PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH
PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Oleh
Anan Fernandianto
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH
PADA PEMBELAJARAN FISIKA


Oleh
Anan Fernandianto

Instrumen penilaian sikap ilmiah pada pembelajaran fisika merupakan salah satu
instrumen penilaian ranah afektif dalam ruang lingkup evaluasi pembelajaran
fisika. Namun, dalam praktiknya masih banyak guru yang belum melaksanakan
penilaian sikap ilmiah karena belum tersedianya instrumen tersebut di sekolah.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan guru dalam penilaian
sikap ilmiah pada pembelajaran fisika yang relevan sesuai dengan standar
penilaian pendidikan, maka peneliti telah mengembangkan instrumen penilaian
sikap ilmiah pada pembelajaran fisika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuat instrumen penilaian sikap ilmiah pada pembelajaran fisika. Subjek
penelitian dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri
1 Gadingrejo. Penelitian pengembangan ini menggunakan metode penelitian yang
diadaptasi dari modifikasi model Borg dan Gall yang disintesiskan dengan
prosedur pembakuan instrumen dalam Juknis Penyusunan Perangkat Penilaian
Afektif oleh Direktorat Pembinaan SMA. Model ini memiliki lima tahapan
pengembangan yang terdiri dari analisis kebutuhan, pengembangan produk awal,
validasi ahli dan revisi, uji coba lapangan dan revisi, dan kemudian produksi.


Anan Fernandianto
Berdasarkan hasil uji coba keoperasionalan produk yang telah dilakukan maka
produk berupa instrumen penilaian sikap ilmiah siswa telah tercapai
kesesuaiannya sebagai salah satu instrumen penilaian ranah afektif untuk mata
pelajaran fisika di sekolah menengah atas.

Kata kunci: instrumen penilaian, sikap ilmiah, pembelajaran fisika.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penilaian Berbasis Kelas .................................................................... 5
B. Penilaian Sikap................................................................................... 6
C. Penilaian Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika ............................ 9
D. Teknik dan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah ................................... 13
E. Penelitian Pengembangan dan Pembakuan Instrumen ...................... 17
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................... 25
B. Prosedur Penelitian Pengembangan ................................................... 25
1. Analisis Kebutuhan ...................................................................... 27
2. Pengembangan Produk Awal ....................................................... 27
3. Validasi Ahli dan Revisi .............................................................. 28

4. Uji Coba Lapangan dan Revisi .................................................... 29
5. Produksi ....................................................................................... 30
C. Teknik Analisis Data.......................................................................... 30


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengembangan ......................................................... 33
B. Pembahasan........................................................................................ 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 44
B. Saran .................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Observasi Kebutuhan SMA N 1 Gadingrejo...................................... 48
2. Transkripsi Wawancara ..................................................................... 49
3. Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap Ilmiah (Kisi-Kisi Prototipe I) ........ 51
4. Prototipe I........................................................................................... 63
5. Hasil Uji Ahli ..................................................................................... 71
6. Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap Ilmiah (Kisi-Kisi Prototipe II) ....... 98
7. Prototipe II ......................................................................................... 108
8. Data Uji Coba Skala Sikap Ilmiah Siswa .......................................... 114
9. Hasil Uji Daya Beda Pernyataan Skala Sikap Ilmiah ........................ 118
10. Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan Skala Sikap Ilmiah........................ 119

11. Produk Akhir ...................................................................................... 120
12. Data Hasil Pengukuran Sikap Ilmiah Siswa ...................................... 128

xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu. Perubahan tingkah laku yang dimaksud berupa penguasaan
terhadap ilmu pengetahuan, penguasaan terhadap keterampilan, dan perubahan
yang berupa sikap. Perubahan tingkah laku ini bisa dicapai melalui upaya yakni
dengan pembelajaran. Seorang guru harus bisa dan cakap dalam merencanakan,
melaksanakan, membimbing, dan mengevaluasi proses pembelajaran tersebut.
Kegiatan tersebut juga harus dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu
tahapan yang penting dalam proses pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran.

Evaluasi dalam pembelajaran memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk mengetahui
informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan,

dan hasil belajar peserta didik serta untuk mengetahui hasil mengajar yang
dilakukan oleh guru. Hasil belajar peserta didik dapat diketahui dengan mengukur
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensikompetensi yang telah ditetapkan. Sementara itu, hasil mengajar guru terkait
dengan sejauh mana guru mampu merencanakan, mengelola, memimpin, dan
mengevaluasi pembelajaran itu sendiri. Depdiknas dalam Permendiknas RI
Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan

2
bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan,
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut termasuk
kegiatan mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk
dan teknik penilaian yang dipilih.

Ruang lingkup evaluasi mencakup penilaian hasil belajar siswa dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa masih
banyak guru yang belum melakukan penilaian yang mencakup ketiga ranah
tersebut secara menyeluruh. Sebagian besar guru hanya menitikberatkan
penilaian pada ranah kognitif saja, sedangkan pada ranah afektif hanya sebatas

apa yang dilihat tanpa mengetahui pedoman penilaian yang sesuai dengan standar
penilaian pendidikan. Ranah afektif yang dimaksud meliputi sikap, minat, konsep
diri, nilai dan moral. Dirjen Mandikdasmen dalam SK Dirjen Mandikdasmen
Nomor 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan Laporan
Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan
bahwa aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran fisika meliputi ketelitian,
ketekunan, dan kemampuan memecahkan masalah secara logis dan sistematis.
Aspek tersebut termasuk dalam komponen sikap yakni sikap ilmiah.

Selanjutnya melalui wawancara dan observasi di SMA Negeri 1 Gadingrejo
diketahui bahwa cara pengukuran sikap ilmiah siswa sebagian besar dilakukan
dengan metode pengamatan langsung yakni hanya dengan melihat keaktifan
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sedangkan pengukuran sikap ilmiah

3
dengan menggunakan instrumen penilaian sikap jarang dilakukan. Berdasarkan
observasi juga diketahui bahwa ketersediaan instrumen penilaian afektif di
sekolah masih terbatas yakni hanya lembar pengamatan sikap secara umum,
belum menuju ke karakteristik sikap yang lebih spesifik dan terfokus seperti
belum tersedianya model penskalaan sikap ilmiah siswa terhadap proses

pembelajaran fisika. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka telah
dilakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Instrumen
Penilaian Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukan pengembangan
instrumen penilaian sikap ilmiah pada pembelajaran fisika.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat instrumen penilaian sikap ilmiah
pada pembelajaran fisika.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:
1. Tersedianya instrumen penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran fisika.
2. Dapat digunakan oleh guru sebagai contoh atau model instrumen penilaian
sikap ilmiah siswa pada pembelajaran fisika.


4
E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam
suatu wujud fisik tertentu.
2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan instrumen penilaian sikap
ilmiah pada pembelajaran fisika.
3. Instrumen penilaian sikap ilmiah yang dimaksud adalah skala sikap ilmiah
siswa.
4. Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa
dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai.
5. Sikap yang dimaksud adalah sikap ilmiah pada pembelajaran fisika.
6. Sikap ilmiah adalah sikap terhadap sains dan sikap yang melekat dalam diri
seseorang setelah mempelajari sains.
7. Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada siswa kelas XI IA
SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Penilaian Berbasis Kelas

Depdiknas (2006: 7) mengungkapkan bahwa:
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan
pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar
peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu,
diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah
atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.
Lebih lanjut, Hidayati (2012: 1) mengungkapkan bahwa:
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian oleh guru dalam rangka proses
pembelajaran yang merupakan proses pengumpulan dan penggunaaan
informasi dan hasil belajar peserta didik untuk tingkat pencapaian dan
penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan,
yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian
belajar.

Jadi, penilaian berbasis kelas merupakan suatu penilaian yang dilakukan secara
terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas ini bisa dipandang

sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasilhasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten. Menurut Depdiknas
(2006: 11) ada berbagai bentuk dan teknik yang dapat dilakukan dalam penilaian
kelas, yakni (1) penilaian unjuk kerja, (2) penilaian sikap, (3) penilaian tertulis,

6
(4) penilaian proyek, (5) penilaian produk, (6) penilaian portofolio, dan (7)
penilaian diri.

B. Penilaian Sikap

Direktorat Pembinaan SMA (2010: 46) mengungkapkan bahwa ada 5 (lima) tipe
karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
Menurut Krathwohl sebagaimana dikutip Fernandes dalam Hajaroh (2004: 6),
aspek afektif terbagi menjadi lima tingkatan yakni receiving, responding, valuing,
organization, dan characterization.

Lima tingkatan ranah afektif tersebut dijabarkan menurut Nasution dalam Suryani
(2010:12-14) sebagai berikut:
1. Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,
gejala dan lain-lain. Pada tahap ini peserta didik memiliki keinginan untuk
memperhatikan suatu fenomena khusus. Kriteria tingkatan penerimaan yaitu:
a. Menunjukkan kesadaran yaitu sadar adanya kondisi, gejala, keadaan, atau
masalah tertentu.
b. Kerelaan untuk memerima yaitu bersedia untuk memperhatikan gejala dan
tidak mengelaknya.
c. Mengarahkan perhatian yaitu menunjukkan perhatian kepada berbagai
aspek suatu gejala serta implikasinya.

7
2. Respon/tanggapan mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi,
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk memeberi reaksi terhadap suatu gejala secara terbuka atau melakukan
sesuatu sebagai respon terhadap gejala itu. Tingkatan yang tertinggi pada
kategori ini yaitu minat dan motivasi.

3. Menilai artinya memberi penilaian atau kepercayaan kepada suatu gejala yang
cukup konsisten. Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan, atau sikap
yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen, dalam tujuan
pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
Kriteria tingkatan penilaian yaitu:
a. Menerima suatu nilai yaitu percaya akan suatu usul, keadaan, ajaran
dengan suatu keyakinan tertentu.
b. Mengutamakan suatu nilai yaitu percaya bahwa kondisi, ajaran tertentu
lebih baik daripada yang lain.
c. Komitmen terhadap suatu nilai yaitu mempunyai keyakinan dan
keterlibatan penuh dalam suatu perkara, prinsip, atau doktrin.

4. Organisasi artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai
baru yang universal, yang membawa perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain,
pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Menurut Nasution
dalam Suryani (2010:14) kriteria tingkatan pengorganisasian yaitu:

8
a. Mengkonseptualisasi nilai yaitu memahami hubungan unsur-unsur abstrak
dari suatu nilai yang telah dimiliki dengan nilai-nilai yang baru diterima.
b. Mengorganisasi suatu sistem nilai atau mengembangkan suatu sistem nilai
yang saling berhubungan yang konsisten.

5. Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai artinya mengadakan sintesis
dan internalisasi sistem nilai dengan cara yang cukup selaras dan mendalam
sehingga individu bertindak konsisten dengan nilai-nilai, keyakinan atau citacita yang merupakan inti falsafah dan pandangan hidupnya.

Menurut Direktorat Pendidikan SMA (2010: 51) dalam menyusun perangkat
penilaian afektif perlu memperhatikan Taksonomi Bloom ranah afektif. Kata
kerja ranah afektif dalam Taksonomi Bloom dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Afektif dalam Taksonomi Bloom
Menerima
(A1)

Menanggapi
(A2)

Menilai
(A3)

Mengelola
(A4)

Menghayati
(A5)

Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati

Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak

Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang

Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk
pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk

Mengubah
perilaku
Berakhlak
mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan

9
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengukuran sikap. Menurut
Azwar (2000: 90) metode pengukuran sikap dapat dilakukan dengan berbagai
metode yaitu observasi perilaku, penanyaan langsung, pengungkapan langsung,
pengukuran terseluung, dan skala sikap.

Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai
suatu objek sikap. Respons subjek pada setiap pernyataan kemudian dapat
disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Respons individu
terhadap stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap yang berupa jawaban setuju atau
tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respons yang tampak,
yang dapat diamati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang merupakan
bukti satu-satunya yang dapat diperoleh. Itulah yang menjadi dasar untuk
menyimpulkan sikap seseorang atau sikap sekelompok orang. Keterbatasan
pengukuran sikap adalah hasilnya yang harus diinterpretasikan dengan hati-hati
dikarenakan seringkali respons individu terhadap skala dipengaruhi dan
ditentukan oleh faktor-faktor lain sehingga tidak sepenuhnya mencerminkan sikap
yang sebenarnya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut perlu menyilang jawaban
responden dengan data yang diperoleh melalui metode lain yang disebut crosscheck (Arikunto, 2006:153). Menurut Azwar (2000: 107), suatu skala sikap
sedapat mungkin agar terdiri atas pernyataan favorabel dan pernyataan tak
favorabel dalam jumlah yang kurang lebih seimbang, dengan demikian pernyataan
yang disajikan tidak semua positif atau semua negatif. Variasi pernyataan
favorabel dan tak favorabel akan membuat responden memikirkan lebih hati-hati
isi pernyataannya sebelum memberikan respons sehingga stereotipe responden
dalam menjawab dapat dihindari.

10
C. Penilaian Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Fisika
SK Dirjen Mandikdasmen Nomor 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata
Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah dalam Direktorat Pembinaan SMA (2010: 47) mengungkapkan
bahwa aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran Matematika, Fisika,
Kimia, dan Biologi meliputi ketelitian, ketekunan, dan kemampuan memecahkan
masalah secara logis dan sistematis. Aspek tersebut termasuk kedalam aspek sikap
ilmiah.

Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap
sains. Keduanya saling berbubungan dan keduanya mernpengaruhi perbuatan.
Penilaian hasil belajar sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang
menyebar di seluruh hal yang dilakukan siswa. Sikap juga merupakan salah satu
aspek yang berpengaruh pada hasil belajar siswa (Anwar, 2009: 106).
Menurut Harlen dalam Maulise (2010: 2) sikap ilmiah mengandung dua makna,
yaitu attitude toward science dan attitude of science. Sikap yang pertama
mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan sikap yang kedua mengacu pada
sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Jika seseorang memiliki sikap
tertentu, orang itu cenderung berperilaku secara konsisten pada setiap keadaan.

Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, variasi muncul
hanya dalam penempatan dan penamaan sikap llmiah. Pengelompokkan sikap
ilmiah tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

11
Tabel 2.2 Pengelompokan Sikap Ilmiah Menurut Beberapa Ahli
Gegga
(1977)

AAAS
(1993)

Curiosity (sikap
ingin tahu)
Inventiveness
(sikap penemuan)

Curiosity (sikap
ingin tahu)
Honesty (sikap
jujur)
Open minded
Critical thinking
(sikap
(sikap berpikir
berpikiran
kritis)
terbuka)
Skepticism
Persistence (sikap
(sikap keraguteguh pendirian)
raguan)

Harlen
(1996)

Depdiknas
(2006)

Curiosity (sikap ingin
Teliti
tahu)
Respect for evidence (sikap
Objektif
respek terhadap data)
Critical reflection (sikap
refleksi kritis)

Kedisiplinan

Perseverance (sikap
ketekunan)

Kejujuran

Creativity and
inventiveness (sikap kreatif
dan penemuan)
Open mindedness (sikap
berpikiran terbuka)
Co-operation with others
(sikap bekerjasama)
Willingness to tolerate
uncertainty (sikap
keinginan menerima
ketidakpastian)
Sensitivity to environment
(sikap sensitif terhadap
lingkungan)

Tanggung
Jawab
Keterbukaan
Kerja Sama

Sikap ilmiah yang sudah dikelompokkan tersebut secara garis besar dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Sikap ingin tahu
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2009: 555) ingin berarti hendak, mau,
berhasrat. Sedangkan tahu adalah mengerti sesudah melihat
(menyaksikan,mengalami), mengenal, mengindahkan; memedulikan, mengerti
(KBI, 2008: 1413). Aspek sikap ingin tahu meliputi antusias mencari jawaban,

12
perhatian pada objek yang diamati, antusias pada proses sains, dan menanyakan
setiap langkah kegiatan (Harlen dalam Anwar, 2009: 108).

b. Sikap ketekunan
Menurut KBI (2008: 1474) tekun berarti rajin, keras hati, dan bersungguhsungguh. Aspek sikap ketekunan meliputi melanjutkan kebiasaan meneliti,
mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan, dan melanjutkan satu
kegiatan meskipun orang lain selesai lebih awal (Harlen dalam Anwar, 2009:
108).

c. Teliti
Menurut KBI (2008: 1480) teliti berarti cermat, saksama, hati-hati, ingat-ingat.

d. Sikap respek terhadap data/fakta
Menurut KBI (2008: 1204) respek berarti hormat, kehormatan. Fakta adalah hal
(keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada
atau terjadi (KBI, 2008: 401). Data adalah kenyataan yang ada yang berfungsi
sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar,
keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran atau penyelidikan (KBI,
2008: 321). Aspek sikap respek terhadap data/fakta meliputi objektif/jujur, tidak
purbasangka, mengambil keputusan sesuai fakta, dan tidak mencampur fakta dan
pendapat awal (Harlen dalam Anwar, 2009: 108).

e. Sikap berpikir kritis
Menurut KBI (2008: 761) kritis adalah sifat tidak dapat lekas percaya, selalu
berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam penganalisisan.

13
Aspek sikap berpikir kritis meliputi meragukan temuan orang lain, menanyakan
setiap perubahan atau hal baru, mengulangi kegiatan yang dilakukan, dan tidak
mengabaikan data meskipun kecil (Harlen dalam Anwar, 2009: 108).

f. Sikap penemuan dan kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta (KBI, 2008: 760). Aspek
sikap penemuan dan kreativitas meliputi menggunakan fakta-fakta untuk dasar
kesimpulan, menunjukkan laporan berbeda dengan orang lain, merubah pendapat
dalam merespon terhadap fakta, menyarankan percobaan-percobaan baru, dan
menguraikan kesimpulan baru hasil pengamatan (Harlen dalam Anwar, 2009:
108).

g. Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama
Meliputi menghargai pendapat temuan orang lain, menerima saran dari orang lain,
tidak merasa selalu benar, menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif, dan
berpartisipasi aktif dalam kelompok (Harlen dalam Anwar, 2009: 108).

D. Teknik dan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah dapat diukur dengan bentuk penilaian non tes (Anwar, 2009: 109).
Teknik penilaian non tes yang digunakan adalah skala sikap. Skala sikap (attitude
scales) merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap.
Respons subjek pada setiap pernyataan kemudian dapat disimpulkan mengenai
arah dan intensitas sikap seseorang (Azwar, 2000: 95). Skala sikap yang bisa
digunakan dalam penilaian afektif contohnya adalah skala Likert sebagaimana
diungkapkan Popham (1985: 186) sebagai berikut:

14
Likert inventories will handle almost all of your affective assessment
requirements. It is, by all odds, the most serviceable affective measurement
strategy you'll encounter . (Inventaris Likert akan menangani semua syarat
penilaian afektif. Ini adalah strategi pengukuran afektif yang bisa
dilakukan).
a. Skala Sikap dan Kaidah Penulisan Skala Sikap

Menurut Azwar (2000: 106) pernyataan sikap (attitude statement) adalah
rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak
diungkap. Pernyataan sikap bisa berisi tentang hal positif mengenai objek sikap,
yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap ataupun
tentang hal negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung
ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkap. Batasan konsep
sikap yang akan digunakan dapat dikembalikan acuannya kepada teori yang
membicarakan mengenai struktur atau perkembangan sikap beserta aspekaspeknya. Sebagai contoh, dalam teori skema triadik tentang sikap disebutkan
bahwa sikap mengandung aspek-aspek perasaan (afeksi), pikiran (kognisi), dan
kecenderungan bertindak (konasi). Aspek-aspek ini merupakan isi komponen
sikap dalam rancangan skala sikap yang dikehendaki. Penulisan setiap nomor
pernyataan sikap akan mengacu pada salah satu aspek tersebut sehingga
keseluruhan pernyataan sikap akan mencakup ketiga aspek secara lengkap

Kaidah-kaidah penulisan pernyataan sikap menurut Edward dalam Azwar (2000:
114) sebagai berikut:
1) Jangan menulis pernyataan yang membicarakan mengenai kejadian yang telah
lewat kecuali kalau objek sikapnya berkaitan dengan masa lalu.

15
2) Jangan menulis pernyataan yang berupa fakta atau dapat ditafsirkan sebagai
fakta.
3) Jangan menulis pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari satu
penafsiran.
4) Jangan menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objek psikologisnya.
5) Jangan menulis pernyataan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui
oleh hampir semua orang atau bahkan hampir tak seorang pun yang akan
menyetujuinya.
6) Pilihlah pernyataan-pernyataan yang diperkirakan akan mencakup keseluruhan
liputan skala afektif yang diinginkan.
7) Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana, jelas,
dan langsung. Jangan menulis pernyataan dengan menggunakan kalimatkalimat yang rumit.
8) Setiap pernyataan hendaknya ditulis ringkas dengan menghindari kata-kata
yang tidak diperlukan dan yang tidak akan memperjelas isi pernyataan.
9) Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide yang lengkap.
10) Pernyataan yang berisi unsur universal seperti tidak pernah, semuanya, selalu,
tak seorangpun, dan semacamnya, seringkali menimbulkan penafsiran yang
berbeda-beda dan karenanya sedapat mungkin hendaklah dihindari.
11) Kata kata seperti hanya, sekedar, semata-mata, dan semacamnya harus
diperlukan seperlunya saja dan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan
kesalahan penafsiran isi pernyataan.
12) Jangan menggunakan kata atau istilah yang mungkin tidak dapat dimengerti
oleh para responden.

16
13) Hindarilah pernyataan yang berisi kata negatif ganda.

b. Skala Likert

Azwar (2000: 139) mengungkapkan metode rating yang dijumlahkan yang
populer dengan nama penskalaan model Likert merupakan metode penskalaan
pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan
nilai skalanya. Pendekatan ini tidak diperlukan adanya kelompok panel penilai
(judging group) dikarenakan nilai skala sikap setiap pernyataan tidak akan
ditentukan oleh derajat favorable masing-masing akan tetapi ditentukan oleh
distribusi respons setuju atau tidak setuju dari sekelompok reponden yang
bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study).
Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua
asumsi, yaitu:
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk
pernyataan yang favorable atau pernyataan yang unfavorable.
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh
responden yang mempunyai sikap negatif.

Skala Likert yang digunakan adalah skala dengan lima kategori respons pada
kontinum yang bergerak antara angka 0 sampai dengan angka 4. Skala ini disusun
dalam suatu bentuk pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang
menunjukkan tingkatan. Contoh pilihan respons misalnya SS (sangat setuju), S
(setuju), R (ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju).

17
Penskoran pilihan jawaban skala Likert bergantung pada sifat pernyataan. Untuk
pernyataan yang bersifat positif skor jawaban adalah: SS = 4; S = 3; R = 2; TS =
1; dan STS = 0. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya, yaitu:
SS = 0; S = 1; R = 2; TS = 3; dan STS = 4.

E. Penelitian Pengembangan dan Pembakuan Instrumen

Seals dan Richey dalam Mangelep (2012: 2) mendefinisikan bahwa:
Penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap
pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk
pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan
efektifitas.
Lebih lanjut, Borg dan Gall dalam Dwiyogo (2003: 9) mengungkapkan bahwa:
Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan. Produk yang dapat dihasilkan dalam penelitian dan
pengembangan adalah model sekolah, kurikulum, model pelatihan guru,
media pembelajaran, strategi pembelajaran, sistem pengelolaan, dan
evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan atau Research and Development (R & D) merupakan proses untuk
mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada
kemudian divalidasi yang dikaji secara sistematik sehingga memenuhi kriteria
validitas, kepraktisan, dan efektivitas.

Borg dan Gall masih dalam Dwiyogo (2003: 10) mengungkapkan langkahlangkah dalam penelitian pengembangan sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian dan pengumpulan informasi (kajian pustaka,
pengamatan kelas, persiapan laporan tentang pokok persoalan).

18
2. Melakukan perencanaan (pendefinisian keterampilan, perumusan tujuan,
penentuan tujuan, penentuan urutan pengajaran, dan uji coba skala kecil).
3. Mengembangkan bentuk produk awal (penyiapan materi pengajaran,
penyusunan buku pegangan, dan perlengkapan evaluasi).
4. Melakukan uji lapangan permulaan (dilakukan pada 2-3 sekolah menggunakan
6-12 subjek). Data wawancara, observasi dan kuesioner dikumpulkan dan
dianalisis.
5. Melakukan revisi terhadap produk utama.
6. Melakukan uji lapangan utama. Data kuantitatif tentang unjuk kerja subjek
pada precourse dan postcourse dikumpulkan. Hasilnya dinilai sesuai dengan
tujuan kursus dan dibandingkan dengan data kelompok kontrol bilamana
memungkinkan.
7. Melakukan revisi terhadap produk operasional
8. Melakukan uji lapangan operasional. Data wawancara, observasi, dan
kuesioner dikumpulkan dan dianalisis.
9. Melakukan revisi terhadap produk akhir

Menurut Tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2008: 11) prosedur
penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall, dapat dilakukan dengan lebih
sederhana melibatkan 5 langkah utama yaitu: (1) melakukan analisis kebutuhan
produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi
ahli dan revisi, (4) uji coba produk dan revisi produk, (5) produk akhir.

19
Prosedur pembakuan instrumen dalam penelitian ini mengacu pada petunjuk
teknis penyusunan perangkat penilaian afektif di SMA (Direktorat Pembinaan
SMA, 2010). Pembakuan instrumen yang dimaksud adalah instrumen yang
disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus
menyelenggarakan secara profesional. Instrumen tersebut diketahui memenuhi
syarat sebagai instrumen yang baik yakni diketahui validitas dan reliabilitasnya
baik validitas rasional maupun validitas empirik, reliabilitas dalam arti teruji
tingkat stabilitasnya. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen
penilaian afektif termasuk aspek sikap yaitu:
1) Penyusunan Spesifikasi
Instrumen penilaian ranah afektif yang dikembangkan yaitu instrumen sikap.
Sikap yang dimaksud adalah sikap ilmiah.

2) Penulisan Instrumen
Menulis instrumen dengan memperhatikan empat hal yaitu: tujuan pengukuran,
kisi-kisi instrumen, bentuk dan format instrumen, dan panjang instrumen.

3) Menentukan skala instrumen
Skala Likert perangsangnya adalah pernyataan. Respons yang diharapkan
diberikan oleh subjek adalah taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan dalam variasi:
sangat setuju (SS), setuju (S), R (ragu), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS).

4) Menentukan pedoman penskoran
Penskoran pilihan jawaban skala Likert bergantung pada sifat pernyataan. Untuk
pernyataan yang bersifat positif skor jawaban adalah: SS = 4; S = 3; R = 2;

20
TS = 1; dan STS = 0. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya,
yaitu: SS = 0; S = 1; R = 2; TS = 3; dan STS = 4.

5) Penelaahan Pernyataan
Penelaahan instrumen dilihat dari tiga arah yaitu kesesuaian dengan kisi-kisi,
kesesuaian dengan dasar teori yang mendasari pengukuran dan kelayakan dan
ketepatan pembahasan. Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010: 52)
penelaahan instrumen dengan memperhatikan hal berikut:
a. Butir pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator.
b. Bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang
benar.
c. Butir pertanyaan/pernyataan tidak bias.
d. Format instrumen menarik untuk dibaca.
e. Pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas.
f. Jumlah butir dan/atau panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat
sehingga tidak menjemukan untuk dibaca/dijawab (sebaiknya tidak lebih dari
30 menit).

6) Perakitan Pernyataan
Hal yang perlu ditekankan pada perakitan pernyataan yaitu bahwa secara teori
masing-masing pernyataan itu harus tidak saling mempengaruhi (independent).
Harus dihindarkan terjadinya response set score, yaitu respons terhadap suatu
pernyataan dipengaruhi oleh respons pernyataan yang lain. Untuk mencapai ini
harus diacak berdasar atas arahnya (mendukung atau tidak mendukung) dan

21
isinya. Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010: 52) perakitan pernyataan
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/pernyataan
(format harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang).
b. Memisahkan setiap sepuluh pernyataan dengan cara memberi spasi yang lebih,
atau diberi batasan garis empat persegi panjang.
Mengurutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam
menjawab atau mengisinya.

7) Uji Coba
Hal yang perlu diperhatikan dalam uji coba adalah pemilihan kelompok subjek uji
coba harus dilakukan secara cermat dan kondisi uji coba harus menjamin
diperolehnya data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Kegiatan yang dilakukan yaitu:
a. Menentukan sampel yang diperlukan minimal 30 peserta didik.
b. Mencatat saran-saran responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen
dan waktu.

8) Analisis Hasil Uji Coba
Hasil uji coba dianalisis per satu pernyataan. Tiap pernyataan dianalisis dari arah
distribusi jawaban, dan harga daya pembeda. Daya beda lebih dari 0,30 butir
instrumen tergolong baik dan indeks keandalan instrumen minimal 0,70.

9) Menyempurnakan Instrumen
Seperti telah disebutkan di atas, pernyataan-pernyataan yang telah diujicoba,
dianalisis hasilnya berdasarkan daya pembedanya. Pernyataan-pernyataan yang

22
telah diseleksi kemudian dirakit ke dalam perangkat instrumen.

10) Melaksanakan Pengukuran

11) Menafsirkan hasil pengukuran
Kegiatan yang dilakukan yaitu:
a. Menentukan kriteria (tergantung pada skala dan jumlah butir
pertanyaan/pernyataan).
b. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah
c. Menyusun kualifikasi, misalnya menjadi empat kategori yaitu sangat tinggi
(sangat baik), tinggi (baik), rendah (kurang), dan sangat rendah (sangat
kurang). Klasifikasinya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Klasifikasi Nilai Berdasarkan Instrumen Skala Sikap
No
1
2
3
4

Skor Peserta Didik
Mi + 1.5 SDi ≤ M ≤ Mi + 3,0 SDi
Mi + 0 SDi ≤ M < Mi + 1,5 SDi
Mi - 1.5SDi ≤ M < Mi + 0 SDi
Mi – 3,0 SDi ≤ M < Mi – 1,5 SDi

Kategori Sikap
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

Keterangan:
1

Mean Ideal (Mi) = (skor maksimum + skor minimum)
2

1

Standar Deviasi Ideal (SDi) = (skor maksimum - skor minimum)
6
M = Skor Peserta Didik
(Direktorat Pembinaan SMA, 2010: 60).

d. Menentukan nilai afektif.

23
Prosedur penelitian pengembangan Borg & Gall yang dimodifikasi oleh Tim
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (Puslitjaknov) kemudian
disintesiskan dengan prosedur pembakuan instrumen. Prosedur pengembanganya
menjadi sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan.
Produk yang akan dikembangkan termasuk instrumen penilaian afektif. Analisis
kebutuhan produk yang akan dikembangkan dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa perlukah intrumen penilaian sikap imiah yang akan dikembangkan.
2. Pengembangan Produk Awal
Penyusunan skala sikap ilmiah melalui langkah-langkah berikut:
a. Penyusunan Spesifikasi
b. Penulisan Instrumen
c. Menentukan Skala Instrumen
d. Menentukan Pedoman Penskoran

3. Validasi Ahli dan Revisi
Validasi ahli yang dimaksud adalah kegiatan penelaahan instrumen yang
dilakukan oleh ahli dalam bidang penilaian pendidikan khususnya penilaian dalam
pembelajaran fisika yakni seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun
kemampuan luas dalam proses menentukan penilaian dalam pembelajaran fisika.
Setelah penelaahan instrumen dilakukan perbaikan instrumen hasil telaah dan
kemudian merakit pernyataan.

24
4. Uji Coba dan Revisi Produk
a. Uji Coba Produk
Langkah pertama dalam uji coba produk adalah menentukan sampel yang
diperlukan minimal 30 peserta didik, kemudian catat saran-saran responden atas
kejelasan pedoman pengisian instrumen dan waktu.
b. Analisis Hasil Uji Coba
Setelah instrumen diujicobakan dilakukan analisis hasil uji coba yaitu dengan
menentukan daya beda (daya beda lebih dari 0,30 butir instrumen tergolong baik)
dan menentukan indeks keandalan instrumen minimal 0,70.
c. Menyempurnakan Instrumen
Pernyataan-pernyataan yang telah diujicoba, dianalisis hasilnya berdasarkan daya
pembedanya. Pernyataan-pernyataan yang telah diseleksi lalu dirakit ke dalam
perangkat instrumen.
d. Melaksanakan Pengukuran
e. Menafsirkan Hasil Pengukuran

5. Produksi
Setelah revisi produk tahap selanjutnya adalah produksi berupa produk akhir hasil
pengembangan.

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian
pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan instrumen
penilaian sikap ilmiah pada pembelajaran fisika. Subjek uji coba dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI IA 2 dan XI IA 3 di SMA Negeri 1 Gadingrejo yang
terdiri dari 32 siswa kelas XI IA 2 dan 32 siswa kelas XI IA 3. Penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMA Negeri 1
Gadingrejo.

B. Prosedur Penelitian Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang diadaptasi dari prosedur
pengembangan menurut Borg & Gall yang dimodifikasi oleh Tim Pusat Penelitian
Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional(2008: 11) kemudian disintesiskan dengan
prosedur pembakuan instrumen penilaian sikap ilmiah dalam Juknis Penyusunan
Perangkat Penilaian Afektif di SMA oleh Direktorat Pembinaan SMA. Adapun
prosedur pengembangannya sebagai berikut:

26
1. Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan
2. Pengembangkan produk awal
3. Validasi ahli dan revisi
4. Uji coba lapangan dan revisi
5. Produksi

Tahapan penelitian dan pengembangan tersebut digambarkan pada Gambar 3.1.

Tahap 5. Produksi

Revisi

Tahap 4. Uji Coba Lapangan

Revisi

Tahap 3. Validasi Ahli

Tahap 2. Pengembangan Produk Awal

Tahap 1. Analisis Kebutuhan

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian dan Pengembangan

27
1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa perlukah instrumen penilaian yang akan dikembangkan.
Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan
sumber daya yang mendukung pengembangan produk dengan memperhatikan
hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.
Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.
Sasaran wawancara adalah guru mata pelajaran fisika. Wawancara ini bertujuan
untuk memperoleh informasi secara langsung tentang penilaian penilaian sikap
ilmiah siswa pada pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru.

2. Pengembangan Produk Awal

Pengembangan produk awal berupa instrumen penilaian sikap ilmiah pada
pembelajaran fisika. Instrumen penilaian sikap ilmiah yang dimaksud adalah
skala sikap ilmiah siswa yang kemudian disebut Prototipe I. Langkah-langkah
dalam mengembangkan skala sikap ilmiah sebagai berikut:
a. Penyusunan Spesifikasi
Instrumen penilaian ranah afektif yang dikembangkan yaitu instrumen sikap
ilmiah.
b. Penulisan Instrumen
Menulis instrumen dengan memperhatikan empat hal yaitu: tujuan pengukuran,
kisi-kisi instrumen, bentuk dan format instrumen, dan panjang instrumen.

28
c. Menentukan Skala Instrumen
Skala sikap yang digunakan adalah skala Likert dengan lima alternatif jawaban.
Skala ini disusun dalam suatu bentuk pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons
yang menunjukkan tingkatan. Pilihan responsnya adalah SS (sangat setuju), S
(setuju), R (ragu), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).
d. Menentukan pedoman penskoran
Penskoran pilihan jawaban skala Likert bergantung pada sifat pernyataan. Untuk
pernyataan yang bersifat positif skor jawaban adalah: SS = 4; S = 3; R = 2; TS =
1; dan STS = 0. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya, yaitu:
SS = 0; S = 1; R = 2; TS = 3; dan STS = 4.
3. Validasi Ahli dan Revisi

Pada tahap ini dilakukan uji ahli yakni penelaahan instrumen yang ditujukan pada
dosen pendidikan fisika. Uji ahli dilakukan untuk mengukur apakah instrumen
yang dikembangkan sudah tepat dan mengetahui ketidaksesuaian pada produk
yang dibuat dari aspek materi skala sikap, konstruksi skala sikap, dan aspek
bahasa yang digunakan dalam penyusunan skala sikap. Data hasil uji ahli
dijadikan sebagai acuan untuk melakukan revisi terhadap produk awal.
Berdasarkan validasi ahli, data yang telah didapatkan digunakan untuk mencari
apakah masih ada ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk, kemudian
dilakukan revisi produk sesuai dengan catatan dan masukan dari validasi ahli.
Hasil revisi produk awal selanjutnya disebut Prototipe II.

29
4. Uji Coba Lapangan dan Revisi
a. Uji Coba Produk
Uji coba instrumen penilaian sikap ilmiah siswa dilakukan di kelas XI IA 3 SMA
Negeri 1 Gadingrejo tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa dengan
berbagai karakteristik yang beragam. Prosedur pelaksanaannya yaitu memberikan
instrumen penilaian sikap ilmiah model skala sikap yaitu berupa skala sikap
ilmiah yang dikembangkan pada saat pembelajaran fisika.
b. Analisis Hasil Uji Coba
Setelah uji coba produk, dilakukan analisis hasil uji lapangan meliputi analisis
daya beda pernyataan dan reliabilitas instrumen kemudian dilakukan perbaikan
dalam penyempurnaan produk.
c. Menyempurnakan Instrumen
Pernyataan-pernyataan yang telah diujicoba, dianalisis hasilnya berdasarkan daya
pembedanya. Pernyataan-pernyataan yang telah diseleksi lalu dirakit ke dalam
perangkat instrumen.
d. Melaksanakan Pengukuran
Pelaksanaasn pengukuran sikap ilmiah dengan menggunakan instrumen penilaian
sikap ilmiah siswa dilakukan di kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Gadingrejo yang
berjumlah 32 siswa tahun ajaran 2012/ 2013 dengan berbagai karakteristik yang
beragam.
e. Menafsirkan Hasil Pengukuran
Penafsiran hasil pengukuran yaitu dengan menentukan kriteria, menentukan skor
tertinggi dan skor terendah, dan menyusun kualifikasi menjadi empat kategori
sikap yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang.

30
5. Produksi

Setelah dilakukan revisi produk kemudian dilakukan tahap produksi. Produk
akhir ini berupa instrumen penilaian sikap ilmiah yakni skala sikap ilmiah siswa.

C. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi sesuai keperluan analisis yaitu:
a. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Skala Sikap
Hasil uji coba dianalisis per pernyataan. Tiap pernyataan dianalisis dari arah
harga daya pembeda dan reliabilitasnya. Proses analisisnya sebagai berikut:

1) Analisis Daya Pembeda Pernyataan Skala Sikap
Proses penentuan daya pembeda sebagai berikut:
-

Berdasarkan skor total seluruh perangkat subjek dikelompokkan menjadi
kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah.

-

Menghitung daya pembeda pernyataan dengan test.

Perhitungan daya beda pernyataan skala sikap ilmiah siswa dilakukan dengan
software Anates V4.

2) Analisis Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang
mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang
terpercaya, disebut sebagai reliabel. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang konsisten. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas

31
instrumen didasarkan pada pendapat Azwar (2000: 184) yang menyatakan bahwa
untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan formula alpha, yaitu:

�=

−1

1−

�2

�� 2

Keterangan :
α

= koefisien reliabilitas alpha

k

= banyaknya belahan

Σsj2 = jumlah varians skor belahan
sx2 = varians skor total
(Azwar, 2000: 184).

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran
dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk
mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut,
dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s yang
diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1, uji ini dilakukan dengan
bantuan SPSS 17.0.
Kriteria penafsiran koefisien reliabilitas menurut Arikunto (2006) disajikan pada
Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Penafsiran Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas
0,80 - 1,00
0,60 - 0,79
0,40 - 0,59
0,20 - 0,39
< 0,20

Tafsiran
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang (cukup)
Rendah
Sangat Rendah

32
b. Penafsiran Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran
diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan
jumlah butir pernyataan yang digunakan.

Skor ini dikualifikasikan menjadi empat kategori sikap, yaitu sangat tinggi (sangat
baik), tinggi (baik), rendah (cukup), dan sangat rendah (kurang). Berdasarkan
kategori ini dapat ditentukan sikap peserta didik. Penentuan kategori hasil
pengukuran sikap dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Nilai Berdasarkan Instrumen Skala Sikap Ilmiah
No
1
2
3
4

Skor Peserta Didik
Mi + 1.5 SDi ≤ M ≤ Mi + 3,0 SDi
Mi + 0 SDi ≤ M < Mi + 1,5 SDi
Mi - 1.5SDi ≤ M < Mi + 0 SDi
Mi – 3,0 SDi ≤ M < Mi – 1,5 SDi

Kategori Sikap
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

Keterangan:
1

Mean Ideal (Mi) = (skor maksimum + skor minimum)
2

1

Standar Deviasi Ideal (SDi) = (skor maksimum - skor minimum)
6
M = Skor Peserta Didik
(Direktorat Pembinaan SMA, 2010: 60).

99

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah telah
dihasilkan instrumen penilaian sikap ilmiah siswa pada pembelajaran
fisika berupa skala sikap ilmiah siswa. Model skala sikap yang digunakan adalah
Skala Likert . Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan sikap dan diikuti oleh
pilihan respons yang menunjukkan tingkatan responsnya. Pilihan responsnya
adalah SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu), TS (tidak setuju), STS (sangat
tidak setuju). Skala sikap ilmiah siswa memuat 40 butir pernyataan sikap ilmiah.
Aspek sikap ilmiah yang diukur adalah sikap ingin tahu, sikap teliti, sikap berpikir
kritis, sikap respek terhadap data, sikap kreatif, sikap ketekunan, sikap berpikiran
terbuka,dan sikap kerja sama. Skala sikap ilmiah ini dapat membantu guru dalam
melakukan penilaian ranah afektif pada pembelajaran fisika.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian pengembangan, maka penulis
memberikan saran untuk melakukan penelitian lanjutan berupa pengembangan
instrumen penilaian sikap yang lain seperti sikap terhadap materi pelajaran, sikap
terhadap guru, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap yang berkaitan
dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Herson. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal
Pelangi Ilmu. Diakses pada tanggal 22 Februari 2013 dari
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/download/593/544
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsini. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara
Azwar, Saifuddin. 2000. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SMA/MA. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2007. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan . [On line] tersedia:
http://www.dikti.go.id/files/atur/Permen20-2007StandarPenilaian.pdf.
Diunduh pada tanggal 21 November 2012
Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Penyusunan Perangkat Penilaian
Afektif di SMA. [On line] tersedia:
http://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com/2010/06/30-juknispenilaian-afektif__isi-revisi__0104.pdf. Diunduh pada tanggal 21
November 2012
Dwiyogo, Wasis D. 2003. Konsep Penelitian Pengembangan. Disajikan pada
Pelatihan Metodologi Penelitian Pendidikan Tanggal 28-30 Maret 2003
di Universitas Lampung.
Hajaroh, Mami. 2004. Pengembangan Evaluasi Afektif Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam di Prodi D-II PGSD Guru Kelas Universitas Negeri
Yogyakarta. [On line] tersedia: http://staff.uny.ac.id. Diunduh pada tanggal
13 November 2012

Hidayati, Kana. 2012. Penilaian Berbasis Kelas. Universitas Negeri Yogyakarta.
[On line] tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/
kana-hidayati-mpd/pe