UJI DAYA HASIL DELAPAN GENOTIPE KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI DESA MASGAR KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN PESAWARAN

ABSTRAK
UJI DAYA HASIL DELAPAN GENOTIPE KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) DI DESA MASGAR
KECAMATAN TEGINENENG
KABUPATEN PESAWARAN

Oleh
Arif Nurrohman

Perakitan varietas unggul kacang tanah yang memiliki sifat-sifat penting seperti
berdaya hasil tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit diperlukan tetua
yang memiliki sifat-sifat unggul. Tetua yang memiliki daya hasil tinggi antara lain
subspesies (ssp) hypogaea (mencakup tipe virginia dan runner yang tumbuh menjalar
dan setengah menjalar). Polong dan biji berukuran besar (tipe virginia) berukuran
besar, merupakan karakter agronomis yang mendukung daya hasil tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi galur-galur unggul kacang tanah dengan
cara membandingkan hasil dan komponenya dengan varietas standar. Uji daya hasil
dilakukan terhadap 6 galur-galur unggul baru yaitu K/SR-1, K/WS-6, K/C55-437,
K/Flg-1, Unila KT9-1 dan K/SR-3 Sedangkan sebagai pembanding digunakan 2
varietas standar nasional (pembanding) yaitu varietas Singa dan Kancil. Penelitian
dilaksanakan di Desa Masgar, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran dari

bulan November 2010 sampai dengan Februari 2011, menggunakan rancangan
percobaan dengan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) terdiri dari 4
ulangan. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Barlett dan
kemenambahan model diuji dengan uji Tukey, pemisahan nilai tengah dengan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 0,05.
Hasil percobaan pada peubah generatif menunjukkan bahwa genotipe Unila KT9-1,
K/SR-1, K/SR-3, K/Flg-1 dan K/WS6 memiliki kinerja yang lebih baik daripada
varietas Singa dan Kancil. Berdasarkan data peubah bobot polong kering per petak
dan bobot 100 biji kering sebagai indikator utama, galur Unila KT9-1, K/WS6,
K/Flg-1, dan K/SR-1 menunjukkan bobot polong kering per petak lebih tinggi dari
varietas Singa. Pada peubah bobot 100 biji kering galur Unila KT9-1 dan K/Flg-1
juga lebih tinggi dari varietas Singa. Genotipe K/SR-3 yang memiliki tipe
pertumbuhan menjalar dan menunjukkan pertumbuhan vegetatif serta jumlah polong
lebih unggul daripada varietas Singa, dapat digunakan sebagai tetua persilangan
untuk memperoleh varietas baru.
Kata kunci: Arachis hypogaea L., Uji daya hasil, galur, varietas

TEST POWER OF EIGHT GENOTIPES PEANUT (Arachis hypogaea L.)
IN THE MASGAR VILLAGE SUB TEGINENENG
PESAWARAN DISTRICT


BY
Arif Nurrohman

Assembly of peanut varieties that have important properties such as high yielding,
resistant to pests and diseases is required of elders who have superior properties.
Elders who has a power high yield among others subspecies (ssp) hypogaea (include
type virginia and runner that grow creeper and half metastasized). Pods and large
seeds (Virginia type) are large, the agronomic characters that support a high yield.
This study aims to evaluate the superior strains of peanuts by comparing the results
and komponenya with standard varieties. The test results carried out on six new high
yielding strains that K/SR-1, K/WS-6, K/C55-437, K/Flg-1, Unila KT9-1 and K/SR-3
While the comparison is used two varieties of the national standard (benchmark) the
varieties of the Lion and the Mouse Deer. Research conducted in the Village Masgar,
Tegineneng District, District Pesawaran from November 2010 until February 2011,
using the experimental design with randomized complete design (RKTS) consists of
four replications. Homogeneity range between treatments were tested with the
Bartlett test and kemenambahan models tested with Tukey test, with a mean
separation test of the Real Honest Differences (BNJ) at the 0.05 level.
The experimental results on the generative variables showed that genotype-1 Unila

KT9, K/SR-1, K/SR-3, K/Flg-1 and K/WS6 have better performance than the
varieties of the Lion and the Mouse Deer. Based on the data variable dry weight of
pods per plot and the dry weight of 100 seeds as a leading indicator, KT9 Unila-1
strain, K/WS6, K/Flg-1, and indicate the weight of pods dry K/SR-1 per plot is higher
than the varieties of the Lion . In the variable dry weight of 100 seeds strains Unila
K/Flg-1 KT9-1 and also higher than the Lion variety. K/SR-3 genotype that has
spread growth and indicate the type of vegetative growth and number of pods are
superior varieties of lions, can be used as a cross elders to obtain new varieties.
Key words: Arachis hypogaea L., the test results, strains, varieties

1

I.

1.1

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian lapang dilakukan di Desa Masgar Kecamatan Tegineneng Kabupaten
Pesawaran dari bulan November 2010 – Februari 2011.
1.2

Bahan dan Alat

1.2.1 Bahan

Bahan-bahan penelitian yaitu benih varietas Kancil dan Singa yang merupakan
varietas standar yang digunakan sebagai pembanding, dan enam galur kacang
tanah dari generasi F10 yaitu K/C55437, UNILA-KT 9-1, K/SR-1, K/WS-6,
K/Flg-1, 12, K/SR-3. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk Urea, TSP, KCl,
pupuk kandang, dan Furadan 3G.
1.2.2 Alat
Alat-alat dalam penelitian ini meliputi cangkul, arit, koret, ember,pompa air, tali
raffia, tugal yang terbuat dari kayu sepanjang 1,5 meter, meteran luas, penggaris,
oven, komputer dan alat tulis.

2


1.3

Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji
hipotesis, dilakukan percobaan perlakuan tunggal menggunakan rancangan
kelompok teracak sempurna (RKTS) terdiri dari 4 ulangan. Perlakuan berupa
genotipe kacang tanah yaitu enam galur unggul (K/C55437, UNILA-KT 9-1,
K/SR-1, K/WS-6, K/Flg1,12,dan K/SR-3) dan dua varietas pembanding (Kancil
dan Singa). Homogenitas ragam antar pelakuan diuji menggunakan uji Barlett
kemenambahan model diuji menggunakan uji Tukey. Perbedaan nilai tengah
ditentukan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 0,05.

1.4

Pelaksanaan Penelitian

Penyiapan petak percobaan pembajakan lahan dua kali, penggaruan, dan
pembuatan petak percobaan. Petak-petak percobaan berukuran 4 m x 5 m dan
dibuat sebanyak 32 petak. Benih kacang tanah ditanam menggunakan tugal

dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, satu biji per lubang. Setiap petak percobaan
terdiri dari 10 baris. Pemupukan dilakukan 10 hari setelah tanam. Dosis pupuk
Urea sebesar 75 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha. Pupuk ditabur pada larikan yang
berjarak 5 cm dari lubang tanam. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan yang dilakukan saat tanaman berumur 3 minggu dan 5 minggu setelah
tanam. Pemanenan galur-galur dilakukan dengan cara mencabut dengan tangan
yang dikombinasikan dengan bantuan cangkul untuk tipe menjalar. Pemanenan
dilakukan bila tanaman telah berumur sekitar 3 bulan atau jika mesofil polong
berwarna coklat-hitam.

3

Tabel 1. Deskripsi 6 Galur yang diuji dalam penelitian
No

Identitas Galur

Tetua betina (Kiri) dan Keunggulan
tetua jantan (Kanan)


1

K/C55-437

Kelinci x C55-437

Polong berbiji dua dan
berbiji kecil, tumbuh
tegak, salah satu tetua
(C55-437) tahan terhadap
kolonisasi Aspergilus
flavus. Sesuai untuk
kacang atom

2

K/SR-1

Kelinci x Southern
Runner


Polong berbiji tiga,
tumbuh tegak, tipe
valensia

3

K/Flg-1

Kelinci x Florigiant

Polong besar, tumbuh
tegak, berbiji dua

4

Unila KT9-1

Southern Runner x
GNPC


Polong pendek berbiji
dua, tumbuh setengah
menjalar, tahan terhadap
bercak daun

5

K/SR-3

Galur introduksi

Tumbuh menjalar, berbiji
dua, polong kecil, tahan
terhadap penyakit bercak
daun

6

K/WS-6


Kelinci x GPNC-WS4

Polong berbiji tiga,
tumbuh tegak

4

Tabel 2. Deskripsi kacang tanah varietas Singa
SIFAT

KETERANGAN

Nama Varietas
Nomor induk
Nomor galur
Asal

: Singa
: 1227

: GH 1697
: Seleksi massa + dari varietas local asal
peru, introduksi dari ICRISAT, India
dengan nama ICG1697
: Mulai berbunga : 28-31 hari
: 90-95 hari
: tegak
: hijau
: hijau
: kuning
: hijau
: rose (merah muda)
: tidak berpinggang
: 15-20 gram
: 3-4 /polong
: Persegi
: 35-40 gram
: 21,5%
: 43%
: 2,60 ton/ha
: - toleran terhadap penyakit layu
- Tahan penyakit karat
: Toleran kekeringan
: Nasir Saleh dan Sri Hadiningsih
: 1998

Umur tanaman
- Panen
Bentuk tanaman
Warna batang
Warna daun
Warna bunga
Warna ginofora
Warna biji I
Konstruksi polong
Jumlah polong
Jumlah biji
Bentuk biji
Bobot 100 polong
Kandungan protein
Kandungan Lemak
Rata-rata hasil
Ketahanan terhadap penyakit
Keterangan
Peneliti terhadap pologis
Tahun dilepas
Sumber: Puslitbangtan, Bogor (2009)

5

Tabel 3. Deskripsi kacang tanah varietas Kancil
SIFAT
Nama Varietas
Asal

KETERANGAN

: Kancil
: introduksi dari ICRISAT, India
(persilangan antara F334A_B_dan NC
Ac 2214)
Nomor Induk
: MLG 7908
Nama galur
: GH 86031
Umur berbunga
: 26-28 hari
- Panen
: 90-95 hari
Tipe tumbuh
: tegak
Rata-rata tinggi tanaman
: 54,9 cm
Bentuk batang
: Tipe spanish
Warna batang
: Hijau keunguan
Warna daun
: hijau
Warna bunga
: kuning
Warna ginofora
: Ungu
Bentuk polong
: Berpinggang, berparuh kecil dan kulit
polong agak kasar
Bentuk dan Warna bij
: Bulat, warna biji rose (merah muda)
Jumlah biji per polong
: 2 atau 1 polong
Jumlah polong per tanaman
: 15-20
Bobot 100 biji
: 35-40 gram
Daya hasil polong
: rata-rata 1,7 ton/ha
Potensi hasil polong polong
: 1,3-2,4 ton/ha
Kadar protein
: 29,9%
Kadar Lemak
: 50%
Ketahanan terhadap penyakit
: Tahan penyakit layu, toleran terhadap
penyakit karat dan bercak daun
Sifat khusus
: Toleran terhadap klorosis
Benih penjenis (BS)
: Dirawat dan diperbanyak oleh Balai
Penelitian Kacang-kacangan dan UmbiPeneliti /pengusul
umbian
:
Joko
Purnomo. Novita Nugrahaeni,
Peneliti Fitopatologis
Astanto Kasno,Harry Prasetyono, Abdul
Tanggal pelepasan
Munip
Nomor SK Mentan
: Sumartini
: 12 Januari 2011
61/Kpts/TP.240/1/2001
Sumber Tabel 3. : Puslitbangtan, Bogor (2009)

6

K/SR-3

K/WS6

Singa

Kancil

KT9-1

K/Flg-1

K/c55437

K/SR-1

KT9-1

K/SR-3

K/SR-1

K/WS6

Singa

K/C55437

K/Flg-1

Kancil

K/WS6

Kancil

Singa

K/Flg-1

K/SR-3

KT9-1

K/SR-1

K/C55437

U1

U
U2

U3

Singa

K/SR-1

K/C55437

Kancil

K/WS6

K/Flg-1

K/SR-3

KT9-1

U4

Gambar 1. Petak percobaan
Keterangan: U1: Ulangan pertama
U2: Ulangan kedua
U3: Ulangan ketiga
U4: Ulangan kelima

7

1.5 Peubah Penelitian

Untuk menguji kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap
komponen pertumbuhan dan komopnen hasil. Contoh yang diamati 5 tanaman
dari masing-masing petak percobaan yang diambil secara acak. Peubah panjang
cabang utama, panjang cabang lateral, jumlah cabang lateral, dan tipe
pertumbuhan, pengamatan dilakukan pada saat tanaman memasuki usia 2 minggu
sebelum panen. Jarak buku polong terluar berdasarkan jumlah buku, jarak buku
polong terluar (cm) jumlah ginofor per tanaman, jumlah polong masak, jumlah
polong total pengamatan dilakukan pada saat tanaman siap untuk di panen.
Sampel yang akan diamati dipanen terlebih dahulu kemudian dilakukan
pengamatan. Panjang 10 polong, lebar 10 polong, panjang 10 biji dan lebar 10
biji, bobot 100 biji kering, dan bobot polong kering per petak diamati setelah
polong dan biji kacang tanah terpilih dikeringkan.
Peubah yang diamati sebagai berikut:
1. Panjang cabang utama
Panjang cabang utama diukur dengan menggunakan meteran pada tanaman
sampel.
2. Tipe pertumbuhan
Pengamatan terhadap tipe pertumbuhan dilakukan pada saat tanaman sudah
cukup besar dengan mengamati tiga tipe pertumbuhan tanaman kacang tanah
apakah menjalar/setengah menjalar/tegak.
3. Panjang cabang lateral
Panjang cabang lateral diukur dengan mengukur panjang cabang lateral
masing-masing tanaman contoh dengan menggunakan meteran..

8

4. Jumlah cabang lateral
Jumlah cabang lateral diperoleh dengan menghitung jumlah cabang yang
tumbuh selain cabang utama pada setiap tanaman sampel.
5. Jarak buku polong terluar berdasarkan jumlah buku.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jarak buku polong terluar
berdasarkan jumlah pada setiap tanaman sampel dengan menghitung jumlah
buku yang ada.
6. Bobot basah berangkasan
Bobot basah berangkasan diperoleh dari tanaman sampel yang baru dipanen.
Penagamatan dilakukan setelah panen dan polong kacang tanah diambil,
Kemudian ditimbang menggunkan timbangan digital.
7. Bobot kering berangkasan
Bobot kering berangkasn diperoleh dari tanaman sampel yang telah
dikeringkan menggunakan oven sampai tanaman benar-benar kering, kemudian
ditimbang menggunakan timbangan digital.
8. Jarak buku polong terluar (cm)
Jarak buku polong terluar (cm) diperoleh dengan cara mengukur jarak antara
pangkal batang sampai jarak polong terluar menggunakan penggaris/meteran
pada tanaman sampel.
9. Jumlah ginofor per tanaman
Jumlah ginofor per tanaman diperoleh dengan menghitung jumlah ginofor yang
ada pada tanaman kacang tanah per tanaman sampel.

9

10. Jumlah polong total
Jumlah polong total diperoleh dengan cara menghitung total polong yang ada
termasuk polong muda dan polong masak..
11. Jumlah polong masak per tanaman
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah polong total per tanaman
(polong masak) dengan ciri warna mesofil berwarna coklat-hitam.
12. Panjang 10 polong (cm)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang rata-rata 10 polong tanaman
kacang tanah yang terpilih yang telah dikeringkan dari setiap satuan percobaan
menggunakan jangka sorong.
13. Lebar 10 polong (cm)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur lebar rata-rata 10 polong tanaman
kacang tanah yang terpilih yang telah dikeringkan dari setiap satuan percobaan
menggunakan jangka sorong.
14. Lebar 10 biji (cm)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur lebar rata-rata 10 biji tanaman
kacang tanah yang terpilih yang telah dikeringkan dari setiap satuan percobaan
menggunakan jangka sorong.
15. Panjang 10 biji (cm)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang rata-rata 10 biji tanaman
kacang tanah yang terpilih yang telah dikeringkan dari setiap satuan percobaan
setelah panen menggunakan jangka sorong.

10

16. Bobot 100 butir biji kering
Pengamatan bobot 100 butir biji kering dilakukan dengan menghitung bobot
100 butir biji kering terpilih secara acak, kemudian ditimbang menggunakan
timbangan digital.
17. Bobot polong kering per petak
Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot seluruh polong yang telah
dikering anginkan dari setiap petak tanam. Polong kering tersebut kemudian
ditimbang menggunakan timbangan duduk dan dilakukan berulang kali
sampai diketahui berat konstan, penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan.

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.

halaman

Petak percobaan. ........................................................................................... 20

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL. ................................................................................

Halaman
iii

DAFTAR GAMBAR. ...........................................................................

vii

I. PENDAHULUAN. ...........................................................................

1

1.1 Latar Belakang dan Masalah. ....................................................

1

1.2 Tujuan Penelitian. .....................................................................

5

1.3 Manfaat Penelitian. ...................................................................

5

1.4 Kerangka Pemikiran. ................................................................

5

1.5 Hipotesis. ..................................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA. 7
2.1 Botani Kacang Tanah. ...............................................................

8

2.2 Pemuliaan Kacang Tanah. ........................................................

10

2.3 Pembentukkan Benih Varietas Unggul. ...................................

11

2.4 Uji Daya Hasil. .........................................................................

11

III. BAHAN DAN METODE. ................................................................

14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian. ............................................................... 14
3.2 Bahan dan Alat. ...................................................................................... 14
3.3 Metode Penelitian. .................................................................................. 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian. .......................................................................... 15
3.5 Peubah penelitian. .................................................................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. .................................................................. 24
4.1 Hasil Penelitian. ................................................................................... 24
4.1.1 Peubah-peubah vegetatif. ........................................................ 25
4.1.2 Peubah-peubah generatif. .......................................................... 27
i

4.2 Pembahasan. ........................................................................................ 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN. ................................................................... 38
5.1 Kesimpulan. ......................................................................................... 38
5.2 Saran. ................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................... 40
LAMPIRAN
Tabel 10—75. ……………………………………………………….. .43—65
Gambar 1. …..………………………………………………………………19

ii

DAFTAR TABEL

Tabel
halaman
1. Deskripsi 6 galur yang diuji dalam penelitian. ............................................. 16
2.

Deskripsi kacang tanah varietas Singa. ........................................................ 17

3.

Deskripsi kacang tanah varietas Kancil. ....................................................... 18

4.

Rekapitulasi analisis ragam pada berbagai peubah. ..................................... 25

5.

Nilai tengah peubah panjang cabang utama, panjang cabang lateral, jarak
buku polong terluar, dan jumlah cabang. ..................................................... 27

6.

Nilai tengah peubah bobot basah berangkasan, bobot kering berangkasan,
jumlah ginofor, jumlah polong total, dan jumlah polong masak tanaman. .. 29

7.

Nilai tengah peubah l lebar 10 polong, panjang 10 polong, lebar 10 biji, dan
panjang 10 biji. ............................................................................................ 31

8.

Nilai tengah peubah bobot 100 biji, bobot polong kering per petak, dan bobot
polong kering per hektar. .............................................................................. 32

9.
10. Peringkat uji BNJ berdasarkan jumlah “a”. .................................................. 33
11. Rata-rata panjang cabang utama. .................................................................. 43
12. Uji Barlett panjang cabang utama. ............................................................... 43
13. Uji Tukey panjang cabang utama. ..…………………………………... …...43
14. Analisis ragam panjang cabang utama. ........................................................ 43
15. Rata-rata jumlah cabang. .............................................................................. 44
16. Uji Barlett jumlah cabang. ............................................................................ 44
17. Uji Tukey jumlah cabang. ............................................................................ 44
Lanjutan Tabel

halaman

iii

18. Analisis ragam panjang cabang utama. ........................................................ 45
19. Rata-rata panjang cabang lateral. ................................................................. 45
20. Uji Barlett panjang cabang lateral. ............................................................... 45
21. Uji Tukey jumlah cabang. ............................................................................ 46
22. Analisis ragam panjang cabang utama. ........................................................ 46
23. Rata-rata jarak buku polong terluar (cm). .................................................... 47
24. Uji Barlett jarak buku polong terluar (cm). ...……………………………. 47
25. Uji Tukey jarak buku polong terluar (cm). ................................................... 47
26. Analisis ragam jarak buku polong terluar (cm). ........................................... 48
27. Rata-rata jarak buku polong terluar berdasarkan ruas. ................................. 48
28. Uji Barlett jarak buku polong terluar berdasarkan ruas. ............................... 48
29. Uji Tukey jarak buku polong terluar berdasarkan ruas. ............................... 49
30. Analisis ragam jarak buku polong terluar (cm). ........................................... 49
31. Rata-rata bobot basah berangkasan. ............................................................. 50
32. Uji Barlett bobot basah berangkasan. ........................................................... 50
33. Uji Tukey bobot basah berangkasan. ............................................................ 50
34. Analisis ragam bobot basah berangkasan. .................................................... 51
35. Rata-rata bobot kering berangkasan. ............................................................ 51
36. Uji Barlett bobot kering berangkasan. .......................................................... 51
37. Uji Tukey bobot kering berangkasan. .......................................................... 52
38. Analisis ragam bobot kering berangkasan. ................................................... 52
39. Rata-rata jumlah ginofor. .............................................................................. 52
40. Uji Barlett jarak buku polong terluar berdasarkan ruas. ............................... 53
Lanjutan Tabel

halaman
iv

41. Uji Tukey jarak buku polong terluar berdasarkan ruas. ............................... 53
42. Analisis ragam jarak buku polong terluar (cm). ........................................... 53
43. Rata-rata polong total per tanaman. .............................................................. 54
44. Uji Barlett polong total per tanaman. ........................................................... 54
45. Uji Tukey polong total per tanaman. ............................................................ 54
46. Analisis ragam polong total per tanaman. .................................................... 55
47. Rata-rata polong masak per tanaman. ......................................................... 55
48. Uji Barlett polong masak per tanaman. ........................................................ 55
49. Uji Tukey polong masak per tanaman. .......................................................... 56
50. Analisis ragam polong masak per tanaman. ................................................. 56
51. Lebar 10 polong. ........................................................................................... 57
52. Uji Barlett lebar 10 polong. ...……………………………... …...................57
53. Uji Tukey lebar 10 polong. ........................................................................... 57
54. Analisis ragam lebar 10 polong. ................................................................... 58
55. Panjang 10 polong. ....................................................................................... 58
56. Uji Barlett panjang 10 polong. ..................................................................... 58
57. Uji Tukey panjang 10 polong. ...................................................................... 59
58. Analisis ragam panjang 10 polong. .............................................................. 59
59. Lebar 10 biji. ................................................................................................ 60
60. Uji Barlett lebar 10 biji. ................................................................................ 60
61. Uji Tukey lebar 10 biji. ................................................................................ 60
62. Analisis ragam lebar 10 biji. ......................................................................... 61
63. Panjang 10 biji. ...…………...…………………………………………….. 61
Lanjutan Tabel

halaman
v

64. Uji Uji Barlett lebar 10 biji. .......................................................................... 61
65. Uji Tukey lebar 10 biji. ................................................................................ 62
66. Analisis ragam lebar 10 biji. ......................................................................... 62
67. Bobot polong kering per petak. .................................................................... 62
68. Data rata-rata dengan transformasi log X. .................................................... 63
69. Uji Barlett bobot polong kering per petak. ................................................... 63
70. Uji Tukey bobot polong kering per petak. .................................................... 63
71. Analisis ragam bobot polong kering per petak. ............................................ 64
72. Rata-rata bobot 100 biji kering. .................................................................... 64
73. Uji Barlett bobot 100 biji kering. ................................................................. 64
74. Uji Tukey bobot 100 biji kering. .................................................................. 65
75. Analisis ragam bobot 100 biji kering. .......................................................... 65

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.

halaman

Petak percobaan. ........................................................................................... 20

vii

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kacang Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah. akses
tanggal 21 Februari 2011
Hidayat, J.R.S. Kartaatmadja, dan S.A. Rais. 2000. Teknologi Produksi Benih
Kacang Tanah. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Badan
penelitian dan pengembangan pertanian. Bogor. 55 hlm
Kasno, A. A. Winarto, dan Sunardi 1993. Kacang Tanah. Departemen
Pertanian. Balai penelitian tanaman pangan malang. 77 hlm.
Kasno, A. 2005. Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di
Indonesia. http://www.puslittan.bogor.net/addmin/downloads/Astanto.pdf.
Diakses 21 Februari 2011
Knauft., D.A.,A.J. Norden., F.M. Shoke, and D. W Gobert. 1986. Southern
Runner, A Leafspot Resistant Peanut Variety. Circuler S-234. Agricultural
Experiment stations. Institiute of food and agricultural sciences.
Universityflorida, Gainesville. Florida. USA. 13 p
Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rineka cipta. Jakarta. 79
hlm.
Pitojo, setijo. 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 75 hlm.
Puslitbangtan Bogor. 2009. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Kancil http://www.
Puslitbangtan.bogor.net. Diakses 15 Januari 2011.
Rais, S.A. 1997. Perbaikan Varietas Kacang Tanah. Buletin AgroBio: 40-47.
Sarwanto, Adi. 2008. Pengembangan Varietas Kacang Tanah, hal 31-65. Dalam
A. Kasno, A. Winarto, dan sunardi (eds.) Kacang Tanah. Balai Penelitian
Tanaman Pangan Malang
Schatzy, 2001. Hama Penyerang Tanaman Kacang Tanah. Graha Pustaka:
Jakarta. 135 hlm.

41

Sinaga, 2010. Uji daya hasil 10 genotipe kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
pada Dua Taraf Populasi di Desa Muji Mulyo Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan. Skripsi Sarjana, Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung. Bandar Lampung 10: 74-81.
Sumarno, 1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru. Bandung. 79 hlm
Suprapto, Hermanus dan Sarjono, Bagus. 2009. Uji daya hasil galur unggul
kacang tanah keturunan ssp. Hypogaea pada dua jarak tanam di kec. Natar
kab. Lampung Selatan. Jurnal Ilmu Pertanian.
Suprapto, H.S.1998. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 33 hlm
Surya, M.I. Ansori, H.M. Akin, dan T.R. Basoeki. 2005. Pemanfaatan
subspesies hypogaea dalam perakitan varietas unggul kacang tanah
(Arachis hypogaea L.) berbiji besar dan berpolong banyak di Indonesia.
Jurnal Ilmu Pertanian 12:84—93.
Utomo, S.D, Yuriansyah, A. Riduan, dan Sudarsono, 1999. Kinerja Galur Kacang
Tanah (Arachis Hypogaea L.) Berbiji Besar dan Berpolong Banyak di
Indonesia. Ilmu Pertanian (Agriculture Science) 12:84-93.
Utomo, S.D., E. Setiowati, dan H.M. Akin. 2005b. Karakter Agronomi Dan
Ketahanan Kacang Tanah Famili F5 Keturunan Dari Persilangan Gajah X
Southern Runner Terhadap Penyakit Bercak Daun Lambat. Jurnal Hama
dan Penyakit Tumbuhan Tropika 5:104—112.

42

LAMPIRAN

“Jadikan mimpi-mimpi sebagai motivasi
untuk mencapai kesuksesan”

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mau
merubahnya sendiri”

“Dzikir, Fikir, Amal Sholeh”

1

I.

1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Masalah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama
selain beras. Di bidang industri, kacang tanah digunakan sebagai bahan untuk
membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak
dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya) dan
dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daun kacang tanah, selain dibuat
sayuran mentah ataupun direbus juga digunakan sebagai bahan pakan ternak serta
pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang
tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%), karbohidrat serta vitamin (A,
B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida,
Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur (Adi Sarwanto, 2008).

Produksi kacang tanah per hektar masih belum dapat optimal. Melihat pentingnya
komoditi tersebut, maka perlu diupayakan optimalisasi produksi kacang tanah.
Upaya optimalisasi produksi kacang tanah dipengaruhi ketersediaan benih
bermutu. Permintaan benih kacang tanah yang tinggi, tidak dapat diimbangi
dengan kemampuan dalam memproduksi benih kacang tanah, sehingga
pengembangan usaha produksi benih kacang tanah masih cukup potensial untuk
dikembangkan. Harga benih kacang tanah yang relatif stabil merupakan salah satu
keunggulan dalam usaha produksi benih kacang tanah.

2

Penggunaan varietas unggul merupakan teknologi yang dapat diandalkan, tidak
hanya dalam hal meningkatkan produksi pertanian, tetapi dampaknya juga
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Penggunaan varietas unggul
tahan hama dan patogen penyebab penyakit merupakan cara yang relatif murah
untuk menekan pengganggu tanaman tanpa adanya kekhawatiran berupa dampak
negatif terhadap lingkungan. Dengan demikian kegiatan pemuliaan untuk merakit
varietas unggul perlu terus dilakukan (Kasno, 2005).

Perakitan varietas unggul untuk meningkatkan produktivitas dapat dilakukan
dengan cara memanfaatkan kacang tanah subspecies hypogaea yang berbiji besar
dan/atau tumbuh menjalar. Untuk mengatasi permasalahan dalam budidaya
kacang tanah dapat dilakukan dengan mengoptimalkan teknologi budidaya
tanaman, khususnya pemakaian varietas unggul. Penggunaan varietas merupakan
teknologi yang dapat diandalkan, tidak hanya dalam hal meningkatkan produksi
pertanian, tetapi dampaknya juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani. Oleh karena itu varietas unggul yang memiliki berbagai sifat yang
diinginkan memegang peranan penting untuk tujuan dimaksud. Varietas unggul
pada umumnya memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam hal potensi hasil tinggi,
tahan terhadap organisme pengganggu tertentu dan stabil diberbagai lingkungan.
Dengan menggunakan varietas unggul tahan hama dan penyakit adalah
merupakan cara paling murah untuk menekan pengganggu tanaman tanpa adanya
kekhawatiran akan dampak negatif terhadap lingkungan (Schatzy, 2001).
Kacang tanah dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe
menjalar lebih banyak disukai karena memiliki potensi hasil yang lebih tinggi
dibandingakan kacang tanah tipe tegak, hal ini dikarenakan jumlah ginofor yang

3

dapat mencapai tanah dan membentuk polong lebih banyak. Jumlah polong
kacang tanah yang terbentuk tergantung dari jumlah ginofor yang dapat mencapai
tanah. Kacang tanah tipe menjalar mempunyai ciri-ciri: tidak mempunyai bunga
pada cabang utama, tumbuh menjalar, serta membentuk bunga dan polong yang
tersebar pada cabang lateral. Sedangkan kacang tanah tipe tegak menmpunya ciriciri: bunga berada pada cabang utama, tumbuh tegak, cabang reproduktif secara
berpasangan bergantian dengan cabang vegatatif pada cabang lateral, dan polong
terkonsentrasi seputar cabang utama (Wynne dan Coffelt, 1982 yang dikutip oleh
Sinaga, 2009).

Dalam rangka program perakitan varietas unggul berpolong dan berbiji besar,
introduksi galur-galur ssp. hypogaea berpolong dan berbiji besar telah dilakukan
tahun 1996. Uji adaptasi, persilangan dengan varietas unggul nasional,
persilangan sendiri, dan evaluasi karakter agronomi juga telah atau sedang
dilakukan. Persilangan dilakukan pada tahun 2000 di rumah kaca Universitas
Lampung. Prosedur persilangan meliputi emaskulasi bunga jantan yang dilakukan
pada sore hari dan penyerbukan yang dilakukan pada pagi hari. Dalam notasi
persilangan, tetua yang disebut pertama adalah tetua betina. Persilangan yang
telah dilakukan pada tahun 2000 dan zuriatnya terpelihara sampai generasi F4
meliputi 1) Gajah x NC 7, 2)NC 7 x Gajah, 3) Kelinci x NC 7, 4) NC 7 x Kelinci,
5) Gajah x Florigiant, 6) Kelinci x Florigiant, 7) Kelinci x F393-8, 8) Kelinci x
Smooth Jumbo, 9) Kelinci x AR-2, 10) Kelinci x GPNC-WS4, 11) Gajah x
Southern Runner dan 12) Kelinci x Southern Runner. Persilangan 1-8 bertujuan
untuk mendapatkan varietas unggul berdaya hasil tinggi, berbiji besar, dan/atau
bertipe setengah menjalar; Persilangan nomor 9 untuk mendapatkan varietas tahan

4

terhadap bercak daun akhir dan/atau bertipe menjalar. Persilangan sendiri
dilakukan untuk meningkatkan homozigositas yang diperlukan untuk memenuhi
salah satu ciri varietas budidaya yaitu memiliki sifat-sifat yang secara genetik
stabil. Karena kacang tanah menyerbuk sendiri, selfing dilakukan dengan cara
menanam benih hasil persilangan selama empat atau lima generasi. Benih F1
ditanam di rumah kaca Universitas Lampung dan dilakukan silang dalam; biji F2
dipanen pada awal tahun 2001. Benih F2 ditanam di lapang di Gunung
Terang,Bandar Lampung; biji F3 dipanen pada awal tahun 2002. Benih F3 di
lapang, di Kampung Baru, Bandar Lampung; biji F4 di panen pada Tahun 2003.
Perbanyakan benih, evaluasi karakter agronomi, dan seleksi dilakukan pada tahun
2004. Dua galur dilaporkan menunjukkan jumlah polong masak lebih banyak
daripada varietas unggul nasional (Utomo et al., 2005a).

Uji daya hasil pendahuluan dilakukan pada tahun 2007 di lahan bertekstur ringan
di Desa Muji Mulyo Kec. Natar Kab. Lampung Selatan. Benih generasi F8 hasil
seleksi sudah dipanen dan digunakan sebagai bahan tanaman dalam penelitian ini.
Bobot polong kering, bobot biji kering, jumlah polong per tanaman jauh lebih
tinggi daripada varietas Kancil atau Jerapah (Utomo, data tidak dipublikasikan).
Ukuran tanaman (a.1. ditunjukkan oleh panjang cabang lateral) galur-galur yang
tumbuh menjalar juga lebih besar daripada varietas Jerapah dan Kancil. Sebagian
galur-galur keturunan NC7 berpolong besar, tumbuh setengah menjalar, dan
berpolong banyak (Gambar 1 dan 2). Galur K/C55-437-F7-1-8 berpolong kecil,
berbiji dua, berumur genjah, tumbuh tegak. Galur-galur keturunan Southern
Runner atau GPNC-WS4 dilaporkan tahan terhadap serangan penyakit bercak
daun lambat (Cercosporidium personatum) (Utomo et al., 2005b).

5

Penelitian ini merupakan penelitian uji daya hasil lanjutan dari uji daya hasil yang
telah dilakukan oleh Ferdian (2008) dan Sarjono (2008), dan Sinaga (2009) yang
telah dilakukan di Desa Muji Mulyo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut 9 galur kacang tanah yaitu K/SR-1,
K/SR-2, K/SR-9, K/WS-6, K/C55-437, K/Flg-1, NC7/K12, dan K/SR-3 memiliki
sifat-sifat unggul yang lebih baik daripada varietas pembanding. Dalam penelitian
ini akan dievaluasi 6 galur unggul. Varietas Singa dan Kancil digunakan sebagai
varietas pembanding/standar.

1.2

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah mengevaluasi galur-galur unggul kacang tanah dengan cara
membandingkan hasil dan komponennya dengan varietas pembanding.

1.3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan tahap uji daya hasil galur-galur hasil seleksi. Uji daya
hasil bermanfaat, yaitu membandingkan daya hasil galur-galur hasil seleksi
dengan varietas pembanding. Jika galur-galur bekerja lebih baik daripada
beberapa varietas pembanding pada beberapa lingkungan tumbuh galur-galur
terpilih dapat dilepas sebagai varietas baru.

1.4

Kerangka Pemikiran

Varietas unggul kacang tanah pada umumnya berupa varietas unggul galur murni.
Perakitan varietas unggul galur murni tanaman menyerbuk sendiri antara lain

6

dapat ditempuh melalui penciptaan populasi yang secara genetik beragam, silang
dalam, seleksi, uji daya hasil,dan pelepasan varietas (McKenzie et al., 1987).
Selfing dilakukan untuk meningkatkan homozigositas yang diperlukan untuk
memenuhi salah satu ciri varietas budidaya yaitu memiliki sifat-sifat yang secara
genetik stabil. Karena kacang tanah menyerbuk sendiri, dalam penelitian ini,
selfing dilakukan dengan cara menanam benih hasil persilangan selama lima
generasi. Pada generasi F5, tingkat homozigositas galur-galur hasil persilangan
lebih dari 90%. Seleksi untuk mendapatkan galur-galur berdaya hasil tinggi
dilakukan mulai generasi F6. Galur-galur hasil seleksi diikutkan dalam uji daya
hasil dengan cara mengevaluasi dan membandingkan karakter agronomi dengan
varietas pembanding. Uji daya hasil dilakukan pada beberapa musim dan
lokasi,dan sudah dilakukan pada tahun 2008 dan 2009.

1.5

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, diajukan hipotesis
bahwa sekurang-kurangnya satu galur yang dievaluasi menunjukkan daya hasil
yang lebih tinggi daripada varietas pembanding.

7

II.

2.1

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis
Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah
merupakan golongan Leguminosa yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara.
Klasifikasi kacang tanah adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Familia

: Fabaceae

Genus

: Arachis

Spesies

: Arachis hypogaea L.

Berdasarkan arsitektur tanaman atau tipe pertumbuhan, kacang tanah terdiri dari
tiga tipe pertumbuhan, yaitu tipe tegak,tipe menjalar. Tipe menjalar lebih disukai
karena memilikinpotensi hasil lebih tinggi.
Kacang tanah memiliki bintil akar berisi bakteri Rhizobium yang dapat mengikat
nitrogen (N) yang ditangkap dari udara. Karenanya, lahan kritis yang ditanami
kacang tanah, akan berubah menjadi semakin subur. Bertambahnya tingkat
kesuburan ini disebabkan oleh nitrogen yang ditinggalkan oleh bintil akar, serta

8

sisa-sisa daun yang rontok dan langsung membusuk menjadi pupuk hijau. Ciri
khas tanaman leguminoceae adalah, helai daunnya bisa dijadikan pupuk hijau
dengan kualitas sangat baik. Selama ini produktivitas budidaya kacang tanah
nasional masih rendah, yakni rata-rata 1,5 ton polong segar per hektar per musim
tanam. Produksi kacang tanah nasional rata-rata 500.000 ton per tahun dan belum
mampu menutup kebutuhan nasional (Kusumo, 1996).

Produktivitas tipe tegak per individu tanaman kecil namun umur panen lebih
pendek (3,5 bulan). Produktivitas kacang tanah tipe menjalar produktivitasnya per
individu tanaman lebih tinggi. Namun umur panen juga lebih panjang, yakni bisa
mencapai 4 sampai dengan 5 bulan. Tingkat kemasakan polong tipe menjalar
tidak seragam. Kacang tanah tipe tegak cocok untuk dibudidayakan secara
intensif, karena produktivitas per satuan luas lahan lebih tinggi daripada tipe
menjalar. Komoditas ini cocok untuk dibudidayakan di dataran rendah (0 m. dpl),
sampai dengan dataran menengah (600 m. dpl). Di dataran tinggi (di atas 700 m.
dpl), kacang tanah masih tetap bisa tumbuh, namun tingkat produktivitasnya
rendah (Kasno, 2005).

Buah kacang tanah berbentuk polong, polong akan terbentuk setelah terjadi
pembuahan. Setelah terjadi pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang dan inilah
yang disebut ginofor dan akan menjadi tangkai polong. Panjang ginofor dapat
mencapai 18 cm, ginofor yang terbentuk di cabang bagian bawah tidak masuk ke
dalam tanah sehingga tidak akan membentuk polong. Akar cabang ini dapat mati
dan dapat juga menjadi akar permanen, bila menjadi akar pemanen maka akan
berfungsi sebagai penyerap makanan.

9

Biji kacang tanah memiliki bermacam-macam warna, ada putih, merah, ungu, dan
kesumba. Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh tegak
lurus pada akar tunggang tersebut. Biji kacang tanah mengandung lemak berkisar
antara 44-56%. Lemak kacang tanah mengandung 76-86% asam lemak tak jenuh,
yang terbentuk atas 38-45% asam oleat dan 30-41% asam linoleat. Selain itu juga
mengandung asam lemak jenuh yang sebagian besar berupa asam palmitat sekitar
13% dan asam stearat sekitar 5% (Ketaren, 1986 yang dikutip oleh Surya, 2005).

Kacang tanah sudah bisa dipanen apabila sebagian besar daun tanaman sudah
mulai menguning dan rontok. Batang kacang tanah (jawa = rending), berikut sisa
daun yang masih hijau serta bonggol berisi sisa-sisa pucuk buah baru tumbuh,
merupakan pakan ternak dengan nilai gizi tinggi. Kacang tanah berdaun majemuk
bersirip genap, terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang.
Daun mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan dimulai dari bawah. Kacang
tanah mulai berbunga pada umur 4-5 minggu, bunga keluar dari ketiak daun.
Kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiri, penyerbukan terjadi sebelum
bunganya mekar (Williams dan Drexler, 1981 yang dikutip oleh Sarjono, 2009).

10

2.2

Pemuliaan Kacang Tanah

Tujuan pemuliaan kacang tanah di Indonesia adalah meningkatkan potensi hasil
secara genetik, memperpendek umur tanam, memperbaiki ketahanan terhadap
penyakit penyakit seperti bercak daun, karat daun, layu bakteri, virus PSTV, dan
jamur aflatoksin. Selain itu pemuliaan kacang tanah juga untuk memperbaiki
toleransi tanaman terhadap cekaman lingkungan fisik (pH rendah, kekeringan, dan
naungan) dan memperbaiki mutu biji terutama warna dan ukuran.Menurut
McKenzie et al. (1987) yang dikutip oleh Sinaga (2010), varietas unggul kacang
tanah umumnya merupakan varietas unggul galur murni. Perakitan varietas
unggul galur murni tanaman menyerbuk sendiri (selfing) dapat ditempuh melalui
penciptaan populasi yang beragam secara genetik, silang dalam, seleksi, uji daya
hasil, dan pelepasan varietas.

Prosedur persilangan pemuliaan kacang tanah meliputi, penyerbukan yang
dilakukan pada pagi hari yang sebelumnya telah dilakukan emaskulasi bunga
jantan pada sore hari. Perakitan varietas unggul galur murni tanaman menyerbuk
sendiri dilakukan dengan cara menanam benih hasil persilangan selama empat
atau lima generasi. Pada kegiatan pemuliaan tanaman, proses seleksi merupakan
kegiatan yang tidak kalah penting. Keberhasilan program pemuliaan tanaman
tergantung pada kemampuan memisahkan genotip-genotip unggul didalam proses
seleksi. Efektif atau tidaknya proses seleksi tanaman yang berdaya hasil tinggi
dari sekelompok populasi tergantung dari seberapa jauh keragaman hasil yang
disebabkan faktor genetik yang nantinya akan diwariskan pada turunannya
(Makmur, 1992).

11

2.3

Pembentukan Benih Varietas Unggul

Pembentukan varietas unggul dapat dirakit melalui srangkaian kegiatan pemuliaan
tanaman, dimulai dari evaluasi plasma nutfah untuk mendapatkan calon-calon
yang diinginkan, hibridisasi dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari
dua tetua atau lebih ke dalam satu genotip, penggaluran dan seleksi untuk
mendapatkan atau memilih galur-galur yang baik dan pengujian daya hasil. Dari
kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan mendapatkan galur/varietas yang
sesuai dengan yang diinginkan dan dapat dilepas sebagai varietas unggul (Rais,
1997).

Menurut McKenzie et al., (1987) yang dikutip oleh Sinaga (2010), varietas unggul
kacang tanah umumnya merupakan varietas unggul galur murni. Perakitan
varietas unggul galur murni tanaman menyerbuk sendiri (selfing) dapat ditempuh
melalui penciptaan populasi yang beragam secara genetik, silang dalam, seleksi,
uji daya hasil, dan pelepasan varietas.

2.4

Uji Daya Hasil

Uji daya hasil dibedakan ke dalam uji daya hasil pendahuluan (UDHP), uji daya
hasil lanjut (UDHL), dan uji multilokasi (UML). Pada uji daya hasil pendahuluan,
jumlah galur yang diuji banyak, namun benih yang tersedia belum banyak,
sehingga UDHL umumnya dilakukan pada satu lokasi dan satu musim dan ukuran
petaknya seringkali belum mencapai ukuran minimum 8 m2. Pada UDHL, galur
yang diuji biasanya berkisar 5-10% dari total galur UDHP dan dilakukan
sekurang-kurangnya di dua lokasi dalam dua musim. Tujuannya adalah untuk

12

menghindari kesalahan pemilihan galur karena pengaruh interaksi jgalur, musim,
dan lokasi. Galur yang terpilih dalam UDHL berkisar 2,5-5% dan disebut sebagai
galur harapan, yang selanjutnya dipilih lagi yang terbaik melalui uji multilokasi
dalam delapan lokasi dalam dua musim tanam setiap lokasi. Satu-dua galur
harapan terpilih dari uji multilokasi yang diusulkan untuk dilepas sebagai varietas
unggul baru. Waktu yang diperlukan sejak persilangan hingga usulan pelepasan
varietas berkisar 10-11 musim tanam, atau 5,0-5,5 tahun. Hal tersebut
menyiratkan besarnya tenaga, biaya, dan fasilitas pendukung agar benih bertahan
hidup selama proses seleksi. Dalam kaitan itu, pemuliaan partisipatif memiliki arti
penting, efisien dalam pengujian pada lingkungan yang beragam, agar dihasilkan
varietas diskriminatif atau varietas yang beradaptasi khusus.

Seleksi melalui uji daya hasil merupakan tahap paling kritis dalam kegiatan
pemuliaan karena terbentur pada waktu, tenaga dan biaya. Telah banyak upaya
yang dilakukan, terutama melalui pendekatan statistik, yang hasilnya di lapangan
belum memuaskan karena waktu dan biaya pengujian masih cukup besar.
Karenanya, diperlukan upaya lain tetapi dari sisi statistik masih dapat diterima dan
secara ekonomi layak. Banyak kajian telah dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut, namun pada umumnya melalui pendekatan statistik, yakni upaya untuk
menekan galat percobaan sekecil mungkin melalui uji berdasarkan kombinasi
optimum ulangan, musim, dan lokasi (LeCreg, 1996 yang dkutip oleh Sarjono,
2008).

Berbagai galur yang dihasilkan dari kegiatan pembentukan galur digunakan
sebagai unit seleksi melalui uji daya hasil. Pada uji dya hasil, tolok ukur

13

seleksinya adalah hasil per petak dan pengamatan karakter lain dilakukan juga per
petak. Pemilihan galur menggunakan varietas pembanding dari tetua terbaiknya
dan dengan varietas unggul popular. Karenanya, uji daya hasil menggunakan
berbagai rancangan seprti acak kelompok dengan beberapa ulangan (Utomo et al.,
2005).

Uji daya sebelum pelepasan varietas perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar produksi galur-galur jika dibandingkan dengan varietas pembanding,
kemudian galur tersebut dapat dilepas sebagai varietas unggul baru. Sebelum
varietas baru dilepas hendaklah dapat dibuktikan keunggulannya, melalui berbagai
pengujian dan dibandingkan dengan varietas pembanding (Suprapto, 1992).

14

III.

3.1

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian lapang dilakukan di Desa Masgar Kecamatan Tegineneng Kabupaten
Pesawaran dari bulan November 2010 – Februari 2011.
3.2

Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan penelitian yaitu benih varietas Kancil dan Singa yang merupakan
varietas standar yang digunakan sebagai pembanding, dan enam galur kacang
tanah dari generasi F10 yaitu K/C55437, UNILA-KT 9-1, K/SR-1, K/WS-6,
K/Flg-1, 12, K/SR-3. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk Urea, TSP, KCl,
pupuk kandang, dan Furadan 3G.
3.2.2 Alat
Alat-alat dalam penelitian ini meliputi cangkul, arit, koret, ember,pompa air, tali
raffia, tugal yang terbuat dari kayu sepanjang 1,5 meter, meteran luas, penggaris,
oven, komputer dan alat tulis.

15

3.3

Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji
hipotesis, dilakukan percobaan perlakuan tunggal menggunakan rancangan
kelompok teracak sempurna (RKTS) terdiri dari 4 ulangan. Perlakuan berupa
genotipe kacang tanah yaitu enam galur unggul (K/C55437, UNILA-KT 9-1,
K/SR-1, K/WS-6, K/Flg1,12,dan K/SR-3) dan dua varietas pembanding (Kancil
dan Singa). Homogenitas ragam antar pelakuan diuji menggunakan uji Barlett
kemenambahan model diuji menggunakan uji Tukey. Perbedaan nilai tengah
ditentukan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 0,05.

3.4

Pelaksanaan Penelitian

Penyiapan petak percobaan pembajakan lahan dua kali, penggaruan, dan
pembuatan petak percobaan. Petak-petak percobaan berukuran 4 m x 5 m dan
dibuat sebanyak 32 petak. Benih kacang tanah ditanam menggunakan tugal
dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, satu biji per lubang. Setiap petak percobaan
terdiri dari 10 baris. Pemupukan dilakukan 10 hari setelah tanam. Dosis pupuk
Urea sebesar 75 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha. Pupuk ditabur pada larikan yang
berjarak 5 cm dari lubang tanam. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan yang dilakukan saat tanaman berumur 3 minggu dan 5 minggu setelah
tanam. Pemanenan galur-galur dilakukan dengan cara mencabut dengan tangan
yang dikombinasikan dengan bantuan cangkul untuk tipe menjalar. Pemanenan
dilakukan bila tanaman telah berumur sekitar 3 bulan atau jika mesofil polong
berwarna coklat-hitam.

16

Tabel 1. Deskripsi 6 Galur yang diuji dalam penelitian
No

Identitas Galur

Tetua betina (Kiri) dan Keunggulan
tetua jantan (Kanan)

1

K/C55-437

Kelinci x C55-437

Polong berbiji dua dan
berbiji kecil, tumbuh
tegak, salah satu tetua
(C55-437) tahan terhadap
kolonisasi Aspergilus
flavus. Sesuai untuk
kacang atom

2

K/SR-1

Kelinci x Southern
Runner

Polong berbiji tiga,
tumbuh tegak, tipe
valensia

3

K/Flg-1

Kelinci x Florigiant

Polong besar, tumbuh
tegak, berbiji dua

4

Unila KT9-1

Southern Runner x
GNPC

Polong pendek berbiji
dua, tumbuh setengah
menjalar,