atau diminimumkan untuk ongkos. c. Pembatas
Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bias menentukan harga-harga variabel keputusan secara
sembarang.Koefisien dari variabel keputusan pada pembatas disebut koefisien teknologis, sedangkan bilangan yang ada di sisi kanan
setiap pembatas disebut ruas kanan pembatas. d. Pembatas tanda
Pembatas tanda adalah pembatas yang menjelaskan apakah variabel keputusannya diasumsikan hanya berharga non negative atau
variabel keputusan tersebut boleh berharga positif, boleh juga negatif tidak terbatas dalam tanda.
Dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian persoalan program linier Linear Programming adalah suatu persoalan optimasi dimana kita
melakukan hal-hal berikut ini: 1. Berusaha memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linier
dari variabel-variabel keputusan yang disebut fungsi tujuan. 2. Hargabesaran dari variabel-variabel keputusan itu harus memenuhi
suatu set pembatas.Setiap pembatas harus merupakan persamaan linier atau ketidaksamaan linier.
3. Suatu pembatas tanda dikaitkan dengan setiap variabel.
Model Program linier
Model merupakan suatu representasi atau formalisasi, dalam bahasa tertentu yang disepakati dari suatu system nyata. Pengembangan model
adalah suatu usaha untuk memperoleh model baru yang memiliki kemampuan lebih didalam beberapa aspek. Pengembangan model biasanya
menggunakan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1. Elaborasi
Pengembangan model dimulai dengan yang sederhana dan secara bertahap dielaborasi sehingga diperoleh model yang
representatif. Penyederhanaan dilakukan dengan menggunakan
system asumsi yang ketat yang tercermin pada jumlah, sifat dan relasi variabel-variabelnya.Tetapi asumsi yang dibuat tetap harus
memenuhi persyaratannya
yakni konsistensi, indefendensi, ekuivalensi dan relevansi.
2. Sinektik
Adalah metode yang dibuat untuk mengembangkan
pengenalan masalah-masalah secara logis. Sinektik yang mengacu pada penemuan kesamaan-kesamaan akan membantu analis
membuat penggunaan satuan analogi yang kreatif dalam mengembangkan suatu model. Banyak studi menunjukkan bahwa
orang seringkali gagal mengenali bahwa apa yang tampak menjadi masalah baru pada kenyataannya secara tersembunyi merupakan hal
yang sama dan dapat didekati melalui model yang sudah ada.Karena itu, pengembangan model dapat dilakukan dengan menggunakan
prinsip-prinsip, hukum, teori, aksioma, dan dalil yang sudah dikenal secara luas tetapi belum pernah digunakan untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi.Sinektik didasarkan pada asumsi bahwa kesadaran mengenai hubungan yang identik atau mirip
diantara masalah system nyata dalam skala besar akan meningkatkan kapasitas pemecahan masalah dari seorang analis.
3. Iteratif
Pengembangan model bukanlah proses yang bersifat mekanistik
dan linier.
Oleh karena
itu dalam tahap
pengembangannya mungkin saja dilakukan pengulangan atau penijauan-peninjauan kembali iteratif.Ada tiga komponen utama
prinsip iteratif ini,yaitu, pengembangan model awal atau dugaan, langkah-langkah atau aturan yang harus ditempuh supaya dapat
diperoleh model yang memadai, dan ukuran kompleksitas model sebagai titik akhir dimana kita menghentikan proses iteratif.
Program linier merupakan salah satu metodologi, yang merupakan suatu urutan proses dan prosedur yang disusun secara sistematik dan
sebagai suatu kesatuan yang akan menghasilkan sesuatu solusi, keputusan,
model, dll yang telah direncanakan untuk diperoleh. Menurut klasifikasi fungsi model, program linier merupakan suatu
model normative yang memberikan jawaban terbaik dari alternatif yang ada terhadap sebuah masalah. Model ini memberikan aturan dan
rekomendasi untuk langkah-langkah atau tindakan yang dapat diambil untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa keuntungan nilai.
Masalah model normatife biasanya berbentuk penemuan nilai-nilai dari variabel-variabel yang dapat dikendalikan variable keputusan yang akan
menghasilkan manfaat nilai yang paling besar seperti yang diukur oleh variabel hasil atau kriteria pencapaian tujuan. Kesulitan utama dari model
ini adalah menentukan kriteria yang tepat untuk memilih jawaban terbaik.
2.5. Analisis Kemauan Untuk Membayar Willingness To Pay
Pengertian nilai atau value, khusus yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda
jika dipandang dari berbagai sudut disiplin ilmu, Fauzi 2006.Dari sisi ekologi misalnya nilai dari hutan mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove
sebagai tempat reproduksi spesies ikan tertentu atau untuk fungsi ekologis lainnya.Dari sisi tehnik, nilai hutan mangrove bisa sebagai pencegah abrasi atau
banjir dan sebagainya. Perbedaan berbagai konsepsi nilai tersebut tentu akan menyulitkan pemahaman mengenai pentingnya suatu ekosistem. Karena itu
diperlukan suatu persepsi yang sama untuk menilai ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relative mudah dan dapat dijadikan persepsi bersama dari
berbagai disiplin ilmu tersebut adalah pemberian price tag harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam. Dengan demikian, mengunakan apa
yang di sebut nilai ekonomi sumber daya alam. Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah
maksimum seseorang inggin mengorbankan barangjasa lainnya, secara formal konsep ini disebut keinggin langsung membayar willingness to pay seseorang
terhadap pengukuran nilai moneter barang dan jasa. Atau dalam bahasa yang sederhana berapa besar nilai rupiah yang mau di bayarkan oleh masyarakat untuk
perbaikan sumber daya alam yang ada.
Untuk mengetahui nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan secara
langsung dapat mengunakan metode Contingent Valuation Method CVM. Metode Valuasi Kontingensi
Metode Valuasi Kontingensi Contingent Valuation Method, CVM menurut Anhar 2008 adalah cara perhitungan secara langsung, dalam hal ini
langsung menanyakan kesediaan untuk membayar willingness to pay, WTP kepada masyarakat, dengan titik berat preferensi individu menilai benda publik
yang penekanan pada standar nilai uang. Metoda ini memungkinkan semua komoditas yang tidak diperdagangkan di pasar dapat diestimasi nilai ekonominya.
Dengan demikian nilai ekonomi suatu benda publik dapat diukur melalui konsep WTP.
Untuk mengukur WTP biasanya digunakan metode contingent valuation CV. Menurut Husodo 2009 Metode CV telah banyak digunakan untuk
mengukur WTP konsumen, khususnya untuk barang-barang yang bersifat non market goods, seperti peningkatan kualitas lingkungan Carson and Mitchell,
1981 atau pengendalian polusi udara Loehman and De, 1982.Metode CV juga banyak digunakan untuk mengevaluasi WTP untuk keamanan pangan. Meski
terdapat beberapa metode ekonomi untuk melakukan valuasi non-market goods, CV dianggap sebagai metode yang paling tepat untuk mengukur nilai keamanan
pangan Buzby, et al., 1995. Para ekonom juga telah mengembangkan teknik CV untuk mengukur manfaat barang quasi public seperti udara dan peningkatan
kualitas air, tempat rekreasi, ijin berburu, pengurangan resiko penyakit atau bahkan label sertifikasi barang dan jasa. Manfaat-manfaat tersebut didefinisikan
sebagai penjumlahan willingness to pay WTP setiap individu terhadap adanya peningkatan kualitas lingkungan tertentu. Melalui teknik CVM seseorang akan
ditanya kesanggupan dan berapa rupiah yang sanggup ia bayarkan terhadap barang-barang non-market. Wan dan Wang 1996 menggunakan CVM untuk
mengestimasi WTP konsumen terhadap sertifikasi keamanan pangan. Misra et al. 1991 dan Weaver et al. 1992 menggunakan harga premiun untuk melakukan
survey WTP terhadap produk bebas residu. Prosedur paling penting dalam penggunaan CVM adalah penyusunan kuesioner dan prosedur survey Haab and
McConnell, 2001. Metode CV menggunakan survey dimana responden ditanya