PROSES PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TUNA RUNGU

PROSES PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK
TUNA RUNGU

SKRIPSI

Oleh:
Merlina Nourmalita
07810023

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

LEMBAR PERSETUJUAN
1. Judul Skripsi

: Proses Penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak
Tuna Rungu

2. Nama Peneliti


: Merlina Nourmalita

3. NIM

: 07810023

4. Fakultas

: Psikologi

5. Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian

: 1 Juli – 11 Juli 2011

7. Tanggal Ujian


: 19 Agustus 2011

Malang 19 Agustus 2011
Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Cahyaning Suryaningrum M.Si

Ni’matuzahroh S.Psi,M.Si

ii

iii

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Merlina Nourmalita


Nim

: 07810023

Fakultas/ Jurusan

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :
Proses Penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak Tuna Rungu
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan
dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/ skripsi dari penelitian yang saya
lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif,

apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.

Mengetahui

Malang, 24 agustus 2011

Ketua Program Studi

yang menyatakan

M. Salis Yuniardi M.Si

Merlina Nourmalita

iv

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segenap puji syukur penulis panajtkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini dengan judul “ Proses penerimaan orang tua yang memiliki
anak tuna rungu “, disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan sarjana pada program pendidikan psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dorongan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada Bapak Drs. Tulus Winarsunu M.si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Cahyaning Suryaningrum M.si selaku dosen pembimbing satu dan
Ni’matuzzahroh M.Psi selaku dosen pembimbing dua yang ditengah
kesibukannya mau menyisakan waktunya untuk membaca, mengoreksi, serta
memberi bimbingan dan masukan yang sangat berarti sehingga skripsi ini
bisa terselesaikan.
3. Kepada Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum selaku dosen pembimbing dan

dosen wali

yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi selama

penulis mengerjakan skripsi hingga dapat menyelesaikannya.
4. Papa Letkol CKM dr. Made Astiya, MM dan mama Nurhayati tercinta atas
semua kasih sayang, pengorbanan, didikan, dan doanya yang tulus, serta
curahan waktu dan pikiran. Terima kasih karena papa dan mama selalu
memberikan yang terbaik dan selalu menyertai setiap langkah adik dengan
doa dan harapan. Maafkan adik jika sampai sekarang adik belum bisa
membuat bangga papa dan mama, tapi sampai kapan pun adik tetap berusaha

v

menjadi yang terbaik dan membuat papa amam bangga. Amiinnn adik sayang
papa mama.
5. Mbakku tersayang Lettu CKM dr. Andina Wirathmawati dan dr. Intarina
Rimayanti terima kasih atas kebersamaan, perhatian, curahan kasih sayang,
semangat, dukungan dan doanya yang tulus.
6. Om Choirul, Tante Lilik, Tante Ana dan Tante Anik , makasih banyak ya om

dan te untuk doa, dorongan, dukungan dan semangatnya.
7. Buat orang yang jauh disana terima kasih ya atas semangaaaaat dan
dukungan-dukungan, saran, dan jalan keluar kalau merlin lagi bingung.
Terima kasih juga perhatian, pengertian, dan kesabaran yang luar biasa dalam
menemani merlin sehingga Karya Tulis Akhir ini dapat diselesaikan dengan
tuntas.
8. Rastra dhika irdiansyah makasih buat selama ini sudah membantu merlin,
mengerti kalau mer lagi capek kamu tetap memberikan semangat yang besar
buat mer.terima kasih sebesar-besarnya ya.
9. Buat sahabat-sahabatku Rangers( Uti, Ririn, dian) makasih kita selalu samasama memberi dukungan, perhatian dan saling menyemangati. Dan sahabatku
yang jauh( intan, eza, citra dan yugi ) walaupun jauh tapi kalian tetap dukung
merlin, membuat merlin tetap semangat selalu.
10. Dan buat teman-teman Psikologi 07 tetap semangat dan kompak selalu.
11. Terima kasih juga untuk semua pihak yang belum tersebut namanya yang
telah membantu penulis dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata penulis masih menyadari masih banyak kekurangan dalam
pelaksanaan dan penyusunan tugas akhir ini, meskipun demikian penulis berharap
semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan terutama
bagi penulis dan semua umat manusia di muka bumi, Aminnnn.


Malang, Agustus 2011
Penulis

Merlina Nourmalita
vi

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………….....

i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………..

ii

SURAT PERNYATAAN ………………………………………………..


iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………...

iv

INTISARI……..………………………………………………………… .

vi

DAFTAR ISI…. …………………………………………………………..

vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………..

ix

DAFTAR BAGAN ……………………………………………………….


x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................

1

B. Rumusan Masalah .........................................................................

4

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................


4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penerimaan ....................................................................................

6

B. Tuna Rungu ...................................................................................

9

C. Proses Penerimaan Orang Tua yang Memilik Anak Tuna Rungu ....

12

D. Tahapan Perkembangan Anak ........................................................

17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ....................................................................

21

B. Batasan Istilah ..............................................................................

21

C. Subyek Penelitian .........................................................................

22

D. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data...............................

22

1. Sumber Data .............................................................................

22

2. Metode Pengumpulan Data .......................................................

22

vii

E. Konteks Penelitian.........................................................................

24

F. Tahapan Penelitian ........................................................................

24

G. Teknik Analisa Data ......................................................................

24

H. Keabsahan Data ............................................................................

25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................

27

1. Deskripsi Subyek ..................................................................

27

B. Deskripsi Data..............................................................................

27

D. Pembahasan ..................................................................................

28

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................

34

B. Saran .............................................................................................

35

36

DAFTAR PUSTAKA

viii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 4.1

: Identitas Subyek Penelitian .........................................

35

Tabel 4.2

: Rangkuman Proses Penerimaan Keluarga A ...............

62

Table 4.3

: Rangkuman Proses Penerimaan Keluarga B…………..

65

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan

Halaman

Bagan 4.1

: Proses Penerimaan Subyek Keluarga A Bapak ............ 58

Bagan 4.2

: Proses Penerimaan Subyek Keluarga A Ibu ................. 59

Bagan 4.3

: Proses Penerimaan Subyek Keluarga B Bapak ............. 60

Bagan 4.4

: Proses Penerimaan Subyek Keluarga B Ibu ................ 61

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

.....................................................................................
Informed Concent Subyek Keluarga A Bapak .............. 78
Informed Concent Subyek Keluarga A Ibu.................... 79
Informed Concent Subyek Keluarga B Bapak ............... 80
Informed Concent Subyek Keluarga B Ibu .................... 81

Lampiran 2

.....................................................................................
Guide Interview ........................................................... 82
Guide Interview Sumber ............................................... 84
Hasil Wawancara Subyek Keluarga A Bapak ................ 85
Hasil Wawancara Subyek Keluarga A Ibu .................... 92
Hasil Wawancara Subyek Keluarga B Bapak ................ 103
Hasil Wawancara Subyek Keluarga B Ibu..................... 110
Hasil Wawancara Sumber Keluarga A…………………121
Hasil Wawancara Sumber Keluarga B………………….122

Lampiran 3

…………………………………………………………..
Jadwal Pelaksanaan Wawancara ……………………….123

xi

DAFTAR PUSTAKA

Ali.M, Asrori.M. (2010), Psikologi remaja. Jakarta: PT bumi aksara.
Bastaman, H. (1996). Meraih hidup bermakna. Jakarta: Paramadina.
Chaplin, J.P. (2009), Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT raja grafindo persada.
Gordon, T. (1993). Menjadi orang tua efektif, petunjuk terbaru mendidik anak yang
bertanggung jawab. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Hendriani, W., Handariyati. R., & Sakti, T.M. ( 2006 ). Penerimaan keluarga
terhadap individu yang mengalami keterbelakangan mental. Diakses 26
April 2011 dari http://www.journal.unair.ac.id/filerpdf.
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan anak. Jilid 2, Edisi Keenam. Alih bahasa: dr.
Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga.
Laurent, J. (2010 ). Penerimaan orang tua terhadap anak penderita psoriasis.
Diakses

26

April

2011darihttp://www.

Papers.gunadarma.ac.id/index.php.psychology/article/view/193/194
Muhammad, J.K.A. (2008). Special education for special children. Jakarta : PT
Mizan Pustaka.
Moleong, L.J. (2010 ). Metode pendekatan kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rachmayanti, S, & Zulkaida, A. (2008). Gambaran penerimaan orang tua terhadap
anak autisme serta peranannya dalam terapi autism (Bab2). Diakses 26
April

2011

dari

http://www.

Papers.gunadarma.ac.indew.php/psychology/article/view/963/920
Rusmil, K. (2009). Tahap pertumbuhan anak. Diakses 15 Mei 2011 dari
http://www.seputarduniaanak.blogspot.com
Safaria,T. (2005). Autisme : Pemahaman baru untuk hidup bermakna bagi orang
tua. Jogyakarta: Graha ilmu.

xii

Santrock, J. (2002). Life-span development, perkembangan masa hidup. Jakarta.
Erlangga.
Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama.

xiii

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang anak dilahirkan di dunia dengan kondisi yang berbeda-beda. Ada
anak yang terlahir dengan kondisi yang normal tetapi ada juga anak yang terlahir
dengan membawa “kelainan-kelainan”, seperti tuna rungu. Tuna rungu merupakan
suatu bentuk kelainan yang berhubungan dengan pendengaran manusia. Kelainan ini
menyebabkan seseorang tidak dapat menangkap bunyi-bunyian atahu suara secara
normal bahkan tidak dapat menerima respon sama sekali.
Pendengaran sangat penting buat kita karena bunyi-bunyian memberikan arti
yang penting bagi kejiwaan manusia untuk melakukan kontak dengan orang dan
alam disekelilingnya. Namun lain halnya dengan anak yang mengalami tuna rungu.
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama
melalui indera pendengarannya. Anderas Dwidjosumarto (dalam somantri, 2007)
mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atahu kurang mampu mendengar suara
dikatakan tuna rungu. Ketuna runguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli
(deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera
pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang
indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk
mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar. Ketuna
runguan mengakibatkan anak tidak mendengar bunyi secara umum sehingga
berakibat pada kehidupan perasaan yang kurang berkembang dan tidak berjenjang.
Jalan pikirannya terlalu konkret dan sukar berpikir secara abstrak. Sukar masuk ke
dalam situasi perasaan orang lain. Semuanya disebabkan oleh bunyi-bunyi
dilingkungannya tidak memberi pengaruh kepadanya. Memperhatikan batasan diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan
pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang
menyebabkan pendengarannya tidak memilki nilai fungsional di dalam kehidupan
sehari-hari.

1

2

Anak yang cacat (tuna rungu) akan mempunyai perasaan rendah diri yang
berlebih, karena anak tuna rungu belum mampu menerima keadaan fisiknya yang
tidak sempurna dibanding dengan anak yang normal. Banyak ditemukan anak tuna
rungu yang mengalami hambatan dalam melakukan tugas perkembangan, seperti
dalam berinteraksi dengan teman sebayanya baik di lingkungan sekolah ataupun di
lingkungan masyarakat.
Meskipun berbeda dari anak normal, pada dasarnya anak tuna rungu
mempunyai hak-hak yang sama seperti anak normal. Anak tuna rungu sangat
memerlukan teman bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Mereka juga membutuhkan untuk dicintai, dihargai, serta diberikan kesempatan
untuk mengembangkan diri. Anak tuna rungu membutuhkan perhatian dari orang
tuanya. Akan tetapi pada kenyataannya, orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna
rungu) seringkali menolak dan bahkan kecewa akan kondisi anaknya yang
mengalami ke cacatan tersebut yang pada akhirnya orang tua tidak dapat menerima
anaknya.
Menurut Safaria (2005) setiap orang tua pasti berbeda-beda reaksi
emosionalnya waktu pertama kali mengetahui diagnosis anaknya. kebanyakan orang
tua akan mengalami shock bercampur perasaan sedih, khawatir, cemas, takut, dan
marah ketika pertama kali mendengar diagnosis mengenai gangguan yang dialami
oleh anaknya. Begitu pula dengan orang tua yang anaknya mengalami gangguan
tuna rungu. Perasaan tak percaya bahwa anaknya mengalami tuna rungu kadangkadang menyebabkan orang tua mencari dokter lain untuk menyangkal diagnosis
dokter sebelumnya, bahkan sampai beberapa kali berganti dokter untuk memastikan
bahwa anaknya tidak mengalami kecacatan. Hal ini sangat memukul perasaan orang
tua. Bagaimana tidak, anak yang sangat dicintainya harus menderita suatu gangguan
yang menyebabkannya tidak

berkembang secara kognitif, emosi, dan sosial

sebagaimana anak-anak lainnya.
Sikap orang tua yang menolak kehadiran anak cacat, meliputi: orang tua
kurang memiliki kasih sayang terhadap anaknya atahu anak kurang diperhatikan oleh
orang tuanya, orang tua tidak mempunyai waktu untuk selalu bersama anaknya, tidak
memberikan dukungan dan orang tua selalu mengeluarkan kata-kata yang sangat
tidak enak didengar seperti: memarahi anaknya dan mencaci. Kurangnya perhatian

3

dan kasih sayang serta dukungan sosial dari orang tua terhadap kehadiran anak tuna
rungu menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam menguasai dan mempelajari
bahasa isyarat dan kurang dapat melalui masa perkembangannya dengan baik.
Apabila orang tua menghargai anak sebagai individu seutuhnya, mencintai
anak tanpa syarat serta memenuhi kebutuhan anak untuk mengekspresikan perasaan
maka akan terbentuk sikap positif terhadap dirinya. Anak akan mampu menerima
keadaan dirinya, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mampu menghargai
sesama dan menerima tanggung jawab sosial, sehingga akan memunculkan
kemampuan dalam penyesuaian diri di lingkungan sekitar maupun di sekolah, anak
dapat berinteraksi

dengan teman sebayanya tanpa mengalami kesulitan dan

memperoleh pencapaian prestasi belajar dengan hasil yang sangat memuaskan.
Hal yang paling penting dan harus diingat oleh orang tua adalah selalu
mengingat bahwa setiap anak mempunyai ciri khas. Orang tua jangan terlalu
menjatuhkan vonis penilaian yang merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Oleh sebab itu tidak menerima kekurangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak akan menjadi rendah diri. Sikap menerima atahu menolak orang tua terhadap
anaknya dapat mempengaruhi anak dalam mencapai perkembangan yang optimal.
Maka penerimaan orang tua sangat penting bagi kondisi anak yang memiliki
kekurangan. Penerimaan orang tua ditandai dengan perhatian yang besar dan kasih
sayang pada anak (Hurlock, 1978). Orang tua yang menerima akan memperhatikan
perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak. Untuk itu perlu
adanya penerimaan dari orang tua terhadap anak yang memiliki cacat tuna rungu.
Menurut Ali dan Asrori (2010), penerimaan ialah sikap menerima orang tua
terhadap anaknya yang diwujudkan dalam bentuk perhatian, kasih sayang, akan
memberikan sumbangan yang berarti bagi berkembangnya penyesuaian diri yang
baik pada anak. Sebaliknya penolakan orang tua kepada anak akan berpengaruh
negatif terhadap perkembangan anak. Jika dilihat berdasarkan teori penerimaan dari
Kubler-Ross (seperti yang disebut Gargiulo, 1985) seseorang akan mengalami
beberapa proses dalam menerima suatu keadaan yang tidak sesuai dengan
harapannya, sampai-sampai pada tahap di mana seseorang tersebut benar-benar
menerima keadaan yang terjadi. Maka pada orang tua yang memiliki anak tuna rungu
akan mengalami beberapa proses dalam menerima ketuna runguan pada anaknya,

4

sampai-sampai pada tahap di mana orang tua benar-benar menerima keadaan
anaknya yang mengalami tuna rungu.
Menurut Safaria (2005), faktor-faktor yang menyebabkan cepat atahu
tidaknya seseorang menerima suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya
pada dasarnya tidak lepas dari penafsiran orang tua tersebut terhadap peristiwa yang
dialaminya. Seringkali kita cenderung melihat suatu peristiwa dari sisi yang negatif
dan jarang sekali kita melihatnya dari sisi positif. Ada dua faktor yang berpengaruh
dalam proses penerimaan, faktor yang pertama yaitu faktor keluarga yaitu adanya
hubungan yang relatif harmonis antara ibu dengan ayah. Jika hubungan antara ibu
dengan ayah relatif harmonis, maka keduanya akan lebih mampu saling bekerja sama
dalam merawat, mendidik dan membimbing anaknya sehingga proses penerimaan
pun akan lebih cepat terjadi. Sebaliknya jika hubungan antara ibu dengan ayah
buruk, maka beban psikis yang dipikul keduanya akan bertambah berat. Kemudian
yang

kedua

yaitu

faktor

lingkungan

sosial,

didalam

lingkungan

sosial

mengembangkan sikap perhatian, dukungan, penerimaan, dan sikap empatik kepada
sesama. Bersikap penuh pengertian, mau membantu dengan tulus, maka akan
mendapatkan dukungan, perhatian dari orang lain. Mengembangkan hubungan yang
suportif merupakan situasi yang timbal-balik, dua arah, dan saling mempengaruhi.
Sehingga proses penerimaan pada anak tuna rungu akan lebih cepat terjadi.
Dari penjelasan di atas dapat terlihat masih banyak konflik dalam keluarga
yang memiliki anak cacat (tuna rungu). Konflik ini terjadi karena adanya
kesenjangan antara keinginan dan harapan orang tua yang tidak terpenuhi untuk
memiliki anak yang dapat dibanggakan dalam keluarga, sehingga dapat
mempengaruhi penerimaan orang tua yang memiliki anak cacat (tuna rungu). Orang
tua yang memiliki anak tuna rungu cenderung memiliki penerimaan yang berbeda di
bandingkan dengan orang tua yang memiliki anak dengan kondisi yang normal.
Tingkat penerimaan ini akan berperan dalam bagaimana orang tua dengan rela
membimbing anak-anaknya secara khusus. Orang tua yang tidak bisa menerima
kondisi anaknya cenderung kurang memperlakukan anak dengan baik dan hal
tersebut dapat menghambat kemajuan dan perkembangan bagi anak baik secara fisik
maupun psikologis. Sebaliknya orang tua yang menerima anak tuna rungu secara
apa adanya maka mereka akan memperlakukan anaknya sesuai dengan kondisi anak

5

dan hal yang demikian ini tentunya dapat mendukung dan menunjang kemajuan serta
perkembangan anak secara optimal bagi anaknya tersebut.
Penerimaan bukan saja berdampak pada sang anak melainkan orang tuanya.
Orang tua yang tidak dapat menerima anaknya akan mengalami permasalahan secara
fisik maupun psikologis. Secara fisik orang tua mengalami penyakit stress seperti
maag, migrain, stroke, lesu dan letih sedangkan secara psikologis orang tua
mengalami

gejala

depresi,

marah-marah,

saling menyalahkan,

kecemasan,

kekhawatiran, merasa malu, perasaan putus asa, dan stress. Maka dari penjelasan
diatas tersebut begitu pentingnya penerimaan orang tua terhadap anak dalam sebuah
keluarga tersebut.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat permasalahan mengenai proses penerimaan orang tua yang memiliki
anak cacat tuna rungu dan dirumuskan judul penelitian : “ proses penerimaan orang
tua yang memiliki anak tuna rungu”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Proses Penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak
Tuna Rungu”.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penerimaan
orang tua yang memiliki anak tuna rungu.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini memberikan masukan yang bermanfaat pada orang tua
agar dapat memahami bagaimana proses penerimaan yang dilalui dengan baik
sehingga orang tua dapat lebih cepat merubah sikap maupun pemikiran sehingga
lebih mudah untuk menerima dan memahami kondisi anak yang cacat tuna rungu.
Serta untuk anak dapat memberi semangat hidup, motivasi dan menimbulkan

6

kepercayaan dirinya kembali dan mendapatkan kasih sayang, perhatian, cinta dari
orang tua dan keluarga yang lainnya.

2. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapakan memberikan acuan bagi penelitian selanjutnya
khususnya yang berhubungan dengan penerimaan orang tua yang memiliki anak tuna
rungu.