Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

18 Kenderaan Bermotor Yang Mengalami Kemacetan Pembayaran. Studi pada Perusahaan Pembiayaan di kota Medan adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau secara akademik.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian 36 Untuk menyusun kerangka teori, maka seorang peneliti dapat menerapkan methode induktif, yang beritik tolak pada hal-hal yang khusus, untuk kemudian menarik kesimpulan umum atas dasar aspek-aspek yang sama pada hal-hal khusus tersebut atau deduktif atau bahkan keduanya. 37 Sebagai titik awal, perlu diingat bahwa teori-teori hukum secara khas dibangun diatas teori-teori tentang otoritas yang bersifat implisit yang melihat kontroversi seputar ilmu hukum kontemporer yang berakar pada krisis otoritas yang telah mengguncang institusi-institusi publik. 38 Ciri umum dari hukum yang paling menonjol di sepanjang masa dan tempat adalah bahwa eksistensinya berarti bahwa jenis-jenis tertentu perilaku manusia tidak lagi bersifat pilihan opsional, melainkan dalam pengertian tertentu dan bersifat wajib. 39 36 M.Solly Lubis, Filsafat ilmu dan Penelitian Bandung: Mandar Madju,1994,hlm.23. 37 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI press,1986,hlm.121. 38 Philippe Nonet Philip Selznick, Hukum Responsif Bandung, Nusa Media. 2005,hlm.4. 39 H.L.A Hart, Konsep hukum The Concept Of Law Bandung : Nusa Media, 2009, hlm.9. Universitas Sumatera Utara 19 Kegunaan dari teori atau kerangka teori dan aplikasinya pada masalah yang hendak di teliti mempunyai kegunaan dan menyangkut hal – hal sebagai berikut ; 1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. 2. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-definisi. 3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti. 4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang. 5. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti. 40 Menurut Soerjono Soekanto teori adalah rangkaian pernyataan logis dan konsisten mengenai gejala-gejala tertentu yang mencakup semua interrelasi dalam semua unsur gejala yang menjadi ruang lingkupnya serta kebenarannya dapat diuji. 41 Mengenai penerbitan sertifikat fidusia dalam penulisan tesis ini juga menggunakan kerangka teori sebagai pisau analisis yakni asas publisitas dan kepastian hukum. Menurut J.Satrio, asas publisitas dilakukan agar khalayak ramai 40 Soerjono Soekanto, Op, cit., hlm.126. 41 Bismar Nasution Mahmul Siregar, Teori Hukum, bahan Kuliah Kelas Pararel A dan B, Sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara, hlm.2. Universitas Sumatera Utara 20 yang mempunyai kepentingan, bisa mengetahui data - data tersebut, terutama beban- beban yang menindih benda tertentu dan karenanya daftar yang dilakukan terbuka untuk umum. 42 Hukum itu mengatur masyarakat semata-mata untuk mengatur atau untuk suatu tujuan yang lebih besar yaitu memberi kebahagiaan kepada rakyat dan bangsanya. 43 Hukum sebagai kategori moral serupa dengan keadilan, pernyataan yang ditujukan untuk pengelompokan sosial tersebut sepenuhnya benar, yang sepenuhnya mencapai tujuannya dengan memuaskan semua. 44 Keteraturan dan keseluruhan dalam pelaksanaan hukum dapat disebut “keadilan sebagai keteraturan” justice as regularity. 45 Setiap kali seorang teoritisi bermaksud memasukkan sebuah proposisi baru ke dalam sistemnya, dia harus menentukan bagaimana kecocokan proposisi tersebut dengan pengetahuannya mengenai peristiwa-peristiwa, sekaligus hubungan logis konsisten ataukah kontradiksi, koherensi ataukah inkoherensi, yang dimiliki proposisi tersebut dengan pernyataan - pernyataan lain dari sistem teorinya. 46 Radburch menyatakan tentang kepastian hukum guna mewujudkan Legal order sebagai berikut : 42 J.Satrio,Loc.Cit, hlm.141. 43 Satjipto Raharjo, Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Kompas 2008, hlm.10. 44 Stanley L.Pouson, Pengantar Teori Hukum Hans Kelsen Bandung: Nusa Media,2010,hlm.48. 45 John Rawls, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,hlm.298. 46 Roberto M.Unger, Teori Hukum Kritis, posisi hukum dalam masyarakat modern, Terjemahan Siwi Purwandari Bandung: Nusa Media,2008, hlm.26. Universitas Sumatera Utara 21 “The existence of legal order is more important than it’s justice and expediency, which constitute the second great task of the law, while the first, equally approved by all, is legal certainly, that is order or peace”. 47 eksistensi suatu legal order adalah lebih penting dari pada keadilan dan kelayakan itu sendiri, yang menetapkan tugas besar kedua dari hukum, sementara yang pertama sama-sama diakui oleh seluruhnya adalah kepastian hukum,yakni ketertiban dan ketentraman. Selanjutnya Radburch menyatakan bahwa : “Legal certainty not only requires the validity of legal rules laid down by power, it also makes demand on their contents, it demands that the law be capable of being administered with certainy, that it be practicable”. kepastian hukum tidak hanya mensyaratkan keabsahan peraturan hukum yang dibuat melalui kekuasaan, melainkan juga menuntut pada seluruh isinya, dapat diadministrasikan dengan pasti sehingga dapat dilaksanakan. Didaftarkannya objek jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia, maka kreditur atau penerima fidusia memperoleh hak preferensi. 48 Pendaftaran objek fidusia melindungi hak-hak dari pemberi fidusia dan penerima fidusia dan memberi rasa keadilan bagi keduanya, dengan demikian tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa jaminan fidusia hanya merupakan perjanjian obligatoir yang melahirkan hak yang bersifat persoonlijk perorangan bagi kreditur. 49 Pada prinsipnya , sistem hukum jaminan terdiri dari jaminan kebendaan Zakelijkezekerheids dan jaminan perorangan Persoonlijkezerheids. Dengan karakter kebendaan yang dimiliki jaminan fidusia, penerima fidusia merupakan 47 Eko Yudhistira, Pendaftaran Jaminan Fidusia: Hambatannya dilihat dari Aspek Sistem Hukum , Tesis,Program Magister kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,2010. 48 Andreas Albertus Andi Prajitno, Op Cit., hlm.32. 49 Gunawan Widjaja Ahmad Yani,Op. Cit., hlm.131. Universitas Sumatera Utara 22 kreditur yang preferen dan memiliki identitas sebagai lembaga jaminan yang kuat dan akan digemari oleh para pemakainya. 50 Hak prefrensi ada dalam Jaminan Fidusia, apabila debitur jatuh pailit, pihak penerima fidusialah terlebih dahulu menerima pelunasan utangnya yang diambil dari penjualan barang objek fidusia. 51 Dengan demikian jika debitur pailit, maka setelah itu jika ada sisa baru diberikan kepada kreditur lainnya. 52

2. Konsepsi.