Sistem Koordinat Kartesian 2D Proyeksi Latitude dan Longitude

lokal atau disebut koordinat lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasarkan matematis maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistem kesepakatan dasar matematisnya. Untuk mengambarkan objek atau features permukaan bumi di atas layar komputer, peneliti memerlukan suatu sistem penggambaran yang mempresentasikan keadaan muka bumi sebenarnya yang peneliti sebut sebagai proyeksi. Proyeksi peneliti gambarkan dalam sistem koordinat cartesian , yang umumnya dikenal dalam unit X dan Y. Berikut akan peneliti bahas sistem proyeksi yang sering digunakan dalam SIG proyeksi longtitude latitude Aryono Prihandito, 1998.

2.4.2.1 Sistem Koordinat Kartesian 2D

Sistem koordinat kartesian dua dimensi merupakan sistem koordinat yang terdiri dari dua salib yang sumbunya saling tegak lurus, biasanya sumbu X dan Y. Gambar 2. 5 Sistem Koordinat Kartesian 2D

2.4.2.2 Proyeksi Latitude dan Longitude

Geographic coordinate System Proyeksi ini pada umumnya digunakan untuk mengambarkan keadaan global. Satuan unit yang digunakan adalah Degree derajad atau º. Satuan derajad ini dilambangkan dengan satuan decimal degree , DMS Degree Minute Second dan DM Degree Minut decimal . Sebagai contoh : ƒ 15,150 berarti 15,15 derajad degree ƒ 150 301 2511 berarti 15 derajad degree 30 menit dan 25 detik. Pelambangan ini digunakan dalam unit DMS ƒ 150 30,51 berarti 15 derajat degree 30,5 menit. Proyeksi longitude latitude di dasari dari bentuk bumi spheroid , yang dibagi atas garis tegak yang mengiris bumi dari belahan bumi utara hingga kutub selatan yang dinamakan garis meridian dan garis-garis melintang yang membagi bumi dari timur hingga ke barat yang dinamakan garis paralel. Garis 00 meridian melewati kota Grenwich, Inggris, implikasinya adalah adanya pembagian waktu yang berbeda pada daerah- daerah yang ada di bumi bagian timur dan barat. Perubahan nilai garis meridian terjadi secara vertikal sepanjang garis horizontal yang peneliti sebut sebagai longitude ata sumbu X. Sedangkan garis paralel berubah secara horizontal sepanjang garis Vertikal dan peneliti sebut sebagai latitude atau sumbu Y. Akibat dari adanya garis paralel adalah perbedaan musim di daerah bagian selatan dan bagian utara bumi. Umumnya Indonesia menyebut garis bujur timur untuk menamakan eastrn dan garis bujur barat untuk western . Sedangkan belahan bumi utara atau northern disebut sebagai lintang utara dan sebaliknya bellahan bumi selatan atau southern disebut sebagai lintang selatan. Gambar 2. 6 Proyeksi Longitude Latitude. Proyeksi ini akan dibaca sebagai proyeksi bumi spheroid oleh koordinat cartesian yang memiliki empat zona utama yaitu, zona timur utara North East dengan koordinat x,y berupa nilai +,+, zona timur selatan South East sebagai +,-, zona barat selatan South Western dengan -,- dan zona barat utara North Western dengan -,+. Berikut adalah contoh penerapan proyeksi longitude latitude untuk negara-negara di seluruh dunia. Gambar 2. 7 Proyeksi longitude dan latitude untuk negara didunia. Proyeksi tersebut walaupun berlaku global tetapi karena bentuk bumi yang cenderung elips menyebabkan adanya perbedaan jarak antar garis meridian dan paralel di setiap belahan bumi. Sebagai contoh satu derajad jarak antar garis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI meridian di daerah katulistiwa sama dengan kira-kira 110 km, sedangkan pada jarak satu derajad yang sama di belahan bumi utara, misalkan di jepang yang terletak di tengah belahan bumi utara kira-kira sebanding dengan 90 km, dan semakin ke utara dan selatan jaraknya semakin mengecil, untuk itu diperlukan suatu sistem lokal yang akan memperkecil nilai kesalahan yang mana setiap daerah memiliki sistem berbeda, begitu pula dengan negara-negara di benua Asis, Eropa, dan lain-lain. Indonesia menggunakan sistem yang disebut World Geodetic System tahun 1984 WGS, 1984. Dengan demikian, untuk menyatakan batas-batas koordinat Indonesia adalah sebagai berikut : Proyeksi Longitude Latitude dalam sistem WGS 1984 dengan batas-batas koordinat berikut 6 Northern LU - -11 Southern LS dan 95 Eastern BT – 141 Eastern BT Sosrodarsono, S. dan Takasaki, M. 1983.

2.5 Google Maps