Masalah kemisinan, tenaga kerja dan permasalahan social lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global.

3. Masalah kemisinan, tenaga kerja dan permasalahan social lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global.

4. Peningkatan kebutuhan penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman.

3. Kondisi Sosial Ekonomi Dalam proses pembangunan selau menimbulkan dampak, baik positif maupun negative bagi kemajuan suatu daerah. Oleh karena itu diperlukan indikator sebagai tolak ukur kinerja pembangunan. Pada dasarnya indikator adalah suatu keterangan, gejala, fenomena yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi, kemajuan, tercapainya sasaran atau keberhasilan. I ndikator kinerja juga mempunyai peranan yang jelas maka kebijakan, program dan kegiatan tidak dapat sepenuhnya diimplementasikan secara baik, sebab indikator merupakan tolak ukurnya.

Oleh karenanya, penetapan indikator yang akurat, valid dan reliabel merupakan salah satu titik kritis pada tahap perencanaan.

Melalui indikator, penilaian atau evaluasi yang dilakukan terhadap implementasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan, dapat dilakukan secara akurat, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

I ndikator kinerja pembangunan kota secara makro berguna untuk melakukan evaluasi kualitas pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan arah kebijakan, program dan anggaran yang ditetapkan. Kebijakan ekonomi, biasanya disusun dengan menggunakan berbagai macam indikator makro seperti PDRB, I nflasi, I nvestasi, Ekspor – I mpor dan lain- lain yang sesuai dengan sifatnya ditujukan untuk memberkan “warning”. Penggunaan indikator makro ke dalam bentuk perencanaan program yang lebih spesifik memerlukan suatu kajian agar dapat diidentifikasi aspek pertumbuhan, keterbandingan antar wilayah, dan pemerataan pembangunan.

I ndikator-indikator sosial ekonomi kota Medan sebagai pedoman bagi program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam pembangunan kota, maka pilihan kebijakan yang ditetapkan, dirumuskan dengan mempertimbangkan berbagai sasaran dan tujuan pembangunan kota. Mengingat pentingnya indikator sebagai suatu pendekatan, evaluasi pelaksanaan Arah Kebijakan Umum, Strategi dan Prioritas APBD Tahun Anggaran 2009 Kota Medan, juga memaparkan berbagai indikator kinerja pembangunan kota khususnya secara makro, sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan penilaian situasi, memfasilitasi perumusan berbagai alternative strategi, mengidentifikasi permasalahan stratejik dan operasional yang ada, dalam rangka memberikan umpan balik bagi formulasi kebijakan, dan program serta kegiatan-kegiatan operasional dalam pembangunan kota pada masa yang akan datang.

Relevansi penyajian indikator kinerja pembangunan kota tersebut juga atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang secara ekslisit mewajibkan pengelolaan anggaran mengacu kepada keberhasilan dan prestasi kinerja. Berdasarkan hal tersebut, perencanaan, pelaksanaaan dan evaluasi pembangunan kota, tidak hanya harus dapat memberikan argumentasi input yang digunakan, juga menguraikan output, outcome, benefit dan impact yang dihasilkan, sebagai tolak ukur kinerja dalam pembangunan kota. Paradigma baru dalam pembangunan adalah mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh system social. Pentingnya pertumbuhan ekonomi yang didasari dengan perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Kondisi ini dilandasi dengan argument adanya dimensi kualitatif yang jauh lebih penting dibanding pertumbuhan ekonomi. Dengan perkataan lain, pembangunan ekonomi tidak lagi mementingkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai sasaran pembangunan. Pembangunan ekonomi diwujudkan dalam upaya meniadakan atau setidaknya mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Sehingga strategi baru dalam pembanguan berorientasi kepada menimbulkan kesempatan kerja, mewujudkan pemerataan, pengentasan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut maka penyajian indikator kinerja pembangunan tahun 2009 ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro berbagai hasil, manfaat dan dampak pembangunan kota yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan beserta seluruh stakeholder yang terlibat, baik unsure masyarakat, swasta, pers, kaum professional dan komponen pembangunan kota lainnya selama tahun 2009.

3.1. I ndikator Makro Pemabangunan Kota.

Pada masa lalu, peranan Pemerintah dalam pembangunan kota sangat dominan. Fungsi pelayanan Pemerintah Pusat tidak terbatas hanya pada aspek-aspek yang tidak dapat ditangani sendiri oleh Pemerintah Kota, tetapi hamper mencakup semua dimensi pembangunan kota secara keseluruhan. Demikian juga proses pembangunan yang diselenggaraka, keseluruhan aspek yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan hingga pelaksanaannya, khususnya untuk lingkup pekerjaan yang besar ditangani oleh Pemerintah Pusat. Kesimpulannya, Negara dikelola secara top down dengan konsentrasi dan sentralisasi kekuasaan dengan menempatkan birokrasi pusat secara terpusat dan unipolar mengatur kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Daerah hanya ruang hampa, tanpa adanya demokrasi dan pengawasan politik yang efektif, seluruhnya dianggap seragam, uniform, pemabangunan berjalan secara sentralistik.

Dengan berpandangan baik dan optimistik bahwa substansi dari UU Nomor 22 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 akan dijalankan secara konsekuen dan konsisten, maka dapat dipastikan telah terjadi transformasi kebijakan pembangunan dalam pembangunan kota yang sebelumnya sangat sentralisme kea rah desentralisme. I ndikator kinerja makro pembangunan kota yang digunakan dalam mengukur capaian pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kota selama Tahun 2009 dikelompokkam menjadi 2 (dua) bidang yaitu :

1. I ndikator kinerja Makro Pembangunan kota untuk bidang ekonomi

2. I ndikator kinerja Makro pembangunan kota untuk bidang kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang

berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan ekonomi daerah. Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan ekonomi daerah. Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula

Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB atas dasar harga konstan. Yakni harga dasar tahun tertentu yang dipilh (saat ini menggunakan harga konstan tahun 2000). PDRB Kota Medan merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya atau disebut biaya antara) oleh unit-unit produksi yang berada di wilayah Kota Medan, dalam jangka waktu satu tahun.

Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam Sembilan lapangan usaha, yaitu :