melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi berbagai jenis perpustakaan. Lain halnya menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia, yang
menjabarkan bahwa pustakawan ialah seseorang yang melakukan kegiatan kepustakawanan dengan cara memberikan pelayanan jasa kepada publik
sesuai dengan tugas lembaga induknya dengan berdasar ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan.
Bila demikian, dari ketiga pengertian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pustakawan adalah seseorang yang berkompeten dalam bidang
kepustakawanan, memiliki pendidikan pepustakaan, tenaga profesi dalam bidang informasi, dan bekerja di perpustakaan serta diberikan tanggung jawab,
tugas, wewenang, dan hak oleh lembaga induk atau pejabat terkait yang memiliki wewenang.
Pustakawan sebagai penggerak perpustakaan perlu menjadi mediator dan katalisator dalam pengembangan serta pembudayaan literasi informasi.
Pentingnya peran tersebut, menjadikan literasi informasi sebagai kemampuan mutlak yang perlu dimiliki oleh pustakawan. Ini pula yang mendasari,
mengapa kemampuan literasi informasi pustakawan perlu ditelusuri. Pada karya tulis ini, yang ditelusuri adalah seluruh pustakawan di Perpustakaan
Daerah Kota Yogyakarta.
2.2.3 Literasi Informasi
Deskripsi mengenai literasi informasi telah menjelma menjadi beragam bentuk dari tahun ke tahun. Tokoh yang dianggap sebagai pencetus pertama
istilah literasi informasi adalah Paul Zurkowski dalam laporannya ke US National Commission on Libraries and Information Science pada awal tahun
1970-an, sedangkan deskripsi yang paling familiar mengenai literasi informasi ialah hasil studi Christina Doyle pada awal tahun 1990-an dan laporan akhir
Presiden Komite ALA American Library Association mengenai literasi informasi.
1. Pengertian Literasi Informasi Literasi informasi menurut Christina Doyle 1992 ialah kemampuan
untuk mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dari beragam sumber. Sebelumnya, pada tahun 1989, American Library Association ALA
memaparkan bahwa untuk menjadi seseorang yang literat dalam informasi, seseorang perlu mengetahui kapan suatu informasi dibutuhkan serta memiliki
kemampuan untuk menemu kembali, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif. Orang-orang yang literat dalam informasi adalah
mereka yang sudah belajar bagaimana cara “belajar.” Mereka tahu cara “belajar” karena mereka mengetahui bagaimana sebuah informasi dikelola.
Salah satu definisi mengenai literasi informasi dari Chartered Institute of Library dan Information Professionals CILIP yang disepakati oleh Dewan
CILIP tahun 2004. Menurut CILIP, literasi informasi merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui kapan dan mengapa suatu informasi dibutuhkan,
dimana mencarinya, bagaimana cara mengevaluasi, menggunakan serta mengomunikasikan suatu informasi secara etis.
Melalui tiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi informasi adalah kemampuan untuk menemu kembali, mengevaluasi,
menggunakan, menciptakan suatu informasi secara efektif guna mencapai berbagai
tujuan, baik
individu maupun
sosial, serta
mampu mempertanggunjawabkan informasi bersangkutan secara etis. Adapun
cakupan kemampuan yang menurut CILIP seharusnya dipahami oleh seseorang yang literat informasi antara lain; mengenali kebutuhan akan
informasi, mengenali sumber-sumber referensi yang tersedia, mengakses dan menemu kembali informasi, mengevaluasi informasi hasil temuan, mengelola
informasi, menggunakan
informasi secara
bertanggung jawab,
mengomunikasikan atau membagi informasi yang ditemukan kepada orang lain, dan menyimpan informasi tersebut dengan baik.
Delapan butir yang disebutkan di atas merupakan himpunan kemampuan yang perlu dipahami oleh seorang literat dalam informasi, yang
kemampuan tersebut kemudian digunakan untuk memecahkan problematika sehari-hari serta mengasah pemikiran kritis.
b. Model Literasi Informasi Komponen-komponen
seorang literat
dalam informasi
dapat diidentifikasi dengan model-model literasi informasi. Keberadaan suatu model
dapat pula menunjukkan hubungan-hubungan antar komponen. Terdapat empat model literasi informasi yang masyhur hingga saat ini, yakni
Empowering 8, Seven Pillars of Information Literacy, Seven Faces of
Information Literacy, dan The Big 6. Adapun deskripsi dari masing-masing model literasi informasi:
1. Empowering 8
Model ini dicetuskan sekaligus disepakati pada International Workshop on Information Skills for Learning tahun 2004 di Colombo, Sri Lanka. Model
ini digunakan untuk negara-negara Asia Tenggara dan Selatan. Tabel 2.1 Model Empowering Eight
Langkah Komponen
Hasil Pembelajaran yang Didemonstrasikan
1 Identifikasi
- Menentukan subjek atau topik
- Menentukan dan memahami
sasaran penyajian -
Memilih format yang relevan untuk produk akhir
- Mengidentifikasi kata kunci
- Merencanakan strategi
penelusuran -
Mengidentifikasi berbagai jenis sumber, dimana informasi
bersangkutan memungkinkan ditemukan
2 Eksplorasi
- Menentukan lokasi sumber yang
sesuai dengan pilihan topik -
Menemukan informasi yang sesuai dengan pilihan topik
- Melakukan wawancara, kunjungan
lapangan atau penelitian di luar lainnya
3 Seleksi
- Memilih informasi yang relevan
- Menentukan sumber mana saja
yang terlalu mudah, terlalu sukar
atau sesuai -
Mencatat informasi yang relevan dengan cara membuat catatan atau
membuat pengorganisasi visual seperti kartu, grafik, bagan atau
garisan, dan sebagainya
- Mengidentifikasi tahapan dalam
proses -
Mengumpulkan sitiran yang sesuai 4
Organisasi -
Memilah informasi -
Membedakan antara fakta, pendapat, dan khayalan
- Mengecek bias dalam sumber-
sumber -
Mengatur informasi yang diperoleh dengan urutan logis
- Menggunakan pengorganisasian
visual untuk membandingkan atau mengontraskan informasi yang
didapat
5 Menciptakan
- Menyusun informasi sesuai
dengan opini dalam cara yang bermakna
- Merevisi dan menyunting sendiri
atau bersama pembimbing -
Finalisasi format bibliografis 6
Presentasi -
Mempraktekkan aktivitas penyajian
- Berbagi informasi dengan pihak
yang sesuai -
Memaparkan informasi dalam format yang tepat sesuai sasaran
- Menyusun dan menggunakan
peralatan yang sesuai 7
Penilaian -
Menerima masukan dari siswa lain -
Swa-akses kinerja dalam penanggapan dan penilaian dari
pihak guru -
Merefleksi seberapa jauh keberhasilan yang telah mereka