Makna Nasab Bagi Warga Keturunan Arab(Studi di Kampung Arab Kraksaan-Probolinggo)

Makna Nasab Bagi Warga Keturunan Arab(Studi di Kampung Arab
Kraksaan-Probolinggo)
Oleh: M. Firhat ( 02240027 )
sociology
Dibuat: 2007-03-29 , dengan 3 file(s).

Keywords: Makna Nasab
Penelitian ini memfokuskan pada sebuah fenoa mana budaya dalam pernikahan dikalangan
komunitas warga keturunan Arab yang ada di kelurahan Patokan, kecamatan KraksaanProbolinggo. Penelitin ini a mengungkap pemahaman warga keturunan Arab dalam memaknai
nasab, sebagai sebuah konsep yang ada dalam kehidupan sosialnya, yang kemudian dengan
memaknai nasab ini, terjadi sebuah aturan yang melarang perempuan keturunan Arab a manikah
dengan laki-laki non Arab. Lebih khusus lagi, penulis a maneliti tentang makna nasab bagi warga
keturunan Arab, sehingga memunculkan sebuah nilai atau aturan yang berkaitan dengan sebuah
budaya Pemikahan.
Proses pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara dan observasi, karena penelitian
ini bersifat kualitatif. Subyek penelitian sebanyak 5 orang yang diambil dengan cara purposive
sampling. Wawancara bertujuan untuk a manguak makna nasab bagi warga keturunan Arab.
Sehingga a manyebabkan perempuan keturunan Arab dilarang a manikah dengan laki-laki yang
tidak bernasab Arab dan penelitian ini hanya bersifat deskriptif tanpa a manelorkan teori.
Sedangkan teknik observasi dilakukan dengan cara peneliti berperan aktif dan secara langsung
berada dalam kehidupan warga keturunan Arab, sehingga dapat langsung a mangamati

kehidupan sosial warga, khususnya yang berkaitan dengan cara dan pemahaman warga
keturunan Arab dalam memaknai nasab yang kemudian memunculkan suatu budaya dalam
pernikahan warga keturunan Arab, yang melarang terhadap adanya perempuan warga keturunan
Arab dengan laki-laki yang tidak benasab Arab.
Setelah semua proses penelitian ini dilakukan, terungkap bahwa ada beberapa makna yang
dipakai warga keturunan Arab dalam melihat nasab, yang pada akhirnya, a mandasari adanya
pelarangan bagi perempuan keturunan Arab a manikah dengan laki-laki non Arab, aantara lain :
Nasab dimaknai sebagai sebuah alat untuk identifikasi kelompok. Hal ini berkaitan erat dengan
masalah kelangsungan garis keturunan. Yang kedua, nasab dimaknai sebagai sebuah simbol
status sosial. Hal ini berkaitan dengan adanya anggapan warga ketrunan Arab, memiliki derajat
sosial yang lebih tinggi dibanding suku yang lainnya.
Dalam penelitian ini, a manggunakan teori interaksi simbolik yang dikemukakan oleh Herbert
Blummer sebagai alat untuk a manganalisa temuan data. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
warga keturunan Arab memaknai nasab sebagai suatu alat untuk a mangidentifikasi
kelompoknya. Oleh karenanya, untuk a manjaga alat identifikasi kelompok ini, terjadi sebuah
pelarangan bagi perempuan keturunan Arab untuk a manikah dengan laki-laki yang tidak
bernasab Arab. Selanjutnya, warga keturunan Arab juga memaknai nasab sebagai sebuah simbol
status sosial, yang kemudian a manjadikan adanya anggapan bahwa warga keturunan Arab
memiliki status sosial yang lebih tinggi dibanding yang lain. Oleh karena itu, maka perempuan
keturunan Arab dilarang a manikah dengan laki-laki non Arab.


Abstract

This study focuses on a fenoa which culture in marriages among the community of people of
Arab descent in the village's benchmark, Kraksaan-Probolinggo district. This research reveals a
understanding of people of Arab descent in meaning nasab, as a concept that exists in social life,
which then interpret this nasab, there was a rule that prohibits a woman of Arab descent manikah
with non-Arab men. More specifically, the author of a maneliti about nasab meaning for citizens
of Arab descent, giving rise to a value or a rule relating to a marriage culture.
The process of collecting data through observation and interview techniques, because this
research is qualitative. The research subject as many as 5 people taken by way of purposive
sampling. Interview aims to a manguak nasab meaning for citizens of Arab descent. So a woman
of Arab descent manyebabkan banned a manikah with men who do not bernasab Arab and
research is only descriptive without a manelorkan theory. While the technique of observation
was done by researchers active and direct role in the lives of people of Arab descent, so as to
direct a mangamati social life of citizens, especially those relating to how and understanding of
people of Arab descent in meaning nasab which then led to a culture in ethnic weddings Arabic,
which prohibits the presence of female citizens of Arab descent with a man who does not
benasab Arab.
After all the research was conducted, revealed that there are several meanings that used people of

Arab descent in view nasab, which in the end, a mandasari a ban for women of Arab descent
with a manikah non-Arab men, other aantara: nasab meant as a tool for group identification. This
is closely related to the problem of continuity of lineage. Secondly, nasab interpreted as a symbol
of social status. This relates to the notion ketrunan Arab citizens, have a social degree higher
than the other tribes.
In this study, a manggunakan symbolic interaction theory put forward by Herbert Blummer as a
tool for finding a manganalisa data. From here we can conclude that people of Arab descent
nasab interpret as a tool for a mangidentifikasi group. Therefore, for a manjaga identification tool
of this group, there was a prohibition for women of Arab descent to a manikah with men who do
not bernasab Arab. Furthermore, people of Arab descent nasab also interpret as a symbol of
social status, which is then a manjadikan the notion that people of Arab descent have a higher
social status than others. Therefore, it is forbidden to a woman of Arab descent manikah with
non-Arab men.