MAKNA MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) (StuditerhadapCalonTenagaKerja Indonesia di Penampungan PJTKI Tri Tama Binakarya)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Penempatan Tenaga Kerja Indonesi (TKI) keluar negeri menjadi salah satu
alternatif pemecahan masalah yaitu pengangguran dan perluasan kesempatan kerja
bagi rakyat. Keberhasilan program ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat
dan membawa implikasi pada penerimaan devisa negara. Dewasa ini, Indonesia
memasuki era globalisasi yang menuntut persaingan antar bangsa khususnya di
bidang ekonomi dan perdagangan. Hal ini semakin nyata dengan adanya AFTA
(Asia Free Trade Area) pada tahun 2003. Mobilitas modal,barang dan jasa
termasuk jasa tenaga kerja semakin meningkat. Mobilitas tenaga kerja yang
bertumpu pada sumberdaya manusia berkualitas menjadi faktor penentu
keberhasilan suatu bangsa dalam persaingan. Menghadapi tantangan demikian,
Indonesia perlu melakukan pengembangan posisi diri yaitu dengan meningkatkan
keunggulan komporatif dan kompetitif sumber daya manusianya sehingga dapat
keunggulan diantara negara-negara penempat tenaga kerja, (Hermanto,2001).
Membicarakan masalah TKI memang tidak akan pernah habis-habisnya
silih berganti kejadian dan peristiwa tentang nasib TKI di luar negeri telah
diberitakan secara luas di media massa. Sebut saja, mulai dari kasus penganiayaan
TKI, pemulangan secara paksa (oleh Pemerintah Malaysia),bahkan sampai pada

ancaman hukuman mati atas TKI seperti yang terjadi di Saudi Arabiyah. Beberapa
waktu yang lalu kita dikejutkan berita tentang dipancungnya seorang TKW yang

1

berada di Saudi Arabiyah, dia adalah Ruyati seorang pembantu rumah tangga
yang dituduh membunuh majiakannya. Ruyati hanya satu diantara ratusan TKI
yang bermasalah atau tersandung kasus hukum di Saudi Arabiyah. Menurut
menteri luar negeri Indonesia, masih ada sekitar 303 TKI terancam hukuman mati
dan 23 diantaranya siap dieksekusi dalam waktu dekat. Disamping itu masih ada
juga permasalahan TKI yang berada di kolong jembatan Kandarah, di kolong
jembatan tersebut terdapat ratusan ribu tenaga kerja yang bermasalah dan hidup
dalam kondisi yang memprihatinkan. Dalam situasi tersebut, rawan terjadi
perpecahan dan berpotensi untuk menimbulkan konflik baik antar sesama Warga
Negara Indonesia (WNI) maupun antara WNI dengan warga negara asing yang
sama-sama overstayer seperti dari Filipina, Pakistan, Bangladesh dan berbagai
negara pemasok tenaga kerja lainnya (http://luar-negeri.kompasiana.com, 2012).
Lain lagi persoalan yang dIhadapi oleh TKI yang berada di Hongkong.
Banyak diantara Jumlah buruh migran Indonesia yang hamil di Hong Kong
ternyata tak bisa dibilang sedikit. Setidaknya hal tersebut terungkap dari data

Pathfinders, lembaga yang bergerak dalam penanganan kasus buruh migran,
dalam rentang 15 bulan. Dari 120 buruh migran hamil yang meminta bantuan
konsultasi dan advokasi ke Pathfinders selama 15 bulan terakhir, sebanyak 80
persen diantaranya adalah Buruh Migran Indonesia (BMI). Menurut Kylie, ratarata buruh migran yang datang atau menghubungi kantornya sudah dalam kondisi
hamil tua atau visa tinggalnya hampir berakhir. "Biasanya yang datang adalah
mereka yang jadwal melahirkannya tinggal 2 minggu lagi atau visanya habis
dalam 1 atau 2 hari lagi," terangnya. Tak sedikit pula yang datang sudah dalam

2

kondisi overstayed, bahkan hingga lebih dari 3 tahun. Mayoritas dari mereka,
sekitar 70 persen, ditinggalkan atau sudah tak berhubungan lagi dengan lelaki
yang menghamilinya” (www.liputan 6.com, 2012).
Permasalahan TKI muncul dan terus berulang karena pemerintah selama
ini menganggap enteng. Permasalahan yang sering muncul yaitu adanya TKI
illegal, TKI tersangkut kasus pembunuhan, kasus pencurian hingga TKI yang
dianiaya. Permasalahan ini menjadi pergunjingan publik dan akhir-akhir ini telah
menguras perhatian pemerintah. Selama ada TKI, sangat jarang kita mendengar
ada TKI yang sukses di negeri orang khususnya bekerja di sektor non formal
(pembantu rumah tangga atau PRT), malah yang ada adalah TKI yang hendak

digantung, dipancung, dipenjara atau dikenai hukuman lainnya. Tentu saja hal ini
menjadi pertanyaan besar bagi kita, apakah menjadi seorang TKI tidak memiliki
keuntungan? Menjadi TKI lebih besar kerugiannya?. Meskipun demikian ada sisi
positif dengan bekerja sebagai TKI di luar negeri.
Sisi positif dengan menjadi TKI adalah banyak sebagian orang-orang
disekitar kita yang sukses setelah bekerja di luar negeri meskipun hanya sebagai
pembantu rumah tangga (PRT). Contoh para TKI yang sukses antara lain ada
pasangan suami istri (pak Maman) dari Majalengkayang merantau sebagai TKI di
Saudi Arabiyah dengan berprofesi sebagai sopir dan pembnatu rumah tangga
(PTR). Kesuksesan yang dicapai adalah bisa membangun rumah permanen,
membeli sawah kendaraan dan lain sebagainya. Kisah lain TKI yang sukses
adalah di Minahasa, Sulawesi Utara misalnya, tak sedikit para TKI yang bekerja
membanting tulang di negeri orang menjadi miliarder di kampung halamannya.

3

Bahkan, ada satu desa yakni Desa Waleure, Kecamatan Langowan Timur,
Kabupaten Minahasa yang kebanyakanpenduduknya menjadi TKI di Amerika
Serikat. Puluhan di antaranya bahkan sudah mengantongi green card. Di desa
tersebut, terlihat deretan rumah megah di sepanjang jalan. Orang-orang yang

melewati desa langsung dengan mudah bisa menebak jika pemilik rumah-rumah
pastilah mereka yang menjadi TKI di negeri Paman Sam. Di garasi rumah mewah
tersebut biasanya terpakir mobil bermacam merek(Abunawar Bima, 2012).
Data resmi yang dihimpun oleh Depnakertrans Indonesia Arab Saudi,
merupakan negara penempatan yang mendominasi permasalahan yang dihadapi
tenaga kerja Indonesia (TKI) di antara 14 negara lainnya. Setidaknya,
permasalahan tersebut dapat diketahui dalam lima bulan terakhir -- Januari sampai
Mei 2012 – terdapat 1.410 TKI Bermasalah. 776 orang di antaranya merupakan
TKI Bermasalah dari Arab Saudi.(www.depnakertrans.go.id, 2012)
Berdasarkan data yang tercatat melalui Balai Pelayanan Kepulangan
(BPK) TKI Selapajang, Tangerang, Provinsi Banten – salah satu badan/institusi
teknis dari BNP2TKI yang menangani kedatangan TKI dari luar negeri berikut
melayani kepulangkan TKI bermasalah sampai ke daerah asal – bahwa
permasalahan yang dihadapi TKI cukup beragam. Mulai dari gaji tidak dibayar
majikan, dipekerjakan tidak sesuai perjanjian kontrak kerja (PK), disakiti majikan,
rindu kampung halaman, hingga pelecehan seksual((www.depnakertrans.go.id,
2012).

4


Tabel : Rekapitulasi TKI Bermasalah (Repatriasi) dari Januari – Mei 2012
Bulan
Negara
Penempatan Januari Februari Maret
Arab Saudi
226
171
1
Mesir
10
Malaysia
133
56
9
Taiwan
Singapura
Hong Kong
Uni
Emirat
15

13
18
Arab
Qatar
1
1
Syria
5
77
83
Kuwait
1
9
1
Yordania
24
5
42
Yemenia
Sudan

Turki
1
Libanon
Jumlah
405
332
165
Sumber : www.depnakertrans.go.id

Total

April
160
3
54
1
2

Mei
218

-

24

-

70

31
13
1
1
1
290

218

2
196
11

84
1
2
1
1.410

776
13
252
1
2

Permasalahan di atas merupakan permasalahan klasik yang tidak pernah
ada habis-habisnya selama masih ada TKI, karena permasalahan-permasalahan
tersebut terus berulang dan belum ada penyelesaian yang tuntas. Selain itu,
Indonesia juga merupakan negara pemasok tenaga kerja ke luar negeri terbesar di
dunia terutama sektor non formal.. Rumitnya masalah TKI memang sangat
bergantung dengan banyaknya jumlah TKI yang ada. Semakin banyak jumlah TKI
maka semakin besar peluangnya TKI tersangkut masalah hukum di negara tempat
TKI bekerja.

Tiada alasan lain mengapa para pencari kerja harus melirik ke luar negeri
untuk mencari kerja selain kurangnya lowongan pekerjaan di dalam negeri. Selain

5

itu, penghasilan pekerja di dalam negeri tidaklah cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dengan UMR (upah minimum rata-rata) hanya mampu
memenuhi kebutuhan seorang bapak dan ibu dalam sebuah rumah tangga.
Padahal, mencari kerja atau menjadi TKI sangat menakutkan mengingat kalau
TKI tentunya berada di negeri orang, Negeri yang bisa saja perlindungan kepada
tenaga kerja yang berasal dari luar negeri masih kurang dihargai.
Ketidakadaan lowongan pekerjaan sangat nyata jika dilihat dari jumlah
pengangguran dan wirausaha yang ada. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyatakan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,32 juta orang,
setara dengan 7,14 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237,8
juta orang. Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM, Sjarifuddin Hasan
menyatakan bahwa saat ini jumlah wirausaha di Tanah Air baru sebanyak 0,24
persen dari total populasi penduduk. Padahal, untuk dapat dikatakan sebagai
negara maju diperlukan setidaknya 2 persen jumlah wirausaha dari seluruh jumlah
penduduk (Media Indonesia, 02/02/2011).

Salah satu penyebabnya adalah TKI cenderung bekerja sebagai pembantu
rumah tangga. Pekerjaan ini sering memberikan peluang bagi tuan atau nyonya
yang dilayaninya melakukan kekerasan atau pelecehan. Tuan rumah melakukan
pelecehan dan nyonya rumah melakukan kekerasan.
Pekerjaan non formal memang jauh dari jaminan tenaga kerja seperti
tenaga kerja sektor formal, baik itu di instansi pemerintah, perusahaan ataupun di
instansi swasta lainnya. Jaminan ini juga berkaitan erat dengan perhatian yang
diberikan oleh lembaga/instansi tempat TKI bekerja karena TKI memberikan

6

sumbangsih

secara

formal

juga

sehingga

instansi

tempatnya

bekerja

menghargainya.
Jauh panggang dari api, demikianlah jika melihat kondisi dalam negeri
untuk memenuhi tuntutan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup.
Permasalahan ini sangat mengikat masyarakat untuk hidup miskin dan berjuang
mengadu nasib hingga ke luar negeri meskipun dengan cara illegal. Potensi tidak
ada, pendidikan tidak ada, jadilah pembantu rumah tangga di negeri orang lain.
Pabrik atau perusahaan yang ada sekarang inipun telah mengutamakan pendidikan
dalam menerima calon pekerja, padahal pekerjaan yang ditawarkan bukanlah
sebuah pekerjaan professional,.
Kita juga telah mengetahui bersama bahwa TKI penyumbang devisa
negara terbesar nomor dua. Sumbangan ini seharusnya memacu pemerintah untuk
serius memberikan perhatian demi terciptanya kenyamanan TKI di tempatnya
bekerja. Tiada yang lebih berharga dalam sebuah perkerjaan selain diperlakukan
dengan baik ketika bekerja. Bisa saja bahwa bekerja disektor non formal (menjadi
pembantu rumah tangga) dipahami sebagai pekerjaan rendah. Untuk itulah
pemerintah berperan agar pemahaman itu tidak berlanjut kepada perbuatan yang
merendahkan. Jika perlu pemerintah memfasilitasi organisasi TKI yang ada di luar
negeri sehingga para TKI merasa punya kekuatan, bukan untuk melawan
melainkan

mempertahankan

haknya

untuk

diperlakukan

secara

adil.

Permasalahan-permasalahan yang ada saat ini mengenai TKI bukanlah
permasalahan yang sebenar-benarnya ada masih banyak lagi yang belum
terungkap. Meskipun demikian, tetap saja kita yang mendengarnya merasa miris

7

dan tidak tahu harus berbuat apa. Kita hanya mampu berseru kepada pemerintah
agar mereka mau menanggapi secara serius, sebab hanya pemerintah yang
memiliki otoritas legal untuk menolong warganya yang terjerat masalah di negeri
orang.
Permasalahan TKI sering terjadi karena inti dari permasalah tidak lepas
dari lalainya atau lemahnya pengawasan, ketertiban dan kelayakan serta lemahnya
perlindungan dari pemerintah Indonesia. Lemahnya pengawasan pemerintah
terhadap PJTKI juga masih Nampak. Hal ini bisa dilihat Masih banyaknya oknum
Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang tidak mendapat izin dari
Departemen Tenaga Kerja(Depnaker), sehingga menyebabkan aliran TKI tidak
terkontrol. Akibatnya bisa ditebak, banyak kasus-kasus pemulangan TKI yang
tidak lengkap surat-suratnya alias illegal contohnya tenaga kerja asal desa
Ngentrong kecamatan.Campurdarat kabupaten Tulungagung. Dian (28)yang
merantau ke Brunai Darussalam. Setelah sampai di sana baru satu minggu
ternyata dia di pulangkan lagi ke Indonesia dengan alasan dokumentasinya kurang
lengkap.padahal dia membawa surat-surat resmi dari PJTKI (Maskur Ali,2012).
Keberadaan PJTKI ilegal ini juga tidak lepas dari adanya oknum-oknum
pemerintah yang ikut bermain di sana, sehingga PJTKI-PJTKI ilegal ini tetap
hidup dan berjalan.Hal ini tentu diperlukan, keterbitan yang berkaitan dengan
akuntabilitas dan kejujuran pihak praktisi yang mengawasi dan menentukan
kelayakan masing-masing TKI yang didaftarkan oleh PJTKI.
Kelayakan, tentu berkaitan dengan kompetensi dan kualitas masingmasing TKI yang diberangkatkan. Jika integrasi itu tidak kuat dan terpercaya,

8

pihak pemerintah luar negeri, dalam hal ini, Departemen Luar Negeri, akan
direpotkan dengan upaya melayani dan melindungi para tenaga kerja yang terlibat
masalah. Itulah, yang disebut dengan Citizen Servicee, (Suharto,2006).
Sejarah mencatat, banyak TKI yang bermasalah karena tidak bisa
memenuhi keinginan majikan untuk bekerja sesuai dengan yang harapankan,
misalnya TKI yang kurang terampil bisa menimbulkan rasa kecewa oleh majikan,
tentu dalam hal ini berkaitan dengan kompetensi. Ada, karena tidak fasif
berbahasa, memancing kegemasan dan kekesalan majikan sehingga keadaan itu
menghadiahkan kedua pihak suatu perseteruan yang melibatkan kekerasan. Lagi
lagi, ini berkaitan dengan kompetensi yang tidak dapat membentuk kualitas
standar. Dari sisi lain, ada juga majikan yang memang menuntut pekerjanya untuk
bisa memenuhi hasrat dan melayani majikan dengan seni seks. Bagi yang
menolak, tentu akan diancam dan siksa. Bagi yang menerima, banyak diantaranya
yang hamil, tanpa pertanggungjawaban dari majikant terjadilah masalah, (Sitepu
Anwar,2007).
Silih berganti kejadian dan peristiwa telah diberitakan di media televisi
dan majalah, mulai dari penganiayaan TKI, pemulangan, pelecehan sexsual,
bahkan sampai pada hukuman penjara atas TKI seperti yang terjadi di Arab
Saudi,Malaysia, singgapura, Taiwan, Hongkong dan Negara lainnya, namun hal
ini tidak menyurutkan niat calon TKI untuk tetap berbondong-bondong keluar
negeri untuk bekerja menjadi TKI. Sehingga timbullah pertanyaan apa yang
dipikirkan oleh calon TKI ketika mereka akan berangkat ke Negara tujuan ketika
banyaknya masalah yang dihadapi oleh TKI?.

9

Selama ini para TKI yang berangkat keluar negeri berpikir bahwa menjadi
TKI bisa menyelesaikan persoalan yang di hadapi mereka pada saat mereka
berada di daerah asal. Misalnya masalah keluarga, pertengkaran dengan
suami/istri, orang tua/mertua, saudara, di samping ada juga karena persoalan
ekonomi. Penelitian yang dilakukan ini adalah untuk membongkar mindset calon
TKI yang akan berangkat ke luar negeri untuk menjadi TKI, bisa jadi alasan
mereka menjadi TKI bukan semata-mata alasan ekonomi tapi ada alasan lain yang
belum terungkap misalnya keinginan para TKI untuk menunaikan ibadah haji atau
umroh bagi TKI yang berada di Saudi Arabia.
Pencermatan keadaan permasalahan TKI perlu dikaji dan di telaah secara
mendalam, mengenai pemaknaan menjadi TKI bagi calon TKI yang berada di
penampungan PJTKI. Peneliti merasa perlu menelusuri motif serta tujuan para
TKI untuk bekerja keluar negeri.

1.2. Fokus Penelitian
Banyaknya persoalan yang dihadapi warga Negara Indonesia yang
berstatus sebagai TKI di Negara tujuan dihadapkan pada seejumlah persoalan
diantaranya permasalahan hukum, mulai dari legalitas keberadaannya di negara
lain, pelanggaran atas kontrak kerja, tindak kriminal misalnya kekerasan fisik,
pelecehan seksual, pembunuhan baik TKI sebagai pelaku maupun sebagai korban
(victim), dan sebagainya ternyata tidak menyurutkan calon TKI untuk tetap
berangkat keluar negeri.
Berangkat dari pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan di latar
belakang tadi maka peneliti mengfokouskan penelitian pada Apakah makna

10

menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bagi calon TKI yang berada di
penampungan PT. Tri Tama Bina Karya?.
1.3. Tujuan Penelitian
Setelah melihat fokus penelitian maka tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui makna menjadi TKI bagi calon TKI yang berada di penampungan PT.
Tri Tama Bina Karya.

1.4. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian, bagi penulis bermanfaat untuk memperoleh serta
memperkaya pengalaman penelitian dan kegiatan ilmiah, serta secara lebih
spesifik dapat memberikan pemahaman yang lebih tajam dalam melihat fenomena
sosial yang terkait dengan makna menjadi TKI bagi calon TKI. Oleh karena itu
penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah warna baru yang lebih
elegan dalam membongkar mindset calon TKI yang memutuskan untuk menjadi
TKI di luar negeri. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
secara teoritis dan praktis dalam khasanah ilmu sosial, yaitu:
a. kegunaan teoritis: hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan teori sosiologi yaitu teori interaksi simbolik.
b. kegunaan praktis:


Penelitian dapat dijadikan acuan penelitian sejenis, khususnya yang
memiliki spesifikasi dan kriteria yang sama dengan fenomena dan
setting penelitian ini.

11



Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia untuk meningkatkan pelayanan dan juga memperbaiki
kualitas pembinaan bagi calon TKI yang akan dikirim atau
diberangkatkan ke luar negeri.

12

MAKNA MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)
(StuditerhadapCalonTenagaKerja Indonesia di Penampungan
PJTKI Tri Tama Binakarya)

TESIS
DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyarat
KelulusanSarjana S2

DISUSUNOLEH:

LAILIYAH AGUSTINA
09250097

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI
DIREKTORAT PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama:

Lailiyah Agustina

Nim :

09250097

Menyatakan bahwa tesis yang berjudul “MAKNA MENJADI TENAGA KERJA
INDONESIA (TKI) (Studi terhadap Calon Tenaga Kerja Indonesia di Penampungan
PJTKI Tritama Bina Karaya )” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini, dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian surat pernyataan ini Saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila
pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia mendapatkan sanksi akademis sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 03 Agustus 2012

Lailiyah Agustina
(Tandatangan&Namaterang)

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Muslan
(2006),
Ketidakpatuhan
SebuahEfekdiskriminasiHukum, UMM Press, Malang.

TKI

Agusmidah (2010), DinamikadanKajianTeoriHukumKetenagakerjaan Indonesia,
Ghalia Indonesia, Bogor.
Anthony
Giddens,
(1985),
KapitalismedanTeoriSosial
Modern;
SuatuAnalisisKaryaTulis Marx, Durkheim, dan Max weber, UI Press,
Jakarta.
As’ad, Moh.(1998).PsikologiIndustri. Liberty. Yogyakarta.
Craib,Ian, (1994), Teori-teoriSosialModerndari
Rajawali Press, Jakarta.

Parson

sampaiHabermas,

DediMulyana,
(2008),
PenelitianKualitatifParadigmaBaruIlmuKomunikasidanIlmuSosialLainnya
, PT. RemajaRosdaKarya, Bandung.
Emzir (2010), MetodePenelitianKualitatifAnalisa Data, Raja GrafindoPersada,
Jakarta.
EngkusKuswarno, ((2009), MetodePenelitianKomunikasi, Fenomenologi:
Konsepsi-konsepsiPedoman, danContohPenelitiannya, WidyaPadjajaran,
Bandung.
Faisal, S. (2003).
Jakarta.
George

Format-Format PenelitianSosial, Raja GrafindoPersada,

Ritzer-Douglas J. Goodman, (2007), TeoriSosiologi
EdisiKeenamKencanaPrenada Media Group, Jakarta.

Modern,

Nawawi, H . (2003). MetodePenelitianBidangSosial, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Harmanto, Budi (2001). AnalisisKebijakanPenyaluranTenagaKerja Indonesia
(TKI) dalamPengurusanPasportkeTimur Tengah. http//.www. digilib
ui.ac.id/opac.
Moleong, L.J
Bandung.

(1990).

MetodePenelitianKualitatif.PT.RemajaRosdaKarya,

Maskur, Ali. ((2012). www.permasalahantkisudutpandangpendidikanpancasila.
http://hendra-aquan.blog.friendster.com/2007/02/melihat-permasalahan-tki-darisudut-pandang-pendidikan-pancasila/.

http://www.vhrmedia.com/vhr-corner/komunitas,-PERMASALAHANTENAGA-KERJA-INDONESIA-269.html
Rachmad K. DwiSusilo (2008), 20 TokohSosiologi Modern, Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta.
Salviana D.S, Vina, (2009), JurnalIlmusosial, Program PascaSarjana UMM,
Malang.
Sitepu, Anwar. (2007). PerlakuanBurukMajikanTerhadapPekerjaMigranWanita
Indonesia
di
Malaysia,
PusatPenelitiandanPengembanganKesejateraanSosial,
BadanPendidikandanPenelitianKesejateraanSosial,
DepartemenSosialRepublik Indonesia.
Sugiyono, (2008), MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R & D, Alfabeta,
Bandung.
Suharto,
Edi.(2009).
MembangunMasyarakatMemberdayakan
Refikaaditama, Bandung.

Rakyat,

KebijakanSosialSebagaiKebijakanPublik,

Alfabeta,

__________. (2011).
bandung.
Sutaat,

(2006).
PermasalahansosialTenagakerjaWanitadanImplikasinyaterhadapPelayan
anSosial,
PusatPenelitiandanPengembanganKesejateraanSosial,
BadanPendidikandanPenelitianKesejateraanSosial,
DepartemenSosialRepublik Indonesia.

Tunner, Jonathan, (1976), The Structure of Sociological Theory, The Dorsey
Press, Homewood.
Veegen, K.J, (1990), RealitasSosial, PT. GramediaPustakaUtama, Jakarta.
Widodo, Nurdin. (2009). PermasalahanTenagakerja Indonesia di Daerah asal,
PusatPenelitiandanPengembanganKesejateraanSosial,
BadanPendidikandanPenelitianKesejateraanSosial,
DepartemenSosialRepublik Indonesia.
West,

Richard, (2008)
PengantarTeoriKomunikasi
SalembaHumanika, Jakarta.

:TeoridanAplikasi,

Yuwon, DwiIsmantoro, (2011), HakdanKewajibanTenagaKerja Indonesia (TKI)
di LuarNegeri, PustakaYustisia, Yogyakarta.
Zenden, J.W. Van den, (1994), Sociology, John Willey and Sons, New York.

DAFTAR ISI

I.

KATA PENGANTAR
ABTRAKSI
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 LatarBelakang .....................................................................................
1.2 FokusPenelitian ...................................................................................
1.3 TujuanPenelitian .................................................................................
1.4 ManfaatPenelitian ...............................................................................

1
1
10
11
11

II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
13
2.1
LandasanTeori ................................................................................
13
2.1.1PengertianMaknadan Proses TerjadinyaPemaknaan .................
13
2.1.2 PengertiandanKonsepPekerjaMigran ........................................
17
2.1.3SejarahPenempatanTenagaKerja Indonesia di Luar
Negeri .................................................................................................
21
2.1.4 SyaratPelaksanaanPenempatan TKI di LuarNegeri ………23
2.1.4.1 Syaratbagi Perusahaan Penempatan TKI di Luar
Negeri ....................................................................................... 24
2.1.4.2 PersyaratanBagiCalon TKI ........................................... 25
2.1.5PerlindunganTerhadap TKI melaluiPelaksana
PenempatanTKINdiLuarNegeriolehPemerintah
danSwasta .......................................................................................... 25
2.1.6 LembagaPelaksanadanPengawasPenempatan TKI di
LuarNegeri ................................................................................ 26
2.1.6.1BadanNasionalPenempatandanPerlindungan
TenagaKerja Indonesia (BNP2TKI) ......................................... 27
2.1.6.2BalaiPelayananPenempatandanPerlindungan
TenagaKerja Indonesia (BNP3TKI) ......................................... 28
2.1.7 GlobalisasidanPekerjaMigranInternasional ..................................... 28
2.1.8PermasalahanTenagaKerja Indonesia ............................................... 32
2.1.9Makna TindakanSosialdalamPeraeptifInteraksionisSimbolik ..........
35
2.2 PenelitianTerdahulu ............................................................................ 39
III. METODE PENELITIAN..........................................................................
46
3.1 Paradigma, Pendekatan, danJenisPenelitian .......................................
46
3.2 RuangLingkupPenelitian.....................................................................
48
3.3 LokasiPenelitian ..................................................................................
49
3.4 TeknikPenentuanSubyekdanInformanPenelitian ................................
49
3.5 TeknikPengumpulan Data ...................................................................
50
3.6 TeknikAnalisa Data ............................................................................
54
3.7 TeknikUjiKeabsahan Data ..................................................................
56
IV. PENYAJIAN DAN ANALISA DATA .............................................. 59
4.1 Profil PJTKI TritamaBinaKarya Malang ............................................ 59
4.2 MaknamenjadiTenagaKerja Indonesia bagiCalon TKI yang

Berada di Penampungan PJTKI TritamaBinaKarya Malang ....................

62

4.3 Motivasimenjadi TKI bagiCalonTKI dipenampungan
TritamaBinaKarya Malang ....................................................................... 75
4.4 DiskusiHasilMaknaTindakanSosialmenjadiTenagaKerja
Indonesia ............................................................................................. 79
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 94
5.2 Saran ................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA