Analisis finansial pemanenan kayu dengan teknik reduced impact timber harvesting

ANALISIS FINANSIAL PEMANENAN KAYU DENGAN
TEKNIK REDUCED IMPACT TIMBER HARVESTING

OLEH :
INA LIDIAWATI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
INA LIDIAWATI. Analisis Finansial Pemanenan Kayu dengan Teknik Reduced
Impact Timber Harvesting. Dibimbing oleh ELIAS dan DUDUNG DARUSMAN.
Kegiatan pemanenan kayu bila tidak dilakukan dengan perencanaan dan teknik
yang tepat dapat menyebabkan kemunduran sumber daya hutan yaitu menyebabkan
kerusakan tegakan dan kerusakan areal/tanah hutan. Salah satu sistem pemanenan
kayu yang berwawasan lingkungan adalah pemanenan dengan teknik Reduced Impact
Timber Harvesting (NTH). Setiap pemanenan kayu dengan teknik tertentu akan
menyebabkan biaya produksi yang berbeda, dan adanya biaya perbaikan kerusakan
yang berbeda serta menghasilkan pendapatan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui besarnya biaya pemanenan kayu secara konvensional dan

pemanenan kayu dengan teknik N T H dan menghitung aspek finansialnya.
Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Suka Jaya Makmur, Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat. Pengumpulan data primer dilakukan pada petak
pengamatan masing-masing seluas 10 Ha. Data sekunder diperoleh dari dokumen
perusahaan dan pemerintah serta sumber lain yang terkait. Parameter yang diukur
adalah prestasi kerja, biaya produksi, biaya perbaikan kerusakan tegakan tinggal dan
analisis finansial pemanenan kayu dengan teknik RITH.
Pada pemanenan kayu dengan teknik RITH dibandingkan pemanenan
konvensional terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp. 5.289.957.000,-/tahun atau
sebesar Rp. 5 1.115,-/m3 dan terjadi peningkatan biaya/pengeluaran sebesar Rp.
3.620.258.000,-/tahun atau sebesar Rp. 34.982,-/m3, sehingga pada pemanenan
dengan teknik N T H terjadi peningkatan kas bersihkeuntungan sebesar Rp.
1.669.699.000,-/tahun atau sebesar Rp. 16.133,-/m3. Peningkatan pendapatan pada
teknik RITH sebesar 5 1.115,-/m3 adalah berasal dari peningkatan pemanfaatan kayu
sebesar Rp. 41.075,-/m3 dan penurunan biaya perbaikan kerusakan tegakan tinggal
sebesar Rp. 10.040,-/m3.
Dari hasil analisis finansial, nilai Net Present Value (NPV) pada tingkat suku
bunga 20 %, dan 25 % adalah Rp. 461.484.000,- dan - Rp. 41.596.000,- dan nilai
BeneJit Cost Ratio (BCR) adalah 1,03 dan 0,99. Nilai Internal Rate of Return adalah
24,6%. Berdasarkan hasil analisis maka kegiatan pemanenan kayu dengan teknik

Reduced Impact Timber Harvesti~zgmenurut kriteria analisis finansial adalah layak
untuk dilaksanakan.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
ANALISIS FINANSIAL PEMANENAN KAYU DENGAN
TEKNIK REDUCED IMPACT TIMBER HARVESTING

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 27 Juli 2002.

Ina idiawati

+m,

ANALISIS FINANSIAL PEMANENAN KAYU DENGAN

TEKNIK REDUCED IMPACT TIMBER HAR YESTING

JNA LIDIAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Analisis Finansial Pemanenan Kayu dengan Teknik

Reduced Impact Timber Harvesting
Nama


: Ina Lidiawati

NRP

: 98205

Program Studi

: Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof Dr. Ir. E L I A S
Ketua

Prof Dr. Ir. Dudung Darusman MA.
Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

Tanggal Lulus : 10 Juli 2002

r Program Pascasarjana

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Singkawang, pada tanggal 3 Agustus 1963 sebagai anak
kelima dari lima bersaudara, dari pasangan H. Mahdar Hamdani dan Hj. Rohati.

-

Tahun 1982 penulis lulus dari SMA Negeri I Pontianak. Pendidikan Sarjana
ditempuh di Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak, lulus pada tahun 1987. Penulis bekerja
di Perusahaan Perkayuan di Pontianak mulai tahun 1987 sampai tahun 1996. Pada
tahun 1996 penulis diterima sebagai tenaga pengajar di Fakultas Kehutanan,
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana


IPB,Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan.

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat d m InayahNya sehingga penulisan tesis yang berjudul Analisis Finansial Pemanenan Kayu
dengan Teknik Reduced Impact Timber Harvesting dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
ProfDr.Ir. Elias dan Bapak ProfDr.Ir. Dudung Darusman, MA atas pengarahan,
bimbingan dan saran yang telah diberikan. Ungkapan terimakasih juga disampaikan
kepada Ibu, Ayah, Kakak, Abang, Suami dan Ananda yang tercinta atas dorongan
moril, doa, dan kasih sayangnya.
Terimakasih disampaikan pula kepada :
1. Pimpinan dan staf HPH PT. Suka Jaya Makmur (Alas Kusuma Group) di Jakarta

(Bp. Ir. Nana Suparna); di Pontianak (Bp. Ir. Mamat Mulyana, Bp. Ir.
Harimawan, MM, Bp. Ir. Gst. Hardiyansyah, M.Sc.Qs, dan Ibu Ir. Emmy
Herawaty); di Lapangan (Bp. Ir. Purnomo Lusianto, Bp. Asep Djuhdi, B.ScF, Bp.
Arnarudin, S.Hut d m Bp. Uti) dan yang lain-lainnya, atas segala bantuan dalam
pelaksanaan penelitian.
2. Teman-teman penulis selama pendidikan di PPs-IPB, antara lain yaitu Ir. Farah


Diba, M.Si Ir. Gst. Eva Tavita, M.Si, Ir. Muhdi, M.Si Ir. Ratna Herawatiningsih,
M.Si, Ir. Soraya, M.Si, Ir. Harnani, M.Si dan Ir. Salmah, M.Si atas kerjasamanya
yang baik selama perkuliahan dan yang telah memberikan dorongan bagi
keberhasilan studi penulis.
3. Berbagai pihak yang telah membantu penulis.

Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, 27 Juli 2002

Ina Lidiawati

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................

x

DAFTAR GAMBAR.................................................................


xiv

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................

xvi

Latar Belakang ................................................................
..
Masalah Penelitian............................................................
Tujuan Penelitian
. . .............................................................
Manfaat Penehtian............................................................
Hipotesis.......................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
Pemanenan Kayu .............................................................
Teknik Pemanenan Kayu Reduced Impact Timber Harvesting .......
Waktu Kerja ...................................................................
Prestasi Kerja (Produktifitas)................................................
Biaya Pemanenan Kayu ......................................................
Analisis Finansial Pemanenan Kayu dengan Teknik NTH ............


1
3
4
4
4

6

6
8
12
15
18
21

METODOLOGI PENELITIAN.....................................................

25


Tempat. Waktu dan Objek Penelitian......................................
Bahan dan Alat Penelitian...................................................
Asumsi dm Batasan Penelitian.............................................
Pengumpulan Data ............................................................
Pengolahan Data ..............................................................

25
25
26
27
31

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................

48

Letak, Luas dan Keadaan Wilayah .........................................
Topografi......................................................................
Geologi, Tanah dm Lahan ...................................................
Iklim............................................................................

Hidrologi .......................................................................
Keadaan Hutan ................................................................

48
49
49
50

51
52

Perkembangan Pembukaan Wilayah Hutan ...............................
Aksessibilitas..................................................................
Sejarah Pengelolaan .........................................................

Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan dan Survey Topografi...
Perencanaan Operasional Pemanenan Kayu ..............................
Penandaan Jalan Sarad, Tpn. Arah Rebah dan Pemotongan Liana ....
Konstruksi Jalan Sarad ...................................
Penebangan ...................................................................
Penyaradan.....................................................................
Rehabilitsi Kerusakan Setelah Pemanenan ................................
Inspeksi Blok ..................................................................
Organisasi Kerja dalam Irnplementasi NTH ............................
Pelatihan dalam Implementasi NTH .....................................
Nilai Kerusakan Tegakan Tinggal..........................................
Biaya Perbaikan Kerusakan Tegakan Tinggal ............................
Analisis Finansial Pemanenan Kayu .......................................
KESIMPULAN DAN SARAN.................................... : .................
Kesimpulan....................................................................
Saran...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................

DAFTAR TABEL
Halaman

Rekapitulasi Hasil Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan .....

31

Prestasi Kerja, Biaya ITSP dan Survey Topografi ......................

40

Prestasi Kerja dan Biaya Penandaan Jalan Sarad. Tpn. Penandaan
Arah Rebah dan Pemotongan Liana .....................................

40

Prestasi Kerja, Biaya Pembuatan dan Kontruksi Jalan Sarad ........

40

Prestasi Kerja dan Biaya Penebangan, Penyaradan dan Rehabilitasi
Kerusakan Setelah Pemanenan Kayu ....................................

41

Prestasi Kerja dan Biaya Pengawasan Blok ............................

41

Rekapitulasi Biaya Produksi Pemanenan Kayu Secara
Konvensional dan Reduced Impact Timber Harvesting ...............

42

Aliran Kas Pemanenan Kayu dengan Teknik Reduced Impact
Timber Hmesting ..........................................................

43

Keuntungan dan Kerugian Pernanenan Kayu Konvensional dan
dengan Reduced Impact Timber Harvesting ............................

47

Luas Areal HPH PT . Suka Jaya Makmur Berdasarkan Kelas
Lereng........................................................................

49

Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata Bulanan di Areal HPH PT .
Suka Jaya Makmur .........................................................

50

Hasil Cruising 1% Tegakan di HPH PT. Suka Jaya Makmur ........

53

Realisasi Pembuatan Jalan Angkutan Selama Jangka Pengusahaan
Hutan PT . Suka Jaya Makmur ............................................

54

Potensi Tegakan Per Hektar pada Petak Pemanenan Konvensional
dan Pemanenan dengan Teknik NTH ...................................

59

Biaya ITSP dan Survey Topografi pada Petak Pengamatan
Pemanenan dengan Teknik RITH .......................................

63

Biaya ITSP pada Petak Pemanenan Konvensional ....................
Biaya Perencanaan Operasional Pemanenan Kayu dengan Teknik
RITH .........................................................................
Daftar Upah Penandaan dan Rintis Jalan Sarad ........................
D a h Upah Pembukaan dan Kontruksi Jalan Sarad ..................
Prestasi Kerja dan Biaya Pembukaan dan Kontruksi Jalan Sarad.. ..
Waktu Kerja dan Prestasi Kerja Penebangan ...........................

Jumlah dan Volume Kayu yang Dipanen Secara Konvensional dan
dengan Teknik NTH ......................................................
Daftar Upah Kegiatan Penebangan ......................................
Biaya Penebangan .........................................................
Jumlah dan Volume Kayu Rata-Rata yang Disarad pada
Pernanenan Konvensional dan Teknik RITH..
.........................

Waktu Kerja Rata-Rata Penyaradan.. ....................................

Daftar Upah Kegiatan Penyaradan. ......................................
Prestasi Kerja dan Biaya Penyaradan.. ..................................
Daftar Upah Rehabilitasi Kerusakan Setelah Pemanenan Kayu.. ....
Prestasi Kerja dan Biaya Rehabilitasi Kerusakan Setelah
Pemanenan ..................................................................
Prestasi Kerja dan Biaya Kegiatan Inspeksi Blok .....................
Jumlah Tenaga Kerja pada Pemanenan Konvensional dan RITH di
Lapangan....................................................................
Perhitungan Biaya Penambahan Tenaga Kerja pada Pemanenan
dengan Teknik RITH ......................................................
Peserta, Jumlah, dan Jangka Waktu Pelatihan .........................

Perhitungan Kebutuhan Jumlah Tenaga Perencanaan Operasional
dan Jurnlah Pelatihan Perencanaan dalam Satu Tahun ...............
Biaya Pelatihan Perencanaan Operasional Pemanenan Kayu
dengan Teknik N T H ......................................................
Perhitungan Kebutuhan Jumlah Operator dan Jumlah Pelatihan
Operator Chainsaw dalam Satu Tahun ..................................
Biaya Pelatihan Operator Chainsaw .....................................
Perhitungan Kebutuhan Jumlah Operator dan Jumlah Pelatihan
Operator Traktor dalam Satu Tahun .....................................
Biaya Pelatihan Operator Traktor ...................................
Rekapitulasi Biaya Pelatihan ............................................
Rata-Rata Per Hektar Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat
Pemanenan Kayu.. ..........................................................
Biaya Produksi Pemanenan Kayu Secara Konvensional dan
Teknik RITH pada PT. Suka Jaya Makmur ............................
Perkembangan Harga Kayu Bulat Komersil Tahun 996 sld 2000 di
Wilayah Kalimantan Barat.. ..............................................
Pendekatan Harga Kayu Bulat Berdiameter Dibawah 50 cm ........
Nilai Margin Per Kelas Diameter Berdasarkan Profit Ratio..........
Nilai Tegakan pada Pemanenan Kayu Secara Konvensional. ......
Nilai Tegakan pada Pemanenan Kayu dengan Teknik RITH.. .......
Nilai Kerusakan Tegakan Tinggal pada Pemanenan Kayu
Konvensional dan dengan Teknik NTH.. ..............................
Hubungan Antara Kerapatan Tegakan dan Intensitas Penebangan
dengan Kerusakan Pohon .................................................
Prestasi Kerja, Biaya Produksi Pemanenan Kayu dan Nilai
Kerusakan Tegakan Tinggal ..............................................

52.

Biaya Perbaikan Kerusakan pada Pemanenan Konvensional dan
Pemanenan dengan Teknik N T H ........................................

116

Perbandingan Hasil Pengamatan Kegiatan Pemanenan Kayu
Konvensional dan Teknik RITH .......................................

118

54.

Persentase Pemanfaatan Kayu ............................................

122

55 .

Hasil Analisis Finansial Pemanenan Kayu dengan Teknik N T H ...

125

53 .

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Diagram Alur Teknik Pemanenan Kayu Reduced Impact Timber
Harvesting pada Sistem Silvikultur TPTI.. .............................

11

Pengkoreksian Kesalahan Horisontal ....................................

33

Contoh Peta Kontur yang Telah Dilengkapi dan Siap Untuk
Dimasukkan Data Pohon.. .................................................

34

Struktur Organisasi Pemanenan Kayu dengan Teknik NTH.. .......
Histogram Potensi Tegakan Per Kelas Diameter Berdasarkan
Jumlah Pohon Per Hektar Per Kelompok Jenis pada Pemanenan
Kayu Konvensional.........................................................

60

Histogram Potensi Tegakan Per Kelas Diameter Berdasarkan
Volume Pohon Per Hektar Per Kelompok Jenis pada Pemanenan
Kayu Konvensional.........................................................

60

Histogram Potensi Tegakan Per Kelas Diameter Berdasarkan
Jumlah Pohon Per Hektar Per Kelompok Jenis pada Pemanenan
Kayu dengan Teknik NTH.. ..............................................

61

Histogram Potensi Tegakan Per Kelas Diameter Berdasarkan
Volume Pohon Per Hektar Per Kelompok Jenis pada Pemanenan
Kayu dengan Teknik NTH.. ..............................................

61

Penandaan Rencana Jalan Sarad di Lapangan ..........................

71

Rintis Jalan Sarad.. .........................................................

72

Konstruksi Jalan Sarad .................................

74

Reaiisasi Jalan Sarad pada Pemanenan Konvensional dengan
Lebar Lebih dari 4 m ......................................................

75

Teknik Pembuatan Takik Balas ..........................................

SO

Penebangan Pohon yang Berbanir pada Petak Pemanenan
Konvensional ...............................................................

80

15.

Kesalahan Teknik Penebangan yang Mengakibatkan "Barber
Chair" pada Pemanenan Konvensional .................................

81

Histogram Prestasi Kerja dan Biaya Produksi Penyaradan pada
Pemanenan Konvensional dan Teknik RITH ...........................

87

17.

Penyaradan Kayu pada Pemanenan Konvensional.....................

87

18.

Proses Winching oleh Traktor pada Posisi Diam Terhadap Kayu di
Lereng Bawah ...............................................................

88

19.

Pembagian Batang di Tpn ................................................

88

20.

Struktur Kerja Pemanenan Kayu dengan Teknik RITH di
Lapangan ....................................................................

94

16.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Rekapitulasi Laporan Hasil ITSP pada Petak Pengamatan
Konvensional Seluas 10 Ha (Intensitas 100%untuk Diameter 20
cm Keatas) ..................................................................

135

Rekapitulasi laporan Hasil ITSP pada Petak Pengamatan NTH
Seluas 10 Ha (Intensitas 100% untuk Diameter 20 cm Keatas). .....

136

Data Kontur pada Petak Pengamatan Pemanenan dengan Teknik
RITH seluas 10 Ha .........................................................

137

Potensi Tegakan Per Hektar Berdasarkan Kelompok Jenis dan
Kelas Diameter pada Plot Pengamatan Pemanenan Kayu Secara
Konvensional................................................................

144

Potensi Tegakan Per Hektar Berdasarkan Kelompok Jenis dan
Kelas Diameter pada Plot Pengamatan Pemanenan Kayu RITH ....

145

Data Pengamatan Pohon yang Ditebang pada Petak Pemanenan
Kayu Konvensional ........................................................

146

Data Pengamatan Pohon yang Ditebang pada Petak Pemanenan
Kayu NTH ..................................................................

147

8.

Waktu Penyaradan pada Pemanenan Konvensional.. .................

148

9.

Waktu Penyaradan pada Pemanenan dengan Teknik RITH.. ........

149

10.

Jumlah Kerusakan Berdasarkan Kelompok Jenis Akibat
Pemanenan Kayu pada Petak Pemanenan Secara Konvensional.. ...

150

Jumlah Kerusakan Berdasarkan Kelompok Jenis Akibat
Pemanenan Kayu pada Petak Pemanenan Kayu RITH.. ..............

151

Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal Berdasarkan Populasi Pohon
Akibat Pemanenan Kayu Konvensional.. ...............................

152

Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal Berdasarkan Populasi Pohon
Akibat Pemanenan Kayu RITH.. .........................................

153

2.
3.
4.

5.

6.

7.

11.
12.

13.

Penghitungan Nilai Kerusakan Tegakan Tinggal.. . ... .. . ... . . .... . . . ..

154

Luas Keterbukaan Tanah Akibat Pemanenan Kayu pada Petak
Pemanenan Kayu Konvensional.. . .... . .... . . . .. . ... ... . ...... . .... ... . . .

155

Luas Keterbukaan Tanah Akibat Pemanenan Kayu pada Petak
Pemanenan Kayu NTH.. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .... .. . . . . . . . ..

156

Jumlah Kerusakan Tegakan Tinggal Berdasarkan Besarnya
Kerusakan pada Individu Pohon Akibat Pemanenan Kayu
Konvensional... ...... . . ....... ... . . . ......... . . . ......... . . . ........ .... ....

157

Jumlah Kerusakan Tegakan Tinggal Berdasarkan Besarnya
Kerusakan pada Individu Pohon Akibat Pemanenan Kayu RITH.. .

158

Perhitungan Biaya Perbaikan Kerusakan Tegakan Tinggal.. .... . ....

159

Persentase Pemanfaatan Kayu pada Pemanenan Konvensional.. . . . .

16 1

Persentase Pemanfaatan Kayu pada Pemanenan dengan Teknik
NTH.. ... . . ..... ...... ......... ...... ... ...... . .......................... .....

162

Aliran Kas Pemanenan Konvensional dan Teknik NTH.. . ..... . ... .

163

Perhitungan Present Value... ....... . .. ..... . . . . ..... ............ . .... ....

165

Perhitungan BCR (x Rp. 1.000).. .. .. ..... . . . ..................... .... . . .

166

Spesifikasi Traktor Crawler Catterpillar D7G yang Digunakan
untuk Kegiatan Penyaradan pada Petak Pemanenan Kayu
Konvensional dan RITH.. . . ..... ... . . . . . . . . .... . . . . . . .. . ...... ... . .. . . . .. .

167

Monitoring dan Evaluasi Operator Chainsaw pada Kegiatan
Inspeksi Blok .. ... . . .. ........ .... . .... . . . . . . . ......... ........ . .. . . . ... . . . .

168

Monitoring dan Evaluasi Operator Traktor pada Kegiatan Inspeksi
Blok . . . . .. .. . . . . .. . ... . . . ... ... .. . ... . . . . .. . . ... . . . . . ... ..... .. . ...... . . ... . ..

169

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sepanjang tiga dasawarsa lebih pengelolaan hutan alam tropis di luar pulau
Jawa telah memberikan manfaat ekonomi yang tidak kecil bagi pertumbuhan
ekonomi negara, dimana sektor kehutanan mampu memberikan sumbangan dana
berupa devisa, penyediaan kesempatan berusaha, serta penyerapan tenaga kerja yang
sangat berarti bagi proses pembangunan nasional.
Fakta keberhasilan pengelolaan hutan tropis tersebut ternyata juga diiringi oleh
berbagai kemerosotan mutu hutan antara lain makin berkurangnya potensi hutan,
menurunnya hngsi ekologi dan terjadinya kerusakan lingkungan.
Dalarn kegiatan pengelolaan hutan yang tidak professional, kegiatan
pernanenan kayu dapat menjadi penyebab terbesar kemunduran sumberdaya hutan.
Kegiatan pemanenan kayu walaupun telah dilaksanakan secara hati-hati dan sesuai
dengan sistem silvikultur yang telah diatur yaitu sistem sillvikultur Tebang Pilih
Tanam Indonesia (TPTI) yang secara teoritis bisa menjamin kelestarian produksi dari
hutan alam, tetapi kenyataannya kerusakan pada tegakan dan areal hutan sulit untuk
dapat dihindarkan.
Adanya kerusakan tegakan dan kerusakan tanah hutan sebagai akibat dari
kegiatan pemanenan kayu, dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup. Karena itu usaha untuk menekan kerusakan, agar kerusakan yang terjadi
sekecil-kecilnya perlu dipikirkan dan diupayakan sejak dini.

Menurut Sukanda (1995) rata-rata persentase kerusakan tegakan tinggal pada
kegiatan pemanenan konvensional adalah sebesar 33,19 %, sedangkan hasil penelitian
Elias (1997) menunjukan angka rata-rata sebesar 40,42 %. Menurut Abdulhadi et a1
(1981) bahwa penebangan satu batang pohon menyebabkan 17 batang pohon patah
atau tumbang.
Kerusakan tegakan tinggal akibat pernanenan kayu adalah ha1 yang tidak bisa
dihindarkan, upaya yang dapat dilakukan hanya bagaimana menekan kerusakan
liigkungan tersebut agar sekecil mungkin, sehingga tidak merusak ekosistem hutan..
Salah satu alternatif sistem pernanen kayu yang berwawasan lingkungan adalah
pemanenan dengan teknik Reduced Impact Timber Hawesting (RITH). Pemanenan
kayu dengan teknik RITH sampai saat ini belum banyak diterapkan di Indonesia, baru
dilakukan oleh beberapa HPH di luar pulau Jawa. Dengan demikian masih banyak
data atau informasi yang perlu dikumpulkan untuk penerapan selanjutnya.
Setiap operasi pemanenan kayu akan menghasilkan pemasukan dari penjualan
kayunya, tetapi harus diingat pula bahwa setiap operasi pemanenan dengan teknik
tertentu dituntut pula adanya biaya operasi pemanenan yang berbeda dan adanya
biaya perbaikan lingkungan yang berbeda pula. Oleh sebab itu studi tentang biaya
pemanenan kayu serta biaya perbaikan kerusakan tegakan dengan teknik pemanenan

RITH perlu diamati, dengan maksud hasilnya dapat dijadikan masukan bagi
penyempurnaan pelaksanaan sistem pemanenan dimasa yang akan datang.

Masalah Penelitian
Teknik pemanenan kayu yang dilakukan selama ini masih menyebabkan
tingginya tingkat kerusakan lingkungan. Usaha-usaha

pencegahan kerusakan

lingkungan &bat kegiatan pemanenan kayu belum banyak dilakukan. Salah satu
teknik pemanenan kayu yang diharapkan dapat mengurangi kerusakan hutan adalah
dengan teknik Reduced Impact Timber Harvesting (NTH).
Dari berbagai uji coba yang telah dilakukan, menunjukan bahwa pemanenan
kayu dengan teknik RITH mampu mengurangi berbagai kerusakan hutan, namun
pihak pemegang HPH/pengelola hutan belum mau menerapkannya karena
beranggapan bahwa biaya pelaksanaannya menjadi lebih tinggi, dimana hal tersebut
dikarenakan pada pemanenan kayu dengan teknik N T H terdapat beberapa komponen
kegiatan yang selama ini tidak dilaksanakan pada pemanenan kayu konvensional..
Untuk dapat mengetahui secara pasti hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dan menyeluruh.
Ada beberapa ha1 yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana biaya pemanenan kayu secara konvensional dan pada pemanenan

dengan teknik RITH.
2. Bagaimana prestasi kerja (produktifitas) pemanenan kayu secara konvensional dan

dengan teknik NTH.
3. Bagaimana aspek finansial dan proyeksi rugi laba kegiatan pemanenan kayu secara

konvensional dan dengan teknik RITH.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menghitung besarnya biaya pemanenan kayu secara konvensional dan pemanenan

dengan teknik NTH.
2. Menghitung

prestasi

kerjdproduktifitas

pada

pemanenan

kayu

secara

konvensional dan pemanenan dengan teknik RITH.
3. Menghitung aspek finansial, keuntungan dan kerugian finansial pemanenan kayu

secara konvensional dan pemanenan dengan teknik RITH.

Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini ada beberapa manfaat yang diharapkan, yaitu :
1. Memberikan masukan kepada pihak yang melakukan kegiatan pengusahaan hutan,

tentang teknik pernanenan kayu yang berdampak minimal terhadap kerusakan
lingkungan dan besarnya biaya yang hams dikeluarkan.
2. Sebagai data dan bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk peningkatan

pengawasan dan pembinaan kepada pihak yang mengelola hutan.

Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Biaya keseluruhan kegiatan pemanenan dengan Teknik RITH tidak akan lebih

besar dari biaya pemanenan dengan cara konvensional.

2. Berdasarkan analisis finansial kegiatan pemanenan kayu secara konvensional dan

dengan teknik RITH, diduga biaya pemanenan persatuan akan menurun akibat
meningkatnya

prestasi kerja / produktivitas, efisiensi dalam penebangan dan

turunnya biaya perbaikan kemsakan.
3. Berdasarkan proyeksi mgi laba maka akan diperoleh keuntungan yang lebih besar

pada pemanenan kayu dengan teknik RITH.

TINJAUAN PUSTAKA
Pernanenan kayu
Menurut Gramme1 (1988) dalam Sugihono (1998), pemanenan kayu adalah
pemanfaatan yang rasional dan penyiapan suatu bahan baku dari dam menjadi
sesuatu yang siap dipasarkan untuk bermacam-macarn kebutuhan manusia.
Sedangkan menurut Conway (1978), pernanenan kayu merupakan suatu rangkaian
kegiatan pemindahan kayu dari hutan ketempat pengolahan melalui tahapan kegiatan
pemotongan kayu, penyaradan, pengangkutan dan pengujian.
Menurut Elias (1999), ilmu dan teknologi dibidang pemanenan kayu hingga
saat ini telah mengalami berbagai perkembangan, ha1 ini sebagai konsekuensi
perubahan pendekatan manajemen hutan dari prinsip kelestarian hasil kepada prinsip
pembangunan hutan lestari, arahan perkembangan pemanenan kayu tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pengertian pemanenan kayu mengalami perluasan yang lebih menekankan pada
perencanaan sebelum pemanenan, supervisi teknik, dan pecegahan kerusakan
lebih lanjut setelah pemanenan.
2. Usaha memperpendek rantai tahapan pemanenan kayu.
3. Menerapkan sistem pemanenan kayu sesuai dengan klasifikasi hngsional

lapangan dibidang kehutanan (pengembangan expert sistem).
4. Mengintegrasikan pengolahan kayu primer kedalam tahapan pemanenan kayu.

5. Penciptaan peralatan pemanenan kayu dengan perhatian ditekankan pada

keunggulan produktivitas tinggi,
lingkungan dan keselamatan kerja.

keunggulan biaya,

menekan kerusakan

Tahapan pemanenan kayu khususnya di hutan tropika meliputi tahap
perencanaan, pembukaan wilayah hutan, penebangan, penyaradan dan pengangkutan
serta muat bongkar (Departemen Kehutanan, 1993).
Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam
tegakan yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang
ditentukan. Sastrodimedjo (1992) mengemukakan bahwa yang terrnasuk dalam
rangkaian kegiatan penebangan adalah persiapan-persiapan yang dilakukan oleh
penebang dalam hubungannya dengan tugasnya, menentukan objek dan bejalan
menuju objek tersebut, membersihkan tumbuhan bawah, menentukan arah rebah,
menebang, memotong pangkal dan ujung kayu serta pemotongan batang menjadi
sortimen berukuran tertentu.
Penyaradan didefenisikan sebagai minor transportation yang d i u l a i pada
saat kayu diikatkan pada rantai penyarad ditempat tebangan, kemudian disarad
ketempat tujuan (Tpn, tepi sungai, tepi jalan re1 atau tepi jalan mobil) dan berakhir
setelah rantai dilepas dari rantai penyarad (Elias, 1988).
Pengangkutan dibidang kehutanan menurut Elias (1988), adalah pengangkutan
kayu mentah dari tempat penebangan, sampai ketempat tujuan akhir seperti pabrik
pengolahan kayu, tempat penimbunan kayu dan konsumen. Pengangkutan ini biasa
disebut dengan major transportation, yang dilakukan setelah penyaradan. Pada
dasarnya terdapat 3 modus pengangkutan kayu yaitu pengangkutan melalui jalan
hutan , melalui jalan re1 dan melalui air. Dari ketiga modus transportasi tersebut yang
paling umum digunakan adalah pengangkutan melalui jalan hutan.

Muat bongkar merupakan sebagian dari rangkaian kegiatan pemanenan kayu

yang kelancarannya akan dapat mempengaruhi efisiensi kegiatan penyaradan dan
pengangkutan.

Bila pemuatan lebih lambat dari pengangkutan, akan terjadi

penumpukanlantrian truk atau trailer, karena harus menunggu kesempatan untuk
pemuatarr. Hal yang demikian akan berpengaruh terhadap produktivitas dari alat-alat
pemanenan kayu. Sebaliknya bila waktu muat lebih cepat dari pengangkutan, akan
terjadi banyaknya waktu terbuang/menunggu dari alat muat tersebut (Sastrodimedjo,
1992).

Teknik Pemanenan Kayu Reduced Impact Timber Harvesting
Teknik pemanenan kayu Reduced Impact Timber Harvesting

adalah

serangkaian kegiatan pemanenan kayu mulai dari perencanaan pemanenan kayu,
pembukaan wilayah hutan, operasi penebangan, penyaradan, pengangkutan dan
rencana pengaturan tegakan tinggal setelah kegiatan pemanenan kayu, untuk
meminimalkan kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut (Elias, 1999).
Menurut Dykstra dan Heinrich (1995) dalam Elias (1998) ada 4 ha1 penting dan
perlu diperhatikan dalam pemanenan kayu dengan teknik NTH, yaitu :
1. Perencanaan pemanenan yang komprehensif

2. Implementasi teknik-teknik pemanenan yang ramah lingkungan dan pengawasan

yang efektif terhadap kegiatan pemanenan kayu
3. Pencegahan kerusakan lebih lanjut setelah pemanenan kayu
4. Pengembangan tenaga kerja yang berketrampilan dan motivasi tinggi

Implementasi teknik pemanenan kayu dengan teknik RITH dalam sistem
silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) menurut Elias (1999)

adalah

meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Pembuatan peta pohon dan kontur skala 1 : 2000

Pembuatan peta pohon dan garis kontur dapat dilakukan secara manual ataupun
menggunakan sofrware (program pengolah data).
2. Pembuatan rencana pernanenan kayu

Rencana ini dibuat di atas peta pohon dan garis kontur. Di peta tersebut dibuat
layout sistem pengangkutan, layout jaringan jalan sarad, rencana arah penyaradan
dan rencana arah rebah pohon. Rencana arah rebah pohon yang akan dipanen
berpedoman pada layout jaringan jalan sarad, arah penyaradan, posisi pohon dan
keadaan lapangan.
3. Pembukaan wilayah hutan, penandaan jaringan jalan sarad, penandaan lokasi Tpn

dan penandaan arah rebah pohon di lapangan, serta pemotongan liana.
Pelaksanaannya dilakukan satu tahun sebelum penebangan kayu.
4. Pembukaan jalan sarad, penebangan, pembuatan jalan sarad dan penyaradan.

Pembukaan jalan sarad dilakukan oleh tim penebang yang terdiri dari satu orang
operator chain saw dan satu orang helper. Setelah selesai, dilanjutkan dengan
kegiatan penebangan. Pembuatan jalan sarad dilakukan setelah penebangan
selesai. Pembuatan jalan sarad dilakukan oleh operator traktor pada jalur yang
sudah dibuka oleh tim penebang.

5.

Usaha-usaha pencegahan kerusakan lebih lanjut.
Dimaksudkan untuk meminimalkan kerusakan akibat kegiatan pemanenan kayu.
Usaha ini dilakukan setelah kegiatan pemanenan kayu di petak tebang yang
bersangkutan selesai.
Teknik operasi RITH di lapangan menurut Elias (1999) adalah sebagai berikut:

1. Survey tegakan sebelum penebangan ,survey topografi serta pemetaan pohon dan

garis kontur.
2. Perencanaan pemanenan kayu
3. Penandaan jalan sarad di lapangan.
4. Penandaan arah rebah pohon.

5. Pembukaan jalan sarad dan penebangan
6. Konstruksi jalan w a d , winching dan penyaradan
7. Inspeksi blok.

Implementasi teknik pemanenan RITH pada sistem sivikultur TPTI menurut
Elias (1999) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.l)iagrn Alur Teknik Pemanenan Kayu NTH pada %sternSilvikultur TPTI

Pada penelitian cara pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan dan yang
konvensional yang dilakukan oleh Losuh (1996), menunjukan bahwa biaya
penebangan bertambah 4,91 % pada pemanenan yang berwawasan lingkungan.
Produktivitas penyaradan dengan cara konvensional lebih rendah 11,5 %
dibandingkan dengan pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan (perhitungan ini
tidak termasuk pembukaan dan konstruksi jalan sarad). Biaya produksi kayu
memperlihatkan biaya total pemanenan kayu dengan cara konvensional lebih rendah
1,27 % dari pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan. Perbandingan nilai
moneter kerusakan hutan yang disebabkan oleh cara konvensional dua kali lipat lebih
besar dari yang disebabkan oleh yang berwawasan lingkungan ( Rp. 28.24 1,68 1 ha
dan Rp. 12.433,42 1 ha ). Penelitian ini menyimpulkan bahwa biaya penerapan
pemanenan kayu berwawasan lingkungan tidak lebih mahal dari biaya pemanenan
kayu dengan cara konvensional baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain meminimalkan kerusakan lingkungan, kegiatan pengusahaan hutan juga
tidak dapat dilepaskan dari aspek ekonominya. Dengan demikian usaha untuk
mengurangi dampak negatif tersebut hams bermanfaat terhadap aspek lingkungan itu
sendiri sekaligus aspek ekonominya.

Waktu Kerja
Penelitian waktu kerja adalah teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka
waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan
dalam keadaan tertentu pula serta menganalisa keterangan sampai ditemukan waktu
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan itu pada tingkat prestasi tertentu (ILO

1975). Sedangkan Wiradinata (198 1) berpendapat bahwa waktu memegang peranan
penting dalam kegiatan pemanenan kayu, sebab waktu sangat erat hubungannya
dengan biaya.
Sanjoto (1958) dalam Losuh (1996) menyatakan bahwa tujuan penelitian waktu
kerja adalah untuk menetapkan waktu yang diperlukan oleh pekerja normal (pekerja
yang memenuhi syarat) dalam keadaan baik untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pengukuran waktu kerja merupakan metode inti dari pengukuran prestasi
kerja, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
kerja dan syarat-syarat kerja yang dapat dipakai untuk memperbaiki pekerjaan
tersebut (Sanjoto, 1958 dalam Losuh 1996).
Menurut ILO (1975) bahwa unsur kerja adalah bagian terinci dari pekerjaan
tertentu yang dipilih untuk memudahkan pengamatan, pengukuran dan analisa. Daur
atau

putaran

kerja

adalah urutan-urutan

unsur

yang

diperlukan untuk

menyelenggarakan pekerjaan atau untuk menghasilkan kesatuan produksi. Urutan ini
pada suatu waktu dapat melingkupi unsur yang hanya kadang-kadang timbul.
Wiradinata (1 98 1) menyebutkan bahwa untuk kepentingan perhitungan biaya,
terdapat tiga golongan waktu, yaitu :
1. Waktu total ialah keseluruhan waktu yang diperoleh untuk mengerjakan kegiatan
tersebut.
2. Waktu tetap ialah bagian dari waktu total yang dianggap tetap dan tidak

dipengaruhi oleh faktor jarak, diameter pohon dan sebagainya.
3. Waktu variabel ialah w&u yang dipengaruhi oleh jarak, diameter pohon dan

sebagainya.

Sedangkan Sanjoto (1958) dalam Sugihono (1998) membagi waktu kerja dalam
dua bagian, yaitu :
1. Waktu kerja murni, yaitu waktu kerja produktif dimana semua pekerjaan pokok
dilaksanakan.
2. Waktu kerja umum, yaitu waktu kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan yang tidak

mempunyai hubungan langsung dengan pekerjaan pokok, namun perlu bagi
kelancaran pekerjaan utarna. Waktu ini dibagi dalam dua bagian yaitu :
a. Waktu berhenti atau diam, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk persiapan tiap
pekerjaan pokok dan perbaikan pada akhir pekerjaan.
b. Waktu hilang, yaitu waktu dimana pekerjaan berhenti akibat pekerjaan
berakhir. Waktu hilang terbagi lagi atas waktu hilang yang dapat dihindarkan
dan yang tidak dapat dihindarkan.
Barnes (1968) dalam Sugihono (1998) menyatakan bahwa dalam pengamatan
waktu kerja dikenal beberapa metode pengukuran :
1. Metode Null Stop (berulang)
Metode ini memerlukan 2 buah stopwatch atau lebih. Di dalam pengamatan
waktu kerja dari setiap elemen dibaca seketika pada perrnukaan stopwatch dan
setiap permulaan tahapan kerja dikembalikan ke angka nol.
2. Metode berurut (kumulatif)

Waktu kerja sesungguhnya dihitung dengan cara mengurangi dua pengukuran
yang berumtan. Dalam metode ini hanya diperlukan satu stopwatch.

3. Metode kombinasi Null Stop dan berurut

Waktu kerja dihitung dengan menggunakan kombinasi kedua metode di atas,
dimana maksud dari kombinasi tersebut untuk mengh~langkankesalahan yang
menyolok. Dalam metode ini digunakan lebih dari satu stopwatch.

Prestasi Kerja (Produktifitas)
Produktifitas adalah rasio antara efektivitas menghasilkan keluaran dan
efisiensi penggunaan sumber-sumber masukan (Aroef, 1986). Menurut L O (1975)
dalarn Sugihono (1998) prestasi keja atau produktivitas adalah perbandingan antara
output dan input pada perusahaan, industri dan ekonorni secara keseluruhan.

Produktifitas merupakan suatu gabungan sumber (input), dengan demikian sama
dengan jumlah barang-barang atau jasa (output) yang dihasilkan dari sumber-sumber.
Sedangkan menurut Wasono (1965) dalam Losuh (1996), prestasi keja adalah
hasil kerja atau produksi dalam satuan kerja per satuan waktu. Banyaknya hasil kerja
yang diperoleh seorang pekerja tergantung pada alat kerja yang digunakan, kecakapan
dan kemampuan pekerja serta ternpat bekerja.
Soewartika (1980) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi kej a adalah :
a. Metode atau cara kerja
Prosedur

penyelesaian

pekerjaan

sangat berpengaruh terhadap panjang

pendeknya waktu penyelesaian sl~atupekerjaan.

Walaupun mungkin metode

kerja dapat distandarisasi, kesulitan lain akan timbul yakni kebiasaan pekerja,
keterampilan pekerja dan lain-lain.

b. Alat-alat kerja
c. Keterampilan pekerja
d. Tradisi atau kebiasaan pekerja
e. Keadaan pekerja (jenis kelamin, umur, kesehatan, kondisi gizi dan keadaan fisik)

f Suasana tempat kerja
g. Iklim atau musim
Karena umumnya kegiatan kehutanan dilakukan di lapangan, maka pengaruh

iklim sangat besar terhadap hasil kerja seseorang.
h. Organisasi kerja
Organisasi kerja banyak berpengaruh pada kelancaran kerja, khususnya yang
menyangkut hubungan para pekerja dengan petugas maupun proses penyelesaian
suatu pekerjaan.
Selanjutnya menurut Soewartika (1980) satuan prestasi kerja terbagi tiga
kelompok, yaitu :
1. Satuan untuk hasil kerja seorang sehari

Banyaknya hasil kerja ini kurang objektif karena ditetapkan tidak hanya oleh
lamanya waktu kerja dan usaha pekerja saja tetapi juga oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil kerja, seperti tempat kerja, cara kerja dan lain-lain. Faktor
ini kadang-kadang lebih besar pengaruhnya dari pada waktu dan usaha pekerja.
2. Satuan luas bidang yang dikerjakan oleh seseorang

Satuan ini juga kurang objektif, karena tidak bebas dari pengaruh keadaan.
Pekerjaan ini dilakukan dalam keadaan yang berbeda-beda

3. Satuan orang per jam

Satuan ini menunjukkan larnanya waktu kerja yang masih tergantung pada
kecepatan kerja serta usaha yang dilakukan untuk pekerjaan tertentu. Pekerjaan
seseorang per jam yang ringan tidak dapat disamakan dengan pekerjaan
seseorang per jam yang berat.
Menurut Hidayat (1986) peningkatan produktifitas dapat terlaksana kalau salah
satu dari lima situasi berikut ini tercapai :
1. Keluaran meningkat tetapi masukan berkurang.
2. Keluaran meningkat pada masukan tetap.

3. Keluaran meningkat, masukan juga meningkat, tetapi lebih lambat dari

meningkatnya keluaran.
4. Keluaran tetap dengan masukan yang berkurang.

5. Keluaran turun masukan juga berkurang, tetapi lebih cepat dari turunnya

keluaran.
Hidayat (1986) mengemukakan ada empat strata pengukuran produktifitas :
1. Tingkat ekonomi makro.
2. Tingkat sektor lapangan usaha.
3. Tingkat unit organisasi secara individual.

4. Tingkat manusia secara individual.

Pengukuran produktifitas dapat dilakukan dengan bermacam-macam ukuran,
yaitu pengukuran produktifitas dalam hasil kerja per waktu kerja; penjualan per jam
tenaga kerja; penjualan per upah; penjualan per tenaga penjualan; dan kuantitas per
unit input seperti unit energi m3 per Kwh.

Menurut Loeffler (1989) dalarn Elias (1999), ada lima faktor yang
mempengaruhi produktifitas kerja dalam pemanenan kayu yaitu :
1. Objek kerja
2. Sistem pemanenan kayu
3. Keadaan lingkungan kerja
4. Organisasi kerja

5. Pekerja (manusia yang bekerja)

Berdasarkan hasil penelitian Elias (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi
produktifitas kerja penebangan adalah dimenddiameter pohon, kerapatan tegakan
dan kehadiian banir.

Biaya Pemanenan kayu

.

Biaya didefenisikan sebagai jurnlah uang yang dibayarkan untuk penggunaan
faktor-faktor produksi atau jasa dan biaya adalah komponen dalam menjalankan
usaha (Elias, 1997).
Sedangkan menurut Sastrodimedjo et al 1978 biaya pemanenan kayu persatuan
produk (Qdm3) adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk
kayu yang terdii dari biaya tetap dan biaya tidak tetap pada kegiatan penebangan,
penyaradan, pengangkutan dan muat bongkar.
Menurut Elias (1997), klasifikasi biaya yang banyak digunakan dalam biaya
pemanenan kayu adalah :
1. Biaya operasi berjalan (biaya tidak tetap)
2. Biaya tetap per m3

3. Biaya tetap per hektar (biaya untuk pengeluaran pembangunan hutan)

4. Biaya tahunan yang terdiri dari biaya kekayaanlpemilikan dan biaya manajemen.

5. Biaya modal tetap

Menurut Sessions (1986) dalam Sugihono (1998), biaya usaha dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biaya tetap, yang dibagi dalam beberapa komponen yaitu :
a. Biaya penyusutan
b. Bunga modal
c. Pajak

d. Asuransi
2. Biaya tidak tetap (biaya operasi)

a. Biaya perbaikan dan perawatan
b. Biaya bahan bakar
c. Biaya pelumas
d. Biaya tenaga kejaloperator
Wiradinata (1981) menguraikan macam-macam biaya dalam penggunaan alat
atau mesin sebagai berikut :
1. Biaya Tetap
a.

Biaya Penyusutan
Penyusutan adalah harga modal yang hilang pada suatu peralatan yang
disebabkan oleh umur pemakaian. Salah satu metode yang banyak digunakan
untuk menghitung biaya penyusutan adalah metode straight line depreciation

yaitu turunnya nilai modal yang dilakukan dengan pengurangan nil&
penyusutan yang sama besar sepanjang umur kegunaan alat tersebut.
b.

Bunga modal
Untuk dapat menghitung bunga perlu diketahui investasi rata-rata pertahun.
Investasi rata-rata ini apabila dikalikan dengan suku bunga pertahun
memberikan bunga modal tiap tahun.

Selanjutnya bunga tersebut dapat

dijadikan persatuan waktu yang sama dengan depresiasi.
2. Biaya Operasi

a.

Biaya Perbaikan
Biaya ini dapat dinyatakan sebagai persentase untuk masa pakai alat atau
dapat juga dinyatakan dengan cara lain.

b.

Biaya Pemeliharaan
Biaya ini dapat dihitung menurut keperluan alat. Perhitungan dapat mengikuti
anjuran dari pabrik atau menurut pengalaman. Biaya yang dikeluarkan
dinyatakan per unit waktu yang sesuai.

c.

Biaya Bahan Bakar dan lain-lain
Biaya dihitung menurut bahan bakar yang digunakan, dinyatakan dalam
satuan waktu yang sesuai.
Jenis-jenis komponen biaya yang hams diperhitungkan dalarn pemanenan kayu

dengan teknik RITH, yang membedakannya dari biaya
konvensional adalah sebagai berikut :
1. Biaya perencanaan, meliputi biaya :

a. Inventarisasi tegakan sebelum penebangan

pemanenan kayu

b. Survey topografi
c. Pembuatan peta pohon dan peta kontur

2. Biaya untuk penandaan jalan sarad, penandaan Tpn, penandaan arah rebah
penebangan dan pemotongan liana.
3. Biaya pembukaan jalan sarad dan konstruksi jalan sarad
4. Biaya penebangan
5. Biaya penyaradan
6. Biaya rehabilitasi kerusakan setelah pemanenan kayu

7. Biaya inspeksi blok
8. Biaya perbailcan kerusakan tegakan tinggal
9. Biaya rnanajemen (administrasi kantor dan gaji karyawan)
10. Biaya peralatan umum/kantor dan logistik

Analisis Finansial Pernanenan Kayu
Dengan Teknik RITH
Analisis kelayakan finansial pemanenan kayu bertujuan untuk membandingkan
pengeluaranlbiaya pemanenan dengan pendapatan pemanenan dengan teknik NTH
yang dinyatakan dalam bentuk uang.

Dalam rangka menilai kelayakan finansial

pemanenan kayu dengan teknik NTH, maka segala biaya dan pendapatan pemanenan
dalam teknik N T H yang berbeda dengan pemanenan teknik konvensional akan
diperhitungkan.
Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang analisis finansial
dikembangkan berbagai macam indek. Indek-indek tersebut disebut kriteria investasi
(Insestment Criteria).

Setiap kriteria dipakai untuk menentukan diterima tidaknya suatu usul
proyek/kegiatan, kadang-kadang dipakai juga untuk memberi urutan (ranking)
berbagai usul investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing.

Berikut ini

adalah tiga kriteria investasi, yaitu :
1. Net Present Value (1VPV)
Net

Present

Value merupakan

manfaat/pendapatan

perbedaan antara

nilai

sekarang dari

dan biaydpengeluaran. Dengan dernikian apabila NPV

bernilai positif dapat diartikan juga sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh
dari proyek. Sebaliknya NPV yang bernilai negatif' menunjukkan kerugian. Dari
hasil perhitungan NPV yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut :
Jika NPV 2 0, maka proyek layak untuk dilaksanakan
Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan
2. Benecfit Cost Ratio @CR)

Ada dua cara perbitungan yang dapat digunakan untuk menentukan BCR yaitu :
a. Net Benefit Cmt Ratio

b. Gross Benefir Cost Ratio
Dalam penggunaannya cara pertama lebih banyak dipakai dibandingkan cara
kedua.

Dari W t u n g a n BCR pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan

kriteria berikut :jika B/C 2 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan, jika B/C