PENDAHULUAN Produksi ayam sarana ritual bagi umat Hindu Bali melalui aplikasi teknik breeding.

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015 ISSN: 2087-118X 76 The results showed that the activities of IbIKK unit show business indicators such as production, management, marketing, and financial facilities performing quite well. Total production is generated solely by unit IbIKK are 800 of eggs with IDR 720.000 prices and 1,188 chicken for Rp. 29.7 million. Production of partners livestock groups are Rp 1,600 chickens for IDR 40,000,000. Results showed that the indicators of business activities such as production, management, marketing, facilities and financial showed a pretty good performance. Total production is generated solely by unit IbIKK namely: eggs many as 800 items for Rp 720,000, totaling. Cash flow shows an income of IRD 143.02 million and expenditures of IRD. 128.403 million so generated net cash of IRD 14.617 million, after deducting contributions to the institution of 10 of total profits. Key words : production, chicken of ritual, Balinese Hindu community, breeding techniques,

A. PENDAHULUAN

Kegiatan ritual menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tatakehidupan masyarakat Bali. Komunitas Bali menyakini bahwa ritus tersebut pada hakekatnya merupakan implementasi filsafat hidup Trihitakarana dalam rangka menjaga keharmonisan hidup manusia dengan alam semesta. Oleh sebab itu, hampir seluruh bagian kehidupan di Bali dijalani dengan rangkaian ritual sesuai dengan runtutannya. Salah satu sarana yang digunakan dalam kegiatan ritual tersebut berasal dari satwa yang disebut satwa upakara, dan jenis satwa yang paling banyak digunakan adalah ungas. Kegunaan unggas dalam ritual berhubungan dengan fenotif unggas bersangkutan yang diekspresikan pada warna bulunya. Unggas seperti ayam dan itik dengan warna bulu yang khas memiliki makna yang spesifik bagi kehidupan spiritual komunitas Bali. Semakin langka jenis unggas maka semakin tinggi nilai spiritualnya yang berimplikasi terhadap mahalnya harga unggas bersangkutan secara ekonomi. Ayam brumbun misalnya, merupakan salah satu jenis ayam yang sangat sulit didapat dihargai hampir tiga sampai lima kali lipat harga ayam biasa. Ayam berumbun berumur 2 bulan harganya mencapai Rp. 30.000 - 50.000 per ekor, sementara harga ayam biasa hanya Rp. 10.000 – 15.000. Harga ini akan semakin meningkat saat datangnya hari baik untuk pelaksanaan ritual rerahinan. Langkanya ketersediaan satwa tersebut karena munculnya unggas dengan fenotif tersebut sepenuhnya bergantung kepada alami sedangkan permintaan terus bertambah. Pengembangan Ipteks dalam bidang breeding di Fakultas Peternakan Universitas Udayana telah mampu merekayasa unggas dengan fenotif yang dikehendaki. Melalui teknologi ini dapat diatur, dalam jumlah dan waktu yang sesuai keperluan. Hal ini sangat relevan dengan permintaan satwa upakara yang permintaannya sangat ditentukan oleh jenis dan waktu pelaksanaan kegiatan ritual tersebut. Mengingat pangsa pasar satwa upakara yang demikian luas, sementara belum ada usaha sejenis secara profesional khususnya yang menerapkan teknologi tersebut membawa kepada pemikiran untuk menjadikan hasil pengembangan Ipteks tersebut sebagai usaha komersial berupa program Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus I b IKK Satwa Upakara di Universitas Udayana. Tujuan pengembangan program Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus I b IKK Satwa Upakara diantaranya untuk a sarana komersialisasi kepakaran kampus dalam rangka memperoleh income generating Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 6, Nomor 1, Juli 2015 ISSN: 2087-118X 77 bagi institusi, b sebagai tempat bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha berbasis hasil pengembangan Ipteks Perguruan Tinggi di Universitas Udayana; dan c membantu masyarakat yang melaksanakan ritual untuk mendapatkan satwa upakara secara lebih mudah dengan harga yang lebih murah yang berimplikasi bagi pelestarian dan budaya Bali.

B. SUMBER INSPIRASI