Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan Hutan Alam
KARYA TULIS
EVALUASI PENERAPAN PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK
REDUCED IMPACT LOGGING DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM
MUHDI, S.HUT., M.SI
NIP. 132296512
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
1
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadlirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ini.
Karya tulis ini berjudul : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu dengan teknik
Reduced Impact Logging dalam Pengelolaan Hutan Alam.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Kritik
dan saran untuk penyempurnaan karya tulis inisangat penulis harapkan.
Medan, April 2008
Penulis
2
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
METODE PENELITIAN...........................................................................................2
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................4
KESIMPULAN .........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
3
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
PENDAHULUAN
Butler (2007) menyatakan bahwa meskipun banyak perusahaan hak
pengusahaan hutan (HPH) mengaku melaksanakan pemanenan kayu yang
berkelanjutan, pada kenyataannya belum dilakukan. HPH yang pada mulanya
dimaksudkan untuk mempertahankan lahan hutan sebagai hutan produksi permanen,
menjadi penyebab utama degradasi hutan. Dalam survei pada lahan hutan seluas 47
juta hektar yang berada di areal HPH aktif atau yang habis masa konsesinya, sekitar
30 % mengalami degradasi.
Selama ini pengelolaan hutan alam terutama pemanenan kayunya masih tidak
dilakukan secara profesional, sehingga keseluruhan sistem silvikultur yang diterapkan
mengalami kegagalan. Hal ini antara lain dikarenakan dalam penerapan silvikultur,
belum mengintegrasikan sistem pemanenan kayu dengan sistem silvikultur. Selain itu
teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar masih
belum dipergunakan dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia (Elias, 2002).
Beberapa penelitian (Ramos, et. al, 2006; Muhdi, et.al, 2005; dan Davis, 2000)
memperlihatkan bahwa pemanenan kayu CTH
yang dilaksanakan selama ini
dilakukan tanpa perencanaan yang baik, teknik pelaksanaan
yang buruk dan
lemahnya pengawasan yang menyebabkan menyebabkan kerusakan lingkungan yang
besar. Hasil penelitian lain (Keong, et.al, 2006; dan Durst, P.B and T. Enters. 2001)
menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan akibat pemanenan kayu yang berwawasan
lingkungan mampu mengurangi kerusakan. Pemanenan kayu berwawasan lingkungan
ini dilaksanakan
dengan perencanaan pemanenan kayu yang baik, pelaksanaan
4
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
pemanenan yang terkendali dan pengawasan yang ketat selama kegiatan pemanenan
kayu.
Indikator pengelolaan yang lestari adalah dampak kerusakan yang ditimbulkan
selama kegiatan pemanenan kayu yang rendah. Pemanenan kayu yang ramah
lingkungan (Reduced Impact Logging/RIL) yang menjadi indiator yang paling
penting dalam pengelolaan hutan yang lestari adalah kerusakan tegakan tinggal yang
rendah berupa tersedianya tegakan tinggal berjenis komersial yang cukup dan sehat.
METODE PENELITIAN
Desain Petak Penelitian
Petak penelitian terdiri dari petak pemanenan kayu dengan teknik CTH dan
petak pemanenan kayu dengan teknik RIL. Petak penelitian ini masing-masing seluas
10 – 15 ha yang di dalamnya dibuat 3 (tiga) plot permanen/pengukuran dengan
ukuran masing-masing 100 m x 100 m (1 ha).
Plot-plot permanen/pengukuran diletakkan secara sistematis pada kedua petak
penelitian sedemikian rupa sehingga mewakili tempat-tempat sebagai berikut : (1) Di
lokasi tempat pengumpulan kayu (TPN), (2) Di lokasi jalan sarad utama dan (3) Di
lokasi jalan sarad cabang. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Teknik Pelaksanaan Pemanenan Kayu Konvensional (CTH)
Pelaksanaannya dilaksanakan langsung oleh regu tebang dan sarad sesuai
dengan yang diterapkan oleh perusahaan selama ini. Pemanenan kayu ini meliputi
operasi penebangan dan penyaradan kayu.
5
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
Teknik Pelaksanaan Pemanenan Kayu Berdampak Rendah (RIL)
Regu tebang dan regu sarad merupakan regu yang sama dengan pemanenan
kayu CTH, demikian pula peralatan pemanenan kayu yang digunakan. Sebelum
pelaksanaan RIL dibuat perencanaan pemanenan kayu yang intensif meliputi :
penentuan arah rebah, jaringan jalan sarad di atas peta dan lapangan (Elias, 1998).
Regu tebang dan regu sarad sebelum melakukan kegiatan pemanenan kayu diberi
pengarahan dan bereifing terlebih dahulu, serta pada saat pelaksanaan disupervisi.
Desain plot-plot permanen/pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1.
J
a
l
a
n
Petak RIL
(3)
(1)
(2)
a
n
g
k
u
t
a
n
Petak CTH
(3)
(1)
(2)
Plot permanen dengan luasan 10 –15 ha
Peletakan plot contoh pengukuran dengan ukuran 100 m x 100 m
Tpn
Jalan sarad
Gambar 1. Desain plot-plot permanen/pengukuran
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu data sekunder
dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui wawancara dan laporan-laporan
6
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
yang ada. Pengumpulan data primer dilakukan melalu kegiatan pengamatan dan
inventarisasi langsung di hutan pada plot permanen/pengukuran yang telah dibuat.
Inventarisasi tegakan dilakukan sebelum penebangan pada plot ukuran 100 m x
100 m (1 ha) pada petak penelitian teknik CTH dan teknik RIL untuk melihat potensi
tegakan sebelum kegiatan pemanenan kayu. Dari plot ukuran 100 m x 100 m diukur
dan dihitung semua jenis vegetasi tingkat tiang dan pohon secara continous strip
sampling (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1993).
Data kerusakan tegakan yang disebabkan oleh pemanenan kayu, dikumpulkan
melalui pengamatan sesudah penebangan dan penyaradan kayu antara lain : nama
jenis pohon, diameter dan tipe kerusakan.
7
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Tegakan
Potensi tegakan kedua petak pemanenan kayu tersebut maka kelompok jenis
non komersial mendominasi kelompok jenis lain dengan persentase rata-rata sebesar
39,27 %, kemudian kelompok jenis komersial non Dipterocarpaceae 34,56 % dan
kelompok jenis komersial Dipterocarpaceae 26,17 %. Demikian pula dengan sebaran
diameter 10 – 19 cm mendominasi jumlah tegakan tingkat tiang dan pohon dengan
persentase rata-rata
40,12 %, kelas diameter 20-29 cm sebesar 39,33 %, kelas
diameter 30-39 cm sebesar 42,92 %, kelas diameter 40-49 cm sebesar 33,98 %.
Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal
Tingkat kerusakan berat dalam penebangan RIL dan CTH sebagian besar
diakibatkan oleh tipe kerusakan roboh, patah batang dan patah tajuk/pucuk. Tipe
kerusakan berupa patah batang dalam tingkat kerusakan berat keadaan pohonnya
sudah tidak ada harapan untuk hidup atau mati dalam jangka waktu yang tidak lama.
Batang mengalami patah dari 15 % hingga 75 % dari tingi bebas cabang bahkan
terdapat beberapa pohon yang hampir rata dengan tanah disertai ujung batang hancur.
Besarnya tingkat kerusakan pada pemanenan kayu teknik RIL dan CTH
didominasi oleh tingkat kerusakan berat, kemudian tingkat kerusakan sedang dan
tingkat kerusakan ringan.
8
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
Pemanenan kayu dengan menggunakan peralatan berat seperti traktor Buldozer
menimbulkan kerusakan tegakan dan keterbukaan tanah lebih besar dibandingkan
pemakaian sistem kabel atau menggunakan helikopter. Investasi dalam pemanenan
kayu cukup besar berkisar 60 % – 70 % dari biaya pengusahaan hutan. Namun alat ini
lebih mudah dan fleksibel pemakaiannya untuk memproduksi kayu dalam jumlah
besar.
Pemanenan kayu teknik RIL menunjukkan persentase kerusakan rata-rata per
hektar sebesar 15,88 %. Persentase kerusakan ini termasuk dalam tingkat kerusakan
ringan (< 25 %), yang terdiri dari kerusakan tegakan akibat penebangan 5,32 % dan
penyaradan 10,48 % yang termasuk dalam kriteria rusak ringan (< 25 %).
Dengan demikian pemanenan kayu teknik RIL menimbulkan kerusakan
tegakan pada tingkat kerusakan ringan (< 25 %), sedangkan pemanenan kayu CTH
menimbulkan kerusakan tegakan pada tingkat kerusakan sedang (25 % - 50 %).
Dengan melakukan sedikit penandaan arah rebah pohon yang ditebang pada
pemanenan kayu RIL memperoleh hasil yang lebih baik dalam melindungi
keanekaragaman hayati dari pada hasil yang diperoleh pada pemanenan kayu CTH
(Davis, 2000).
Jumlah tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon rata-rata setelah pemanenan
kayu teknik CTH sebesar 287,4 pohon/ha (70,44 %) dengan volume 165,26 m3 (63,00
%). Sedangkan pemanenan kayu teknik RIL sebesar 358,8 pohon/ha (83,13 %)
dengan volume 163,24 m3/ha (71,91 %). Tegakan tinggal di atas berasal dari berbagai
sebaran diameter, bahkan terdapat beberapa pohon berdiameter 60 cm ke atas yang
tidak dipanen karena gerowong, kayu keras dan terdapat beberapa jenis tidak ada
9
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
pasaran kayu, pohon yang dilindungi dan pohon yang tidak bisa ditebang karena
alasan keamanan baik bagi penebang maupun bagi kayu yang ditebang dan tegakan
tinggal.
Intensitas penebangan di hutan alam tropika di Asia dan Pasifik lebih tinggi di
banding di wilayah lain (Putz et. al., 2000). Keong, et. al. (2006) menyatakan bahwa
di Malaysia kerusakan serius pada tegakan tinggal terjadi akibat pemanenan kayu
CTH yakni sebesar 27 % - 36 %, sedangkan dengan RIL sebesar 12,3 %.
Elias (2006) mendapatkan hasil bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal yang
disebabkan oleh pemanenan kayu CTH berkisar antara 28-45%, dimana kerusakan
yang paling sering ditemukan adalah kerusakan berat (sekitar 80%). Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Sularso (1996) yang menyatakan bahwa di
Kalimantan Timur kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu CTH dan RIL
masing-masing sebesar 40,43 % dan 19,08 % dimana kerusakan yang terjadi berupa
kerusakan berat (70-80%).
10
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
KESIMPULAN
1.
Kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon rata-rata per hektar akibat
pemanenan kayu teknik CTH dan RIL masing-masing sebesar 133,0 pohon
(33,15 %) dan 83,3 pohon (19,53 %). Berdasarkan tingkat keparahannya,
maka keruskan yang terjadi pada petak pemanenan kayu konvensioal
termasuk tingkat kerusakan sedang (25-50 %) dan pemanenan kayu RIL
termasuk dalam tingkat keerusakan ringan (< 25 %).
2.
Kerusakan permudaan tingkat semai dan pancang per hektar yang terjadi
akibat pemanenan kayu CTH masing-masing sebesar 8466,7 batang semai
(34,42 %) dan 1226,7 batang pancang (35,13 %) dan akibat pemanenan kayu
RIL 3800 batang semai (23,17 %) dan 682,7 batang pancang (21,72 %).
11
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Butler, R.A. 2007. Reduced Impact Logging : Sustainable Logging and Improved
Forest Management. Tropical Forest. Mongabay.Com. (Diakses 25 April
2008).
Davis, A.J. 2000. Does Reduced-Impact Logging Help Preserve Biodiversity in
Tropical Rainforests? A Case Study from Borneo using Dung Beetles
(Coleoptera: Scarabaeoidea) as Indicators.Environmental Entomology, Vol.
29, No.3, June 2000 : 467-475.
Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1993. Pedoman dan Petunjuk Teknis
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada Hutan Alam Daratan. Jakarta.
Durst, P.B dan T. Enters. 2001. Illegal Logging and the Adoption of Reduced
Impact Logging. Makalah Dipresentasikan pada Konferensi Penguatan Hukum
Kehutanan dan Pemerintahan Regional Asia Pasifik, 11-13 September 2001.
Denpasar.
Elias. 2006. Financial analysis of RIL Implementation in the forest concession area
of PT Suka Jaya Makmur, West Kalimantan and It’s future implementation
option. Proceeding in the ITTO - MoF Regional Workshop on RIL
implementation in Indonesia with Reference to Asia-Pacific Region: Review
and Experiences, held in Bogor, Indonesia, February 15 -16, 2006 .
Elias. 2002. Reduced-Impact Logging. Book 1 & 2. IPB Press. Bogor.
Elias. 1998. Forest Harvesting Case Study : Reduced Impact Logging
Tropical Natural Forest in Indonesia. FAO. Rome.
in the
Holmes. 2000. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Forest Watch Indonesia dan
Washington D C Global Forest Watch. Bogor. Indonesia.
Keong, G.B., Shaari, A.A.N., dan Ahmad, Z. 2006. The logfisher – Its development
and application in a new ground-based reduced impact logging system in
Peninsular, Malaysia. Proceeding in the ITTO - MoF Regional Workshop on
RIL implementation in Indonesia with Reference to Asia-Pacific Region:
Review and Experiences, held in Bogor, Indonesia, February 15 -16, 2006 .
Muhdi, Elias dan Sjafii Manan. 2005. Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu
dengan Teknik Pemanenan Kayu Berdampak Rendah di Kalimantan Barat.
Jurnal Ilmiah AGRISOL Vol 4 (1) 2005:1-7.
Putz, F.E, Pinard, M.A., and Tay, J. 2000. Lessons Learned from Implementation of
Reduced Impact Logging in Hilly Terrain in Sabah, Malaysia. International
Forestry Revies 2 (1) : 33-39.
12
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
Ramos, C.A., O. Carvalho and B.D. Amaral. 2006. Short-term effects of reducedimpact logging on eastern Amazon fauna. Forest Ecology and Management,
Vol. 232, No. 1-3, Agustus 2006 : 26-35.
Sularso, H. 1996. Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu
Terkendali dan Konvesnional Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI). Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Tidak Diterbitkan.
Suparna, N. 2006. Why RIL is not Easily Adopted in Indonesia. Buletin APHI No.
14 (2), Maret 2006.
13
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
EVALUASI PENERAPAN PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK
REDUCED IMPACT LOGGING DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM
MUHDI, S.HUT., M.SI
NIP. 132296512
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
1
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadlirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ini.
Karya tulis ini berjudul : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu dengan teknik
Reduced Impact Logging dalam Pengelolaan Hutan Alam.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Kritik
dan saran untuk penyempurnaan karya tulis inisangat penulis harapkan.
Medan, April 2008
Penulis
2
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
METODE PENELITIAN...........................................................................................2
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................4
KESIMPULAN .........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
3
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
PENDAHULUAN
Butler (2007) menyatakan bahwa meskipun banyak perusahaan hak
pengusahaan hutan (HPH) mengaku melaksanakan pemanenan kayu yang
berkelanjutan, pada kenyataannya belum dilakukan. HPH yang pada mulanya
dimaksudkan untuk mempertahankan lahan hutan sebagai hutan produksi permanen,
menjadi penyebab utama degradasi hutan. Dalam survei pada lahan hutan seluas 47
juta hektar yang berada di areal HPH aktif atau yang habis masa konsesinya, sekitar
30 % mengalami degradasi.
Selama ini pengelolaan hutan alam terutama pemanenan kayunya masih tidak
dilakukan secara profesional, sehingga keseluruhan sistem silvikultur yang diterapkan
mengalami kegagalan. Hal ini antara lain dikarenakan dalam penerapan silvikultur,
belum mengintegrasikan sistem pemanenan kayu dengan sistem silvikultur. Selain itu
teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar masih
belum dipergunakan dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia (Elias, 2002).
Beberapa penelitian (Ramos, et. al, 2006; Muhdi, et.al, 2005; dan Davis, 2000)
memperlihatkan bahwa pemanenan kayu CTH
yang dilaksanakan selama ini
dilakukan tanpa perencanaan yang baik, teknik pelaksanaan
yang buruk dan
lemahnya pengawasan yang menyebabkan menyebabkan kerusakan lingkungan yang
besar. Hasil penelitian lain (Keong, et.al, 2006; dan Durst, P.B and T. Enters. 2001)
menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan akibat pemanenan kayu yang berwawasan
lingkungan mampu mengurangi kerusakan. Pemanenan kayu berwawasan lingkungan
ini dilaksanakan
dengan perencanaan pemanenan kayu yang baik, pelaksanaan
4
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
pemanenan yang terkendali dan pengawasan yang ketat selama kegiatan pemanenan
kayu.
Indikator pengelolaan yang lestari adalah dampak kerusakan yang ditimbulkan
selama kegiatan pemanenan kayu yang rendah. Pemanenan kayu yang ramah
lingkungan (Reduced Impact Logging/RIL) yang menjadi indiator yang paling
penting dalam pengelolaan hutan yang lestari adalah kerusakan tegakan tinggal yang
rendah berupa tersedianya tegakan tinggal berjenis komersial yang cukup dan sehat.
METODE PENELITIAN
Desain Petak Penelitian
Petak penelitian terdiri dari petak pemanenan kayu dengan teknik CTH dan
petak pemanenan kayu dengan teknik RIL. Petak penelitian ini masing-masing seluas
10 – 15 ha yang di dalamnya dibuat 3 (tiga) plot permanen/pengukuran dengan
ukuran masing-masing 100 m x 100 m (1 ha).
Plot-plot permanen/pengukuran diletakkan secara sistematis pada kedua petak
penelitian sedemikian rupa sehingga mewakili tempat-tempat sebagai berikut : (1) Di
lokasi tempat pengumpulan kayu (TPN), (2) Di lokasi jalan sarad utama dan (3) Di
lokasi jalan sarad cabang. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Teknik Pelaksanaan Pemanenan Kayu Konvensional (CTH)
Pelaksanaannya dilaksanakan langsung oleh regu tebang dan sarad sesuai
dengan yang diterapkan oleh perusahaan selama ini. Pemanenan kayu ini meliputi
operasi penebangan dan penyaradan kayu.
5
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
Teknik Pelaksanaan Pemanenan Kayu Berdampak Rendah (RIL)
Regu tebang dan regu sarad merupakan regu yang sama dengan pemanenan
kayu CTH, demikian pula peralatan pemanenan kayu yang digunakan. Sebelum
pelaksanaan RIL dibuat perencanaan pemanenan kayu yang intensif meliputi :
penentuan arah rebah, jaringan jalan sarad di atas peta dan lapangan (Elias, 1998).
Regu tebang dan regu sarad sebelum melakukan kegiatan pemanenan kayu diberi
pengarahan dan bereifing terlebih dahulu, serta pada saat pelaksanaan disupervisi.
Desain plot-plot permanen/pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1.
J
a
l
a
n
Petak RIL
(3)
(1)
(2)
a
n
g
k
u
t
a
n
Petak CTH
(3)
(1)
(2)
Plot permanen dengan luasan 10 –15 ha
Peletakan plot contoh pengukuran dengan ukuran 100 m x 100 m
Tpn
Jalan sarad
Gambar 1. Desain plot-plot permanen/pengukuran
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu data sekunder
dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui wawancara dan laporan-laporan
6
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
yang ada. Pengumpulan data primer dilakukan melalu kegiatan pengamatan dan
inventarisasi langsung di hutan pada plot permanen/pengukuran yang telah dibuat.
Inventarisasi tegakan dilakukan sebelum penebangan pada plot ukuran 100 m x
100 m (1 ha) pada petak penelitian teknik CTH dan teknik RIL untuk melihat potensi
tegakan sebelum kegiatan pemanenan kayu. Dari plot ukuran 100 m x 100 m diukur
dan dihitung semua jenis vegetasi tingkat tiang dan pohon secara continous strip
sampling (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1993).
Data kerusakan tegakan yang disebabkan oleh pemanenan kayu, dikumpulkan
melalui pengamatan sesudah penebangan dan penyaradan kayu antara lain : nama
jenis pohon, diameter dan tipe kerusakan.
7
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Tegakan
Potensi tegakan kedua petak pemanenan kayu tersebut maka kelompok jenis
non komersial mendominasi kelompok jenis lain dengan persentase rata-rata sebesar
39,27 %, kemudian kelompok jenis komersial non Dipterocarpaceae 34,56 % dan
kelompok jenis komersial Dipterocarpaceae 26,17 %. Demikian pula dengan sebaran
diameter 10 – 19 cm mendominasi jumlah tegakan tingkat tiang dan pohon dengan
persentase rata-rata
40,12 %, kelas diameter 20-29 cm sebesar 39,33 %, kelas
diameter 30-39 cm sebesar 42,92 %, kelas diameter 40-49 cm sebesar 33,98 %.
Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal
Tingkat kerusakan berat dalam penebangan RIL dan CTH sebagian besar
diakibatkan oleh tipe kerusakan roboh, patah batang dan patah tajuk/pucuk. Tipe
kerusakan berupa patah batang dalam tingkat kerusakan berat keadaan pohonnya
sudah tidak ada harapan untuk hidup atau mati dalam jangka waktu yang tidak lama.
Batang mengalami patah dari 15 % hingga 75 % dari tingi bebas cabang bahkan
terdapat beberapa pohon yang hampir rata dengan tanah disertai ujung batang hancur.
Besarnya tingkat kerusakan pada pemanenan kayu teknik RIL dan CTH
didominasi oleh tingkat kerusakan berat, kemudian tingkat kerusakan sedang dan
tingkat kerusakan ringan.
8
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
Pemanenan kayu dengan menggunakan peralatan berat seperti traktor Buldozer
menimbulkan kerusakan tegakan dan keterbukaan tanah lebih besar dibandingkan
pemakaian sistem kabel atau menggunakan helikopter. Investasi dalam pemanenan
kayu cukup besar berkisar 60 % – 70 % dari biaya pengusahaan hutan. Namun alat ini
lebih mudah dan fleksibel pemakaiannya untuk memproduksi kayu dalam jumlah
besar.
Pemanenan kayu teknik RIL menunjukkan persentase kerusakan rata-rata per
hektar sebesar 15,88 %. Persentase kerusakan ini termasuk dalam tingkat kerusakan
ringan (< 25 %), yang terdiri dari kerusakan tegakan akibat penebangan 5,32 % dan
penyaradan 10,48 % yang termasuk dalam kriteria rusak ringan (< 25 %).
Dengan demikian pemanenan kayu teknik RIL menimbulkan kerusakan
tegakan pada tingkat kerusakan ringan (< 25 %), sedangkan pemanenan kayu CTH
menimbulkan kerusakan tegakan pada tingkat kerusakan sedang (25 % - 50 %).
Dengan melakukan sedikit penandaan arah rebah pohon yang ditebang pada
pemanenan kayu RIL memperoleh hasil yang lebih baik dalam melindungi
keanekaragaman hayati dari pada hasil yang diperoleh pada pemanenan kayu CTH
(Davis, 2000).
Jumlah tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon rata-rata setelah pemanenan
kayu teknik CTH sebesar 287,4 pohon/ha (70,44 %) dengan volume 165,26 m3 (63,00
%). Sedangkan pemanenan kayu teknik RIL sebesar 358,8 pohon/ha (83,13 %)
dengan volume 163,24 m3/ha (71,91 %). Tegakan tinggal di atas berasal dari berbagai
sebaran diameter, bahkan terdapat beberapa pohon berdiameter 60 cm ke atas yang
tidak dipanen karena gerowong, kayu keras dan terdapat beberapa jenis tidak ada
9
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
pasaran kayu, pohon yang dilindungi dan pohon yang tidak bisa ditebang karena
alasan keamanan baik bagi penebang maupun bagi kayu yang ditebang dan tegakan
tinggal.
Intensitas penebangan di hutan alam tropika di Asia dan Pasifik lebih tinggi di
banding di wilayah lain (Putz et. al., 2000). Keong, et. al. (2006) menyatakan bahwa
di Malaysia kerusakan serius pada tegakan tinggal terjadi akibat pemanenan kayu
CTH yakni sebesar 27 % - 36 %, sedangkan dengan RIL sebesar 12,3 %.
Elias (2006) mendapatkan hasil bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal yang
disebabkan oleh pemanenan kayu CTH berkisar antara 28-45%, dimana kerusakan
yang paling sering ditemukan adalah kerusakan berat (sekitar 80%). Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Sularso (1996) yang menyatakan bahwa di
Kalimantan Timur kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu CTH dan RIL
masing-masing sebesar 40,43 % dan 19,08 % dimana kerusakan yang terjadi berupa
kerusakan berat (70-80%).
10
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
KESIMPULAN
1.
Kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon rata-rata per hektar akibat
pemanenan kayu teknik CTH dan RIL masing-masing sebesar 133,0 pohon
(33,15 %) dan 83,3 pohon (19,53 %). Berdasarkan tingkat keparahannya,
maka keruskan yang terjadi pada petak pemanenan kayu konvensioal
termasuk tingkat kerusakan sedang (25-50 %) dan pemanenan kayu RIL
termasuk dalam tingkat keerusakan ringan (< 25 %).
2.
Kerusakan permudaan tingkat semai dan pancang per hektar yang terjadi
akibat pemanenan kayu CTH masing-masing sebesar 8466,7 batang semai
(34,42 %) dan 1226,7 batang pancang (35,13 %) dan akibat pemanenan kayu
RIL 3800 batang semai (23,17 %) dan 682,7 batang pancang (21,72 %).
11
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Butler, R.A. 2007. Reduced Impact Logging : Sustainable Logging and Improved
Forest Management. Tropical Forest. Mongabay.Com. (Diakses 25 April
2008).
Davis, A.J. 2000. Does Reduced-Impact Logging Help Preserve Biodiversity in
Tropical Rainforests? A Case Study from Borneo using Dung Beetles
(Coleoptera: Scarabaeoidea) as Indicators.Environmental Entomology, Vol.
29, No.3, June 2000 : 467-475.
Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1993. Pedoman dan Petunjuk Teknis
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada Hutan Alam Daratan. Jakarta.
Durst, P.B dan T. Enters. 2001. Illegal Logging and the Adoption of Reduced
Impact Logging. Makalah Dipresentasikan pada Konferensi Penguatan Hukum
Kehutanan dan Pemerintahan Regional Asia Pasifik, 11-13 September 2001.
Denpasar.
Elias. 2006. Financial analysis of RIL Implementation in the forest concession area
of PT Suka Jaya Makmur, West Kalimantan and It’s future implementation
option. Proceeding in the ITTO - MoF Regional Workshop on RIL
implementation in Indonesia with Reference to Asia-Pacific Region: Review
and Experiences, held in Bogor, Indonesia, February 15 -16, 2006 .
Elias. 2002. Reduced-Impact Logging. Book 1 & 2. IPB Press. Bogor.
Elias. 1998. Forest Harvesting Case Study : Reduced Impact Logging
Tropical Natural Forest in Indonesia. FAO. Rome.
in the
Holmes. 2000. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Forest Watch Indonesia dan
Washington D C Global Forest Watch. Bogor. Indonesia.
Keong, G.B., Shaari, A.A.N., dan Ahmad, Z. 2006. The logfisher – Its development
and application in a new ground-based reduced impact logging system in
Peninsular, Malaysia. Proceeding in the ITTO - MoF Regional Workshop on
RIL implementation in Indonesia with Reference to Asia-Pacific Region:
Review and Experiences, held in Bogor, Indonesia, February 15 -16, 2006 .
Muhdi, Elias dan Sjafii Manan. 2005. Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu
dengan Teknik Pemanenan Kayu Berdampak Rendah di Kalimantan Barat.
Jurnal Ilmiah AGRISOL Vol 4 (1) 2005:1-7.
Putz, F.E, Pinard, M.A., and Tay, J. 2000. Lessons Learned from Implementation of
Reduced Impact Logging in Hilly Terrain in Sabah, Malaysia. International
Forestry Revies 2 (1) : 33-39.
12
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008
Ramos, C.A., O. Carvalho and B.D. Amaral. 2006. Short-term effects of reducedimpact logging on eastern Amazon fauna. Forest Ecology and Management,
Vol. 232, No. 1-3, Agustus 2006 : 26-35.
Sularso, H. 1996. Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu
Terkendali dan Konvesnional Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI). Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Tidak Diterbitkan.
Suparna, N. 2006. Why RIL is not Easily Adopted in Indonesia. Buletin APHI No.
14 (2), Maret 2006.
13
Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008
USU e-Repository © 2008