Kaidah Dasar Bahasa Indonesia mengenai kata yang penting disebutkan atau ditulis lebih Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak mengenal perubahan bentuk kata benda sebagai

2. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia mengenai kata yang penting disebutkan atau ditulis lebih

dahulu, sesudah itu baru keterangannya Kata yang diterangkan berada di depan kata yang menerangkan. Dengan istilah lain, bahasa Indoensia mengikuti hukum DM Diterangkan-Menerangkan. Berdasarkan hukum tersebut, susunan Borobudur Hotel, mini bus, ini hari, ini kali, ganteng aku dan sejenisnya, bukan susunan yang benar. Susunan kata seperti itu, mendahulukan sesuatu yang menerangkan daripada yang diterangkan, adalah susunan bahasa Indo-Jerman. Dalam susunan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, susunan seperti itu harus ditinggalkan. Dengan demikian kata-kata diatas harus kita ubah menjadi Hotel Borobudur, bus mini, hari ini, kali ini, aku ganteng. Meskipun demikian, seperti umumnya, kaidah bahasa tidak bersifat mutlak, dalam hal inipun susunan Diterangkan- Menerangkan juga mempunyai kekecualian. Perkecualian hukum tersebut antara lain. a. Kata depan, misalnya :  Ia tinggal di Surabaya  Ibu pergi ke Kantor  Kakak datang dari Bogor b. Kata bilangan  Semua mahasiswa harus mengikuti penataran  Ibu membeli dua ekor ayam  Beberapa orang dosen mengikuti seminat di Jakarta c. Kata keterangan  Saya berangkat tadi malam  Adik sedang belajar  Anak itu sangat rajin d. Kata kerja bantu  Ia pasti datang kalau diundang  Saya akan pergi sekarang  Ia hendak makan, ambilkanlah e. kata majemuk yang mempunyai arti kiasan, misalnya :  panjang tangan  keras hati  keras kepala  tinggi hati  tebal telinga  ringan tangan f. Kata majemuk dari bahasa asing  Mahaguru  Bumiputra  Perdana mentari  Binamarga  Purbakala 2 [2]

3. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak mengenal perubahan bentuk kata benda sebagai

akibat penjamanakan. Untuk menyatakan jamak atau banyak, bahasa Indonesia menggunakan kata bilangan, baik bilangan tertentu maupun tidak. Kata bilangan tertentu misalnya : dua, empat, seratus, seribu dan sebagainya, sedangkan bilangan tidak tentu misalnya : sedikit, sejumlah, sekelompok, beberapa, dan sebagainya. Dengan demikian, yang ada dalam bahasa Indonesia ialah :  Sekelompok mahasiswa  Sejumlah peserta  Dua ekor kerbau  Seratus buah rumah Dan bukan  Sekelompok mahasiswa-mahasiswa  Sejumlah peserta-peserta  Dua ekor kerbau-kerbau  Seratus buah rumah-rumah Bentuk-bentuk diatas merupakan kerancuan di bidang reduplikasi yang diakibatkan oleh dua bentuk yang masing-masing mempunyai makna jamak. Satu kata menganduung arti jamak dan kata yang lain mengandung arti jamak lain pula akibat proses reduplikasi. Reduplikasi tersebut banyak macamnya, salah satunya adalah yang mengandung makna “banyak yang tak tentu” Gorys Keraf 1984 : 121, yang biasanya merupakan reduplikasi penuh. Berikut ini beberapa contoh kreancuan yang dimaksud : Pemikiran frase banyak + bentuk ualng yang menyatakan banyak yang tak tentu. 2 a. Selama ini banyak hasil-hasil penelitian yang hanya disimpan saja. b. Banyak anak-anak kecil bermain di jalan raya. kata “banyak” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mengandung makna “ tidak sedikit” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 79. Itu berarti juga jamak lebih dari satu. Sedang bantuk rekapitulasi hasil-hasil dan anak-anak mengandung makna ‘jamak yang tak tentu’. Jadi, frase yang bergaris bawah pada kalimat I dan II tersebut mempunyai makna yang berlebihan atau rancu. Kita dapat mengambil bentuk yang tepat seperti berikut : 1. a. Selama ini banyak hasil penelitian yang hanya dsimpan saja. b. Selama ini hasil-hasil penelitian hanya disimpan saja. 2. a. Banyak anak kecil bermain di jalan raya. b. Anak-anak kecil bermain di jalan raya. Pemakaian frase sejumlah+bentuk ulang yang menyatakan jamak tak tentu. 3. dengan sebagian dari anugerah ini, saya bisa membantu sejumlah anak-anak itu . Dalam KBBI kata “sejumlah” mengandung makna ‘banyaknya’ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 368 yang juga berarti menunjuk makna jamak atau lebih dari satu, sedang bentuk ulang atau reduplikasi anak-anak juga mengandung makna jamak yang tak tentu. Jadi, frase sejumlah merupakan bentuk yang rancu dan berlebihan. 4. a. Dengan sebagian dari anugerah ini, saya bisa membantu sejumlah anak. b. Dengan sewbagian dari anugerah ini, saya bisa membantu anak-anak. Pemakaian frase beberapa+bentuk ulang yang menyatakan jamak yang tak tentu 5. Guru itu mengumpulkan beberapa anak-anak untuk membersihkan kelas. Kata “beberapa” dalam KBBI bermakna “menyatakan bilangan yang tak tentu boleh banyak, boleh sedikit”. Itu berarti, kata beberapa sudah mengandung makna jamak. Jadi, bentuk beberapa anak-anak merupakan bentuk yang rancu dan berlebihan. Kita dapat memilih bentuk yang benar seperti berikut : 6. a. Guru itu mengumpulkan beberapa anak untuk membersihkan kelas. b. Guru itu mengumpulkan anak-anak untuk membersihkan kelas. pemakaian frase :semua” + bentuk ualng yang menyatakan jamak yang tak tentu. 7. a. Ia sedang membenahi semua buku-buku yang berjatuhan itu. b. semua murid-murid diharuskan mengikuti upacara. Kata semua mengandung makna sekalian, segala, segenap, Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 811 yang berarti mengandung makna jamak. Jadi, pemakaian frase “semua” + bentuk ulang yang menyatakan jamak adalah berlebihan dan rancu. Kita dapat memilih bentuknya yang benar, yaitu : 8. a. Ia sedang membenahi semua buku yang berjatuh-an itu. b. Ia sedang membenahi buku-buku yang berjatuhan itu. 9. a. Semua murid diharuskan mengikuti upacara. b. Murid-murid diharuskan mengikuti upacara. Pemakaian frase “segala” + bentuk ulang yang menyatakan jamak yang tak tentu. 10. segala perbuatan-perbuatan yang menyimpang harus segera dimusnahkan. Kata “segala” dalam KBBI bermakna 1 semua, sekalian; 2 seluruh, segenap, Departemen Kebudayaan dan pendidikan, 1988 : 793, yang juga mengandung makna jamak yang tak tentu. Jadi, frase “segala” + bentuk ulang yang menyatakan jamak merupakan bentuk yang berlebihan dan sekaligus merupakan bentuk rancu, bentuk yang benar adlah sebagaimana berikut : 11. a. Segala perbuatan yang menyimpang harus segera dimusnahkan. b. Perbuatan-perbuatan yang menyimpang harus segera dimusnahkan. Pemakaian frase “para” + bentuk ulang yang menyatakan jamak yang tak tentu : 12. Para guru-guru teladan mendapatk beberapa penghargaan. Dalam KBBI kata “para : menyatakan arti jamak” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 648, yang berarti juga menyatakan jamak tak tentu. Jadi, frase para guru-guru merupakan bentuk yang berlebihan dan sekaligus merupakan bentuk yang rancu. Bentuk yang benar seperti berikut : 13. a. Para Guru teadan mendapat beberapa penghargaan. b. Guru-guru teladan mendapatkan beberapa penghargaan. Pemakaian frase yang lain juga berlebihan dan rancu adalah seperti contoh berikut : Meskipun ONH naik, masih banyak para calon haji yang mendaftar. 15. ...... sudah banyak para ibu yang menyadari pentingnya KB. Dalam hal itu, kata “banyak” menunjuk makna jamak tak tentu, sedang kata “para” menunjuk kata jamak tak tentu. Itu berarti bahwa banyak para di sini merupakan bentuk yang berlebihan. Bentuk yang benar ini ialah : 16. Meskipun NOH naik, masih banyak calon haji yang mendaftar. 17. .... sudah banyak ibu yang menyadari pentingnya KB. Pemakaian frase daftar para : 18. Daftar para mahasiswa baru dapat dilihat di harian Wawasan 19. Pada halaman berikutnya akan Anda dapatkan daftar para peserta. Kata “daftar” dalam KBBI mengandung makna catatan sejumlah hal atau nama orang, barang, dan sebagainya. Yang disusun berderet dari atas ke bawah : misalnya daftar buku, daftar gaji, daftar nama pegawai Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 179, yang berarti juga menunjukkan makna jamak atau lebih dari satu. Kata para seperti telah dijelaskan di muka juga mengandung makna jamak, jadi bentuk atau frase dalam kata para merupakan bentuk yang berlebihan, sedang bentuk yang benar adalah : 20. a. Daftar mahasiswa baru dapat dilihat di harian Wawasan. b. Nama-nama mahasiswa baru dapat dilihat di harian Wawasan. 21. Pada halaman berikutnya akan anda dapatkan daftar peserta. 22. pada halaman berikutnya akan anda dapatkan nama-nama peserta. Selain itu, sering juga kita dapatkan susunan seperti : para alimni, kaum politisi, para medisi, dan sebagainya. Kata-kata alumni, politisi, medisi sudah menunjukkan pengertian jamak, yaitu dari kata alumnus, politikus, dan medikus, sehingga menurut aturan bahasa Indonesia yang benar seharusnya cukup dikatakan : kaum politikus atau politisi, para alumnus atau alumni, dan para medikus atau medisi. Susunan seperti di atas dipengaruhi oleh adat susunan bahasa Indo-Jerman. Pada bahasa tersebut, perubahan kata benda di belakang kata-kata penunjuk jamak memang merupakan keharusan, karena memang begitulah ketentuan yang berlaku seperti yang terlihat pada kata-kata :  One table  A book  A girl  One day  Two tables  Many books  Many girls  Three days  Dan sebagainya 3 [3]

4. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian.