Bahan organik Utilization of fertilizer industrial sludge as raw material fertilizer compost

rentang nilai yang mendekati standar SNI kecuali kadar air, bahan organik, kadar nitrogen, dan nisbah CN Tabel 1. Tabel 1 Karakterisasi sludge Parameter SNI Kompos Analisis Sludge pH 6.80─7.49 6.25 Kadar air Maks 50

63.03 Bahan organik

27─58 19.67 Nitrogen Min 0.40 0.38 Karbon 9.80─32 11.41 CN 10─20 28.61 Fosforus P 2 O 5 Min 0.10 0.29 Kalium K 2 O Min 0.20 0.22 Besi Fe Maks 2.00 0.69 Alumunium Al Maks 2.20 0.39 Nisbah CN merupakan parameter penting dalam proses pengomposan karena dapat memengaruhi aktivitas mikroorganisme sebagai sumber energi dan untuk pembentukan sel. Diperlukan penambahan bahan campuran dalam sludge untuk menurunkan nisbah tersebut. Hasil analisis lain menunjukkan bahwa rumput dan kotoran sapi memiliki kandungan nitrogen yang cukup tinggi Gambar 1. Dengan demikian bahan campuran tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan nitrogen dalam sludge yang berakibat menurunkan nisbah CN. Gambar 1 Kadar nitrogen pada sludge, rumput, kotoran sapi Selain dari kandungan nitrogen, faktor yang memengaruhi penurunan nisbah CN sludge adalah kandungan karbon. Semakin tinggi kandungan karbon dalam proses pengomposan, semakin banyak gas CO 2 yang dihasilkan dan menguap sehingga kandungan karbon yang terdapat dalam kompos semakin rendah. Rumput dan kotoran sapi memiliki kandungan karbon yang tinggi sehingga keduanya dapat digunakan untuk menurunkan kandungan karbon dalam sludge Gambar 2. 0.5 1 1.5 2 2.5 sludge rumput kotoran sapi k ad ar n itro g en Gambar 2 Kadar karbon pada sludge, rumput, kotoran sapi Proses Pengomposan Proses terbentuknya sludge menjadi kompos dengan kualitas baik, selain dipengaruhi oleh campuran bahan organik rumput dan kotoran sapi juga dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain suhu, kadar air, dan nilai pH. Pada awal proses pengomposan yang merupakan tahap aktif, suhu cenderung meningkat. Peningkatan pada hari pertama hingga hari ke-4 sebesar 9 °C. Kenaikan suhu tersebut menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi senyawa-senyawa organik dengan bantuan oksigen menjadi CO 2 , uap air, dan panas yang akan dimanfaatkan oleh mikrob mesofilik Isroi 2007. Namun, suhu yang dicapai hanya berkisar antara 33─42 °C Lampiran 2, sedangkan mikroba mesofilik hidup pada suhu 35-45 °C sehingga proses pengomposan tidak berlangsung optimal. Setelah sebagian besar bahan organik terurai, suhu akan menurun mencapai 33 °C. Pada saat itu terjadi proses pematangan kompos tingkat lanjut Gambar 3. Gambar 3 Pola perubahan suhu kompos akibat proses pengomposan. Rendahnya suhu saat pengomposan ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya aerasi sehingga uap air yang dihasilkan saat pengomposan tidak dapat keluar dengan maksimal. Uap air yang terjerap mengakibatkan kadar air kompos menjadi lebih tinggi. 5 10 15 20 25 sludge rumput kotoran sapi k ad ar k ar b o n 10 20 30 40 50 1 5 9 13 17 21 25 29 Su h u ° C Hari ke- A B C hari ke-4 Mikroorg anisme membutuhkan kadar air 40─60 untuk hidup dan berkembang dalam mendegradasi bahan organik. Kadar air memengaruhi proses metabolisme mikroorganisme dan mengakibatkan proses pengomposan menjadi bersifat anaerob yang dapat menghasilkan CH 4 , CO 2 , dan H 2 S. Berdasarkan hasil analisis, tingginya kadar air saat pengomposan dapat juga disebabkan adanya kandungan air dari bahan-bahan yang digunakan. Penambahan lebih banyak kotoran sapi menghasilkan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan lebih banyak rumput Gambar 4a karena kadar air dalam kotoran sapi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput, yaitu berturut-turut sebesar 67 dan 63.6 Lampiran 3. Di sisi lain, kadar air cenderung lebih meningkat dengan keberadaan sludge yang lebih banyak dibandingkan denganpenambahan campuran Gambar 4b. a b Gambar 4 Perubahan kadar air saat pengomposan. Degradasi bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada proses pengomposan juga dipengaruhi oleh kondisi nilai pH. Kisaran nilai pH ideal adalah 6 ─8.5 CPIS 1992. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai pH mengalami penurunan pada minggu pertama karena pada tahap awal proses dekomposisi, terbentuk asam-asam organik, antara lain asam laktat, asam propanoat, asam asetat, dan asam butirat. Kemudian pada minggu kedua terjadi peningkatan pH yang disebabkan adanya perombakan protein dan asam amino yang akan membentuk ion amonium. Ion amonium yang terbentuk ini dapat mengalami 3 hal, yaitu digunakan oleh mikroorganisme untuk berkembang biak membentuk sel-sel baru, hilang karena menguap membentuk amoniak, atau akan berubah menjadi nitrat, sehingga pH akan meningkat. Pada minggu ketiga perombakan kompos ini masih berlangsung dalam campuran dengan kotoran sapi yang lebih banyak, sedangkan pada campuran dengan kotoran sapi yang lebih sedikit langsung mengalami proses pematangan yang ditunjukkan dengan penurunan nilai pH menuju netral. Hal ini disebabkan kandungan nitrogen pada kotoran sapi lebih banyak sehingga perombakan protein dan asam amino menjadi ion amoniium juga menjadi lebih lama Gambar 5a. Sementara itu, kompos dengan jumlah sludge, lebih sedikit cenderung langsung mengalami penurunan pH. Hal ini disebabkan karena jumlah sludge yang lebih sedikit relatif seimbang dengan jumlah bahan campuran yang digunakan sehingga perombakan protein dan asam amino tidak terjadi dan langsung mengalami proses pematangan Gambar 5b. 79 81 83 85 1 2 3 4 A B Waktu minggu ke- Kad ar air 79 81 83 85 1 2 3 4 A C Waktu minggu ke- Kad ar air a b Gambar 5 Perubahan nilai pH saat pengomposan. Kualitas Kompos Kualitas kompos ditentukan oleh tingkat kematangan kompos yang dapat dilihat dari sifat fisik dan kimianya Harada et al. 1993. Menurut SNI 19-7030- 2004, secara fisik kompos yang telah matang memiliki ciri berwarna cokelat sampai kehitaman Gambar 6. Hasil analisis kualitas kematangan kompos berdasarkan sifat kimia menunjukkan bahwa secara umum kompos sudah memenuhi standar SNI 19- 7030-2004 Tabel 2. Namun, kompos dengan campuran sludge yang lebih banyak, baik nisbah 70:10:20 maupun 70:5:25, masing-masing memiliki kandungan bahan organik yang kurang dari standar SNI. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya tambahan bahan campuran rumput atau kotoran sapi yang kandungan bahan organiknya lebih tinggi dibandingkan dengan sludge. Gambar 6 Penampakan fisik warna kompos matang pada nisbah sludge:rumput kotoran sapi, 70:20:10. 6.8 7.2 7.6 8 1 2 3 4 A B Waktu minggu ke- pH 6.8 7.2 7.6 8 1 2 3 4 A C Waktu minggu ke- pH Tabel 2 Hasil analisis kualitas kompos Aplikasi Kompos pada Tanaman Bayam Aplikasi kompos pada tanaman bayam dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompos yang dihasilkan terhadap pertumbuhan tanaman dan kecocokan kompos terhadap tanah yang digunakan Lampiran 4. Parameter yang diamati selama masa tumbuh tanaman meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Tanaman bayam memerlukan banyak asupan air saat pertumbuhannya sehingga harus disiram dan diairi dengan baik. Dalam aplikasi kompos ini, juga digunakan pupuk urea yang berfungsi sebagai indikator nisbah kualitas kompos dari limbah sludge. Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 minggu pertumbuhan bayam dengan 4 kali pengukuran, kompos dengan nisbah sludge:rumput:kotoran sapi 70:5:25 menunjukkan tinggi tanaman dan jumlah daun yang lebih baik dengan rerata berturut-turut 27 cm dan 7 Lampiran 5 helai dibandingkan kompos dengan nisbah 55:25:20 yang secara analisis kimia mempunyai sifat relatif baik berdasarkan seluruh parameter standar. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan Fe yang terdapat dalam kompos 70:5:25 relatif lebih tinggi. Unsur Fe berfungsi sebagai pembawa elektron pada fase terang fotosintesis dan respirasi. Ketersediaan Fe yang tinggi dari kompos tersebut diduga diserap secara optimum oleh tanaman. Fe diserap tanaman dalam bentuk Fe 2+ dan Fe 3+ . Fe penting bagi pembentukan klorofil, zat karbohidrat, lemak, protein dan enzim. Akan tetapi meskipun Fe tidak menjadi komponen zat klorofil, namun berperan sebagai katalisator pada sintesa polisakarida, sehingga semakin tinggi kandungan Fe maka proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman bayam menjadi lebih cepat Sakya Rahayu 2010. Akan tetapi, kompos dengan nisbah 70:20:10 yang memiliki kandungan Fe lebih tinggi 5.84 dibandingkan kompos dan nisbah 55:25:20 menghasilkan pertumbuhan yang kurang baik. Hal tersebut dapat disebabkan pengaruh kandungan fosforus dan kalium yang lebih besar dibandingkan kompos 55:25:20 terhadap kompos 70:20:10 dengan selisih persentase berturut-turut Parameter Perbandingan Sludge:rumput:kotoran sapi Urea Standar SNI 2004 70:20:10 70:05:25 55:25:20 Warna Coklat tua Coklat tua Coklat tua Merah muda Kehitaman Bau Berbau tanah Berbau tanah Berbau tanah - Berbau tanah pH 7.20 7.18 7.40 - 6.80─7.49 Kadar air 38.40 34.28 31.28 0.41 Maks 50 Bahan organik

24.47 25.31