keharusan” atau “kewajiban” pembebanan benda dengan jaminan Fidusia dituangkan dalam bentuk akta notaris, sehingga dapat ditafsirkan bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia diperbolehkan tidak dituangkan dalam akta notaris. Ketentuan dalam Pasal 5 UUJF ini tidaklah bersifat memaksa, karena tidak mencantumkan kata “harus” atau “wajib” didepan kata-kata

82

Gatot Supramono,Loc.Cit.hlm.236. 83


(56)

“dibuat dengan akta notaris”, maupun dengan menyebutkan akibat hukumnya kalau tidak dibuat dengan akta notaris.84

Menurut Tan kamello, alasan UUJF menetapkan bentuk perjanjian jaminan fidusia dengan akta notaris adalah :

1. Akta notaris adalah akta otentik sehingga memiliki kekuatan pembuktian sempurna

2. Objek jaminan fidusia pada umumnya adalah benda bergerak 3. Undang-Undang melarang adanya fidusia ulang85

Namun demikian, Pasal 5 angka (1) UUJF bisa kita tafsirkan, bahwa terhitung sejak berlakunya UUJF Nomor 42 Tahun 1999, untuk pelaksanaan pemberi hak-hak dari pemberi dan penerima fidusia sebagai yang disebutkan dalam undang-undang fidusia, harus dipenuhi syarat, bahwa jaminan itu harus dituangkan dalam bentuk akta notariil. Ini tidak sama dengan mengatakan bahwa semua jaminan fidusia yang tidak dituangkan dalam bentuk notariil, yang dibuat setelah berlakunya UUJF Nomor 42 Tahun 1999 tidak berlaku, sebab bisa saja terhadap jaminan fidusia seperti itu berlaku ketentuan-ketentuan tidak tertulis dan yurisprudensi yang selama ini berlaku. Ketentuan dalam Pasal 37 angka 3 UUJF mengatakan jika dalam jangka waktu 60 hari, jaminan fidusia yang lama tidak disesuaikan dengan UUJF, maka jaminan itu “bukanlah merupakan hak agunan atas kebendaan sebagaimana dimaksud

84

J.Satrio,Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia ,Op.Cit,hlm.200. 85

Tan Kamello,Loc. Cit.,hlm.130, dikutip dari Ratnawati W.Prasadja,Pokok-Pokok Undang-undang

Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Majalah Hukum Trisakti Nomor 33/Tahun


(57)

dalam undang-undang ini”. Dengan demikian, akta notaris disini merupakan syarat materiil berlakunya ketentuan-ketentuan dalam undang-undang fidusia atas perjanjian penjaminan fidusia yang ditutup para pihak dan merupakan alat bukti.86

Sejalan dengan ketentuan yang mengatur mengenai hipotek, dan undang-undang Hak tanggungan, maka akta jaminan fidusia juga harus dibuat oleh dan atau didepan pejabat yang berwenang. Pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa akta notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya diantara para pihak beserta para ahli warisnya atau para pengganti haknya. Pasal inilah yang mendasari perjanjian fidusia harus dibuat dengan akta notaris guna memberi kepastian hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia.87

Dalam praktik bentuk perjanjian fidusia disyaratkan tertulis, namun tidak perlu dilakukan adanya penyerahan nyata, akan tetapi menurut kebiasaan perjanjian fidusia lazim dibuat secara tertulis, yang dituangkan dalam akta fidusia, baik dengan akta dibawah tangan maupun autentik, terserah kepada penentuan dari para pihak. Di Belanda dalam praktik perbankan perjanjian fidusia lazim dirumuskan dalam model-model tertentu, demikian pula Indonesia, Perjaniian fidusia lazim dibuat oleh bank pemerintah maupun swasta dalam bentuk akta perjanjian bank (akta perjanjian fidusia) dan dirumuskan dalam formulir tertentu.88

86

Ibid,hlm.201. 87

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani,Loc.Cit.,hlm.143. 88


(58)

Stein dalam tulisannya Zekerheidrechten, Zekerheidoverdracht, Pan en

Borgtochtmenunjukkan manfaatnya perjanjian fidusia secara tertulis sebagai berikut :

1. Pemegang fidusia demi kepentingannya akan menuntut cara yang paling gampang untuk membuktikan adanya penyerahan tersebut terhadap debitur. Hal demikian penting untuk menjaga kemungkinan debitur meninggal sebelum kreditor dapat melaksanakan haknya. Tanpa adanya akta akan sulit baginya untuk membuktikan hak-haknya terhadap ahli waris dari debitur.

2. Dengan adanya akta akan dapat dicantumkan janji-janji khusus antara debitur dan kreditor, yang mengatur hubungan hukum mereka. Perjanjian secara lisan tidak akan dapat menentukan secara teliti jika menghadapi keadaan yang sulit yang kemungkinan timbul.

3. Perjanjian tertulis dari fidusia sangat bermanfaat bagi kreditor, jika ia akan mempertahankan haknya terhadap haknya terhadap pihak ketiga.89

Dalam menggunakan jaminan fidusia, dengan menggunakan prinsip barang jaminan tetap berada pada kekuasaan debitur selama perjanjian utang piutang belum berakhir, telah menguntungkan kreditur, diantaranya ;

a. Tidak perlu menyediakan tempat peyimpanan barang

Menyediakan tempat untuk menyimpan barang jaminan, apalagi barang yang disimpan milik orang lain dan berharga, bukan suatu hal yang begitu mudah

89

Rachmadi Usman,Op.Cit.hlm.191.dikutip dari Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Himpunan Karya Tentang Hukum Jaminan, hlm.27-28.


(59)

untuk dilakukan karena untuk mencari tempat memadai dan aman perlu pertimbangan matang, kemudian biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu dengan melakukan jaminan fidusia, merupakan salah satu keuntungan para kreditur untuk tidak menyediakan tempat penyimpanan barang.

b. Tidak menanggung resiko kehilangan barang.

Dengan tidak menerima barang jaminan maka tidak ada tanggungan bagi kreditur untuk memelihara atau merawat barang jaminan. Perawatan barang tidak dapat dilakukan dengan seragam, karena bentuk macam maupun karakter barang bermacam-macam sehingga memerlukan tenaga perawatan khusus pula.

c. Tidak menanggung risiko kehilangan

Objek fidusia yang hilang atau musnah merupakan tanggungjawab debitur, sehingga debitur harus mengganti dengan membuat perjanjian fidusia baru. Resiko kehilangan barang jaminan ada pada debitur karena barang tersebut berada pada kekuasaannya.

d. Berhak menarik barang untuk eksekusi

Sesuai dengan prinsip fidusia bahwa barang jaminan tidak diserahkan kepada kreditur, tetapi barang tersebut tetap berada pada kekuasaan debitur. Ketika debitur tidak sanggup membayar hutangnya, kreditur diberi hak oleh undang-undang untuk menarik kedalam kekuasaannya demi kepentingan eksekusi fidusia. Debitur tidak ada alasan lain, kecuali menyerahkannya.90

90


(1)

pemerintah dengan melakukan penegakkan hukum yang tegas, sehingga menimbulkan kenyamanan bagi perusahaan pembiayaan dalam melakukan kegiatannya.

3. Kehadiran Peraturan Menteri Keuangan lewat PMK Nomor 130/PMK/2012 tentang Pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan sebaiknya tidak hanya berisi sanksi administratif yang memaksa, dan memberatkan bagi perusahaan pembiayaan selaku kreditur, tetapi juga berisi sanksi yang tegas bagi debitur atau pihak ketiga yang melakukan perbuatan curang terhadap objek pembiayaan yang dibiayai secara fidusia.

Jika pendaftaran fidusia tertib dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, Negara juga menerima pendapatan lewat biaya pendaftaran fidusia dalam bentuk PNBP para notaris juga akan banyak mendapatkan tambahan pendapatan dari jasa notaris yang bayarkan oleh perusahaan pembiayaan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-buku

Andi Prajitno, Andreas Albertus,Hukum Fidusia (Semarang: Selaras, 2010 )

Brahn, O.K, Fiduciaire Overdracht, Stille Verpanding En Eigendomsvoorbehoud Naar Huidig En Komend Recht, Fidusia,Penggadaian Diam-diam dan Retensi Milik Menurut Hukum Yang sekarang dan Yang Akan Datang, Terjemahan Linus Doludjawa ( Jakarta: PT Tatanusa,1999).

Badrulzaman, Mariam Darus,Sejarah Pemikiran Tentang Filsafat Hukum , (Medan : Fakultas Hukum USU,1970)

---,Bab-bab Tentang Creditverband, Gadai dan Fiducia (Bandung:PT.Citra Aditya Bakti,1991)

Daliyo, JB,Pengantar Hukum Indonesia(Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama,1992) Fuady, Munir,Jaminan Fidusia(Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,2003)

---,Hukum Tentang Pembiayaan(Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,2006) Hadi, Sutrisno,Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset,1989)

Hart,H.L.A,Konsep hukum (The Concept Of law),(Bandung : Nusa Media,2011) Kamello,Tan,Hukum Jaminan Fidusia,Suatu Kebutuhan yang

Didambakan,(Bandung: Alumni,2006)

Lubis, M.Solly,Filsafat ilmu dan Penelitian,(Bandung: Mandar Madju,1994)

Mahadi, Perkembangan Hukum Antar Golongan di Indonesia, Buku keempat (Medan: Fakultas Hukum USU,1971)

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010


(3)

Media,2010)

Prodjodikoro, Wirjono,Asas-asas Hukum Perjanjian(Bandung: Mandar Maju,2000) Purnama Sari, Irma Devita,Kiat – kiat cerdas, mudah dan bijak memahami masalah

hukum jaminan perbankan(Bandung; PT.Mizan Mustafa,2011) Rasaid, M.Nur,Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika,2003) Raharjo, Satjipto,Membedah Hukum Progresif (Jakarta: kompas 2008)

Salim HS, H.Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2004)

Salindeho, John, Sistem jaminan Kredit Dalam era Pembangunan Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1994)

Satrio, J, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000)

---Hukum Jaminan, Hak-hak jaminan Pribadi, tentang perjanjian penanggungan dan perikatan tanggung menanggung (Bandung, Citra Aditya,1996)

Selznick, Philippe Nonet Philip,Hukum Responsif,(Bandung, Nusa Media. 2005) Soekanto, Soerjono,Pengantar Penelitian Hukum(Jakarta: UI press,1986)

Soebroto, Thomas, Hukum jaminan Hipotek ,Fiducia,pertanggungan ( Semarang : effhar & Co, 1994)

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum jaminan Di Indonsesia, Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, ( Yogyakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1980)

---,Hukum Benda, ( Yogyakarta:Liberty, 1981)

Subekti,R, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung, Alumni,1982)


(4)

---,Aneka Perjanjian,(Bandung : Citra Aditya Bakti,1995) Sunaryo,Hukum Lembaga Pembiayaan(Jakarta; Sinar Grafika,2008)

Supramono, Gatot,Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis (Jakarta: Rineka Cipta,2009)

Tiong, Oey Hoey,Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984)

Umam, Khotibul,Hukum Lembaga Pembiayaan(Yogyakarta, Pustaka Yustisia,2010) Usman,Rachmadi,Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika,2009) Unger, Roberto M,Teori Hukum Kritis, Posisi Hukum Dalam Masyarakat Modern ,

terjemahan dari Daritno dan Derta Sri Widowatie (Bandung:Nusa Media,2008)

Widjaja, Gunawan & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001)

B.Peraturan Perundang - undangan

Republik Indonesia,Undang -Undang Nomor. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Republik Indonesia,Undang -Undang Nomor. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

Republik Indonesia,Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Tentang Pembiayaan.

Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK/010.2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Fidusia.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang tata cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.


(5)

Pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap Ibukota Propinsi di Wilayah Negara Republik Indonesia.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Hukum dan hak Azasi Manusia Nomor M.01.UM.06 Tahun 2000 tentang Bentuk formulir dan tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia.

C.Jurnal dan Tesis

Sari, Puteri Natalia, Pengalihan Piutang secara Cessie dan akibatnya terhadap jaminan hak tanggungan dan jaminan fidusia, Tesis, Program Magister kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2010.

Yudhistira, Eko, Pendaftaran Jaminan Fidusia: Hambatannya dilihat dari Aspek Sistem Hukum , Tesis,Program Magister kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,2008.

Sulaiman, Juraini,Analisis Yuridis Fungsi dan Peranan Kantor Pendaftaran Fidusia ditinjau Dari Undang-Undang No.42 Tahun 199 Tentang jaminan Fidusia, (Suatu Penelitian di Kantor Wilayah departemen hukum dan HAM Sumatera Utara), Tesis, Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,2006.

E.PIDATO

Ginting, Budiman, “Kepastian Hukum Dan Implikasinya terhadap Pertumbuhan Investasi Di Indonesia”, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Hukum Investasi Pada Fakultas Hukum, Medan: Universitas Sumatera Utara. (Gelanggang Mahasiswa; kampus USU,20 September 2008)

F.Surat Kabar dan Makalah

Sulaiman, Robintan & partner, Legal Opinion dalam hal “Dugaan tindak Pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dan 13 UU No.42 tentang jaminan Fidusia dan pasal 1 PP No.86 tahun 2000 tentang Tata cara pendaftaran Fidusia dan Biaya Pendaftaran Fidusia”.

“Kementrian keuangan pertegas fidusia”, Harian Bisnis Indonesia, Kamis, 20 Januari 2011.


(6)

“Materi Rapat Kerja Kegiatan Pelayanan Jasa Hukum di Bidang Perdata pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum”, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Adminitrasi Hukum Umum Tahun 2013.

G. WAWANCARA

Febrina, Nova Deputy Branch Manager PT.Adira Dinamika Multi Finance, Medan, tanggal 25 Juni 2013

Pasaribu, Ari Josuandi Conixon, Operation & Litigation Manager PT.Adira Dinamika Multi Finance, Medan, tanggal 27 Juni 2013

Prihandoyo, Khairul, Regional Manager PT.Central Sentosa Finance Medan, tanggal 26 Juni 2013.

Pribadi, Sugeng, Account Receivable Head PT.Adira Dinamika Multi Finance, Medan, tanggal 28 Juni 2013.

Sembiring,Pidana, Account Receivable Head PT.Adira Dinamika Multi Finance, Medan, tanggal 28 Juni 2013.

Yani, Novi, Administration Head Adira Finance Medan, dilakukan pada tanggal 24 Juni 2013