Substitusi Protein Bungkil Kedelai dengan Protein Tepung Pucuk Indigofera zollingeriana untuk Menghasilkan Telur Fungsional Tinggi Antioksidan

SUBSTITUSI PROTEIN BUNGKIL KEDELAI DENGAN
PROTEIN TEPUNG PUCUK Indigofera zollingeriana UNTUK
MENGHASILKAN TELUR FUNGSIONAL TINGGI
ANTIOKSIDAN

RIZKI PALUPI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Substitusi Protein
Bungkil Kedelai dengan Protein Tepung Pucuk Indigofera zollingeriana untuk
Menghasilkan Telur Fungsional Tinggi Antioksidan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Rizki Palupi
NRP. D162110041

RINGKASAN
RIZKI PALUPI. Substitusi Protein Bungkil Kedelai dengan Protein Tepung
Pucuk Indigofera zollingeriana untuk Menghasilkan Telur Fungsional Tinggi
Antioksidan. Dibawah Bimbingan SUMIATI, LUKI ABDULLAH dan DEWI
APRI ASTUTI.
Tanaman Indigofera zollingeriana merupakan tanaman pakan ternak dari
kelompok leguminosa pohon dengan genus Indigofera. Bagian pucuk tanaman
tersebut dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak unggas, karena mengandung
protein yang cukup tinggi dan terdapat β–karoten yang merupakan salah satu jenis
antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi reaksi berantai

radikal bebas dalam jaringan tubuh. Pucuk tanaman Indigofera zollingeriana
adalah bagian ujung tanaman muda yang memiliki diameter batang 0.5 cm yang
terdiri dari 4 sampai 5 tangkai daun yang muda. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kandungan nutrien dan antinutrien serta kandungan bahan aktif
yang terkandung dalam tepung pucuk Indigofera zollingerina yang berpotensi
untuk menghasilkan telur fungsional tinggi antioksidan, mengevaluasi kualitas
protein dan kandungan energi metabolis tepung pucuk Indigofera zollingeriana
yang bermanfaat sebagai pengganti bungkil kedelai dalam ransum ayam petelur
dan mengevaluasi efektifitas penggunaan tepung pucuk Indigofera zollingeriana
dalam menggantikan sebagian bungkil kedelai untuk menghasilkan telur yang
tinggi vitamin A dan memiliki antioksidan tinggi, serta kemampuannya dalam
meningkatkan kesehatan ayam petelur.
Penelitian pertama dilakukan untuk mengetahui potensi nutrien dan
potensi bahan aktif yang memiliki manfaat lebih yang terkandung dalam tepung
pucuk Indigofera zollingeriana,
serta untuk mengetahui adanya fitokimia
pembatas dalam tepung pucuk Indigofera zollingeriana. Serangkaian analisis
kandungan nutrien yang dilakukan meliputi : analisis kandungan protein kasar,
lemak, serat kasar, mineral kalsium dan phospor, Non Protein Nitrogen, asam
amino yang terkandung dalam tepung pucuk Indigofera zollingeriana, kandungan

vitamin, ß-karoten dan kandungan fitokimia tanin dan saponin. Berdasarkan hasil
analisis kandungan asam amino, dilakukan perhitungan skor asam amino dan
indeks asam amino esensial.
Penelitian kedua dilakukan untuk mengevaluasi kualitas protein dan
kandungan energi metabolis tepung pucuk Indigofera zollingerina. Penelitian ini
mengukur Net Protein Utilization (NPU) tepung pucuk Indigofera zollingeriana
yang menggunakan anak ayam broiler sebanyak 50 ekor, sedangkan untuk
mengukur energi metabolis tepung pucuk Indigofera zollingeriana digunakan 15
ekor ayam broiler strain Cobb yang berumur 5 minggu. Metode pengukuran
NPU berdasarkan teori Leeson dan Summers (2001) dan untuk mengukur
kandungan energi metabolis tepung pucuk Indigofera zollingeriana berdasarkan
metode Sibbald dan Wolynetz (1985).
Penelitian ketiga dilakukan untuk menghasilkan telur fungsional yang
tinggi antioksidan melalui substitusi bungkil kedelai dengan tepung pucuk
Indigofera zollingeriana dalam ransum ayam petelur. Penelitian ini menggunakan
ayam ras petelur strain ISA Brown berumur 30 minggu sebanyak 160 ekor.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah penggunaan
berbagai taraf tepung pucuk Indigofera zollingeriana untuk menggantikan

sebagian protein bungkil kedelai, yaitu: 0 % (R0), 5.2 % (R1), 10.4 % (R2) dan
15.6 % (R3). Peubah yang diamati adalah performa produksi, kualitas telur baik
secara fisik maupun kimia, profil hematologi dan lipid darah serta status
kesehatan ayam petelur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan nutrien tepung pucuk
Indigofera zollingeriana mengandung nutrien yang cukup tinggi yaitu protein
kasar 28.98 %, lemak kasar 3.30 %, serat kasar 8.49 %, kalsium 0.52 % dan
fosfor 0.34 %. Nilai true protein tepung pucuk Indigofera zollingeriana sangat
tinggi yaitu 98.88 % dan memiliki asam amino yang lengkap dengan skor asam
amino 24.56 dan indeks asam amino esensial 21.53%, serta mengandung
prekursor vitamin A berupa ß-karoten yang tinggi yaitu 507.6 mg/kg yang dapat
diandalkan sebagai sumber antioksidan. Kandungan antinutrien tepung pucuk
Indigofera zollingeriana rendah, yaitu tanin 0.29% dan saponin 0.036%, sehingga
aman dikonsumsi oleh ternak unggas.
NPU tepung pucuk Indigofera zollingeriana sebesar 38.58 sampai 46.98,
sedangkan NPU bungkil kedelai adalah 55. Nilai NPU tepung pucuk Indigofera
zollingeriana 70.14 % sampai 85.42 % dari NPU bungkil kedelai. Kandungan
energi metabolis 2791.12 kkal/kg. Energi metabolis ini lebih tinggi 9.46 % dari
energi metabolis bungkil kedelai. Berdasarkan nilai NPU dan kandungan energi
metabolis tepung pucuk Indigofera zollingeriana yang mendekati nilai NPU

bungkil kedelai, tepung pucuk Indigofera zollingeriana dapat digunakan sebagai
pakan substitusi protein bungkil kedelai dalam ransum ternak unggas.
Penggunaan tepung pucuk Indigofera zollingeriana sampai dengan 15.6%
dalam ransum ayam petelur yang setara menggantikan 45% protein bungkil
kedelai meningkatkan produksi hen day sebesar 8.02% (dari 83.63 % menjadi
91.65%), meningkatkan skor warna kuning telur dari 8.5 menjadi 13.25.
Penggunaan tepung pucuk Indigofera zollingeriana meningkatkan kandungan βkaroten 118.88 %, vitamin A 47.17 %, kandungan antioksidan pada telur
meningkat sebesar 144.91 %, serta dapat menurunkan kolesterol sebesar 54.13%.
Status kesehatan ayam petelur yang digunakan tidak terganggu, dan dapat
meningkatkan respon kekebalan tubuh dengan kadar imunoglobulin Y dalam
darah ayam petelur mencapai 34.37 %. Berdasarkan perhitungan Income Over
Feed Cost, penggunaan tepung pucuk Indigofera zollingeriana memberikan
keuntungan yang lebih besar pada pemeliharaan ayam petelur.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tepung pucuk Indigofera
zollingeriana layak digunakan sampai 15.6 % untuk menggantikan 45 % protein
bungkil kedelai dalam ransum ayam petelur dan dapat meningkatkan produksi
telur serta menghasilkan telur fungsional yang tinggi antioksidan dan rendah
kolesterol.
Kata kunci : kualitas telur, produksi telur, telur tinggi antioksidan, tepung pucuk
Indigofera zollingeriana


SUMMARY
RIZKI PALUPI. Substitution of Soybean Meal Protein with Indigofera
zollingeriana Top Leaf Meal to Produce Hight Antioxidants Functional Egg.
Under the directions of SUMIATI, LUKI ABDULLAH and DEWI APRI
ASTUTI

Indigofera zollingeriana is fodder belongs to legume group of Indigofera
genus. The shoots of the plant can be used as poultry feed, because it contains
high protein and β-carotene. This carotene is one type of antioxidant that
important in reducing free radical chain reactions in the body. The objectives of
this study were: 1) to evaluate the nutrients, antinutrients as well as the active
ingredients contained in the Indigofera zollingerina top leaf meal that potential to
produce high antioxidants functional eggs. 2) to evaluate the quality of protein
and metabolizable energy content of Indigofera zollingeriana top leaf meal and 3)
to evaluate the effectiveness of using Indigofera zollingeriana leaf meal to
substitute soybean meal to produce the eggs that high in vitamin A and
antioxidant, and to improve the health status of laying hens.
This study was conducted in three experiments. The first experiment was
to determine the potential of nutrients and antinutrients contained in Indigofera

zollingeriana top leaf meal. Nutrients content analyzed in the experiment
including crude protein, crude fat, crude fiber, calcium, phosphorus, true protein,
vitamins, amino acids, as well as ß-carotene. Based on amino acids content, the
amino acids index and essential amino acids index were determined.
The second experiment was done to evaluate the protein quality and
metabolizable energy of Indigofera zollingeriana top leaf meal. Fifty day old
chick (DOC) of broilers were used as experimental animal to measure Net Protein
Utilization (NPU) of Indigofera zollingeriana top leaf meal. Fifteen Cobb
broilers of 5 weeks of old were used to determine metabolizable energy of
Indigofera zollingeriana top leaf meal. NPU was determined using the method of
Leeson and Summers (2001), and metabolizable energy was measured using the
method of Sibbald and Wolynetz (1985).
The third experiment was carried out to produce high antioxidant
functional eggs through using Indigofera zollingeriana top leaf meal to substitute
of soybean meal in laying hen diets. One hundred and sixty laying hens of ISA
Brown strain of 30 weeks of age were kept into individual cages. A Randomized
Completely Design with four treatments and four replications was used in this
experiment. The treatments were four levels of Indigofera zollingeriana top meal
in the diets: 0 %(R0), 5.2% (R1), 10.4 %(R2) and 15.6% (R3). Parameters
measured were hen performances (feed consumption, egg production, feed

conversion ratio), egg quality both physically and chemically, hematology profile,
lipid of blood and healt status of laying hens.
The results showed that Indigofera zollingeriana top leaf meal contained
28.98% crude protein, 3.30% crude fat, 8.49% crude fiber, 0.52% calcium and
0.34% phosphorus. The anti-nutrient content of the Indigofera zollingeriana top
leaf meal was low, i.e. 0.29% tannins and 0.036% saponin. The true protein
value of Indigofera zollingeriana top leaf meal was high, i.e. 98.88%. The

Indigofera zollingeriana top leaf meal contained a complete amino acids with the
score of amino acids was 24.56 and the essential amino acid index was 21.53 %,
ß-carotene as precursor of vitamin A contained in the Indigofera zollingeriana top
leaf was 507.6 mg/kg. The NPU value of Indigofera zollingeriana top leaf meal
were range from 38.58 to 46.43 and the metabolizable energy was 2791.12
kcal/kg. The NPU value of Indigofera zollingeriana top leaf meal was about 70.14
to 84.42 % of NPU of soybean meal and the metabolizable energy of Indigofera
zollingeriana top leaf meal was higher 9.46 % than that of soybean meal.
The used of Indigofera zollingeriana top leaf meal up to 15.6% in the diet
of laying hens or equal to replace 45% soybean meal protein, increased egg
production at 8.02%, improved the eggs quality, improved yolk color score from
8.5 to 13.25, increased the β-carotene contents. The antioxidant of the eggs

increased up to 59.17%, and cholesterol of the eggs decreased 54.13% due to
the treatments. Feeding Indigofera zollingeriana top leaf meal improved the
health status of the hens that was indicated in increasing the Ig Y about 34.37 %,
and yielded the greater profit in term of Income Over Feed Cost (IOFC).
The conclusion of this study that Indigofera zollingeriana top leaf meal
can be used as an alternative source of protein to substitute soybean meal protein
and as source of precursor vitamin A in poultry diets. The Indigofera
zollingeriana top leaf meal could be used up to 15.6% to substitute soybean meal
protein that yielded high egg production, high antioxidant and low cholesterol of
eggs.

Key Words: egg production, egg quality, hight antioxidant egg, Indigofera
zollingeriana top leaf meal

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

SUBSTITUSI PROTEIN BUNGKIL KEDELAI DENGAN
PROTEIN TEPUNG PUCUK Indigofera zollingeriana UNTUK
MENGHASILKAN TELUR FUNGSIONAL TINGGI
ANTIOKSIDAN

RIZKI PALUPI

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Prof Dr Ir Nahrowi Ramli, MSc
2. Dr Ir Niken Ulupi, MSi
Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Dr Ir Mursyid Ma’sum, MAgr
2. Dr Desianto Budi Utumo

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Disertasi

: Substitusi Protein Bungkil Kedelai dengan Protein Tepung
Pucuk Indigofera zollingeriana untuk Menghasilkan Telur
Fungsional Tinggi Antioksidan.

Nama

: Rizki Palupi

NRP

: D162110041

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Sumiati, MSc
Ketua

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS
Anggota

Prof Dr Ir Luki Abdullah, MSc Agr
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Dwiera Evvyernie A, MS MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian : 12 Januari 2015

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat, karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan setiap tahapan dalam rangkaian
penelitian yang dilanjutkan dengan penyusunan dan penulisan disertasi ini dengan
judul ” Substitusi Protein Bungkil Kedelai dengan Protein Tepung Pucuk
Indigofera zollingeriana
untuk Menghasilkan Telur Fungsional Tinggi
Antioksidan”. Disertasi ini disusun dalam rangka penyelesaian studi Program
Doktor (S3) pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan (INP) Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Beberapa karya ilmiah yang merupakan bagian dari disertasi ini telah
diterbitkan pada Journal International of Poultry Science volume 13 Nomor 4
tahun 2014 dengan judul High Antioxidant Egg Production Through Substitution
of Soybean Meal by Indigofera sp Top Leaf Meal in Laying Hen Diets. Karya
ilmiah yang berjudul Potensi dan Pemanfaatan Tepung Pucuk Indigofera sp
Sebagai Bahan Pakan Substitusi Bungkil Kedelai Dalam Ransum Ayam Petelur
diterbitkan pada Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, volume 19 nomor 3 tahun
2014. Kemudian karya ilmiah yang berjudul Protein Quality and Metabolizable
Energy of Indigofera sp Top Leaf Meal as Poultry Feed telah diseminarkan pada
seminar international ke-16 Asian-Australasian Association of Animal Production
Societies di Yogyakarta tanggal 10-14 November 2014.
Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat penulis sampaikan kepada
Ibu Prof Dr Ir Sumiati, MSc sebagai ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu
Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS dan kepada Bapak Prof Dr Ir Luki Abdullah,
MSc.Agr sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan
selalu bersedia untuk berdiskusi, dan memberikan solusi pada setiap masalah yang
dihadapi penulis. Kepada Ibu Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS, MSc sebagai Ketua
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan beserta staf, penulis ucapkan terima kasih
atas bantuan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa. Kepada
Rektor Universitas Sriwijaya dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
beserta jajaran pimpinan, penulis sampaikan ucapan terimakasih atas kesempatan
dan kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti studi
Program Doktor (S3) pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan pakan (INP) Sekolah
Pascasarjana IPB. Selanjutnya kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, terimakasih atas beasiswa (BPPS) yang telah
diberikan. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada Rektor Institut Pertanian
Bogor beserta seluruh civitas akademika yang telah menerima penulis untuk
mengikuti pendidikan S3 di IPB.
Ucapan terimakasih dengan tulus juga penulis sampaikan untuk seluruh
pihak yang telah banyak membantu, mulai dari penulisan proposal penelitian,
selama penelitian sampai selesainya penulisan disertasi ini. Kepada teman-teman
angkatan 2011 INP, banyak cerita yang kita bawa dan akan menjadi kenangan
manis nantinya. Kepada Ibu Dr Ir Rita Mutia, MSc sebagai ketua Laboratorium
Ilmu Nutrisi Unggas beserta staf, Ibu Lanjarsih beserta staf laboratorium, penulis
ucapkan terima kasih atas izin dan kesempatan serta bantuan yang yang diberikan
ketika penulis melakukan penelitian.

Akhir kata izinkan penulis ucapkan terima kasih dengan penuh rasa hormat
dan penuh kasih serta sayang kepada Ayahanda Zulkifli Arda (alm) dan Ibunda
Iswandari (alm), serta Ayah Syahruddin (alm) dan Mama Darpiah yang selalu
mendo’akan untuk keberhasilan penulis. Alhamdullah ya Allah, telah Engkau
titipkan hamba pada orang tua yang sangat menyayangi hamba. Khusus buat
suamiku Ir. Ismaidi, terima kasih atas do’a, izin dan pengertian yang dicurahkan,
serta kesabaran telah mengantikan tugas kiki sebagai ibu dalam mendamping
kedua putri kita. Buat anak-anakku Aura Kanisya dan Aisyah Zahratunnisa yang
mami sayangi, dengan sepenuh hati mami ucapkan terima kasih atas do’a yang
tulus, motivasi, kesabaran dan pengertian ananda berdua selama ini, sehingga
mami dapat menyelesaikan semuanya. Kepada adik-adikku serta seluruh
keluarga, terima kasih atas do’a dan motivasi yang diberikan selama ini.
Semoga informasi yang tertuang dalam disertasi ini menjadi sangat
berguna bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkannya.
Bogor, Januari 2015
Rizki Palupi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan penelitian
Manfaat Penelitian
2 KAJIAN NUTRIEN DAN ANTINUTRIEN TEPUNG
PUCUK Indigofera zollingeriana SEBAGAI BAHAN
PAKAN SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELAI
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
3 EVALUASI KUALITAS PROTEIN DAN ENERGI
METABOLIS TEPUNG PUCUK Indigofera zollingeriana
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
4 PRODUKSI TELUR TINGGI ANTIOKSIDAN MELALUI
SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELAI DENGAN TEPUNG
PUCUK Indigofera zollingeriana DALAM RANSUM
AYAM PETELUR
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
5 PEMBAHASAN UMUM
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xiii
xiii
xiv
1
1
3
3

6
6
7
9
11
17
18
18
19
21
25
29

30
30
31
33
39
66
67
69
69
70
82
91

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Komposisi nutrien dan antinutrien tepung pucuk Indigofera
zollingeriana dibandingkan dengan nutrien bungkil kedelai
Kandungan asam amino tepung pucuk Indigofera zollingeriana
dan bungkil kedelai serta protein telur
Kandungan vitamin tepung pucuk Indigofera zollingeriana
dibandingkan dengan bungkil kedelai
Komposisi dan kandungan nutrien ransum perlakuan pada
pengukuran Net Protein Utilization (NPU)
Rataan pertambahan berat badan dan konsumsi ransum
Pengukuran NPU
Rataan N karkas, konsumsi N serta nilai NPU tepung
pucuk
Indigofera zollingeriana
Rataan energi metabolis tepung pucuk Indigofera zollingeriana
Komposisi dan kandungan nutrien ransum perlakuan selama
penelitian feeding trial
Rataan performa ayam petelur dan konsumsi zat-zat makanan
selama penelitian (umur 30 – 40 minggu)
Data kualitas fisik telur ayam selama penelitian
Data kualitas kimia telur ayam selama penelitian
Rataan eritrosit, hemoglobin, hematokrit, dan leukosit dalam
darah ayam petelur umur 40 minggu
Persentase diferensiasi leukosit dan perbandingan heterofil dan
limfosit ayam petelur umur 40 minggu
Rataan kolesterol, dan HDL serta Immunoglobulin Y dalam
darah Ayam Petelur

11
14
16
23
26
27
28
34
40
45
50
56
60
62

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8

Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
Alur Penelitian
Ilustrasi proses pembuatan tepung pucuk Indigofera
zollingeriana
Ransum yang digunakan pada penelitian pengukuran NPU
Pelaksanaan pengukuran energi metabolis
Data berat telur tiap minggu selama penelitan
Hasil pengukuran intensitas warna kuning telur
Metabolisme vitamin A dalam tubuh

4
5
10
22
24
42
48
52

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Analisis ragam produksi telur harian
Analisis ragam konsumsi ransum
Analisis ragam produksi massa telur
Analisis ragam konversi ransum
Analisis ragam konsumsi protein
Analisis ragam konsumsi lemak
Analisis ragam konsumsi ß-karoten
Analisis ragam konsumsi vitamin A
Analisis ragam konsumsi energi
Analisis ragam berat telur
Analisis ragam berat kerabang telur
Analisis ragam berat putih telur
Analisis ragam berat kuning telur
Analisis ragam warna kuning telur
Analisis ragam haugh unit
Analisis ragam ß-karoten telur
Analisis ragam kandungan vitamin A telur
Analisis ragam kandungan kolesterol telur
Analisis ragam aktivitas antioksidan telur
Analisis ragam butir darah merah
Analisis ragam kadar hemoglobin
Analisis ragam hematokrit
Analisis ragam butir darah putih
Analisis ragam heterofil
Analisis ragam limfosit
Analisis ragam monosit
Analisis ragam deferensiasi leukosit
Analisis ragam kolesterol darah
Analisis ragam HDL darah
Analisis ragam IgY darah
Prosedur uji ELISA tidak langsung terhadap Ig Y
Data penimbangan berat badan ayam petelur pada awal
penelitian (umur 30 minggu)
Data berat badan ayam broiler (umur 7) hari pada penelitian
pengukuran NPU

82
82
82
82
82
83
83
83
83
83
84
84
84
84
84
85
85
85
85
85
86
86
86
86
86
87
87
87
87
87
88
89
90

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan terhadap
suatu penyakit, meningkatkan kesadaran untuk mengkonsumsi pangan fungsional.
Pangan fungsional adalah pangan yang memiliki sifat fungsional jika terbukti
dapat memberikan satu atau lebih manfaat terhadap fungsi tubuh (selain fungsi
gizi normalnya) dengan cara yang relevan dapat memperbaiki status kesehatan
dan kebugaran serta menurunkan risiko penyakit (Diplock et al. 1999; Wildman
2001). Berdasarkan definisi tersebut pangan fungsional merupakan pangan yang
memiliki fungsi ganda. Salah satu sumber pangan fungsional yang berasal dari
produk hewani adalah telur. Manfaat telur selain sebagai pangan sumber protein
hewani, telur juga dapat memberikan efek pencegahan terhadap suatu penyakit,
seperti telur yang memiliki fungsi sebagai antioksidan yang dapat menetralisir
radikal bebas dalam tubuh.
Peningkatan prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia, memotivasi para
peneliti untuk mengeksplorasi senyawa-senyawa antioksidan yang berasal dari
sumber alami. Penyakit degeneratif adalah istilah medis digunakan untuk
menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel syaraf tanpa sebab yang
diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk.
Salah satu penyakit degeratif yang sering dijumpai adalah kekurangan vitamin A
(KVA). KVA dapat menyebabkan keratinisasi pada mukosa membran yang
melapisi saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran urinari, kulit dan
epitelium pada mata (Mahan dan Stump 2004). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh World Health Organization (WHO) dinyatakan bahwa KVA
diderita oleh sekitar 40% populasi dunia, terutama wanita hamil atau menyusui
dan anak dibawah lima tahun. Menurut Singh dan West (2004) ketidakcukupan
asupan vitamin A dialami oleh lebih dari 127 juta anak di dunia. Salah satu
indikator KVA menurut WHO adalah jika prevalensi xeroftalmia (X1B) melebihi
0.5% dari populasi memiliki kadar serum retinol dibawah β0 g/dl, serta jika
prevalensi xerofthalmia buta senja melebihi 1.0 % dari populasi, maka populasi
tersebut dikatakan memiliki masalah kesehatan. Hasil studi masalah gizi mikro di
Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kadar serum vitamin A balita
rata-rata hanya 11 g/dl dengan prevalensi xeroftalmia buta senja (XN) sebesar
1.18% (Herman 2007). Prevalensi kebutaan nasional pada tahun 2013 sudah
mengalami penurunan menjadi 0.4 %, yang merupakan dampak peningkatan
cakupan pemberian kapsul vitamin A dari tahun 2007 sebesar 71.5 % menjadi
75.5 % pada tahun 2013 (Riskesda 2013). Jika vitamin A dapat diberikan dalam
bentuk alami yang bersumber dari makanan, maka akan mengurangi prevalensi
KVA dan meningkatkan kesehatan masyarakat di Indonesia.
WHO melaporkan bahwa terdapat 254 juta anak di dunia memiliki resiko
defisiensi vitamin A dan 50%-nya berasal dari Asia Tenggara (Paracha et al .
2000). Mengingat pentingnya vitamin A, maka kecukupan konsumsi vitamin A
dan prekursornya harus dipenuhi dari makanan yang dikonsumsi. Salah satu
upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan penambahan karotenoid

2

sebagai prekursor vitamin A ke dalam makanan sebagai sumber provitamin A
(terutama -karoten) yang tinggi. Bahan pangan sumber -karoten yang
diperlukan adalah bahan dengan kualitas baik dan memiliki daya cerna baik, serta
dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau. Salah satu sumber bahan pangan
yang mengandung -karoten dan vitamin A yang dapat diandalkan adalah telur
ayam. Kandungan vitamin A pada telur bervariasi antara 500 IU sampai 2000 IU,
tergantung pada sumber pakan yang dikonsumsi oleh ternak ayam. Peningkatan
kandungan -karoten dan vitamin A pada telur ayam dapat menghasilkan telur
fungsional yang mengandung antioksidan, karena -karoten dan vitamin A
merupakan senyawa pembentuk antioksidan. Surai (2003) menyatakan bahwa
sumber pakan yang mengandung karotenoid yang memiliki aksi pembentukan
vitamin A, memiliki fungsi sebagai antioksidan.
Proses pembentukan sebutir telur membutuhkan bahan pakan yang kaya
protein. Selama ini bahan pakan sumber protein yang sering digunakan adalah
tepung ikan, tepung daging dan tulang, serta bungkil kedelai. Semua bahan pakan
tersebut merupakan bahan pakan impor, tidak terkecuali bungkil kedelai, sehingga
menyebabkan harga bungkil kedelai relatif mahal. Impor bungkil kedelai setiap
tahun terus meningkat. Impor bungkil kedelai pada tahn 2007 sebesar 1.88 juta
ton, sedangan pada tahun 2013 impor bungkil kedelai mencapai 3.54 juta ton
(Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2014). Peningkatan impor bungkil
kedelai dari tahun 2007 sampai tahun 2014 sebesar 88.30 %. Oleh sebab itu perlu
usaha untuk mencarikan bahan pakan alternatif yang dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bungkil kedelai impor yang penggunaannya cukup tinggi
dalam ransum ayam petelur. Salah satu bahan pakan yang dapat digunakan
adalah tanaman Indigofera zollingeriana yang merupakan tanaman pakan ternak
dari kelompok leguminosa pohon. Indigofera zollingeriana merupakan tanaman
dari kelompok kacang-kacangan (famili Fabaceae) dengan genus Indigofera.
Pemanfaatan Indigofera zollingeriana telah dicobakan sebagai bahan
pakan ternak, terutama ternak ruminansia. Ternak unggas sangat tidak toleran
terhadap bahan pakan yang memiliki serat kasar yang tinggi, sehingga bagian
tanaman Indigofera zollingeriana yang digunakan adalah pada bagian pucuk
tanmaan tersebut. Pucuk tanaman yang dimaksudkan adalah bagian tanaman
paling atas dengan diamater batang kurang dari 5 mm atau yang memiliki 4 – 5
tangkai daun pada bagian atas. Bagian pucuk tanaman Indigofera zollingeriana
memiliki produktivitas yang tinggi dan kandungan nutrien yang cukup baik.
Kandungan protein yang dimiliki pucuk Indigofera zollingeriana dari berbagai
umur defoliasi (38 hari, 68 hari dan 88 hari) berkisar antara 23.40 - 27.60%,
dengan kandungan serat kasar 10.97 – 15.02% (Abdullah dan Suharlina 2010).
Disamping memiliki protein yang cukup tinggi, tepung pucuk Indigofera
zollingeriana memiliki kelebihan yang tidak dimiliki bungkil kedelai, yaitu
kandungan ß-karoten yang dapat diandalkan sebagai salah satu sumber prekursor
vitamin A dalam sistem pencernaan ayam petelur, yang akan menghasilkan telur
yang tinggi vitamin A.
Penambahan sumber karotenoid pada pakan ayam petelur diharapkan
dapat menghasilkan telur yang mengandung antioksidan dan kaya akan vitamin A.
Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekusor (provitamin).
Provitamin A terdiri dari α, , dan - karoten. –karoten merupakan pigmen
kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam

3

mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan.
Kandungan ßkaroten pada tepung pucuk Indigofera zollingeriana dapat diandalkan sebagai
sumber karotenoid yang baik untuk produksi telur. Warna kuning pada telur
sangat erat kaitannya dengan tingginya kandungan karotenoid telur ayam.
Damron et al. (1984) melaporkan bahwa penambahan ß-karoten sampai 15 mg/kg
dalam ransum meningkatkan deposisi dan intensitas pewarnaan pada kuning telur.
ß-karoten merupakan salah satu senyawa antioksidan alami yang berfungsi
sebagai penangkal radikal bebas, sehingga penggunaan tepung pucuk Indigofera
zollingeriana dalam ransum ayam petelur dapat menghasilkan telur yang tinggi
antioksidan.
Berdasarkan potensi yang dimiliki pucuk tanaman
Indigofera
zollingeriana, perlu dilakukan penelitian pemanfaatan tepung pucuk Indigofera
zollingeriana sebagai bahan pakan pengganti sebagian bungkil kedelai dalam
penyusunan ransum ayam petelur dan untuk menghasilkan telur fungsional yang
tinggi antioksidan.

Tujuan Penelitian
1. Mengevaluasi kandungan nutrien dan antinutrien serta kandungan bahan aktif
yang terkandung dalam tepung pucuk Indigofera zollingerina yang berpotensi
untuk menghasilkan telur fungsional tinggi antioksidan.
2. Mengevaluasi kualitas protein dan kandungan energi metabolis tepung pucuk
Indigofera zollingeriana yang bermanfaat sebagai pengganti bungkil kedelai
dalam ransum ayam petelur.
3. Mengevaluasi efektifitas penggunaan tepung pucuk Indigofera zollingeriana
dalam menggantikan sebagian bungkil kedelai untuk menghasilkan telur yang
tinggi vitamin A dan memiliki antioksidan tinggi, serta kemampuannya dalam
meningkatkan kesehatan ayam petelur.

Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang potensi tepung pucuk Indigofera zollingerina
untuk menggantikan sebagian bungkil kedelai dalam ransum ayam petelur,
sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor bungkil kedelai bagi
bangsa Indonesia.
2. Dihasilkannya produk pangan fungsional berupa telur fungsional yang tinggi
vitamin A dan memiliki aktifitas antioksidan tinggi.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka disusun kerangka pemikiran
penelitian seperti yang disajikan pada Gambar 1.1.

4

PERMASALAHAN

Manusia :
1. Peningkatan penyakit degeneratif
pada masyarakat
2. Peningkatan prevalensi KVA di
Indonesia
3. Telur dipasaran memiliki senyawasenyawa pembentuk antioksidan
yang rendah.
4. Peningkatan impor bungkil kedelai

Unggas :
1. Kebutuhan protein pakan tinggi,
salah satunya bungkil kedelai
yang mahal harganya.
2. Telur fungsional tinggi antioksidan
butuh prekursor dari bahan pakan
3. Bungkil kedelai sebagai sumber
protein nabati, tidak memiliki ßkaroten.

PEMECAHAN
MASALAH

Telur sebagai pangan fungsional perlu ditingkatkan
kualitasnya melalui pemanfaatan tepung pucuk
Indigofera zollingeriana

Potensi Indigofera zollingeriana :
- Kandungan dan kecernaan protein
tinggi
- Mengandung ß-karoten tinggi
- Rendahnya antinutrien
- Dapat diproduksi secara kontinu

PRODUK
TELUR FUNGSIONAL TINGGI ANTIOKSIDAN

Gambar 1.1 Skema kerangka pemikiran penelitian

5

Kerangka pemikiran penelitian tersebut dijabarkan dalam tahapan-tahapan
penelitian dalam bentuk alur penelitian yang dilakukan, seperti yang disajikan
pada Gambar 1.2.
Evaluasi kandungan nutrien, antinutrien dan bahan aktif
tepung pucuk Indigofera zollingeriana

Evaluasi kualitas protein dan energi metabolis tepung
pucuk Indigofera zollingeriana

Feeding trial
Substitusi tepung pucuk Indigofera zollingeriana sebagai pengganti
sebagian protein bungkil kedelai dalam ransum ayam ras petelur

Kualitas telur ayam
Performa ayam petelur :
1. Konsumsi ransum dan
konsumsi nutrien
2. Produksi telur hen day
3. Berat telur
4. Produksi massa telur
5. Konversi ransum
6. Income over feed cost

Kualitas fisik :
1. Berat telur
2. Berat kerabang telur
3. Persentase berat kerabang telur
4. Berat putih telur
5. Persentase berat putih telur
6. Berat kuning telur
7. Persentase berat kuning telur
8. Haught Unit
9. Warna Kuning telur
Gambar 1.2 Alur penelitian

Profil metabolit darah
1. Hematologi :
a.jumlah sel darah merah
- Kadar hemoglobin
- Persentase hematokrit
b. jumlah sel darah putih
- Deferensiasi leukosit
c. profil darah (kolesterol,HDL)
2. Status kesehatan ayam petelur
(kadar Immunoglobulin Y)

Kualitas kimia:
1.Kandungan ß- karoten
2.Kandungan vitamin A
3.Kandungan kolesterol
4.Kandungan antioksidan

6

2 KAJIAN NUTRIEN DAN ANTINUTRIEN TEPUNG PUCUK
Indigofera zollingeriana SEBAGAI BAHAN PAKAN
SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELAI
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi nutrien dan potensi bahan
aktif yang memiliki manfaat lebih yang terkandung dalam tepung pucuk Indigofera
zollingeriana serta untuk mengetahui adanya fitokimia pembatas dalam tepung
pucuk Indigofera zollingeriana. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah
tepung pucuk Indigofera zollingeriana dan bahan – bahan kimia yang digunakan
untuk menganalisis nutrien dan antinutrien serta bahan aktif yang dimiliki tepung
pucuk Indigofera zollingeriana. Kandungan nutrien, seperti protein kasar, lemak
kasar dan serat kasar dianalisa dengan analisa proksimat, kalsium dianalisis
menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), kandungan
phospor dianalisa dengan spektrofotometri. Analisis terhadap kandungan vitamin
dan asam amino, serta ß-karoten dilakukan dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC). Hasil evaluasi diperoleh, kandungan nutrien tepung
pucuk Indigofera zollingeriana adalah protein kasar 28.98 %, lemak kasar 3.30
%, serat kasar 8.49 %, kalsium 0.52 % dan fosfor 0.34 %. Kandungan nutrien
tepung pucuk Indigofera zollingeriana dapat diandalkan sebagai sumber protein
dalam ransum unggas, karena nilai true protein tepung pucuk Indigofera
zollingeriana sangat tinggi yaitu
98.88 %.
Tepung pucuk Indigofera
zollingeriana mengandung asam amino yang lengkap dan memiliki kandungan
provitamin A berupa ß-karoten yang tinggi, yaitu 507.6 mg/kg. Kandungan
antinutrien tepung pucuk Indigofera zollingeriana rendah, yaitu tanin 0.29% dan
saponin 0.036%. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa tepung pucuk Indigofera
zollingeriana berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan sumber protein
alternatif yang dapat menggantikan sebagian protein bungkil kedelai dan sumber
vitamin A dalam ransum ternak unggas.

Kata kunci : bungkil kedelai, nutrien, tepung pucuk Indigofera zollingeriana

Abstract
The objective of the experiment was to determine the potential of nutrients
and phytochemical agent contained in Indigofera zollingeriana top leaf meal. The
material used in this study were Indigofera zollingeriana top leaf meal and
chemicals used to analyse the nutrients and antinutrient of Indigofera
zollingeriana top leaf meal. Nutrient content, such as crude protein, crude fat and
crude fiber were analyzed using proximate analysis. Analyse of calcium used
Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, and phosphorus was
analysed using spectrophotometry. Analysis of vitamins and amino acids, as well
as ß-carotene were performed using High Performance Liquid Chromatography
(HPLC). The results showed that nutrients content of Indigofera zollingeriana top
leaf meal were 28.98% crude protein, 3.30% crude fat, 8.49% crude fiber, 0.52%

7

calcium and phosphorus content 0.34% . The anti-nutrients content were low,
tannins 0.29% and saponin 0.036%. The Indigofera zollingeriana top leaf meal
can be used as a source of protein in poultry diets, because the true protein value
of Indigofera zollingeriana top leaf meal is as high as 98.88%. Indigofera
zollingeriana top leaf meal contained a complete amino acids, precursor of
vitamin A as ß-carotene were high at 507.6 mg/kg. It is concluded that Indigofera
zollingeriana top leaf meal can be used as an alternative source of protein feed
ingredients to substitute of soybean meal protein and source of vitamin A in
poultry diets.
Key words : Indigofera zollingeriana top leaf meal, nutrients, soybean meal.

Pendahuluan
Tingkat kemakmuran suatu negara ditentukan oleh beberapa faktor, antara
lain : jumlah penduduk yang miskin, tingkat pengangguran, tingkat kematian bayi
dan ibu yang melahirkan serta tingkat pendidikan. Pendidikan yang tinggi dan
kemampuan intelektual tidak dapat dipisahkan dari besarnya konsumsi protein
hewani masyarakatnya. Peningkatan populasi penduduk Indonesia, memacu
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan protein bagi seluruh rakyat Indonesia,
termasuk protein hewani. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki
komposisi asam amino terlengkap dan yang murah adalah telur ayam.
Usaha untuk memproduksi telur tidak hanya ditentukan oleh bibit yang
unggul, tetapi juga ditentukan oleh kecukupan nutrien dari ransum, termasuk
protein. Usaha peternakan ayam petelur selama ini sangat tergantung sekali
dengan bahan pakan sumber protein impor, salah satunya adalah bungkil kedelai.
Tangendjaja (2007) menyatakan bahwa Indonesia selama ini tiap tahunnya masih
harus mengimpor beberapa bahan pakan, sebagai contoh adalah jagung yang nilai
importasinya mencapai 1.6 juta ton dan kedelai 1.5 juta ton/tahun. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014) melaporkan bahwa impor
bungkil kedelai tahun 2013 sebesar 3.53 juta ton. Angka tersebut akan terus
meningkat, seiring dengan meningkatnya populasi ternak. Untuk mengurangi
ketergantungan terhadap bungkil kedelai impor tersebut, diperlukan usaha untuk
mengkaji bahan pakan sumber protein alternatif yang dapat menggantikan
sebagian protein bungkil kedelai.
Sekitar 50 % protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil kedelai.
Pemakaian bungkil kedelai tersebut dalam ransum ayam pedaging berkisar antara
15 – 30 %, sedangkan untuk pakan ayam petelur berkisar antara 10 – 25 % (Wina
1999). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari bahan baku alternatif
pakan unggas. Hal tersebut merupakan upaya untuk mengurangi impor bahan
baku dan menurunkan biaya produksi dalam industri perunggasan yang berasal
dari pakan. Hasil kajian yang dilakukan menunjukkan terdapat beberapa bahan
baku lokal yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak
unggas. Salah satu bahan pakan yang berpotensi sebagai bahan pakan sumber
protein adalah daun tanaman Indigofera. Kandungan protein kasar maupun lemak
kasar Indigofera sp. tergolong tinggi, yaitu berturut-turut 24.2 dan 6.2% (Hassen

8

et al. 2008). Nilai nutrisi tepung daun Indigofera adalah sebagai berikut: protein
kasar 27.97%; serat kasar 15.25%, Ca 0.22% dan P 0.18% (Akbarillah et al.
2002). Tanaman Indigofera zollingeriana yang dipanen panen umur defoliasi 38
hari sampai 88 hari mengandung protein 23.40 – 27.60% dan serat kasar kasar
10.97 – 15.02% (Abdullah dan Suharlina 2010).
Tanaman Indigofera tersebar didaerah tropis Afrika, Asia, Australia dan
Amerika. Produktivitas dan kualitas nutrisi tanaman pakan ternak diketahui
dipengaruhi oleh umur (fase tumbuh) tanaman (Nelson dan Moser 1994) maupun
komposisi fraksi tanaman, seperti rasio daun dan batang (Thapa et al. 1997).
Tanaman Indigofera mempunyai potensi produksi yang tinggi. Produksi bahan
kering tanaman Indigofera sp. yang dipotong pada umur 60 hari dengan tinggi
potongan 1.0 m adalah sebesar 31.2 ton/ha/tahun, yang merupakan produksi yang
paling tinggi jika dibandingkan dengan umur pemotongan yang lebih tua atau
yang lebih muda. Pada umur pemotongan 60 hari dihasilkan kandungan protein
kasar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan umur pemotongan 90 hari atau
30 hari (Tarigan et al. 2010). Pemisahan bagian pucuk tanaman Indigofera
zollingeriana dengan bagian tanaman lainnya perlu dilakukan untuk melihat
potensi produksi pucuk Indigofera zollingeriana. Produksi bahan kering bagian
pangkal batang tanaman Indigofera zollingeriana yang dipanen pada umur
defoliasi 68 hari mencapai 2291 kg/ha/pemotongan, sedangkan bagian pucuk
tanaman sebesar 1805 kg/ha/pemotongan. Estimasi produksi pucuk tanaman
tersebut dalam satu tahun mencapai 10.830 ton/ha/tahun. Tanaman Indigofera
zollingeriana memiliki banyak kelebihan, antara lain toleran terhadap kekeringan,
genangan maupun salinitas. Tanaman Indigofera sp. dapat tumbuh di daerah
tropis dan dapat dimanfaatkan setelah mencapai umur potong 68 hari, sehingga
tanaman legum ini dapat dijadikan sebagai pakan ternak secara kontinu (Abdullah
dan Suharlina 2010).
Pemberian tanaman Indigofera telah dicobakan sebagai bahan pakan pada
ternak kambing sebagai sumber protein. Tarigan dan Ginting (2011) melaporkan
bahwa pemberian 30 – 45% Indigofera sp. dalam ransum kambing yang berbasis
rumput dengan kualitas rendah menghasilkan respon yang optimal terhadap
konsumsi pakan, kecernaan pakan dan pertambahan bobot hidup kambing.
Setianto et al. (2005) melaporkan bahwa pemberian campuran singkong dan 10%
Indigofera arecta sebagai pengganti jagung dalam ransum tidak mempengaruhi
konsumsi ransum puyuh.
Selama ini belum ada pemisahan antar bagian tanaman Indigofera dalam
ransum sebelum diberikan pada ternak. Bahan pakan yang dibutuhkan oleh ternak
non ruminansia adalah bahan pakan yang tidak saja memiliki protein yang tinggi,
tetapi juga bahan pakan yang kandungan serat kasarnya rendah. Perbedaan
komposisi batang dan daun akan menyebabkan perbedaan kandungan nutrien dan
antinutrien suatu tanaman. Bagian pucuk suatu tamanan biasanya memiliki
kandungan nutrien yang lebih baik jika dibandingkan dengan bagian lainnya.
Demikian juga diharapkan terhadap pucuk tanaman Indigofera zollingeriana.
Berdasarkan uraian diatas, dilakukan kajian potensi tepung pucuk Indigofera
zollingeriana sebagai salah satu bahan pakan alternatif sumber protein, yang
bertujuan untuk mengurangi ketergantungan usaha peternakan unggas terhadap
bungkil kedelai, sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi usaha peternakan.

9

Materi dan Metode
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrostologi dan Laboratorium
Ilmu Nutrisi Unggas Fakultas Peternakan IPB pada bulan Mei sampai Juli 2012.
Analisis kandungan nutrien dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, analisis asam amino dilakukan pada Laboratorium Terpadu IPB,
sedangkan analisis kandungan vitamin dan fitokimia dilakukan di laboratorium
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Cimanggu, Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah pucuk Indigofera
zollingeriana yaitu bagian ujung tanaman muda yang terdiri dari 4 – 5 tangkai
daun atau bagian ujung batang dengan diameter kurang dari 5 mm. Bagian pucuk
tersebut dipanen pada umur 60 hari dan telah dikeringkan serta digiling halus.
Bahan-bahan kimia dan peralatan yang digunakan adalah untuk menganalisis
kandungan nutrien dan antinutrien, serta zat aktif yang dimiliki tepung pucuk
Indigofera zollingeriana.
Metode
Serangkaian analisis kandungan nutrien tepung pucuk Indigofera
zollingeriana meliputi : protein kasar, lemak, serat kasar. Kandungan protein
dianalisis dengan metode Kjehdahl yang didasarkan pada prinsip peneraan jumlah
protein secara empiris berdasarkan jumlah N di dalam sampel (AOAC 2005).
Kandungan lemak dianalisis dengan metode Soxhlet (AOAC 2005). Kandungan
mineral kalsium menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry),
sedangkan phospor menggunakan spektrofotometri, berdasarkan AOAC (2005).
Pengukuran Non Protein Nitrogen dari tepung pucuk Indigofera zollingeriana
dilakukan dengan metode TCA (Trichlor Acetic Acid), yang bertujuan untuk dapat
dilakukan penghitungan protein murninya. Analisis asam amino yang terkandung
dalam tepung pucuk Indigofera zollingeriana, kandungan vitamin, ß-karoten dan
kandungan fitokimia tanin dan saponin dilakukan dengan menggunakan HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) juga berdasarkan AOAC (2005).
Berdasarkan hasil analisis kandungan asam amino yang dimiliki tepung pucuk
Indigofera zollingeriana, dilakukan perhitungan skor asam amino dan indeks
asam amino esensial. Skor asam amino tepung pucuk Indigofera zollingeriana
dihitung dengan rumus berdasarkan McDonald et al. (2002), yaitu: perbandingan
antara kandungan asam amino esensial yang paling defisien dalam pakan dengan
asam amino yang sejenis pada telur, yang dapat dijabarkan dalam rumus berikut
ini.
kandungan asam amino esensial yang
paling defisien pada sampel
Skor asam amino sampel =
asam amino yang sejenis pada telur

Sedangkan perhitungan indeks asam amino esensial (IAAE) menurut McDonald
et al. (2002) ditentukan oleh semua asam amino esensial yang terkandung dalam

10

bahan pakan yang diuji dan dibandingkan dengan semua asam amino esensial
yang terkandung dalam bahan makanan standar. Sebagai standar digunakan
protein telur. Makin besar angka IAAE, maka kualitas protein tersebut makin
tinggi. Perhitungan IAAE tersebut dijabarkan dalam rumus berikut :
IAAE = (A/Ae x B/Be x C/Ce x ... x J/Je)1/n
Keterangan :
A, B, C.....,J : Konsentrasi (g/kg) asam amino esensial tepung pucuk Indigofera
zollingeriana.
Ae,Be, Ce..,Je : Konsentrasi (g/kg) asam amino esensial yang sama terdapat dalam telur.
n
: jumlah asam amino esensial yang dihitung.

Sebelum dilakukan serangkaian analisis laboratorium terhadap kandungan
nutrien dan antinutrien, terlebih dahulu dilakukan pembuatan tepung pucuk
Indigofera zollingeriana yang diilustrasikan pada Gambar 2.1.
Proses pembuatan tepung pucuk Indigofera zollingeriana dilakukan
dengan beberapa tahap, yaitu :
1. Pemanenan tanaman Indigofera zollingeriana pada umur defoliasi 60 hari.
Bagian tanaman yang dipanen adalah pada bagian pucuknya, yaitu bagian
ujung batang yang memiliki diameter tangkai pucuk < 0.5 cm atau yang
memiliki 4 – 5 tangkai daun muda.
2. Penjemuran pucuk Indigofera zollingeriana di rumah kaca sampai kering
agar tidak menyebabkan perubahan warna hijau pada pucuknya.
3. Pucuk Indigofera zollingeriana yang sudah kering, digiling sampai
menjadi tepung.

(1)

(2)

(4)
(3)
Gambar 2.1 Ilustrasi proses pembuatan tepung pucuk Indigofera zollingeriana
Keterangan : 1)Pemanenan pucuk Indigofera zollingeriana; 2)Proses pengeringan; 3) pucuk
Indigofera zollingeriana siap untuk digiling; 4)Tepung pucuk Indigofera
zollingeriana

11

Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Setelah diperoleh data
nutrien dan antinutrien tepung pucuk Indigofera zollingeriana, dilakukan
pembandingan dengan nutrien bungkil kedelai.

Hasil dan Pembahasan
Komposisi Nutrien Tepung Pucuk Indigofera zollingeriana
Hasil analisis nutrien dan kandungan energi metabolis tepung pucuk
Indigofera zollingeriana disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi nutrien dan antinutrien tepung pucuk Indigofera
zollingeriana dibandingkan dengan nutrien bungkil kedelai
Nutrien

Tepung pucuk
Bungkil
% terhadap
Indigofera
kedelai2)
bungkil kedelai3)
zolingeriana1)
Protein kasar (%)
28.98
48
60.375
Lemak kasar (%)
3.30
0.5
660
Serat kasar (%)
8.49
3.0
283
Kalsium (%)
0.52
0.2
260
Phospor (%)
0.34
0.37
91.89
Energi metabolis(kkal/kg)4)
2791.12
2550
109.46
Tanin(%)
0.29
0
Saponin (%)
0.036
0
5)
Antitripsin (%)
0
20
0
1)
Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB
(2012); 2)Leeson dan Summers (2005); 3)Berdasarkan perhitungan; 4)Hasil
pengukuran in vivo; 5)Soybean and Nutrition (2011).
Data pada Tabel 2.1 menunjukkan bahwa tepung pucuk Indigofera
zolingeriana dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber protein karena
memiliki kandungan protein kasar 28.98 % dan kandungan serat kasarnya yang
rendah yaitu 8.49 %. Berbeda dengan hasil penelitian Akbarilah (2002) yang
menyatakan bahwa serat kasar Indigofera sp sebesar 15.25 %. Hal ini disebabkan
perbedaan komponen atau bagian tanaman Indigofera yang digunakan. Bagian
pucuk tanaman memiliki kandungan serat kasar yang lebih rendah jika
dibandingkan bagian tanaman lainnya, karena pada bagian tanaman yang lebih tua
konsentrasi nitrogen akan menurun, ditandai dengan meningkatnya bagian
dinding sel dan menurunnya bagian silitol yang disebabkan meningkatnya umur
tanaman (Whitehead 2000). Minson (1990) menyatakan penurunan kadar protein
kasar selain karena umur tanaman juga disebabkan oleh penurunan proporsi helai
daun terhadap kelopak daun dan batang dimana pada helai daun mempunyai
kandungan terhadap protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan berbagai
kelopak daun dan batang.

12

Menurut Djajanegara et al. (1998) umur tanaman pada saat pemotongan
sangat berpengaruh terhadap kandungan gizinya. Makin tua umur tanaman pada
saat pemotongan, makin berkurang kadar proteinnya dan serat kasarnya makin
tinggi. Susetyo et al. (1994) menyatakan kualitas tanaman pada umur muda lebih
baik karena serat kasar lebih rendah, sedangkan kadar proteinnya lebih tinggi.
Semakin lambat dilakukan pemotongan, kandungan serat kasarnya semakin
tinggi, sebaliknya terlalu awal atau dilakukan dalam interval yang pendek, hijauan
tersebut akan selalu dalam keadaan muda. Hijauan muda mengandung protein dan
kadar air tinggi, tetapi kadar seratnya rendah (Ella 2002).
Kandungan protein kasar dan serat kasar tepung pucuk Indigofera
zollingeriana ini lebih baik jika dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan
Simanuhuruk dan Sirait (2009) bahwa kandungan protein kasar dan serat kasar
tanaman leguminosa pohon Indigofera sp. masing-masing adalah 24.17 % dan
17.83 %. Perbedaan ini disebabkan karena bagian pucuk tamanam Indigofera
memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan keseluruhan bagian
tamanan leguminosa tersebut. Jenis leguminosa pohon lainnya, seperti Calliandra
calothyrsus, Leucaena leucocephala dan Gliricidia sepium mengandung protein
masing-masing adalah: 24.37%, 24.00% dan 24.37% (Merkel et al. 1999;
Masama et al. 1997). Kandungan serat kasar tepung pucuk Indigofera
zollingeriana sebesar 8.49%, lebi