Konstruksi sosial kuasa pengetahuan zakat (studi kasus tiga lembaga zakat di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat)

DISERTASI

KONSTRUKSI SOSIAL KUASA PENGETAHUAN ZAKAT
Studi Kasus Tiga Lembaga Zakat di Provinsi Jambi dan Sumatera
Barat

Oleh

ABD. MALIK

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Konstruksi Sosial Kuasa
Pengetahuan Zakat : Studi Kasus Tiga Lembaga Zakat di Provinsi Jambi dan Sumatera
Barat adalah merupakan karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juni 2010

Abd. Malik
NRP: A162050011

ABSTRACT
ABD. MALIK. Social Construction of Zakat Power Knowledge (Case Study on
three system of the Zakat Institution in Jambi and West Sumatra Provinces).
Under direction of ARYA HADI DHARMAWAN, TITIK SUMARTI, DAMSAR.
The tradition of zakat (almsgiving) and its governance are interesting social
phenomena among Muslim societies. Being one of traditions and compulsory to
Muslim community, the almsgiving is closely related to the power of the social
construction of zakat knowledge. It is closely related to the social conditions
underlying it. The knowledge, rationality and the interests of many people involved in
it existing in everywhere and coming from many directions are directing, limiting and

shaping power of the zakat tradition. The changes of social construction happen
simultaneously and continuously trough the objective and subjective dimensions of
individuals in the dialectical condition.
This study uses the paradigm of constructivism, qualitative methods with case
study design. The research will be held in the Provinces of Jambi and West
Sumatra, with the consideration that there are found the dynamics of governance of
the zakat. Besides, it has been the basis of the doctrine development of the zakat
for a very long time. Data collected trough Triangulation techniques, in-depth
interviews, documentation, observation and secondary data. Sources of data
obtained from the ulama as an actor of the zakat governance, those under
obligatory of the zakat (muzakki) and the recipient of the zakat (mustahik). The unit
of analysis is the actor of governance institutions of the zakat, academics and
government officials and the people of the zakat (muzakki and mustahik).
Processing and data analysis followed by the stages of data reduction and
classification based on the categories established by the concept, and the relations
between concepts.
It is found that the rationality of actors in the zakat governance work under
asceticism and altruism in LAZ community, with the dominance of religious
knowledge. The rationality of Bazda Jambi is developmentalism dominated by the
political science, while the rationality of private LAZ is maximize utility or maximize

profit, which is dominated by economic industrial science. Dominance of rationality
of the zakat and its governance are established on three moments which by Berger
and Luchmann model (1990), are named: Objectivation, internalization and
externalization working simultaneously and dialectically.
In the dynamics of actors‘ interests in the zakat governance it is found that; the
LAZ community focused on the interests of individual piety building or social piety
building, economic and social security. In Jambi BAZDA it is focused on the
strengthening of power and capital accumulation for development, whereas in
private LAZ it is focused on economic of industrial and investment security.
Key words: zakat, social construction, knowledge, power, rationality, interest

RINGKASAN
ABD. MALIK. Konstruksi Sosial Kuasa Pengetahuan Zakat: Studi Kasus Tiga
Lembaga Zakat Provinsi Jambi dan Sumatera Barat. Dibimbing oleh ARYA
HADI DHARMAWAN, TITIK SUMARTI dan DAMSAR.
Tradisi berzakat dan tatakelolanya, merupakan fenomena sosial yang menarik
dalam masyarakat muslim. Zakat sebagai suatu tradisi dan kewajiban bagi
penganut Islam, tidak terlepas dari kondisi-kondisi sosial yang mendasarinya,
berlangsung dengan segenap faktor pengaruh dan berkembang secara dinamis.
Pengetahuan, Rasionalitas dan Kepentingan yang ada dimana-mana dan datang

dari berbagai arah, merupakan kekuatan yang mengarahkan, membatasi dan
membentuk tradisi berzakat. Perubahan terjadi secara simultan, melintasi dimensi
objektif dan subjektif individu-individu tanpa pernah berhenti dalam kondisi yang
dialektik.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, dengan metode
kualitatif. Provinsi Jambi dan Sumatera Barat dipilih sebagai wilayah penelitian
karena selain ditemukan dinamika ketatakelolaan zakat, disana juga merupakan
basis perkembangan ajaran zakat sejak zaman penjajahan. Data dikumpulkan
dengan teknik trianggulasi melalui wawancara mendalam, dokumentasi, observasi
dan data sekunder. Sumber data diperoleh dari agamawan sebagai pengelola
zakat, wajib zakat (muzakki) dan penerima zakat (mustahik). Unit analisis adalah
aktor lembaga tatakelola zakat yang terdiri dari agamawan, akademisi dan aparat
pemerintah serta masyarakat zakat (muzakki dan mustahik). Pengolahan dan
analisis data mengikuti tahapan reduksi data dan klasifikasi berdasarkan kategori
yang dibangun dari konsep-konsep, dan kemudian dibuat hubungan antar konsep.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi pengetahuan zakat yang
terbangun pada tiga model lembaga tatakelola zakat yang diteliti, merupakan hasil
dari persentuhan pengetahuan agama, pengetahuan lokal dan sain modern (politik
dan ekonomi). Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) komunitas, ditemukan bahwa
pertemuan pengetahuan agama dan pengetahuan lokal (local knowledge)

menunjukkan adanya dominasi pengetahauan agama. Pada Badan Amil Zakat
Daerah (Bazda) ditemukan terjadi pertemuan pengetahuan agama dan sain politik
modern dan menunjukkan adanya dominasi sain politik modern. Sementara pada
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Swasta ditemukan pertemuan pengetahuan agama dan
sain ekonomi modern dan menunjukkan adanya dominasi sain ekonomi modern.
Dominasi pengetahuan agama pada LAZ komunitas, bekerja di bawah
rasionalitas asketicism dan altruism, dan dominasi sain politik pada Bazda Jambi
bekerja di bawah rasionlitas developmentalism, sedangkan pada LAZ Swasta, sain
ekonomi modern lebih mendominasi di bawah rasionalitas utility maximization atau
profit maximization. Dominasi sebuah rasionlitas pada masing-masing model
lembaga lembaga zakat menentukan bagaimana motivasi tindakan berzakat dan
tatakelonya. Dominasi Pengetahuan agama pada LAZ komunitas membuat motivasi
tindakan berzakat dititik beratkan pada motivasi pencapaian keshalehan,
pengamanan sosial, dan penguatan ummat dan komunitas. Dominasi pengetahuan
sain politik modern pada Bazda membuat motivasi berzakat dan tatakelolanya
lebih pada motivasi penguatan kekuasaan politik-ekonomi, akumulasi modal
pembiayaan pembangunan dan pengamanan kekuasaan politik-ekonomi.
Sementara dominasi sains ekonomi modern pada LAZ swasta, mengarahkan
motivasi berzakat dan tatakelolanya lebih pada upaya akumulasi ekonomi dan
pengamanan usaha dan investasi.


Dominasi sebuah rasionalitas merupakan fenomena kuatnya sebuah gagasan
menguasai ruang kognitif infividu-individu dimana rasionalitas tersebut bekerja dan
ini terbangun melalui tiga momen proses konstruksi sosial atas realitas ala Berger dan
Luchmann (1990), yaitu : Objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi yang berjalan
secara simultan. Tiga momen tersebut merupakan fenomena konstruksi dan
rekonstruksi rasionalitas. Konstruksi rasionalitas aktor pada tiga model tatakelola
zakat yang diteliti, warnanya sangat ditentukan oleh kuatnya rajutan antara
pengetahuan dan kekuasaan yang bekerja, dan intensifnya proses saling
membangun antara keduanya (pengetahuan dan kekuasaan).
Proses tiga momen proses konstruksi sosial atas realitas ala Berger dan
Luchmann tersebut merupakan fenomena dibangun, menguat dan runtuhnya sebuah
rezim pengetahuan dan kekuasaan. Ketika tiga momen tersebut tidak berjalan atau
terhenti, maka pengetahuan dan kekuasaan tersebut akan mandek dan menjadi
pengetahuan normal ala Kuhn. Namun manakala proses terus menerus terjadi, maka
konstruksi sosial pengetahuan dan kekuasaan yang baru akan terus lahir, sebagai
hasil dialektika konstruksi dan rekonstruksi dari tiga momen konstruksi sosial atas
realitas ala Berger. Tiga momen konstruksi sosial kuasa pengetahuan zakat menjadi
bagian penting dalam membangun konstruksi dan rekonstruksi sosial zakat dan
tatakelolanya. Karena pada proses inilah sebuah rezim pengetahuan secara terus

menerus mengalami dialektika.
Dinamika kepentingan tatakelola zakat, dalam penelitian ini menemukan
kepentingan yang berbeda antara model lembaga tatakelola zakat yang diteliti.
Namun dibalik perbedaan kepentingan tersebut bermuara pada kepentingan
penguatan kekuasaan berbasis pengetahuan. Kepentingan-kepentingan melekat
pada setiap proses konstruksi dan rekonstruksi atas realitas ala Bergerian. Pada
momen objektivasi, melekat pada kekuasaan membentuk objek (lembaga tatakelola
zakat), pada momen internalisasi bekerja pada konstruksi dan rekonstruksi gagasan
(wacana tatakelola zakat), sedangkan pada momen eksternalisasi kembali bekerja
membentuk gagasan dan pemahaman dalam wujud yang baru, yang kesemuanya
dengan kekuasaan dan pengetahuan diarahkan pada bentuk, gagasan dan tindakan
yang diinginkan oleh siapa yang mendominasi dan dengan pengetahuan apa.
Kekuasaan dan pengetahuan oleh Foucault dipandang sebagai dua sisi yang
tidak bisa dipisahkan dan saling menciptakan. Ada dimana-mana dan datang dari
segala arah. Tidak ada relasi kekuasaan tanpa berhubungan dengan wilayah
pengetahuan. Pengetahuan dan kekuasaan saling bertautan dengan erat, begitu
juga proses historis terkait dengan kekuasaan. Kekuasaan memiliki relasi
pengetahuan dan pengetahuan berada di dalam relasi-relasi kekuasaan itu sendiri.
Tidak ada pengetahuan tanpa kuasa, dan sebaliknya tidak ada kuasa tanpa
pengetahuan. Untuk mengetahui kekuasaan dibutuhkan penjelasan mengenai

proses produksi dan reproduksi pengetahuan yang melandasi kekuasaan, karena
setiap kekuasaan disusun, dimapankan, dan diwujudkan lewat pengetahuan dan
wacana tertentu.
Menjelaskan konstruksi sosial kuasa pengetahuan zakat dengan hanya
menggunakan teori pengetahuan dan kekuasaan ala Foucault, mengalami kesulitan
untuk menjelaskan proses bagaimana pengetahuan dan kekuasaan saling
memproduksi. Hal ini dikarenakan fenomena tatakelola zakat yang terkait dengan
pengetahuan dan kekuasaan merupakan kenyataan hidup sehari-hari yang memiliki
dimensi objektif dan subjektif. Kegagalan penjelasan terjadi ketika menjelaskan
bagaimana kekuasaan diciptakan oleh pengetahuan atau sebaliknya. Untuk
menjelaskan proses tersebut diperlukan elaborasi teori konstruksi sosial atas realitas
ala Bergerian (1990). Tiga momen proses konstruksi sosial : Objektivasi,
internaslisasi dan eksternalisasi yang dinyatakan berjalan secara simultan dan

dialektis, membantu menjelaskan bagaimana kekuasaan dan pengetahuan terbangun
dan saling melahirkan.
Pada momen objektivasi, pengetahuan dan kekuasaan bekerja secara
bersamaan, pengetahuan bekerja pada aras subjektif membangun gagasan dalam
ruang kognitif dan kekuasaan bekerja menciptakan realitas pada aras objektif dalam
dunia nyata. Dunia nyata kemudian ditafsirkan oleh individu-individu melalui aras

subjektif dan disini pengetahuan kembali bekerja dan diarahkan oleh kekuasaan
disiplin dan norma serta institusinya. Pengetahuan dan Kekuasaan ala Foucault
secara bersama-sama mempengaruhi dan mengarahkan momen internalisasi, hingga
pada momen eksternalisasi kekuasaan dan pengetahuan direproduksi dan di
rekonstruksi. Proses ini berlangsung terus menerus tanpa henti sebagai proses terjadi
perubahan sosial. Perubahan tidak linier, tapi memungkinkan dalam berbagai model,
tergantung kekuatan pengetahuan dan kekuasaan membatasi, mengarahkan, dan
membentuk perubahan itu. Dengan demikian maka, penelitian ini menyimpulkan
bahwa konstrusksi sosial kuasa tatakelola zakat diarahkan oleh rezim pengetahuan
dan kekuasan dominan yang berkeja dalam tiga momen, yaitu : momen objektivasi,
internalisasi dan eksternalisasi kosntruksi sosial atas kuasa zakat. Proses ini
berlansung tanpa henti sejalan dengan perubahan pengetahuan, rasionalitas dan
kepentingan aktor yang terlibat serta siapa aktor yang memangku kuasa atas
pengetahuan dominan.
Kata kunci : zakat, konstruksi sosial, pengetahuan, kekuasaan, rasionalitas,
kepentingan,

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB.
Dilarang merngumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya Karya tulis
dalam bantuk apapun tanpa izin IPB

DISERTASI

KONSTRUKSI SOSIAL KUASA PENGETAHUAN ZAKAT
Studi Kasus Tiga Lembaga Zakat di Propinsi Jambi dan Sumatera
Barat

Oleh
ABD. MALIK

Disertasi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor pada
Program Studi Sosiologi Pedesaan


PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

Penguji Ujian Tertutup : 1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
2. Dr. Saharuddin, M.Si
Penguji Terbuka

: 1. Prof. Dr. H. Didin Hafhidhuddin, MS
2. Prof. Dr. H. Nasrun Haroen, MA

Judul Disertasi

:

Nama

:

Konstruksi Sosial Kuasa Pengetahuan Zakat (Studi
Kasus Tiga Lembaga Zakat di Provinsi Jambi dan
Sumatera Barat)
Abd. Malik

NRP

:

A162050011

Program Studi

:

Sosiologi Pedesaan

Disetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Titik Sumarti, MS
Anggota

Prof. Dr. Damsar, M.A.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Sosiologi Pedesaan (SPD)

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc
Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian : 28 Juni 2010

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil A.

Tanggal Lulus :

2

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh S.W.T. Yuhan Yang Maha
Esa karena berkat Rachmad dan KaruniaNya, draf disertasi ini dapat
diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak April 2007 hingga akhir tahun
2008. Proses penelitian ini relatif berlangsung lama dan merupakan penelitian
kasus lembaga pengelolaan zakat yang menggunakan pendekatan konstruktivis.
Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang komprehensif dari perspektif emik
diperlukan waktu relatif lama.
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan
yang tinggi penulis sampaikan pertama-tama kepada komisi pembimbing Dr. Ir.
Arya Hadi Dharmawan, M.Sc, sebagai ketua dan masing-masing kepada Dr. Ir.
Titik Sumarti, MS dan Prof. Dr. Damsar, MA sebagai anggota atas bimbingannya
sejak menyusun proposal hingga selesainya penyusunan desertasi ini. Bahkan
lebih dari itu, beliau semua bukan sekedar sebagai pembimbing tetapi juga
sangat peduli pada persoalan pribadi mahasiswa dan terbuka untuk berdiskusi,
sehingga memberikan semangat dan kenyamanan suasana akademis bagi
penulis. Semoga amal kebaikan beliau semua diterima oleh Tuhan Yang Maha
Esa dan mendapatkan imbalan yang setimpal.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu dan Bapak dosen di
Program Studi Sosiologi Pedesaan IPB, Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS., Prof. Dr.
Endriatmo Soetarto, MS, Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS. DEA., Dr. Ir. Ekawati Sri
Wahyuni, MS., Dr. Ir. Felix Sitorus, MS., Dr. Djuara P. Lubis, MS., dan Dr. Ir.
Soeryo Adiwibowo, MS. Penghargaan penulis sampaikan kepada beliau semua
atas tambahan bekal ilmu dan pengembangan tradisi berfikir kritis yang
diberikan, sehingga penulis menjadi tertantang dan tetap bersemangat dalam
menyelesaikan studi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan Pemerintah Daerah Provinsi
Jambi dan Sumatera Barat, Pengurus Badan Amil Zakat (Bazda) Provinsi Jambi,
Pengelola Lembaga Amil Zakat Desa Simburnaik, dan Pengurus Yayasan
Lembaga Amil Zakat PT. Semen Padang. Mereka semua memberi dukungan
sangat besar, sangat terbuka dan bersahabat, memberikan data dan informasi

3

yang tak ternilai harganya demi lancarnya penelitian dan penulisan disertasi ini.
Mereka juga tidak merasa keberatan untuk terus-menerus menambah informasi
meskipun tidak langsung (melalui telephon dan handphon, dan Email). Penulis
memberikan penghargaan yang tinggi kepada semuanya dan semoga amal
baiknya mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Selama di pendidikan di Institut Pertanian Bogor, khususnya di Program
Studi Sosiologi Pedesaan (SPD), penulis berkesempatan berinteraksi dengan
kawan-kawan yang kritis konstruktif dan bersemangat. Kepada semua teman
angkatan 2005, angkatan di atasnya dan di bawahnya saya mengucapkan
banyak terima kasih atas kebersamaan dan diskusi-diskusinya kritisnya, semoga
kedepan masih banyak banyak waktu untuk melanjutkan diskusi yang kosntruktif.
Semangat untuk segera menyelesaikan disertasi ini juga tidak terlepas dari
dukungan teman-teman di almamater IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor IAIN
STS Jambi, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi, dan segenap kawan
dosen. Lebih khusus kepada kawan-kawan yang membantu pengumpulan data
lapangan yang dikoordinir oleh Phoppy dan Tarmuzi di Jambi dan Muhammad
Ihsan di PT. Semen Padang, serta Drs. Sahran Jaelani, M.Pd dan Drs.
Khusmaini, M.Pd penulis memberikan penghargaan yang tinggi dan ucapkan
terima kasih tak terhingga atas segala daya dan upayanya untuk membantu
kelancaran penelitian ini dengan sepenuh hati. Ucapan terima kasih juga buat
buat adek LESQAF yang selalu setia menemani penulis dalam peruses
penulisan awal hingga tahap penyempurnaan disertasi khusus untuk Arifuddin,
Jahid al-Muhratam dan Didik Suharyono yang selalu menemani meniti malam
sambil diskusi panjang.
Terakhir, rasa syukur, terima kasih, penghargaan, dan kebanggaan penulis
sampaikan kepada ayahanda H. Mhd. Rafik dan Ibunda Hj. Hafsah, istri tercinta
Marwati, S.Ag dan anak kami Maulana Akmal atas semua do‘a, dukungan,
keikhlasan, dan pengorbanannya. Oleh kareana itu saya persembahkan karya ini
untuk semua. Tak lupa terima kasih buat adik-adik tercinta Sudirman, SE.
Rukaiyah Rafik, S. Ag. Fitriani, S.Pd dan Muhd Taufik, S.Pl, Tanpa dukungan
mereka rasanya disertasi ini tidak akan pernah terwujud.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam disertasi ini, karena keterbatasan penulis. Oleh karenanya,

4

segala saran, kritik dan masukan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
disertasi ini. Atas segala doa, dukungan dan perhatian semua pihak, penulis
hanya bisa mengucapkan terima kasih dan menghaturkan penghargaan setinggitingginya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan Bapak,
Ibu dan Saudara semuanya.

Bogor, Juni 2010

Penulis

5

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Abd. Malik dilahirkan di Pemusiran Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Provinsi Jambi pada tanggal 6 April 1971 dari orang tua Hj. Hafsah dan
Bapak H. Rafik. Sekolah Dasar (SD) di Madrasah Ibtidaiyah Yayasan Pendidikan
Islam Kuala Enok Riau, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Sungai
Guntung Riau. Pendidikan Sarjana di tempuh di Jurusan Peradilan Agama
Institut Agama Islam (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, tamat tahun 1995.
Pada tahun 1995-1997 menempuh program Master pada Jurusan Sosiologi
Universitas Gadjah Mada (UGM). Kemudian sejak tahun 2005 melanjutkan
pendidikan program doktor di Program Studi Sosiologi Pedesaan Institut
Pertanian Bogor.
Sejak 2000 hingga sekarang penulis bekerja sebagai dosen di Jurusan
Tadris pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Mata kuliah yang pernah diampu adalah Ilmu Sosial Dasar,
Sosiologi Pendidikan, Metodologi Penelitian, dan Pengantar Filsafat Pendidikan.
Selama mengikuti program doktor beberapa tulisan pernah dihasilkan,
antara lain Illegal Loging, dalam buku Menggugat Kebijakan Agraria (Pustaka
Wirausaha Muda, Bogor 2006).
Pada tahun 2000 penulis menikah dengan Marwati, S.Ag dan dikaruniai
satu orang anak, yaitu Maulana Akmal.

6

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xxi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xxii
GLOSSARY ........................................................................................................... xxiii
I.

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................1
1.1. 1. Zakat dalam Perspektif Pembangunan ............................................4
1.1. 2. Zakat dan Pembangunan Pedesaan ................................................8
1.1. 3. Zakat dalam Arena Kekuasaan ........................................................9
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................12
1.2.1. Isu-Isu Kritikal Tatakelola Zakat di Indonesia .................................12
1.2.2. Tatakelola Zakat : Antara Dominasi Negara dan Komunitas ..........15
1.2.3. Partisipasi Masyarakat Tidak Berkembang ....................................15
1.2.4. Konstruksi Sosial Kuasa Tatakelola Zakat Masyarakat ..................16
1.2.5. Dimensi Politik Tatakelola Zakat ....................................................16
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................17

II.

PANDANGAN TEORITIS .................................................................................18
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.

III.

METODOLOGI .................................................................................................68
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.

IV.

Paradigma Metodologis ............................................................................68
Pilihan Paradigma ....................................................................................71
Metode Penelitian ....................................................................................73
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ...............................................74
Sumber Data ............................................................................................74
Teknik Pengolahan dan Analisa Data .......................................................75
Daerah Penelitian .....................................................................................75
Unit Analisis .............................................................................................75
Pengalaman Lapang ................................................................................76

PROFIL TIGA LEMBAGA LEMBAGA ZAKAT DI JAMBI
DAN SUMATERA BARAT ................................................................................78
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.

V.

Keaslian Penelitian ...................................................................................18
Pandangan Filosofis .................................................................................27
Pandangan Teoritis ..................................................................................31
Konseptualisasi .......................................................................................56

Sejarah Sosial Lembaga Tatakelola Zakat di Indonesia ...........................78
Lembaga Amil Zakat Komunitas Desa SBN Provinsi Jambi ......................89
Badan Amil Zakat Daerah Jambi ..............................................................98
Lembaga Amil Zakat PT. SP .................................................................. 108

KONSTRUKSI SOSIAL KUASA PENGETAHUAN ZAKAT ........................... 114
5.1. Pendahuluan ........................................................................................ 114
5.2. Struktur Kuasa Pengetahuan Zakat .................................................... 119
5.2.1. Kuasa Pengetahuan Zakat dalam LAZ Komunitas ......................... 120
5.2.2. Kuasa Pengetahuan Zakat dalam BAZDA Jambi ............................ 130
5.2.3. Kuasa Pengetahuan dalam LAZ-SP ................................................. 138
5.3. Konstruksi Sosial Kuasa Pengetahuan Zakat .................................... 143

7

5.3.1. Konstruksi Sosial Kuasa Pengetahuan Zakat LAZ Komunitas ............ 144
5.3.2. Konstruksi Sosial Kuasa Pengetahuan Zakat BAZDA Jambi .............. 159
5.3.3. Konstruksi Sosial Kuasa Pengetahuan Zakat LAZ-SP ......................... 174
VI.

DINAMIKA RASIONALITAS TATAKELOLA ZAKAT ..................................... 181
6.1. Pendahuluan ......................................................................................... 181
6.2. Problematika Tatakelola Zakat ............................................................... 183
6.3. Konstalasi Ideologi Aktor Tatakelola Zakat ............................................. 184
6.4. Sustainability dan Acceptability LembagaTatakelola Zakat .................... 188
6.5. Peta Rasionalitas Aktor Lembaga Tatakelola Zakat ............................... 200
6.5.1. Rasionalitas Aktor Lembaga Tatakelola Zakat Komunitas
Propinsi Jambi .................................................................................... 200
6.5.2. Rasionalitas Aktor Badan Amil Zakat Jambi ....................................... 216
6.5.3. Rasionalitas Aktor Lembaga Tatakekola Zakat SP ............................. 231
6.6. Ikhtisar .................................................................................................. 243

VII.

DINAMIKA KEPENTINGAN TIGA LEMBAGA TATAKELOLA ZAKAT ......... 246
7.1. Pendahuluan ......................................................................................... 246
7.2. Peta Kepentingan dalam Tatakelola Zakat ............................................. 251
7.2.1. Peta Kepentingan dalam LAZ Komunitas Propinsi Jambi ................. 252
7.2.2. Peta Kepentingan dalam BAZDA Jambi ............................................ 263
7.2.3. Peta Kepentingan dalam LAZ Swasta ................................................ 277
7.3. Dimanika Relasional dalam Lembaga Tatakelola Zakat ......................... 286
7.3.1. Analisis Ekonomi Politik Zakat ............................................................ 292
7.3.2. Analisis CSR Terselubung ‖Zakat‖ ...................................................... 294
7.3.3. Dinamika Relasi dalam LAZ Komunitas ............................................. 296
7.3.4. Dinamika Relasi dalam BAZDA Jambi ............................................... 300
7.3.5. Dinamika Relasi Dalam LAZ Swasta .................................................. 303
7.3.6. Dimanika Kooptasi Antar Lembaga Tatakelola Zakat .......................... 306
7.4. Dinamika Kooptasi Aktor dalam LembagaTatakelola Zakat .................... 309
7.4.1. Kooptasi Agamawan dalam LAZ Komunitas ....................................... 309
7.4.2. Kooptasi Birokrat dalam BAZDA Jambi............................................... 311
7.4.3. Kooptasi Pengusaha dalam LAZ Swasta ............................................ 313
7.5. Konseptualisasi Ketatakelolaan Zakat .................................................... 316
7.5.1. Tatakelola Zakat Oleh Negara : Politisasi Zakat dan Kemiskinan ........ 316
7.5.2. Tatakelola Oleh Industri : Komodifikasi Zakat dan Kemiskinan ............. 318
7.5.3. Civil Society: Kemandirian dan Pemberdayaan .................................... 322
7.5.4. Tatakelola Zakat : Peraktek Politisasi Moral ....................................... 324
7.6. Ikhtisar ................................................................................................... 326

VIII.

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 328
8.1. Kesimpulan Empirik ................................................................................ 328
8.2. Kesimpulan Teoritik ................................................................................. 330
8.3. Kesimpulan Metodologi ........................................................................... 332
8.4. Saran-Saran............................................................................................ 333

DAFTAR PUSTAKA

8

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Isu-isu Kritikal Lembaga Tatakelola Zakat..................................................
Penelitian (Disertasi) Tentang Wacana Zakat…………………………...….
Penelitian (Thesis) Tentang Wacana Zakat Bias Negara dan Civil
Society………………………………………………………………………..…..
Pertemuan Negara, Swasta dan Civil Society dalam Wacana Tatakelola
Zakat …………………………………………………………………………...….
Penerimaan dan Penyaluran Dana Zakat LAZ. SP, Tahun 19952007………………………………………………………….............……….….
Relasi Aktor dengan Pengetahuan Zakat dalam LAZ Komunitas................
Relasi antar Pengetahuan dalam LAZ Komunitas.......................................
Relasi Aktor dan Pengetahuan dalam Badan Amil Zakat Daerah...............
Relasi Antar Pengetahuan dalam Badan Amil Zakat Daerah......................
Pertemuan Pengetahuan dalam Badan Amil Zakat Daerah........................
Relasi Aktor dan Pengetahuan Dalam Tatakelola Zakat Swasta................
Relasi antar Pengetahuan dalam Tatakelola Zakat Swasta ……...............
Tipologi Tiga Lembaga Tatakelola Zakat …………………………….…...…
Ideologi Tiga Lembaga Tatakelola Zakat………………………………....…..
Basisi etika-moral Aktor dalam Lembaga Tatakelola Zakat
Komunitas....................................................................................................
Basis Etika-Moral Aktor Badan Amil Zakat Daerah Jambi ..........................
Peta Rasionalitas Aktor Badan Amil Zakat Daerah Jambi.………..….....…
Basis Etika-Moral Aktor Lembaga Tatakelola Zakat Swasta ......................
Peta Rasionalitas Aktor Lembaga Tatakelola Zakat Swasta.......................
Pengetahuan, Rasionalitas, dan Kepentingan dalam Tiga Lembaga
Tatakelola Zakat...........................................................................................
Karaketristik Tiga Lembaga Tatakelola Zakat …………………….……...….
Ragam Kepentingan dalam Lembaga Tatakelola Zakat ..……………....….
Ragam Kepentingan dalam Lembaga Tatakelola Zakat Komunitas. ......….
Ragam Kepentingan dalam Badan Amil Zakat Daerah ……….……….....…
Ragam Kepentingan dalam Lembaga Tatakelola Zakat Swasta ..….....…..
Peta Konflik dalam Lembaga Tatakelola Zakat............................................
Peta Konflik antar Aktor pada Ragam Lembaga Tatakelola Zakat…….......
Relasi Struktural-Fungsional antar Aktor dalam Tatakelola Zakat
Komunitas....................................................................................................
Relasi Struktural-Fungsional antar Aktor dalam Badan Amil Zakat
Daerah..........................................................................................................
Relasi Struktural-Fungsional antar Aktor dalam Lembaga Tatakelola Zakat
Swasta.........................................................................................................
Strategi Kooptasi dalam Lembaga Tatakelola Zakat...................................
Kooptasi dalam Lembaga Tatakelola Zakat Komunitas...............................
Kooptasi dalam Badang Amil Zakat Daerah ………………………...............
Kooptasi dalam Lembaga Tatakelola Zakat Swasta....................................

14
24
25
48
111
125
129
134
136
137
141
142
144
184
203
219
220
232
233
244
249
252
254
264
278
287
288
297
300
303
307
310
311
314

9

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Inisiasi Perkembangan Kelembagaan danTatakelola Zakat..........................

6

2

Pertemuan Theologisme dan Sekularisme ...................................................

27

3

Model Jaringan Intergratif Ronald Burt .........................................................

55

4

Skema Hakikat Asumsi Ilmu Sosial Burrell....................................................

69

5

Perkembangan Wacana Ketatakelolaan Zakat di Indonesia………….......…

84

6

Penerimaan dan Penyaluran Dana LAZ-SP Priode 1995-2007….................

112

10

Glossary
Aktor

: adalah individu atau kelompok yang secara sosial berperan sebagai
anggota atau bagian dari sebuah lembaga, yang dalam tindakan
sosialnya secara sistemik terkait dengan lembaga dimana ia menjadi
bagian atau anggota. Aktor sebagai anggota lembaga dalam
kehidupan sosial, secara individu atau kelompok memberikan
pengaruh pada lembaganya, sehingga lembaga dimana ia menjadi
bagian atau anggota bergerak sejalan dengan pengetahuan,
rasionalitas dan kepentngan sang aktor, dan pada saat tertentu sang
aktor juga bertindak dipengaruhi oleh lembaga dimana ia menjadi
bagian atau anggota atau bertindak sebagai representasi dari
lembaga. Antara aktor dan lembaga merupakan bagian yang tak
terpisahkan dan saling mempengaruhi dan masing-masing
merepresentasikan yang lainnya.

Amil

:
adalah orang atau panitia atau organisasi yang mengurus zakat,
baik mengumpul, membagi, atau mendayagunakan. Amil Zakat ialah
mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, termasuk administrasi pengelolaan mulai dari
merencanakan pengumpulan, mencatat, meneliti, menghitung,
menyetor dan menyalurkan kepada yang berhak. Awalnya zakat
dikelola oleh Nabi Muhammad. SAW, kemudian oleh para Khalifah
atau yang tunjuk oleh khalifah. Pada masa kehkalifahan, zakat dikelola
dibawah kuasa negara Islam, namun karena memudarnya
kepercayaan ummat oleh persoalan politik, membuat zakat dikelola
oleh ummat dibawah kuasa agamawan, dan ini awal zakat dikelola
oleh komunitas. Amil komunitas selalu dari kelompok yang dianggap
banyak memahami pengetahuan agama dan mentaati ajaran agama
(agamawan), namun belakangan sudah sedemikian termoderenisasi
sehingga amil dewasa ini mulai kembali kelola oleh negara melalui
aparat yang ditunjuk oleh negara dengan pengaturan Undang-undang
atau karyawan perusahaan yang diberikan tugas untuk mengelola
dana zakat dengan pengaturan Undang-undang dan kebijakan
perusahaan. Dalam UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
pada pasal 3 menyatakan bahwa : Yang dimaksud dengan amil zakat
adalah pengeola zakat yang diorganisasikan dalam suatu badan atau
lembaga.Konsep Amil menunjukkan kesemua orang yang terlibat
dalam lembaga tatakelola zakat sebagai petugas atau aparat yang
menerima atau memungut dana zakat untuk kemudian dimanfaatakan
atau didistribusikan kepada yang berhak. Pada pasal 6 menyatakan
bahwa Badan amil zakat dan lembaga amil zakat sebagaimana
dimaksud pada Pasal 7 mempunyai tugas pokok mengumpulkan,
mendistribusikan danmendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan
agama. Pada pasa 13 dinyatakan bahwa : Badan amil zakat dapat
menerima harta selain zakat seperti infaq, shadaqah, wasiat waris dan
kafarat.

Badan Amil Amil Zakat (BAZ) : adalah organisai pengelola zakat yang dibentuk
oleh Pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama, sebagai
pelaksanaan amanat Undanf-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang

11

Pengelolaan Zakat. Pengurus BAZ terdiri dari unsur Pemerintah dan
masyarakat (Anonim. 2007). Unsur pemerintah yang dimaksud adalah
Departemen Agama dan Pemerintah Daerah dan unsur masyarakat
adalah mencakup tokoh masyarakat, ulama, cendikiawan dan
sebagainya. BAZ dibentuk sesuai dengan tingkatan wilayah
pemerintahan negara (tingkat nasional berupa BAZNAS, tingkat
provinsi, kabupaten/kota berupa BAZDA hingga pada tingkat
kecamatan).
Dialektika :
Pada mulanya menunjukkan pada debat dengan tujuan utama
menolak argumen lawan atau membawa lawan kepada kontradiksi,
dilema, atau paradoks. Dapat diartikan sebagai seni mengajukan dan
menjawab pertanyaan yang tepat pada sebuah diskusi dalam waktu
dan dengan cara yang tepat; seni mendapatkan pengetahuan yang
benar tentang sebuah topik dengan penggunaan proses penalaran
formal; istilah yang kadang digunakan untuk menamakan cabang
logika, yang menemuikakan atruana-aturan dan cara-cara penalaran
dengan tepat atau susatu proses untuk mencapai suatu posisi atau
kondisi melalui tahap: tesis, antitesis dan sintesis.
Eksternalisasi : adalah usaha ekspresi diri manusia ke dalam dunia luar, baik
kegiatan mental maupun fisik. Momen ini bersifat kodrati manusia. Ia
selalu mencurahkan diri ke tempat di mana ia berada. Ia ingin
menemukan dirinya dalam suatu dunia, dalam suatu komunitas. Dan,
inilah yang membedakannya dengan binatang. Sejak lahir, bahkan
sejak masa foetal, binatang ―sudah menyelesaikan‖ masa
perkembangannya. Tetapi, perkembangan manusia, supaya bisa
disebut ―manusia‖, ―belum selesai‖ pada waktu dilahirkan. Ia perlu
berproses dengan cara berinteraksi dengan lingkungan dan
mereaksinya terus-menerus baik fisik maupun nonfisik, sampai ia
remaja, dewasa, tua, dan mati. Artinya, selama hidup manusia selalu
menemukan dirinya dengan jalan mencurahkan dirinya dalam dunia.
Sifat ―belum selesai‖ ini dilakukan terus-menerus dalam rangka
menemukan dan membentuk eksistensi diri (Mursanto, 1993).
Garim

: adalah orang yang mempunyai hutang karena suatu kepentingan
yang bukan untuk maksiat dan lebih ditekankan bagi mereka yang
mengurusi agama dan tidak mampu melunasinya. Zakat di sini menjadi
solusi untuk memberikan bantuan meringankan beban dan bahkan
melunasi hutang mereka yang berhutang karena berjuang di jalan
Allah(Anonim. 2007).

Internalisasi : adalah proses yang dialami manusia untuk ‘mengambil alih‘ dunia
yang sedang dihuni sesamanya (Samuel, 1993: 16). Internalisasi
berlangsung seumur hidup melibatkan sosialisasi, baik primer maupun
sekunder. Internalisasi adalah proses penerimaan definisi situasi yang
disampaikan orang lain tentang dunia institusional. Dengan
diterimanya definisi-definisi tersebut, individu pun bahkan hanya
mampu mamahami definisi orang lain, tetapi lebih dari itu, turut
mengkonstruksi definisi bersama. Dalam proses mengkonstruksi inilah,
individu berperan aktif sebagai pembentuk, pemelihara, sekaligus
perubah masyarakat. Internalisasi adalah penyerapan kembali dunia
objektif ke dalam kesadaran subjektif sedemikian rupa sehingga

12

individu dipengaruhi oleh struktur sosial atau dunia sosial. Berbagai
macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan
ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, dan sekaligus
sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi ini,
manusia menjadi produk masyarakat. Salah satu wujud internalisasi
adalah sosialisasi. Bagaimana suatu generasi menyampaikan nilai-nilai
dan norma-norma sosial (termasuk budaya) yang ada kepada generasi
berikutnya. Generasi berikut diajar (lewat berbagai kesempatan dan
cara) untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya yang mewarnai
struktur masyaraklatnya. Generasi baru dibentuk oleh makna-makna
yang telah diobjektivikasikan. Generasi baru mengidentifikasi diri
dengan nilai-nilai tersebut. Mereka tidak hanya mengenalnya tetapi
juga mempraktikkannya dalam segala gerak kehidupannya (Eriyanto,
2002).
Kehangatan Sosial : adalah situasi dalam sebuah relasi sosial (baik personala
maupun kelompok) yang didalamnya tercipta suasana yang nyaman,
didasari dengan nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian sosial, kesetaraan
dan bebas dari kepentingan yang bersifat pragmatis.
Kekuasaan : adalah ―totalitas struktur tindakan‖ untuk mengarahkan tindakan dari
individu-individu yang merdeka (Latif, 2005). Kekuasaan meliputi
seluruh tindakan yang menekan dan mendorong tindakan-tindakan lain
melalui rangsangan, persuasi atau melalui paksaan dan larangan.
Kekuasaan mencakup semua hal dan datang dari mana-mana.
Kekuasaan dapat diartikan sebagai upaya seseorang ataupun
kelompok untuk menguasai orang lain dalam berbagai bentuk, yang
karenanya terjadi pertentangan antara keduanya, hingg salah satunya
dapat menguasai yang lain sehingga terjadi dominasi pada pihak lain.
Kekuasaan bekerja mempengaruhi pilihan-pilihan atas beberapa
kemungkinan pilihan. Wujud bekerjanya kuasa berupa pemunculan
dan pelibatan ―permainan-permainan strategis‖ di antara pihak-pihak
yang memiliki kebebasan memilih (strategi games between libraries)
(Foucault, 1980; Hindess, 1996). Permainan-permainan strategi oleh
kuasa (power) menyebar di mana-mana, dijalankan oleh siapapun dan
tumbuh dalam segala level, sehingga hampir tidak ada ruang sosial
yang bebas dari bekerjanya kuasa dan permainan-permainan
strategis. Oleh karena itu relasi kuasa sering kali bersifat tak stabil,
ambigu, dan timbal balik (Hindess, 1996). Ketika kuasa terkonsolidasi
menjadi ―dominasi‖, dan merujuk pada relasi kuasa yang bersifat
asimetris yang di dalamnya ada orang-orang yang tersubordinasi,
memiliki sedikit ruang untuk bermanuver karena ―ruang kebebasan
mereka untuk bertindak sangat terbatas‖ sebagai efek dari kuasa
(Foucault, 1988).
Lembaga Amil Zakat (LAZ) : adalah institusi pengelolaan zakat yang dibentuk
oleh masyarakat untuk melakukan pengumpulan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama . Dan menurut
UU no. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat harus di kukuhkan
oleh pemerintah dan pemerintah disini berfungsi sebagai regulator dan
koordinator. Karena itu maka pemerintah bertugas untuk membina,

13

melindungi dan mengawasi LAZ yang telah dikukuhkan (Anonim.
2007).
Masjid

: Masjid atau surau adalah suatu tempat yang dikenal dalam budaya
islam sebagai tempat yang dimuliakan. Tempat ini merupakan tempat
untuk mengalang kegiatan keagamaan dan syiar agama, meski
kemudian di ndonesia lebih dikenal sebagai tempat untuk sembahyang
(sholat). Institusi masjid dan surau dipandang cukup mulia dikalangan
masyarakat Islam di negara ini. Institusi-institusi ini menjadi wadah
atau platform yang digunakan masyarakat sebagai 'turning point'
kearah pengislahan. Kedudukan yang tinggi pada pandangan
masyarakat ini menjadikan ia sebagai satu bentuk penghargaan dan
penghormatan yang mulia kepada institusi masjid dan surau.

Miskin

: adalah oran-orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya,
meskipun mereka mempunyai pekerjaan atay usaha tetap, tapi hasil
usaha itu belum dapat mencukupi kebutuhannya, dan orang yang
menanggung atau menjaminnya tidak ada.

Muallaf

: yaitu orang yang masih lemah imannya, karena baru memeluk Islam
tetapi masi lemah (ragu-ragu) kemauannya. Zakat di sini bermanfaat
untu memberikan perlindungan, memotivasi dan menjamin
kebutuhannya, karena seringkali orang yang berpindah agama selalu
terasing atau dikucilkan dari komunitasnya sehingga ia terkadang
menghadapi tantangan sosial hingga persoalan ekonomi. Oleh itu di
sini zakat berfungsi pengamanan dan perlindungan serta motivasi.

Mustahik : Sekelompok orang atau lembaga yang berhak menerima dana dan
manfaat dari dana zakat. Pasal 1 ayat 3 UU No 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat menjelaskan bahwa: Muzakki adalah orang atau
badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan
zakat. Mereka ini menjadi mustahik karena dua kategori, yaitu karena
dalam kondisi kekurang atau ekonomi lemah, atau karena kondisi
terdesak karena kehabisan atau terhutang karena berjuang di jalan
Allah, atau untuk kepentingan agama. Mustahik adalah orang atau
badan yang berhak menerima zakat atau infak/sedekah. Mereka terdiri
delapan kelompok utama, yaitu : 1. Fakir ialah orang yang tidak
memiliki harta dan tidak mempunyai penghasilan layak yang
memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kebutuhan
primer lainnya; 2. Miskin ialah orang yang memiliki harta dan
mempunyai harta yang layak baginya, tetapi penghasilannya belum
cukup untuk keperluan minimum bagi dirinya dan keluarga yang
menjadi tanggungjawabnya. 3. Amil Zakat ialah mereka yang
melaksanakan
segala
kegiatan
urusan
pengumpulan
dan
pendayagunaan zakat, termasuk administrasi pengelolaan mulai dari
merencanakan pengumpulan, mencatat, meneliti, menghitung,
menyetor dan menyalurkan kepada mustahiknya; 4. Mualaf ialah
golongan yang perlu dijinakkan hatinya kepada Islam atau lebih
memantapkan keyakinannya kepada Islam; 5. Riqab ialah
pembebasan budak belian dan usaha menghilangkan segala bentuk
perbudakan; 6. Gorimin ialah orang yang mempunyai hutang untuk
kemaslahatan dirinya sendiri dalam melaksanakan ketaatan dan
kebaikan atau untuk kemaslahatan masyarakat; 7. Sabilillah ialah

14

usaha dan kegiatan perorangan atau badan yang bertujuan untuk
menegakkan kepentingan agama atau kemaslahatan umat; 8.
Ibnusabil ialah orang lain untuk melintasi dari satu daerah ke daerah
lain untuk melakukan perjalanan yang kehabisan bekalnya bukan
untuk maksud maksiat tetapi demi kemaslahatan umum yang
manfaatnya kembali kepada masyarakat dan agama Islam.
Muzakki :
Sekelompok orang dalam agama Islam dikenakan kewajiban
untuk mengeluarkan sebahagian hartanya agar diserahkan kepada
orang lemah, dengan syarat-syarat tertentu, yang diatur oleh agama.
Dalam UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pada pasal 1
atay 4 menyatakan bahwa : Mustahiq adalah orang atau badan yang
berhak menerima zakat. Muzakki dikenakan kenakan kewajiban sekali
satu tahun dengan dari harta wajib zakat yang dimiliki. Muzakki
dikenakan zakat wajib zakat karena memenuhi prasyarat haul (harta
dimiliki genap satu tahun) dan nisab (mencukupi jumlah minimal 85
grm emas dan perak 643 gram). Muzakki sebagai lawan mustahik.
Nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan
zakatnya. Kadar zakat adalah besarnya perhitungan atau presentase
zakat yang harus dikeluarkan. Waktu zakat dapat terdiri atas haul atau
masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan Qomariah,
tahun Qomariah, panen.
Objektivasi : adalah hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari
kegiatan eksternalisasi manusia. Hasilnya berupa realitas objektif yang
terpisah dari dirinya. Bahkan, realitas objektif yang dihasilkan
berpotensi untuk ―berhadapan‖ (bahkan mengendalikan) dengan si
penghasil itu sendiri. Misalnya, dari kegiatan eksternalisasi manusia
menghasilkan alat demi kemudahan hidupnya: cangkul untuk
meningkatkan pengolahan pertanian atau bahasa untuk melancarkan
komunikasi. Kedua produk itu diciptakan untuk menghadapi dunia.
Setelah dihasilkan, kedua produk itu menjadi realitas yang objektif
(objektivikasi). Ia menjadi dirinya sendiri, terpisah dengan individu
penghasilnya. Bahkan, dengan ―logika‖-nya sendiri, ia bisa memaksa
penghasilnya. Cara berpikir manusia akhirnya ditentukan oleh bahasa
yang diciptakannya sendiri. Realitas objektif ini berbeda dengan
kenyataan subjektif individual. Realitas objektif menjadi kenyataan
empiris, bisa dialami oleh setiap orang dan kolektif. Proses
pelembagaan (institusionalisasi) diawali oleh eksternalisasi yang
dilakukan berulang-ulang, sehingga terlihat polanya dan dipahami
bersama- yang kemudian menghasilkan pembiasaan (habitualisasi).
Habitualisasi yang telah berlangsung memunculkan pengendapan dan
tradisi. Pengendapan dan tradisi ini kemudian diwariskan ke generasi
sesudahnya melalui bahasa. Disinilah terdapat peranan di dalam
tatanan kelembagaan, termasuk dalam kaitannya dengan pentradisian
pengalaman dan pewarisan pengalaman tersebut. Jadi, peranan
mempresentasikan tatanan kelembagaan atau lebih jelasnya;
pelaksanaan peranan adalah representasi diri sendiri. Peranan
mempresentasikan suatu keseluruhan rangkaian perilaku yeng
melembaga. Realitas kehidupan sehari-hari selain terisi oleh
obyektivasi, juga memuat signifikasi. Siginfikasi atau pembuatan
tanda-tanda oleh manusia, merupakan obyektivasi yang khas, yang

15

telah memiliki makna intersubyektif, walaupun terkadang tidak ada
batas yang jelas antara signifikasi dan obyektivasi. Sistem tanda
meliputi sistem tanda tangan, sistem gerak-gerik badan yang berpola,
sistem berbagai perangkat artefak material, dan sebagainya. Bahasa,
sebagai sistem tanda-tanda suara, merupakan sistem tanda yang
paling penting. Signifikasi tingkat kedua ini merupakan sarana untuk
memelihara realitas obyektif. Dengan bahasa realitas obyektif masa
lalu dapat diwariskan ke generasi sekarang, dan berlanjut ke masa
depan. Bahasa memungkinkan menghadirkan obyek tersebut ke
dalam situasi tatap muka
Politisasi Moral : adalah tindakan sosial yang berorientasi pada upaya
membangunan simbol-simbol moral dan melekatkan simbol-simbol
tersebut pada realitas diri dan kelompo dengan tujuan menjadikan
simbol-simbol moral ersebut sebagai kekuatan dan modal untuk
memperoleh sesuatu yang bersifat materi maupun non materi.
Misalnya berzakat agar dianggap sebagai orang yang budiman dan
pengakuan budiman yang melekat pada dirinya dimanfaatkan
memperoleh keinginannya yang bisa dicaspai dengan mudah dengan
terbangunnya simbol tersebut. Politisasi moral cenderung memiliki
keterkaitan dengan politik pencitraan. Membangun konstruksi sosial
orang tentang diri atau kelompok sebagai yang baik dan pantas
memperoleh yang diinginkan. Dalam peraktek politisasi moral ini
tindakan sangat sarat dengan peraktek manipulasi dan pemanfaatan
momen-momen potensial dan strategis.
Rasionalitas : Pemikiran pencerahan bahwa pemikiran manusia
dan
masyarakat manusia dengan cara kerja alam dan sama-sama
didukung oleh nalar ilmiah. Definisi rasionalitas atau nalar (akal)
merupakan bagian dari debat ini. Ada tiga pengertian berbeda
mengenai padangan ‖rasionali

Dokumen yang terkait

Konstruksi sosial kuasa pengetahuan zakat (studi kasus tiga lembaga zakat di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat)

0 50 725

Efisiensi Lembaga Amil Zakat Dalam Mengelola Dana Zakat Di Indonesia (Studi Kasus: Pkpu, Rumah Zakat, Dan Bamuis Bni)

5 31 99

PENGARUH RELIGIUSITAS, TINGKAT PENDAPATAN, PENGETAHUAN ZAKAT DAN KREDIBILITAS LPZ TERHADAP MINAT MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT DI LEMBAGA PENGELOLAAN ZAKAT

44 151 126

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan, Religiusitas Dan Kepercayaan Kepada Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada Lembaga Amil Zakat :(Studi Kasus Terhadap Muzakki Di Fakultas Agama Islam Dan Fakultas Ekonomi D

1 3 10

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan, Religiusitas Dan Kepercayaan Kepada Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada Lembaga Amil Zakat :(Studi Kasus Terhadap Muzakki Di Fakultas Agama Islam Dan Fakultas Ekonom

0 7 4

PENGARUH PENGETAHUAN ZAKAT, TINGKAT PENDAPATAN DANKREDIBILITAS ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP Pengaruh Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan Dan Kredibilitas Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Atau

4 14 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan Dan Kredibilitas Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Atau Badan Amil Zakat (BAZ) (Studi Kasus Pada Muzakki Di Kecamatan Laweyan Surakarta).

0 2 8

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGUMPULAN ZAKAT: STUDI KASUS BAZ PROPINSI SUMATERA BARAT.

0 0 6

Lembaga Zakat Dan Wakaf zakat

0 0 13

View of Peran Lembaga Zakat Dalam Pungutan Harta Zakat (Studi Kasus di Bazda Kab. Kerinci Jambi)

1 2 24