PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI ) Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

(1)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI )

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Di susun Oleh: DEVI MAULIDA

F 100 060183

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012


(2)

(3)

(4)

ABSTRAKSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA ( TKI )

Devi Maulida Dra. Zahrotul Uyun,Msi

Penelitian ini merupakan salah satu penelitian tentang pengambilan

keputusan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang diungkap melalui

wawancara. Peneliti bertujuan mengetahui proses dalam mengambil keputusan

untuk menjadi TKI.Semua data yang dihimpun oleh peneliti, ditempuh melalui

dua cara yaitu wawancara dan observasi.dengan ketentuan informan yaitu 1).

berasal dari kabupaten ponorogo. 2) pernah menjadi TKI minilal 2 kali ( 4 tahun

bekerja). Dan hasil kesimpulanya yaitu Kebutuhan biaya anak sekolah,

membangun rumah dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah yang

membuat keputusan untuk menjadi TKI. Tidak hanya sekali saja berangkat

menjadi TKI bahkan lebih dari dua kali.dengan alasan kurang terpenuhi keinginan

yang di dapat seperti membangun rumah,biaya anak sekolah dan kebutuhan hidup

sehari-hari. Hingga akhirnya kepuasan untuk menjadi TKI di dapatkan atau di

rasakan dengan cara berulang kali berangkat untuk menjadi TKI.


(5)

Pengambilan keputusan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia

(TKI ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa Timur, salah satunya adalah kabupaten Ponorogo. Di kabupaten ini, banyak penduduknya yang bekerja di luar negeri menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI). Bekerja sebagai petani sawah dirasakan tidak lagi menjanjikan bagi masyarakatnya. Untuk bekerja di sektor lain pun sudah susah untuk diperoleh. Oleh karena itu, wajar kiranya daerah ini menjadi salah satu daerah di Indonesia yang menjadi sumber TKI untuk pergi ke luar negeri.

Untuk Kabupaten Ponorogo adalah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ponorogo terkenal sebagai pusat

daerah kesenian REOG, dan terletak 200 km barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Ponorogo beribukota di Kecamatan Ponorogo , yang terletak tepat di tengah Ponorogo. Kabupaten ponorogo terbagi dalam 21 kecamatan, 279 desa, dan 26 kelurahan (Pemerintah Kabupaten Ponorogo,2011)

Jumlah penduduk dari sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik Ponorogo pada tahun 2010 Hingga Jum'at 17 Juni 2010 dalam tahapan uji publik jumlah penduduk berkemungkinan mengalami pergeseran mengingat uji publik bakal dilangsungkan hingga akhir Juni 2010. Mukti Sumarsono selaku ketua sekretariat Sensus Penduduk 2010 mengatakan dari 986 jiwa itu didominasi kaum perempuan, yang tercatat sebanyak 506.276 jiwa Sementara penduduk laki laki tercatat sebanyak 479.808 jiwa. Jumlah penduduk ponorogo, diprediksi menembus angka 1 juta jiwa dari hitunggan awal BPS, karena tidak

sedikit warga ponorogo melakukan mutasi keluar daerah atau luar negeri


(6)

untuk bekerja sebagai TKI maupun melangsungkan pendidikan. Penduduk ponorogo yang berada di luar daerah memang di catat dalam SP di daerah yang bersangkutan, dengan syarat tinggal menetap sementara atau kos, dan masih memiliki kartu penduduk sebagai warga ponorogo (Pemerintah Kabupaten Ponorogo,2011)

Menurut Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kabupaten ponorogo sendiri merupakan daerah penyumbang TKI terbesar di Jawa Timur. Menurut data Paricara yang dihimpun dari Dinas Tenaga Kerja setempat, lebih dari 1.000 orang diberangkatkan ke luar negeri setiap tahunnya. Setiap tahun mereka mengirimkan uang dari luar negeri (remittance) sebesar Rp 300 miliar (BNP2TKI,2010)

Usaha untuk memperoleh peluang kerja di luar negeri atau menjadi TKI dilalui oleh masyarakat dengan berbagai cara. Ada calon TKI yang mencari melalui cara dengan perantara yang tidak resmi yang secara luas dikenal dengan istilah calo. Gaji yang tinggi dan godaan

yang menggiurkan sering memicu orang untuk mencari cara yang paling mudah supaya dapat pergi ke luar negeri akan mencari cara yang paling mudah supaya dapat pergi ke luar negeri. Akan tetapi, banyak beberapa pencari kerja menggunakan saluran khusus yang disediakan pemerintah, yaitu melalui agen rekruitmen yang secara resmi ditunjuk oleh pemerintah yang disebut dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). PJTKI adalah institusi swasta yang diberi wewenang oleh Pemerintah Indonesia untuk merekrut dan memproses pengiriman tenaga kerja Indonesia ke negara-negara lain, dan menjamin penempatan tenaga kerja (Darwin, 2005).

Dari hasil survai tentang pengalaman kerja sebagai TKI yang terdiri dari, 30 responden yaitu tempat kerja atau negara tujuan

adalah Hongkong,Arab

Saudi,Malaysia,Singapura,Taiwan,K orea,Amerika Serikat dan Brunai. jenis pekerjaan yang di dapat adalah debagai Pembantu Rumah Tangga ( PRT ) dan karyawan pabrik. Yang bekerja sebagai Pembantu Rumah


(7)

Tangga (PRT) sebanyak 27 orang dan semuanya adalah berjenis kelamin perempuan, dan tiga orang bekerja sebagai karyawan pabrik,berjenis kelamin laki-laki.

Alasan utama untuk menjadi TKI dari 30 responden 99% menjawab yaitu untuk mencari uang, mencari pengalaman kerja dan memperbaiki ekonomi keluarga. Pengalaman yang mereka dapat selama bekerja ke luar negeri yaitu pengalaman yang menyenangkan majikan memberi waktu libur , di percayai oleh majikan , di ajak umroh bersama majikan dan keluarga.

Pengalaman yang tidak menyenangkan adalah jika pekerjaan tidak sesuai di marahi dan di bentak-bentak oleh majikan, kerja sampai larut malam, jadi sasaran amaran majikan dan anak-anak nya, persaingan dengan pekerja lama, potong gaji langsung jika ada kesalahan kerja, gaji lembur yang tidak sesuai.

Bekerja ke luar negeri bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) sangat menguntungkan. Standar upah jauh lebih tinggi dari paada standar yang

ada di dalam negeri dan perbedaan kurs mata uang membuat tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri mendapat uang yang berlipat-lipat dari upah yang diterima pada pekerjaan sama di dalam negeri. Pendapatan yang berlipat-lipat inilah yang yang membuat faktor utama para tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di luar negeri.

Melihat beberapa fenomena tentang tenaga kerja Indonesia (TKI) di atas, tidak mudah untuk memutuskan pergi ke luar negeri menjadi tenaga kerja indonesia (TKI). Salah satunya adala pengambilan keputusan untuk menjadi tenaga kerja indonesa (TKI), menjadi hal penting untuk bsa pergi kerja ke luar negeri . Unsur yang utama dan mungkin yang terpenting di dalam proses pengambilan keputusan adalah masalah atau problema yang harus di hadapi dan mengendaki ada nya keputusan dari diri seseorang. Bila tidak ada keputusan, maka seseorang akan bersikap dan berbuat apa adanya,dengan kerugian besar yang tdak tampak. Dengan keputusan yang ngawur akan timbul


(8)

reaksi-reaksi yang negatf, dengan akibat kerugian besar yang lebih tampak. (Atmosudirdjo,1995).

Keputusan yang baik adalah suatu keputusan yang membawa kepada hari depan yang di senangi oleh si pengambil keputusan. Keputusan-keputusan baik dalam kehidupan, hanya dapat di evaluasi setelah melalui waktu yang relatif lama. Berhubung sulitnya menimbang baik buruk nya suatu keputusan, di lihat dari segi akibat yang di senangi atau tidak, maka sebaiknya keputusan di nilai berdasarkan proses yang di pakai dalam pengambilan keputusan. (Manulang, 1994). Pengambilan keputusan pada dasarnya berkaitan erat dengan pemecahan masalah. Agresi seringkali digunakan manusia sebagai jalan untuk mengungkapkan perasaan dan menyelesaikan persoalan hidup mereka (Nashori, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengambilan keputusan untuk menjadi tenaga kerja Indonesia yang berasal dari kabupaten Ponorogo.

Maka dari itu peneliti mengambil

judul “Pengambilan Keputusan

untuk menjadi Tenaga Kerja (TKI)” B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengambilan keputusan sesorang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah, lebih memperhatikan nasib para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri agar para Tenaga Kerja Indonesia tidak mengalami kekerasan dan terjamin keselamatannya.

2. Bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Penelitian ini memberikan informasi pentingnya dalam hal pengambilan keputusan untuk bekerja ke luar negeri

3. Bagi para Ilmuwan psikologi. Penelitian ini menambah wawasan terhadap bidang psikologi, khususnya psikologi sosial yang berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI).


(9)

4. Bagi penelitian lain. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain sebagai bahan informasi dan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian Pengambilan

Keputusan

Setiap hari menurut Suharnan (2005), orang terlibat di dalam tindakan pengambilan keputusan. Mulai dari masalah-masalah yang sederhana sampai dengan masalah-masalah yang kompleks dan menuntut banyak pertimbangan serta mendalam. Aktivitas pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan secara disadari atau tidak disadari. Di samping dilakukan orang dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan juga dilakukan dalam bidang-bidang seperti psikologi, kedokteran, ekonomi, pendidikan, ilmu politik, teknologi-rekayasa, manajemen, dan geografi. Halpern.

Greebreg dan Baron (Sarwono dan Mainarno, 2009) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses membuat pilihan di antara beberapa pilihan. Sweeney dan McFarlin (Sarwono dan Mainarno,2009) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses dalam mengefaluasi sesuatu atau lebih pilihan dengan tujuan untuk meraih hasil terbaik yang di harapkan. Kinicki dan Kreitner (Sarwono dan Mainarno,2009) mendevinisikan pengambilan keputusan sebagai proses mengidentifikasi dan memilih solusi yang mengarah pada hasil yang di inginkan.

Menurut Robbins (2006) menyatakan bahwa kebnyakan individu mencari pemecahan masalah yang lebih bersifat memuaskan bukannya optimal, memasukkan bias dan prasangka kedalam proses keputusan dan mengandalkan pada intuisi.

Menurut Suharnan (2005) memaparkan definisi pengambilan keputusan seperti pada kutipan berikut, Pengambilan keputusan atau decision making adalah proses


(10)

memilih atau menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi-situasi yang tidak pasti. Pengambilan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang harus:

a) Membuat prediksi ke depan, b) Memilih salah satu di antara dua pilihan atau lebih, atau c) Membuat estimasi (perkiraaan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas.

Pengambilan keputusan pada dasarnya berhubungan dengan pemecahan masalah. Menurut Robbins (2006) pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi terhadap masalah. Menurut Syamsi (2000) Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Menurut Moordiningsih dan Faturochman (2000) berpendapat bahwa pengambilan keputusan dalam pemahaman luas, dapat di samakan dalam pemecahan masalah (problem solving). Pengambilan keputusan dalam devinisi lebih sempit di nyatakan sebagai kegiatan internal (mental) dalam melakukan pilihan

dari beberapa alternatif. Pengambilan keputusan dalam pengertian yang lebih lengkap mencakup pula penerapan atau konseskuensi secara nyata dari keputusan yang di ambil.

2. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Faktor-faktor yamg mempengaruhi Pengambilan Keputusan adalah Menurut Ridho, Verplanken, Holland dan Wilson (Moordiningsih dan Faturochman, 2006) menjelaskan tentang Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan individu dapat dibedakan menjadi dua faktor utama yaitu faktor internal, yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal, yang berasal dari luar individu.

a. Faktor internal meliputi kreativitas individu, persepsi,nilai-nilai yang dimiliki individu, motivasi dan

kemampuan analisis

permasalahan.

b. Faktor eksternal meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan, informasi dan


(11)

komunikasi individu saat mengambil keputusan, seperti peran pengaruh sosial maupun peran kelompok.

Menurut Hasan (2002), menyatakan bahwa dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :

a. Masalah, yaitu apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya suatu tujuan yang merupakan penyimpangan dari apa yang diharapkan, direncanakan, atau dikehendaki dan harus diselesaikan

b. Posisi atau kedudukan, yaitu suatu keadaan atau tempat seseorang dalam tingkatan suatu organisasi

c. Situasi, yaitu keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain. Dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap apa yang akan diperbuat

d. Kondisi, yaitu keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menemukan gaya gerak, gaya berbuat atau kemampuan seseorang

e. Tujuan yang hendak dicapai, yaitu hasil akhir yang di inginkan.

3. Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan Menurut Kotler (2005), menyebutkan model lima langkah dalam proses pengambilan keputusan a. Pengenalan Masalah. Proses memilih saat individu mengenali adanya masalah atau kebutuhan b. Pencarian Informasi. Individu

yang sudah terbangkitkan akan memiliki keinginan untuk mencari informasi lebih banyak. Individu akan memasuki pencarian informasi aktif yaitu: mencari bahan bacaan, menelepon teman atau mengunjungi tempat yang berhubungan dengan masalah c. Evaluasi Berbagai Alternatif.

Dalam tahap ini individu mempertimbangkan segala alternatif yang di dapat.

d. Keputusan Memilih. Dalam tahap ini, individu memilih alternatif yang cocok atau pantas untuk didapat ataupun dipakai


(12)

e. Perilaku Setelah Memilih. Setelah memilih dan mendapatkan alternatif, individu akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa proses yang dilakukan oleh pengambil keputusan dalam menentukan pilihan mana yang akan diambil sesuai dengan tingkat kesukaran dan kerumitan masalah. Bahwa di dalam proses pengambilan keputusan seseorang di tuntut untuk brsikap bijaksana sehingga alternatif pilihan yang ada dapat di pilih dengan tepat.

4. Dasar Pengambilan Keputusan Dasar pengambilan keputusan tindakan tergantung dari jenis permasalahan yang dihadapi dan individu yang membuat keputusan. Pada situasi tertentu keputusan dapat dipecahkan dengan menggunakan intuisi, namun dalam situasi yang lain keputusan lebih tepat jika didasarkan dengan rasio. Lebih jelasnya dasar pengambilan keputusan menurut Terry (Pratiwi, 2008) dapat diketahui sebagai berikut:

a. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi. Keputusan berdasarkan intuisi atau perasaan bersifat subjektif ini mudah terkena sugesti, pengaruh luar, rasa suka yang satu dari pada yang lain (preferences), dan faktor kejiwaan lainnya. Pengambilan keputusan intuitif itu kadang-kadang sangat diperlukan untuk menghadapi masalah yang sangat peka pada perasaan.

b. Pengambilan keputusan berdasarkan rasional atau logika. Keputusan rasional banyak berkaitan dengan pertimbangan dari segi daya guna. Masalah-masalah yang dihadapi merupakan masalah-masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pada pertimbangan yang rasional itu lebih objektif. c. Pengambilan keputusan

berdasarkan fakta. Istilah fakta ini perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi.

d. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman. Pengalaman adalah guru yang


(13)

baik dalam proses melalui kehidupan. Tindakan yang dilakukan akan diketahui baik atau merugikan bila sudah memiliki pengalaman.

e. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang. Bagaimana posisi dan kedudukan dalam pengambilan keputusan melalui tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan berdasarkan rasional atau logika, pengalaman, fakta, wewenang, dan intuisi.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh individu dapat dipahami melalui dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan normatif dan pendekatan deskriptif (Suharnan, 2005). Pendekatan normatif menitik beratkan pada apa yang seharusnya dilakukan oleh pembuat keputusan sehingga diperoleh suatu keputusan yang rasional. Pendekatan deskriptif menekankan pada apa saja yang telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan yang dihasilkan itu rasional atau tidak rasional

(Suharnan, 2005). Dengan demikian, pendekatan normatif akan mengacu pada prinsip-prinsip keputusan yang seharusnya dibuat menurut pikiran logis (ideal). Sementara itu, pendekatan deskriptif akan mengacu pada kenyataan-kenyataan keputusan yang telah dibuat oleh kebanyakan orang (realitas-empiris).

Menurut Hastjarjo (Suharnan, 2005) pengambilan keputusan juga dapat dipelajari dari sudut tingkat resiko yang menyertainya. Sebagian keputusan yang dibuat seseorang dalam keadaan yang sedikit atau tanpa resiko (riskless choice). Sementara itu sebagian keputusan yang lain harus dibuat dalam suasana yang mengandung resiko (risky choice).

B. Tenaga Kerja Indonesia

1. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia

Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja. Pengertian lain dari tenaga kerja (menpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat


(14)

memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003).

Pengertian tenaga kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja atau orang yang mengerjakan sesuatu. Pengertian lain dari tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

Tenaga kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah tenaga kerja Indonesia (TKI) seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa tenaga kerja Indonesia (TKI) adalah warga negara Indonesia yang masih dalam usia kerja (15-64 tahun) yang bekerja di luar negeri. Sedangkan TKI perempuan

seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).

2. Alasan-alasan menjadi tenaga kerja Indonesia

Tenaga kerja Indonesia biasanya mempunyai alasan-alasan tertentu yang menyebabkan meninggalkan kampung halaman dan seterusnya memilih tempat-tempat yang dianggap dapat memenuhi keinginan yang kurang atau tidak dapat terpenuhi kalau sekiranya tetap bertahan di tempat asal.

Menurut Arif (1999), hasil penelitian menunjukkan alasan migran paling utama meninggalkan negera asal adalah karena faktor ekonomi, terutama disebabkan sukarnya mendapat pekerjaan, serta wujudnya keinginan untuk mendapatkan penghasilan lebih tinggi. Sebagian kecil saja migran meninggalkan kampung halaman dengan alasan mengikuti keluarga. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan yang memberi alasan karena ingin mencari pengalaman.

Waridin (2002) dan Susilowati (1998) mengemukakan hasil studinya tentang beberapa faktor yang mempengaruhi migrasi TKI ke luar


(15)

negeri, di antaranya adalah: faktor sosial, ekonomi, dan politik. Para TKI yang berusia muda dan berpendidikan relatif tinggi cenderung untuk tidak menetap secara permanen. Sedangkan faktor lain yang diduga mempengaruhi niat migrasi responden dalam bekerja di luar negeri secara statistik tidak dapat menjelaskan bagaimana fenomena dari niat TKI responden untuk bekerja dan menetap di luar negeri.

Gunatilake (Arif, 1999) membuat kesimpulan bahwa banyak penduduk di negara berkembang bekerja di negara maju karena kurang atau tidak memperoleh peluang ekonomi yang layak di negara asalnya. Apalagi kalau sekiranya tingkat pendidikan mereka rendah, akan lebih sukar baginya untuk bersaing di pasaran tenaga kerja.

3. Pengambilan keputusan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia

Animo untuk menjadi TKI yang bekerja di luar negeri sudah

tinggi saat ini, karena keberhasilan teman, saudara, tetangga merupakan faktor-faktor yang utama mendorong TKI bekerja di luar negeri. Ketika ditanya apakah para TKI tahu tentang kondisi kerja yang akan mereka hadapi di luar negeri, separuh lebih menjawab tahu. Hal demikian dapat diartikan bahwa sekalipun mereka tahu kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan mereka hadapi di luar negeri, mereka akan tetap berangkat (Syafaat, 2003).

Perjalanan untuk menjadi tenaga kerja Indonesia tidak selancar yang diharapkan. Demi untuk mencari uang para TKI berani bersusah payah sampai nyawa sebagai taruhan hanya untuk bekerja menjadi tenaga kerja Indonesia. Dari tahun ke tahun masih banyak kekerasan yang dialamai TKI. Tidak hanya memberikan devisa, keberadaan TKI yang mayoritas berasal dari pedesaan juga turut mendorong perekonomian di desa.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan penjelasan tinjauan pusataka,


(16)

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pengambilan keputusan untuk menjadi TKI?

BAB III

METODE PENELITIAN A. Gejala Penelitian

Gejala penelitian yang dibahas pada penelitian ini adalah Pengambilan keputusan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia ( TKI )

B. Definisi Operasional

Definisi pada penelitian ini adalah pengambilan keputusan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Pengambilan keputusan TKI adalah suatu proses untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara bertindak dengan memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ada untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan yaitu menghasilkan keputusan yang baik yang dapat di gunakan untuk mengatasi masalah

oleh penduduk Indonesia usia kerja (15-64 tahun).

C. Informan Penelitian

Salah satu yang dilakukan peneliti sebelum mengumpulkan data adalah menentukan Informan penelitian. Informan penalitian adalah individu yang ikut serta dalam penelitian dari mana data dikumpulkan. Sarantakos (Poerwandari, 1998) menjelasakan prosedur pengambilan subyek dalam penelitian kualitatif mempunyai karakter yaitu: 1. Tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai dengan masalah penelitian, 2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah atau karakteristik sampel sesuai dengan pemahaman kontekstual yang berkembang dalam penelitian, 3. Tidak diarahkan pada perwakilan (dalam arti jumlah atau peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks.

Teknik pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan secara purposive oleh peneliti, yaitu para subjek dipilih dengan cermat dan


(17)

sesuai dengan desain penelitian ini. Sementara untuk jumlah subjek yang akan di teliti dalam penelitian ini belum dirumuskan oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena sebuah penelitian kualitatif berprinsip pada memperoleh dan mengumpulkan informasi sampai pada titik jenuh, yaitu ketika tidak lagi diperoleh informasi yang baru (Santoso dan Royanto, 2009).

Karakteristik informan yang akan di teliti adalah:

a. Berasal dari Kabupaten Ponorogo b. Pernah menjadi TKI lebih dari 2

kali ( minimal kerja 4 tahun) Alasan pemilihan Informan dengan karakteristik tersebut adalah untuk mengetahui proses pengambilan keputusan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesi (TKI). Pemilihan Informan menjadi TKI lebih dari 2 kali kerja minimal selama 4 tahun, karena selama waktu 4 tahun dianggap TKI sudah mempunyai pengalaman banyak dalam menghadapai semua masalah maupun pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah. Informan yang akan diteliti berjumlah 6 orang.

D. Metode Dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, Digunakan metode interview dan observasi. Dua metode ini di padukan untuk melengkapi keterbatasan tiap metode:

1. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka yaitu peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan. Adapun garis besar pertanyaan mengenai pengambilan keputusan berdasarkan teori dari Kotler (2005) yaitu langkah-langkah dalam peroses pengambilan keputusan.

E. Analisis Data

Menurut Muslimin (2002) data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat


(18)

ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti apa yang disampaikan oleh data.

Langkah – langkah yang ditempuh peneliti dalam analisis data pada penelitian ini adalah 1) pengorganisasian data berupa membuat karateristik informan, 2) membuat cheklist dalam bentuk screeaning untuk mendapatkan data awal, 3) membuat guide interview, 4) membuat verbatim, 5) mengkoding hasil interview.

Data yang telah dianalisa oleh peneliti, kemudian akan dibahas secara deskripsi dengan menghubungkan teori yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori mengenai pengambilan keputusan.

BAB IV PERSIAPAN DAN

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitian

Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk penelitian sebelum penelitian dilaksanakan. Adapun tahapan

persiapan penelitian meliputi:

1. Orientasi kancah

Sebelum memulai penelitian, peneliti melakukan survey ke lapangan tepatnya melakukan orientasi awal atau peninjauan lapangan sebelum penelitian, agar dapat menghasilkan data tentang tenaga kerja Indonesia yang berasal dari kabupaten Ponorogo. . Populasi pada penelitian ini adalah tenaga kerja Indonesia yang berasal Desa Gupolo, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Penentuan lokasi dan setting ini didasarkan pada pertimbangan dimana terdapat banyak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri dan menurut informasi dari berbagai orang teman dan tetangga yang di dekat rumahnya. Orientasi lapangan pada tenaga kerja Indonesia dilakukan dengan mencari individu yang sudah pernah menjadi Tenaga Kerja4rerereeer Indonesia ( TKI ) lebih dari 2 kali (minimal kerja 4 tahun). Penelitian ini dilakukan di Desa Gupolo,Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo.


(19)

2. Persiapan Alat Pengumpul Data

Rincian tahap persiapan alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah menyusun pedoman wawancara dan pedoman observasi, penjelasannya sebagai berikut : a. Menyusun pedoman wawancara

Pedoman wawancara tersebut berisi beberapa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh informan. Dalam menyususn pedoman ini, peneliti mengacu pada gejala atau fenomena yang akan diungkap dan didasarkan pada tujuan dan pertanyaan penelitian. Sasaran wawancara adalah individu tenaga kerja Indonesia yang berasal dari kabupaten Ponorogo dan pernah menjadi TKI lebih dari 2 kali ( minimal kerja 4 tahun ).

B. Pengumpulan data

Pada tahap ini akan dijelaskan langkah-langkah pengumpulan data, langkah-langkah tersebut meliputi dua hal yaitu penentuan informan penelitian dan penentuan jadwal penelitian. Langkah penentuan informan penelitian telah dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti

melaksanakan penelitian dan pengumpulan data. Tahap selanjutnya merupakan tahap pendekatan terhadap informan yang dianggap sesuai dan memenuhi karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 (selama dua minggu) dengan informan penelitian adalah tenaga kerja Indonesia berjumlah 6 subjek. Penelitian dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung terhadap informan penelitian. Sebelum wawancara dilakukan peneliti berkenalan terlebih dahulu dan menyampaikan maksud serta tujuan melakukan penelitian kepada informan untuk menciptakan katerbukaan sehingga jawaban yang diberikan adalah jawaban yang jujur, apa adanya, dan tanpa ada yang disembunyikan. Selama wawancara berlangsung semua percakapan antara peneliti dengan informan direkam dengan menggunakan HP Nokia E63 untuk mendapatkan data wawancara sama persis dengan yang diucapkan narasumber, serta agar data atau informasi yang didapat pada saat wawancara tidak hilang.


(20)

Peneliti melakukan wawancara dengan informan di rumah informan.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara, obsevasi dan analisis data pada penelitian ini dapat diketahui hasil secara keseluruhan bahwa proses pengambilan keputusan dalam memilih untuk menjadi TKI di dasari alasan,kelebihan dan kekurangan yang di rasakan oleh TKI.Meskipun banyaknya kasus yang menimpa tentang TKI hal tersebut tidak mempengaruhi informan dalam menentukan pekerjaan untuk menjadi TKI.

Menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh sebagaian penduduk Indonesia. Alasan utama mayoritas masyarakat ingin menjadi TKI karena faktor ekonomi, yaitu lapangan kerja yang kurang, ingin mencari uang dan ingin menjadi TKI sukses. Menurut Arif (1999), hasil penelitian menunjukkan alasan migran paling utama meninggalkan negera asal adalah karena faktor ekonomi, terutama disebabkan sukarnya mendapat pekerjaan, serta

wujudnya keinginan untuk mendapatkan penghasilan lebih tinggi. Sebagian kecil saja migran meninggalkan kampung halaman dengan alasan mengikuti keluarga. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan yang memberi alasan karena ingin mencari pengalaman.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil interview dan observasi dalam penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pengambilan keputusan untuk menjadi TKI yaitu:

Kebutuhan biaya anak

sekolah, membangun rumah dan

untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari adalah yang membuat

keputusan untuk menjadi TKI. Tidak

hanya sekali saja berangkat menjadi

TKI bahkan lebih dari dua

kali.dengan alasan kurang terpenuhi


(21)

membangun rumah,biaya anak

sekolah dan kebutuhan hidup

sehari-hari. Hingga akhirnya kepuasan

untuk menjadi TKI di dapatkan atau

di rasakan dengan cara berulang kali

berangkat untuk menjadi TKI.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah, bagi pemerintah yang kususnya menangani langsung tenaga kerja Indonesia agar lebih memperhatikan nasib para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri agar

terjamin hak dan

keselamatannya dan juga lebih memberikan lapangan kerja yang banyak di Indonesia supaya menjadi TKI bukan suatu pilihan utama dalam mencari pekerjaan. 2. Bagi para Tenaga Kerja

Indonesia (TKI). Penelitian ini memberikan informasi pentingnya dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi berbagai permasalahan terutama dalam hal bekerja untuk menjadi TKI.

3. Bagi para Ilmuwan psikologi. Penelitian ini menambah wawasan terhadap bidang psikologi, khususnya psikologi sosial yang berkaitan pengambilan keputusan untuk menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI).

4. Bagi penelitian lain. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain sebagai bahan informasi dan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Deasy. 2008. Early Learning & Schooling : Memillih Sekolah Buat Si Kecil. Yogyakarta: Kanisius.

Arif, M. (Editor). (1999). Globalisasi dan migrasi antar negara. Bandung: Penerbit Alumni.

Atmosudirjo,Prajudi.1995.pengambil an keputusan.Jakarta:Ghalia Indonesia

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).SBY:


(22)

Pertimbangan 2 juta TKI di Malaysia.www.bnp2tki.go.id

Bastaman, H.D. 2001. Logoterapi (Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna) .Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Casson, Herbert. N. 2008. Pengambilan Keputusan Yang Efektif : Mengambil Keputusan Bijak Dan Bagaimana Menjalankannya. Yogyakarta. Hanggar Kreator

Cresswell, J. W. 2010. Riset Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dam Mixed. Jogjakarta: Pustaka Belajar

Darwin. (Editor). (2005). Bagai telur di ujung tanduk, mobilitas lintas batas dan eksploitasi seksual di kawasan asia tenggara dan sekitarnya. Yogyakarta : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan. Eny Purwandari. 2007. “Orientasi

Nilai-Nilai Hidup: Proses Pengambilan Keputusan Berhenti Mengkonsumsi

Napza”. Jurnal Psikologi

Humaniora. Vol. 8, No. 2, 2007: 148-165

Hardingham, Alisson. 2010. Mengambil Keputusan Yang Tepat. Surabaya: Liris

Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Juni. (Februari, 2005). Fenomena tenaga kerja Indonesia.

Artikel, dari

www.ppiindia.da.ru. Diakses tanggal 10 September 2010.

Kotler, Philp. 2005. Manejemen Pemasaran ; Sudut Pandang Asia. Klaten : Indeks

Mansyur, A.Y., Lukman. 2005.

”Pengambilan Keputusan

Dalam Organisasi Ditinjau dari Motivasi Kerja dan Tingkat

Pendidikan”. Jurnal

Intelektual. 3, (1), 71-83.

Manullang. 1994. Pedoman Praktis Pengambilan Keputusan. Yogyakarta:BPFE Yogyakarta.

Moleong, L. S. (2007). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moordiningsih dan Faturochman. 2006. “Proses Pengambilan

Keputusan Dokter”. Jurnal

Psikologi. 33, (2), 79-93.

Mulyadi. (2003). Ekonomi sumber daya manusia dalam prespektif pembangunan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.

Muslan. (2006). Ketidakpatuhan TKI sebuah efek deskriminasi hukum. Laporan penelitian. Malang : UMM Press.

Muslimin. 2002. Metode Bidang Penelitian Sosial. Telkom: UMM Press

Nashori, Fuad. 2008. Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT Refika Aditama.


(23)

Pemerintah Kabupaten ponorogo (2010). Penduduk dan tenaga kerja. Diakses dari www.ponorogo.go.id, pada tanggal 22 febuari 2011.

Poerwandari,E.Kristi(1998)

.Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi.Jakarta: LPSP3 fakultas psikologi Universitas Indonesia.

Ridha, Akrim. 2003. Cara Cerdas Mengambil Keputusan, Bandung. Syaamil Cipta Media.

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Indonesia: PT Indeks.

Santoso, A, Guritnaningsih. & Royanto, M, R, Lucia. 2009. Teknik Penulisan Laporan Penelitian Kualitatif. Jakarta: LPSP3 UI

Sarwono,Sarlito.W dan Meinarno, Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Siagian, S.P. 1990. Teori Dan Praktek Pengambilan Keputusan, Jakarta : Haji Masagung

Suharnan, 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya. Srikandi

Syafa’at, R. (2003). Dagang

manusia. Yogyakarta Pustaka: Jogja Mandiri

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara

Tampubolon, P. M. 2004. Perilaku Keorganisasian, Jakarta. Ghalia Indonesia

Waridin. (2002). Beberapa faktor yang mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke kuar negeri, Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.3 No.2 Desember 2002


(1)

ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti apa yang disampaikan oleh data.

Langkah – langkah yang ditempuh peneliti dalam analisis data pada penelitian ini adalah 1) pengorganisasian data berupa membuat karateristik informan, 2) membuat cheklist dalam bentuk screeaning untuk mendapatkan data awal, 3) membuat guide interview, 4) membuat verbatim, 5) mengkoding hasil interview.

Data yang telah dianalisa oleh peneliti, kemudian akan dibahas secara deskripsi dengan menghubungkan teori yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori mengenai pengambilan keputusan.

BAB IV PERSIAPAN DAN

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian

Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk penelitian sebelum penelitian dilaksanakan. Adapun tahapan

persiapan penelitian meliputi: 1. Orientasi kancah

Sebelum memulai penelitian, peneliti melakukan survey ke lapangan tepatnya melakukan orientasi awal atau peninjauan lapangan sebelum penelitian, agar dapat menghasilkan data tentang tenaga kerja Indonesia yang berasal dari kabupaten Ponorogo. . Populasi pada penelitian ini adalah tenaga kerja Indonesia yang berasal Desa Gupolo, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Penentuan lokasi dan setting ini didasarkan pada pertimbangan dimana terdapat banyak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri dan menurut informasi dari berbagai orang teman dan tetangga yang di dekat rumahnya. Orientasi lapangan pada tenaga kerja Indonesia dilakukan dengan mencari individu yang sudah pernah menjadi Tenaga Kerja4rerereeer Indonesia ( TKI ) lebih dari 2 kali (minimal kerja 4 tahun). Penelitian ini dilakukan di Desa Gupolo,Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo.


(2)

2. Persiapan Alat Pengumpul Data

Rincian tahap persiapan alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah menyusun pedoman wawancara dan pedoman observasi, penjelasannya sebagai berikut : a. Menyusun pedoman wawancara

Pedoman wawancara tersebut berisi beberapa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh informan. Dalam menyususn pedoman ini, peneliti mengacu pada gejala atau fenomena yang akan diungkap dan didasarkan pada tujuan dan pertanyaan penelitian. Sasaran wawancara adalah individu tenaga kerja Indonesia yang berasal dari kabupaten Ponorogo dan pernah menjadi TKI lebih dari 2 kali ( minimal kerja 4 tahun ).

B. Pengumpulan data

Pada tahap ini akan dijelaskan langkah-langkah pengumpulan data, langkah-langkah tersebut meliputi dua hal yaitu penentuan informan penelitian dan penentuan jadwal penelitian. Langkah penentuan informan penelitian telah dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti

melaksanakan penelitian dan pengumpulan data. Tahap selanjutnya merupakan tahap pendekatan terhadap informan yang dianggap sesuai dan memenuhi karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 (selama dua minggu) dengan informan penelitian adalah tenaga kerja Indonesia berjumlah 6 subjek. Penelitian dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung terhadap informan penelitian. Sebelum wawancara dilakukan peneliti berkenalan terlebih dahulu dan menyampaikan maksud serta tujuan melakukan penelitian kepada informan untuk menciptakan katerbukaan sehingga jawaban yang diberikan adalah jawaban yang jujur, apa adanya, dan tanpa ada yang disembunyikan. Selama wawancara berlangsung semua percakapan antara peneliti dengan informan direkam dengan menggunakan HP Nokia E63 untuk mendapatkan data wawancara sama persis dengan yang diucapkan narasumber, serta agar data atau informasi yang didapat pada saat wawancara tidak hilang.


(3)

Peneliti melakukan wawancara dengan informan di rumah informan.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara, obsevasi dan analisis data pada penelitian ini dapat diketahui hasil secara keseluruhan bahwa proses pengambilan keputusan dalam memilih untuk menjadi TKI di dasari alasan,kelebihan dan kekurangan yang di rasakan oleh TKI.Meskipun banyaknya kasus yang menimpa tentang TKI hal tersebut tidak mempengaruhi informan dalam menentukan pekerjaan untuk menjadi TKI.

Menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh sebagaian penduduk Indonesia. Alasan utama mayoritas masyarakat ingin menjadi TKI karena faktor ekonomi, yaitu lapangan kerja yang kurang, ingin mencari uang dan ingin menjadi TKI sukses. Menurut Arif (1999), hasil penelitian menunjukkan alasan migran paling utama meninggalkan negera asal adalah karena faktor ekonomi, terutama disebabkan sukarnya mendapat pekerjaan, serta

wujudnya keinginan untuk mendapatkan penghasilan lebih tinggi. Sebagian kecil saja migran meninggalkan kampung halaman dengan alasan mengikuti keluarga. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan yang memberi alasan karena ingin mencari pengalaman.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil interview dan observasi dalam penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pengambilan keputusan untuk menjadi TKI yaitu:

Kebutuhan biaya anak sekolah, membangun rumah dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah yang membuat keputusan untuk menjadi TKI. Tidak hanya sekali saja berangkat menjadi TKI bahkan lebih dari dua kali.dengan alasan kurang terpenuhi keinginan yang di dapat seperti


(4)

membangun rumah,biaya anak sekolah dan kebutuhan hidup sehari-hari. Hingga akhirnya kepuasan untuk menjadi TKI di dapatkan atau di rasakan dengan cara berulang kali berangkat untuk menjadi TKI.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah, bagi pemerintah yang kususnya menangani langsung tenaga kerja Indonesia agar lebih memperhatikan nasib para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri agar

terjamin hak dan

keselamatannya dan juga lebih memberikan lapangan kerja yang banyak di Indonesia supaya menjadi TKI bukan suatu pilihan utama dalam mencari pekerjaan. 2. Bagi para Tenaga Kerja

Indonesia (TKI). Penelitian ini memberikan informasi pentingnya dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi berbagai permasalahan terutama dalam hal bekerja untuk menjadi TKI.

3. Bagi para Ilmuwan psikologi. Penelitian ini menambah wawasan terhadap bidang psikologi, khususnya psikologi sosial yang berkaitan pengambilan keputusan untuk menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI).

4. Bagi penelitian lain. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain sebagai bahan informasi dan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Deasy. 2008. Early Learning & Schooling : Memillih Sekolah Buat Si Kecil. Yogyakarta: Kanisius. Arif, M. (Editor). (1999). Globalisasi

dan migrasi antar negara. Bandung: Penerbit Alumni. Atmosudirjo,Prajudi.1995.pengambil

an keputusan.Jakarta:Ghalia Indonesia

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).SBY:


(5)

Pertimbangan 2 juta TKI di Malaysia.www.bnp2tki.go.id Bastaman, H.D. 2001. Logoterapi

(Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna) .Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Casson, Herbert. N. 2008. Pengambilan Keputusan Yang Efektif : Mengambil Keputusan Bijak Dan Bagaimana Menjalankannya. Yogyakarta. Hanggar Kreator

Cresswell, J. W. 2010. Riset Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dam Mixed. Jogjakarta: Pustaka Belajar Darwin. (Editor). (2005). Bagai telur

di ujung tanduk, mobilitas lintas batas dan eksploitasi seksual di kawasan asia tenggara dan sekitarnya. Yogyakarta : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan. Eny Purwandari. 2007. “Orientasi

Nilai-Nilai Hidup: Proses Pengambilan Keputusan Berhenti Mengkonsumsi Napza”. Jurnal Psikologi Humaniora. Vol. 8, No. 2, 2007: 148-165

Hardingham, Alisson. 2010. Mengambil Keputusan Yang Tepat. Surabaya: Liris

Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Juni. (Februari, 2005). Fenomena tenaga kerja Indonesia.

Artikel, dari

www.ppiindia.da.ru. Diakses tanggal 10 September 2010. Kotler, Philp. 2005. Manejemen

Pemasaran ; Sudut Pandang Asia. Klaten : Indeks

Mansyur, A.Y., Lukman. 2005. ”Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Ditinjau dari Motivasi Kerja dan Tingkat Pendidikan”. Jurnal Intelektual. 3, (1), 71-83. Manullang. 1994. Pedoman Praktis

Pengambilan Keputusan. Yogyakarta:BPFE Yogyakarta. Moleong, L. S. (2007). Metode

penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moordiningsih dan Faturochman. 2006. “Proses Pengambilan Keputusan Dokter”. Jurnal Psikologi. 33, (2), 79-93. Mulyadi. (2003). Ekonomi sumber

daya manusia dalam prespektif pembangunan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.

Muslan. (2006). Ketidakpatuhan TKI sebuah efek deskriminasi hukum. Laporan penelitian. Malang : UMM Press.

Muslimin. 2002. Metode Bidang Penelitian Sosial. Telkom: UMM Press

Nashori, Fuad. 2008. Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT Refika Aditama.


(6)

Pemerintah Kabupaten ponorogo (2010). Penduduk dan tenaga kerja. Diakses dari www.ponorogo.go.id, pada tanggal 22 febuari 2011.

Poerwandari,E.Kristi(1998)

.Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi.Jakarta: LPSP3 fakultas psikologi Universitas Indonesia. Ridha, Akrim. 2003. Cara Cerdas

Mengambil Keputusan, Bandung. Syaamil Cipta Media.

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Indonesia: PT Indeks.

Santoso, A, Guritnaningsih. & Royanto, M, R, Lucia. 2009. Teknik Penulisan Laporan Penelitian Kualitatif. Jakarta: LPSP3 UI

Sarwono,Sarlito.W dan Meinarno, Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika Siagian, S.P. 1990. Teori Dan

Praktek Pengambilan Keputusan, Jakarta : Haji Masagung

Suharnan, 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya. Srikandi

Syafa’at, R. (2003). Dagang manusia. Yogyakarta Pustaka: Jogja Mandiri

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara

Tampubolon, P. M. 2004. Perilaku Keorganisasian, Jakarta. Ghalia Indonesia

Waridin. (2002). Beberapa faktor yang mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke kuar negeri, Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.3 No.2 Desember 2002