Perumusan Masalah MEMBACA PENGAKUAN PEREMPUAN DI MEDIA MASSA (Analisis Semiotika Terhadap Feature Rubrik Curahan Hati di Tabloid Cempaka) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1.2 Perumusan Masalah

Pengertian kebanyakan teks secara luas, digunakan merujuk kepada sesuatu yang dapat dikonsumsi dengan cara ‘dibaca’ agar mampu melahirkan sebuah makna atau arti. Bahkan dalam beberapa teori menyebutkan jika dunia merupakan ‘teks secara sosial’Chandler, 2007:263. Dalam semiotika, menurut Fiske 1990:3 penekanannya bergeser pada nilai lebih pada kepentingan dari teks itu sendiri dan bagaimana teks tersebut ‘dibaca. Membaca adalah proses menemukan makna yang terjadi ketika pembaca berinteraksi atau bernegosiasi dengan teks. Negosiasi ini terjadi tatkala pembaca membawa aspek pengalaman budayanya untuk memahami kode dan tanda-tanda yang membentuk teks. Memproduksi dan membaca teks dilihat sebagai bentuk paralel, di mana proses di dalamnya tergolongkan pada tiga kategori utama media yaitu;. 1 Para presentasi media: suara, wajah, tubuh dan mereka yang menggunakan secara natural bahasa dan kata-kata yang diucapkan, di ekspresi kan , gerak tubuh, dan sebagainya. 2 Para perwakilan media: buku, lukisan, foto, tulisan feature arsitektur, dekorasi interior, berkebun dan lain sebagainya. Ada banyak media yang menggunakan konvensi budaya dan estetika untuk menciptakan sebuah teks dari beberapa macam kejadian dan peristiwa dengan segala kreatifitas secara lebih representatif 3 Para mekanik media: telepon, radio, televisi, teleks Fiske, 1990:18. Dalam teori positioning tekstual Chandler,2007:186 sebuah teks berarti melibatkan pengambilan sebuah identitas ideologi yang sesuai. Dalam memahami tanda- tanda dalam teks pembaca wajib untuk mengadopsi posisi subyek, misalnya, untuk memahami narasi sebuah feature jurnalis harus mengadopsi identitas khalayak pembacanya yang mengikuti dan membaca narasi yang ditulis secara feature tersebut. Jurnalisme Confessional dan terapi berita muncul pada 1990-an dengan berfokus pada perasaan, keintiman dalam cara pandang, masalah keluarga dan korban kehidupan seks serta orang kaya dan terkenal. Jurnalisme pasca-feminis menggambarkannya melalui cerita human interest, cerita dengan sifat konsumerisme dan kebiasaan dalam gaya berbusana, dibingkai dalam tulisan feature Mayes, 2000: 30 dalam Allan,2010:57. Tabloid mingguan merupakan salah satu media massa yang mempresentasikan jurnalisme confessional Indonesia yang dominan akan budaya patriakialnya. Isi redaksionalnya mereferensikan bagaimana perempuan Indonesia “selalu” mengalami ketidakadilan atau ketidaksetaraan dalam menjalankan kehidupan berumahtangganya. Ironisnya dalam banyak kesempatan feature curhat yang dimuat Cempaka, seringkali ditemui praktik ketidaksetaraan ini yang dipicu dengan dukungan tokoh-tokoh karakter yang memuluskan adanya kesenjangan jender ini. Berangkat dari permasalahan ini, lalu muncul pertanyaan mengenai bagaimana membaca makna pengakuan oleh perempuan sebagai makluk lemah dan seharusnya kalah digambarkan dalam sistem tanda yang terkandung dalam teks feature dalam curhat Cempaka ?

1.3 Tujuan Penelitian