Efisiensi Lembaga Amil Zakat Dalam Mengelola Dana Zakat Di Indonesia (Studi Kasus: Pkpu, Rumah Zakat, Dan Bamuis Bni)

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

Annisa Rahmayanti 109046300004

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2014


(2)

EFISTENSI LEMBAGA

AMIL

ZAKAT

DALAM MENGELOLA DANA ZAXAT DI INDOI\IESIA (Studi KasN; PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BI{D

Skripsi

Diajukao kspada Fakuttas Syariah dan Hukum

unhrk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

ANNISA RAHMAYAITTI

NIM: 109M63000M

Dosen Pembimbing

Kushardanta.

M.M

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN

WAKAF

PRO G

RAM STUDI

MUAMALAT

FAKI.JLTAS

SYARI'Afl

DA}[

HUKTJM

I]IN

SYARIF

HIDAYATI-ILLAH

JAKARTA


(3)

Dana Zakat

di

Indonesia" telah diajukaa dalam Sidang Munaqasyah Fakullas

Syariah dan Hukum Universitas Istam Negeri Syarif Hidayan{lah Jat(8ita pada

tanggal 16 Januari 2014. Skipsi ini telah diteiima sebagai sa.lah satu syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Program

Strdi

Muamalat

(Ekonomi Syariah).

Dekafl Fakultas

Prof2fr. H/Muhammad Amin Sum4 SH, MA, MM

MP : 19550505198203I0l2

Panitis Sid.ng Mumqosyah

Ketua Dr. Euis Amalia- M.Ae

MP: 19710701 1998032002

Mu'min Rauf. M.Ag

NIP: 1974161997031004

Kushadant4 S.E, M.M

Seketaris

Pembimbing

Penguji I Maman Rahman Hakim, S.E.I., M.M

Muhammad Z.en, M.A

Jakarta 16 Januari 2014

dan Hukum


(4)

(5)

v

Annisa Rahmayanti. Efisiensi Lembaga Amil Zakat dalam Mengelola Dana Zakat di Indonesia. Skripsi Program Studi Muamalat, Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Di tengah perkembangan dunia filantropi, hingga saat ini banyak bermunculan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dibentuk oleh swasta untuk mengelola dana zakat di Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut memiliki motivasi yang sama untuk mengumpulkan zakat sebanyak-banyaknya dari para muzakki. Sayangnya, dana zakat yang berhasil dikumpulkan masih jauh dari potensi yang ada. Oleh karenanya, institusi zakat dituntut untuk lebih optimal dan dibutuhkan optimalisasi potensi zakat agar lembaga-lembaga pengelola zakat dapat menjalankan tugasnya dengan baik, salah satunya dengan efsiensi. Penelitian ini ditujukan untuk mengukur tingkat efisiensi LAZ, mengetahui apakah LAZ yang diteliti telah menjalankan tugasnya dengan benar, dan untuk dijadikan bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerja LAZ tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari 3 LAZ yang telah dikukuhkan sebagai LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional) oleh pemerintah yaitu, PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI selama periode penelitian tahun 2009-2011. Pengukuran ini menggunakan metode non-parametrik DEA (Data Envelopment Analysis). Dari hasil penelitian diketahui bahwa LAZ PKPU dan BAMUIS BNI telah mencapai tingkat efisiensi maksimal 100% dan tidak terjadi inefisiensi. Sedangkan Rumah Zakat memiliki nilai efisiensi rata-rata tahunan yang kurang dari ketetapan, yaitu sebesar 94,09% dan terjadi inefisiensi sebesar 5,91%.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada sahabat serta pengikutnya yang selalu istiqomah mengikuti ajarannya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras, serta support dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Mukmin Rauf, M.Ag, selaku Sekretaris Porgram Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Kushardanta, M.M, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan, arahan, saran-saran, serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.


(7)

vii selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus Perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para mahasiswa.

6. Kedua orang tuaku, Bapak H. Suryadi dan Ibu Rusmiah yang dengan tulus selalu mendoakan, memberi dukungan baik materil maupun nonmateril, dan telah sabar menunggu penulis menyelesaikan skripsi ini dan menjadi sarjana. Semoga Allah selalu memberikan berkah, rahmat, dan perlindungan untuk Mama dan Ayah.

7. Kepada BUMN Angkasa Pura 2 yang telah memberikan beasiswa penuh kepada penulis hingga dapat menyelesaikan masa pendidikan S1 di kampus tercinta.

8. Kepada Bapak Dr. Sudarnoto Abdul Halim, M.A, selaku Wakil Rektor yang telah melancarkan penyelenggaraan Beasiswa BUMN di UIN. Tidak lupa juga kepada seluruh pihak di Bagian Kemahasiswaan (Ka Amel, Ibu Mahmudah, Mas Adhrian, Ibu Iis, dan semua jajaran yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu) yang dengan sabar telah mengurus segala kegiatan administrasi sehingga beasiswa ini bisa sampai ke tangan kami hingga akhir masa studi.

9. Adik-adikku, Nanda dan Muzda yang membuat penulis ingin menjadi contoh yang baik dengan menyelesaikan pendidikan S1 ini.


(8)

viii

10. Moch. Anggriawan Luqmana yang telah mencurahkan seluruh perhatian dan menciptakan semangat baru ketika penulis merasa jenuh. You are my second

reason to continue fight this research..

11. Sahabat-sahabat terbaik ZISWAF “Laskar Pelangi” Ani, Aya, Lani, Uci, dan Icha. Serta teman-teman Asuransi 2009. Terima kasih untuk tetap saling memotivasi meski akhirnya tidak bisa lulus dalam waktu yang bersamaan. 12. Teman-teman seperjuangan di Asrama Putri, Reisa, Rini, Yuli, Miss, Hawa,

Azizah, Rahmah, Ipeh, Maro, Iftah, Ka May, Ka Ochit, Ka Nila yang secara alamiah telah memberi sugesti positif untuk menjadi perempuan yang cerdas dan tangguh seperti kalian.

13. Seluruh pihak yang terkait yang telah membantu dan menyemangati penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis berharap peneliti-peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dan melakukan perbaikan.

Penulis, Januari 2014


(9)

ix

JUDUL………. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………. ii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG………...iii

LEMBAR PERNYATAAN……….iv

ABSTRAKSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Review Studi Terdahulu ... 8

E. Kerangka Pemikiran ... 12

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Zakat 1. Pengertian Zakat... 15

2. Dasar Hukum Zakat ... 17


(10)

x

b. Hukum Positif ... 19

3. Tujuan dan Hikmah Zakat ... 20

B. Pengelolaan Zakat 1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Zakat ... 21

2. Pola Pengelolaan Zakat ... 21

C. Lembaga Amil Zakat 1. Lembaga Amil Zakat di Indonesia ... 22

2. Tugas dan Fungsi Lembaga Amil Zakat ... 24

3. Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat ... 26

D. Efisiensi 1. Pengertian Efisiensi ... 28

2. Prinsip-prinsip Efisiensi ... 30

E. Efisiensi Pengelolaan Zakat ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Peneltian ... 34

B. Jenis dan Sumber Data ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Identifikasi Variabel Input dan Output ... 38

F. Metode Analisis Data ... 41

1. Metode Pengukuran Efisiensi dengan DEA ... 41


(11)

xi

B. Analisis Faktor-faktor Penyebab Inefisiensi

Lembaga Amil Zakat... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(12)

xii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1.1 Ringkasan Review Studi Terdahulu ... 8

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11

Tabel 2.1 Nama 18 LAZNAS ... 23

Tabel 3.1 Nama-nama Lembaga Zakat ... 34

Tabel 3.2 Variabel Input-Output ... 39

Tabel 4.1 Tingkat Efisiensi 3 LAZNAS ... 49

Tabel 4.1.1 Variabel Input-Output PKPU ... 51

Tabel 4.1.a Target for Annual PKPU 2009 ... 51

Tabel 4.1.b Target for Annual PKPU 2010 ... 52

Tabel 4.1.c Tagret for Annual PKPU 2011 ... 53

Gambar 4.2 Efisiensi Tahunan Rumah Zakat ... 54

Tabel 4.2.1 Variabel Input-Output Rumah Zakat ... 55

Tabel 4.2.a Target for Annual Rumah Zakat 2009 ... 55

Tabel 4.2.b Target for Annual Rumah Zakat 2010 ... 56

Tabel 4.2.c Target for Annual Rumah Zakat 2011 ... 57

Tabel 4.3.1 Variabel Input-Output BAMUIS BNI... 59

Tabel 4.3.a Target for Annual BAMUIS 2009 ... 59

Tabel 4.3.b Target for Annual BAMUIS 2010 ... 60

Tabel 4.3.c Target for Annual BAMUIS 2011 ... 61


(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Menurut data pertumbuhan yang dikeluarkan oleh Bank Dunia tahun 2012, penduduk Indonesia berjumlah 244.775.796 jiwa dan 88% penduduknya beragama Islam atau sekitar 182.570.000 jiwa1, sehingga Indonesia termasuk dalam jumlah penduduk muslim terbesar di dunia walaupun Indonesia bukan Negara Islam.

Keberadaan Indonesia sebagai Negara berkembang tidak dapat lepas dari banyaknya permasalahan di bidang ekonomi. Salah satu permasalahan nyata yang dihadapi bangsa Indonesia adalah disparitas distribusi pendapatan dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran, seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran.

Islam mempunyai instrumen utama yang berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan the have kepada the have not, yaitu zakat. Zakat

merupakan institusi resmi yang diarahkan untuk menciptakan pemerataan dan keadilan bagi masyarakat, sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu

1

Artikel diakses pada tanggal 13 Juni 2013 dari http://www.worldbank.org/in/country/ indonesia/overview.


(14)

2

mengentaskan kemiskinan. Bagi mustahiq, zakat merupakan jembatan emas

untuk lepas dari himpitan ekonomi yang mendera.2 Zakat juga terbukti memiliki efek domino dalam kehidupan masyarakat, terutama membebaskan kaum dhuafa dari garis kemiskinan, meningkatkan pendapatan dan konsumsi masyarakat kecil.3

Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengatakan, potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 217,3 triliun setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan, zakat dapat lebih efektif mengentaskan kemiskinan. Pemerintah menyalurkan Rp. 73,7 triliun tiap tahun untuk mengentaskan kemiskinan, sedangkan dengan zakat kita bisa membantu 1,7 juta mustahik tiap tahun yang merupakan sembilan persen dari warga miskin.4

Hingga saat ini, pertumbuhan LAZ (Lembaga Amil Zakat) dari tahun ke tahun menunjukkan kemajuan yang signifikan. Menurut data FOZ (Forum Zakat), ada 19 Organisasi Pengelola Zakat yang resmi dan dikukuhkan di tingkat pusat, terdiri dari 1 BAZNAS milik pemerintah dan 18 Lembaga Amil Zakat yang dikelola oleh swasta.5 Tiga dari delapan belas LAZ tersebut adalah PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI. Ketiga LAZ ini sudah termasuk dalam kategori LAZ besar dan profesional dalam mengelola zakat di Indonesia.

2

Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h.73.

3

Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pergulatan Melawan kemiskinan dan Penetrasi Ekonomi Global, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.57

4Taryono Asa, “Potensi

Zakat Nasional Mencapai Rp. 217 Triliun,” Artikel diakses pada tanggal 29 Oktober 2012 pukul 12:42 WIB dari http://www.harianterbit.com/2012/10/29/potensi-zakat-nasional-mencapai-rp217-triliun/.

5


(15)

Sejak didirikan pada tahun 1999, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) berhasil memperoleh kepercayaan yang besar dari masyarakat. Seiring dengan meluasnya jangkauan kegiatan sosial yang terus disalurkan ke berbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Indonesia serta besarnya dorongan masyarakat luas untuk bekerjasama memberdayakan bangsa. Sebagai lembaga yang semakin kokoh dalam menangani isu-isu kemanusian global maka tuntutan standarisasi kerja serta pengembangan program telah mencambuk PKPU untuk mengedepankan peningkatan mutu program dan layanan yang menghasilkan kontribusi yang solutif bagi masyarakat.6

Rumah Zakat berbeda dengan lembaga amil zakat lainnya. Dengan misi untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat kini ada pada tingkat yang lebih tingi, yakni sebagai organisasi sosial keagamaan yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai organisasi terbaru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung positioning

baru, yakni Sharing Confidence. Secara singkat, Rumah Zakat yakin bahwa

dengan saling berbagi dan menciptakan masyarakat global madani yang lebih baki, dengan menjadi organisasi terdepan di kawasan ini yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.7

Yayasan Baitulmal Ummat Islam Bank Negara Indonesia disingkat BAMUIS BNI adalah lembaga amil zakat pada salah satu Badan Usaha Milik Negara di bidang perbankan PT Bank Negara Indonesia. Zakat yang

6

http://www.csr.pkpu.or.id, Diakses pada 19 Januari 2014.

7


(16)

4

dikumpulkan BAMUIS BNI sebagian besar berasal dari zakat para pegawai BNI serta lingkungan keluarga BNI lainnya, yaitu para pensiunan BNI, pegawai Lembaga-lembaga BNI seperti Dana Pensiun BNI, Yayasan Kesejahteraan Pegawai, Koperasi Pegawai serta pegawai perusahaan-perusahaan anak dari BNI, dan lembaga BNI lainnya.8

Kini, Lembaga Amil Zakat di Indonesia bisa bernapas lega setelah Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan uji materi Undang-undang Nomor 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat pada 31 Oktober 2013. Wakil Sekretaris BAZNAS, Fuad Nasar berpendapat, gugatan ini semakin memperkuat posisi lembaga zakat dan pengaturannya. Gugatan ini untuk merapikan koordinasi serta menjaga profesionalisme LAZ.9 Dengan direvisinya Undang-undang Pengelolaan Zakat, LAZ bisa leluasa berkirah seperti semula bahkan mempunyai banyak peluang untuk meningkatkan kinerja guna menggali potensi zakat di Indonesia.

Meskipun begitu, masih terdapat kendala dan kekurangan yang harus diperbaiki. Suatu LAZ dan/BAZ dapat dikatakan efektif dan efisien apabila program-program yang dirancang dapat berjalan dan berhasil mencapai tujuan perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya, mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi.10

8

Baitulmal Umat Islam Bank Negara Indonesia, Laporan Tahunan 2010, (Jakarta: BAMUIS BNI, 2010), h.10.

9Amri Amrullah dan Ahmad Islamy Jamil, “MK Revisi UU Zakat”, Republika

, 1 November 2013, h.1.

10

Achmad Subianto, Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat, (Jakarta: Yayasan Bermula dari Kanan, 2009), h.40.


(17)

Dana zakat yang berhasil dikumpulkan masih jauh dari potensi yang telah disebutkan diatas. Dari potensi Rp 217,3 triliun, penghimpunan zakat nasional hanya mencapai sekitar Rp 1,7 triliun.11 Selain itu, dana yang disalurkan baik dalam bentuk konsumtif maupun produktif juga belum mencapai hasil yang maksimum, merata, dan memberikan dampak yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa LAZ harus bekerja secara profesional, amanah, transparan, dan akuntabel. Oleh karena itu, dibutuhkan optimalisasi potensi zakat, salah satunya dengan efisiensi.

Efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.12 Dalam ilmu ekonomi, efisiensi digunakan untuk merujuk sebuah konsep yang terkait pada pemanfaatan sumber daya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Efisiensi merupakan salah satu instrument dalam mengukur kinerja perusahaan atau lembaga yang memiliki laporan keuangan, dalam hal ini, LAZ memiliki pedoman tersendiri, yaitu PSAK 109.

Lembaga zakat dapat dikatakan sehat, kredibel, efektif, dan efisien apabila memenuhi berbagai indikator-indikator, di antaranya; pertama, tujuan

dan kegiatan lembaga sesuai dengan kebutuhan masyarakat; kedua,

program-program yang dilakukan sejalan dengan misi dan rencana strategis; ketiga,

mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk memastikan bahwa setiap program bisa mencapai sasaran dan tujuannya.13

11Irfan Syauqi, “Penataan Zakat Nasional di Masa Transisi”, Republika

, 26 Juli 2012, h.8.

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.352.

13Devani Sukma, “Daftar Perencanaan Penilaian (Assesment) bagi Organisasi Nirlaba”,

Artikel diakses pada tanggal 26 Oktober 2012 dari http://www.keuanganlsm.com/../daftar-perencana..


(18)

6

Berdasarkan keterangan yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut seberapa efisien lembaga amil zakat dalam mengalokasikan berbagai sumber input untuk menghasilkan berbagai output. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “EFISIENSI LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM MENGELOLA DANA ZAKAT DI INDONESIA (Studi Kasus: PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI)” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa besar tingkat efisiensi LAZ PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI pada periode 2009-2011?

2. Apakah faktor-faktor yang penyebab inefisiensi LAZ PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI pada periode 2009-2011?

Selanjutnya, untuk mempermudah pembahasan, maka penulis memberikan batasan-batasan penelitian yaitu:

1. Penelitian ini akan mengukur tingkat efisiensi LAZ PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI pada periode 2009-2011.

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada beberapa LAZ di Indonesia yaitu PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI.

3. Penelitian ini dilakukan dari periode 2009 sampai dengan 2011. Pertimbangannya adalah periode tersebut masih relevan untuk diteliti saat ini.


(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui tingkat efisiensi LAZ PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI pada periode 2009-2011.

b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi LAZ PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut: a. Bagi Penulis

Penelitian ini sangat bernilai untuk menambah dan memperluas wawasan atau ilmu pengetahuan di bidang ekonomi syariah khususnya manajemen pengelolaan zakat dalam mengukur tingkat efisiensi lembaga pengelola zakat dengan menggunakan metode terkait pengukuran efisiensi, serta mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketidakefisienan lembaga zakat.

b. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan wacana pemikiran kepada praktisi zakat sebagai acuan dalam mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi LAZ untuk dapat mengoptimalkanpotensi zakat agar menghasilkan dampak positif terhadap masalah kemiskinan yang dihadapi Indonesia.


(20)

8

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan, melengkapi, dan memberikan informasi yang berharga mengenai manajemen pengelolaan zakat yang efisien. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang ingin mengukur efisiensi suatu lembaga pengelola zakat maupun sejenisnya.

D. Review Studi Terdahulu

Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur yang membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi, di antaranya:

Tabel 1.1

Ringkasan Review Studi Terdahulu

No. Nama Peneliti, Judul Penelitian Metode dan Variabel Input Output Keterangan dan

Isi Penelitian Perbedaan

1. M. Dadi Sutisna

“Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (Menggunakan Metode Stochastic Frontier Metode: Parametrik, SFA (Stochastic Frontier Approach), Pendekatan Intermediasi dan Produksi. Variabel Input: Skripsi ini membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi perbankan syariah pada periode 2006-2008. Sampel yang diambil sebanyak 21 Bank Umum Syariah dengan Skripsi ini membahas tentang tingkat efisiensi Lembaga Amil Zakat pada periode 2009-2011 dengan menggunakan pendekatan


(21)

Approach) Skripsi S1 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2010. Aktiva Tetap, Total Simpanan (DPK), Biaya Operasional. Variabel Output: Total Pembiayaan, Pendapatan. intermediasi sebesar 87%. Berdasarkan uji parsial, masing masing variabel pada pendekatan intermediasi dan produksi berpengaruh terhadap tingkat efisiensi. intermediasi. Variabel inputnya adalah penerimaan dana zakat, biya operasional dan gaji karyawan. Variabel outputnya adalah penyaluran dana zakat, aktiva tetap, dan aktiva lancar.

2. Tatang Iskandar

“Analisis Efisiensi Kinerja Keuangan Pada LAZ PKPU Yogyakarta (Periode 2004-2008)” Skripsi S1 Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Tahun 2009. Metode: Nonparametrik, DEA (Data Envelopment Analysis), Pendekatan Produksi. Variabel Input: Jumlah Karyawan, Dana yang Didapat. Variabel Output: Dana yang Disalurkan, Mustahiq, Skripsi ini membahas efisiensi kinerja keuangan PKPU. Hasil penelitian ini menunjukkan PKPU kurang bisa memberdayakan sumber daya yang dimilikinya sebesar 5,4% atau terjadi pemborosan sebesar nilai tersebut. Adapun penyebab inefisiensinya adalah gempa yang terjadi di Skripsi ini membahas tentang tingkat efisiensi Lembaga Amil Zakat pada periode 2009-2011 dengan menggunakan pendekatan intermediasi. Variabel inputnya adalah penerimaan dana zakat, biaya operasional dan


(22)

10

Overhead Cost, Operasional Cost. Yogyakarta pada 2006. gaji karyawan. Variable outputnya adalah penyaluran dana zakat, aktiva tetap, dan aktiva lancar.

3. Novi Nurul Aini

“Efisiensi Lembaga Amil Zakat Nasional Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis ” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga, Tahun 2012. Metode: Nonparametrik, DEA (Data Envelopment Analysis), Pendekatan Intermediasi. Variabel Input: Penerimaan Zakat. Variabel Output: Aktiva Tetap, Aktiva Lancar, Gaji Karyawan, Biaya Operasional, Penyaluran. Skripsi ini menganalisis

efisiensi relatif LAZ pada tahun 2008-2009 serta melihat sumber

inefisiensinya. Responden terdiri dari tiga LAZ yang telah dikukuhkan oleh pemerintah dan memiliki laporan keuangan yang lengkap yaitu PKPU, YDSF Yayasan Sosial Al-Falah), danRumah Zakat. Skripsi ini membahas tentang tingkat efisiensi Lembaga Amil Zakat pada periode 2009-2011 dengan menggunakan pendekatan intermediasi. Variabel inputnya adalah penerimaan dana zakat, biaya operasional dan gaji karyawan. Variabel outputnya adalah penyaluran dana akat, aktiva


(23)

tetap, dan aktiva lancar.

4. Lulu Meutia

“Analisis

Pengukuran Kinerja OPZ Berdasarkan Klasifikasinya: Studi Kasus 3

LAZNAS” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok. Tahun 2012. Metode: Kualitatif Deskriptif. Variabel Input: Total Expenditure, Amil dan Jumlah Jam Kerja Amil, Fasilitas, Persediaan. Variabel Output: Jumlah Mustahiq, Muzaki, Dana Zkat dan nozakat yang dihimpun. Skripsi ini membahas pengukuran kinerja dengan melakukan analisis efektivitas dan efisiensi 3 OPZ berdasarkan

klasifikasi lembaga pembentuknya, yaitu BAMUIS BNI, BMH, dan DPU-DT pada periode 2009-2010. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja keuangan dan non-keuangan OPZ ini sudah baik dan efisien namun harus membenahi

pendokumentasian data keuangan dan non-keuangan sesuai PSAK 109.

Skripsi ini membahas tentang tingkat efisiensi Lembaga Amil Zakat pada periode 2009-2011 dengan menggunakan pendekatan intermediasi. Variabel inputnya adalah penerimaan dana zakat, biaya operasional dan gaji karyawan. Variabel outputnya adalah penyaluran dana zakat, aktiva tetap, dan aktiva lancar.


(24)

12

Lembaga Amil Zakat

Nilai Efisiensi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi LAZ

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur tingkat efisiensi beberapa Lembaga Amil Zakat di Indonesia, yaitu PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI pada periode 2009 sampai 2011. Pengukuran tingkat efisiensi ini dilakukan dengan cara menentukan jenis input dan output terlebih dahulu.

Analisis ini menghasilkan interaksi antara input (penerimaan dana zakat, biaya operasional, dan gaji karyawan) dan output (penyaluran dana zakat, aktiva tetap, dan aktiva lancar) dalam mempengaruhi tingkat efisiensi LAZ.Hubungan interaksi input, output dan total biaya akan menentukan nilai efisiensi LAZ. Berdasarkan nilai efisiensi ini kemudian dianalisis komponen-komponen yang memiliki pengaruh terhadap tingkat efisiensi pada LAZ tersebut seperti skema di bawah ini.

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Output:

- Aktiva Lancar - Aktiva Tetap

- Penyaluran Dana Zakat Input:

- Penerimaan Dana Zakat

- Biaya Operasional - Gaji Karyawan


(25)

F. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Laporan Keuangan dari beberapa Lembaga Amil Zakat di Indonesia yang sudah dikukuhkan menjadi LAZNAS oleh pemerintahyaituPKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI. 2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari informasi Laporan Keuangan dipublikasikan oleh PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI dari periode 2009 sampai dengan 2011 serta literatur-literatur yang berkenaan dengan pengukuran efisiensi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi ini adalah proses pengumpulan data dengan mempelajari dan menganalisis dokumen-dokumen terkait seperti Laporan Keuangan periode 2009 sampai 2011 dari beberapa LAZ yang ingin diteliti.


(26)

14

Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode non-parametrik DEA (Data Envelopment Analysis) yang merupakan metode yang telah

terstandarisasi sebagai alat pengukuran kinerja suatu akifitas unit, dimana proses pengolahannya menggunakan perangkat lunak WDEA. Selain itu peneliti juga menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel sebagai perangkat pendukung.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012” yang merupakan standar dari penulisan karya ilmiah Fakultas Syariah dan Hukum.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.

BAB I, merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu,

kerangka pemikiran teoritis, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II, merupakan landasan teori. Bab ini berisi tentang konsep zakat yang meliputi pengertian, dasar hukum, dan hikmah zakat, serta teoripengelolaan zakat. Gambaran umum Lembaga Amil Zakatyang meliputi


(27)

fungsi LAZ, laporan keuangan LAZ.Konsep efisiensi meliputi pengertian, perhitungan, dan pengukuran efisiensi dengan DEA. Dan yang terakhir adalah efisiensi pengelolaan zakat.

BAB III, berisi tentang metode penelitian yang meliputi sumber data input dan outputyang digunakan dalam penulisan ini, serta metode analisisnya untuk menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan pendekatanData Envelopment Analysis (DEA).

BAB IV, menjabarkan analisis dan pembahasan yang berisi tentang perhitungan dan data-data yang diperoleh dari penelitian hingga diketahui hasilnya, yang kemudian dilakukan analisis terhadap hasil guna mendapatkan kesimpulan.

BAB V, merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saran-saran baik untuk lembagadalam mengoptimalkan penyaluran dana zakat agar hasilnya lebih efisien. Berikutnya disebutkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(28)

16

BAB II

LANDASAN TEORI A. Zakat

1. Pengertian Zakat

Zakat menurut bahasa berarti nama’ artinya kesuburan, thaharah artinya kesucian, barakah artinya keberkahan, dan zaka yang berarti

tumbuh, berkah, bersih, dan baik.1 Sedangkan menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya menurut ketentuan yang ditetapkan oleh syarak.2

Dari segi syar’i zakat merupakan sebagian harta yang telah

diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Al-Quran atau juga boleh diartikan dengan kadar tertentu atas harta tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu yang dikeluarkan dari orang yang telah dikenai kewajiban untuk mengeluarkan zakat.3

Adapun persyaratan harta yang wajib dizakati itu adalah; pertama,harta itu harus dikuasai secara penuh, dimiliki secara sah, dan

didapatkan dengan cara yang halal. Kedua, harta yang dapat berkembang

atau memiliki potensi untuk berkembang seperti perdagangan, pertanian, peternakan, dan sebagainya. Ketiga, telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu

1

Teungku Muhammad Hasbi Asy-Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), h.3.

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.369.

3

Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat: 1001 Masalah dan Solusinya, (Jakarta: Pustaka Cerdas, 2000), h.2.


(29)

kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungannya untuk kelangsungan hidupnya. Keempat, telah

mencapai nisab atau batas ukuran tertentu yang membuat harta menjadi wajib dizakati. Kelima, telah mencapai haul atau batas waktu tertentu yang

membuat harta menjadi wajib dizakati.4

Kata zakat sering dipasangkan dengan infak dan sedekah, padahal ketiganya memiliki perbedaan arti secara khusus. Infak berarti sebagian dari harta yang dikeluarkan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, infak tidak mengenal nisab. Infak dikeluarkan oleh setiap orang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, baik di saat lapang maupun sempit. Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu, maka infak boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya.5 Sedangkan arti kata sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti yang lebih luas, menyangkut hal yang non-materil.6

2. Dasar Hukum Zakat a. Hukum Syariat

Zakat merupakan konsep ajaran Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rasul bahwa harta kekayaan yang dimiliki

4

Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h.14.

5

Ibid, h.14-15.

6


(30)

18

seseorang adalah amanah dari allah. Dengan demikian, zakat adalah suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ini dapat dilihat dari dalil-dalil baik dalam Al-Quran maupun Hadits, di antaranya:

1) Surat At-Taubah ayat 103

                               

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” QS. At-Taubah (9): 103

2) Surat Adz-Dzariyat ayat 19

          

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta

dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” QS. Adz-Dzariyat (51): 19

3) Surat Al-Baqarah ayat 43

          

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang -orang yang rukuk.” QS. Al-Baqarah (2): 43

4) Hadits Nabi SAW

ع

ْن

ا

ْب

ن

ع

م

ر

ر

ض

ي

ها

ع

ْ

م

ا ,ا

َّ

ر

س

ْ

ل

ها

ص

َّ

ها ى

ع

ّْي

س

َّم

ق

لا

"

ب

ي

ْلاا

ْس

ّ

ما

ع

خ ىّ

ْم

س

ش :

دا

ا

ّْ

ل

ا ا

ل

ا

َل

ها ا

,

ا

َّ

م

ح

َم

د

ع ا

ْد

ر

س

ْل

,

اق

ما

َّلا

ّا

,

اْي

ت

ءا

َّلا

كا

,

ح

ِّ

ْلا

ْي

ت

,

ص

ْم

ر

م

ض

ّا

م ."

َتف

ق

ع

ّْي

Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Islam itu

dibangun dengan lima rukun (pilar utama) yaitu; persaksian bahwa tiada ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke baitullah, dan


(31)

puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari Muslim)7

b. Hukum Positif

Di Indonesia, pada awalnya pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/29 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.8 Namun, UU No. 38 Tahun 1999 dianggap belum mampu menjawab permasalahan pengelolaan zakat sehingga pemerintah merevisi UU tersebut menjadi Undang-undang Nomor 23/2011. Dalam implementasinya, hasil revisi UU tersebut mengalami banyak kontroversi karena terdapat pasal yang multitafsir dan dianggap menghambat kinerja dan peran lembaga-lembaga pengelola zakat yang telah ada.9

Kemudian, pada 31 Oktober 2013, Makhkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan uji materi UU Nomor 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat.ada tiga pasal yang diubah, yakni pasal 18, pasal 38, dan pasal 41.10 Menurut MK, beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh lembaga yang bergerak di bidang penyaluran dan/ atau pendayagunaan zakat adalah:

7

M. Nashiruddin Al-Albani, Riyadhus Shalihin Jilid 2, (Surabaya: Duta Ilmu, 2004), h. 324.

8

Kuntarno Aflah, ed., Zakat dan Peran Negara, (Jakarta: Forum Zakat, 2006), h.80.

9

Anis Rosyidah, “Implementasi UU No. 23 tahun 2011 Terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat oleh Lembaga Amil Zakat”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang, 2012), h.3

10Eri Sudewo, “LAZ Pun Siuman”,


(32)

20

i) bergerak di bidang keagamaan Islam; ii) bersifat nirlaba;

iii) memiliki rencana/program kerja pendayagunaan zakat; dan iv) memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana/program

kerjanya.11

3. Tujuan dan Hikmah Zakat

Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, yaitu dimensi ibadah dan dimensi sosial. Beberapa tujuan dan hikmah yang ingin dicapai oleh Islam dibalik kewajiban zakat adalah:

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup dan penderitaan.

b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh gharim,

ibnusabil, dan mustahiq lainnya.

c. Membentangkan tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.

d. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

e. Membersihkan sifat dengki dan kecemburuan sosial dari hati orang-orang miskin.

f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat.

g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama mereka yang mempunyai harta.

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan

11Heru Susetyo, “Legal Opinion Terha

dap Putusan MK Tentang Pengujian UU No. 23/2011 Tentang Pengelolaan Zakat”, Konstitusi, No. 81 (November 2013): h.15-17.


(33)

menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.12

i. Mendidik dan membiasakan manusia untuk berhati pemurah dan tidak kikir.

j. Mensyukuri nikmat yang diberikan Allah dengan cara berbagi kepada yang membutuhkan.13

B. Pengelolaan Zakat

1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Zakat

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat.Sedangkan tujuan dari pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.14

2. Pola Pengelolaan Zakat

Zakat yang telah dikumpukan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah

disusun dalam program kerja. Penyaluran zakat bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:15

12

Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf , (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h.12-13.

13

Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2009), h.70.

14

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

15


(34)

22

a. Pola Tradisional (Konsumtif)

Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diberikan langsung kepada mustahik tanpa disertai adanya target,

kemandirian sosial, maupun kemadirian ekonomi (pemberdayaan). Dana zakat yang diterima mustahik digunakan secara langsung untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. b. Pola Kontemporer (Produktif)

Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang disertai dengan adanya target untuk merubah keadaan

penerima (lebih dikhususkan mustahik atau golongan fakir miskin) dari

kategori mustahik menjadi kategori muzakki.

C. Lembaga Amil Zakat

1. Lembaga Amil di Indonesia

Yang dimaksud dengan amil zakat adalah semua pihak yang melakuan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, perlindungan, pencatatan, dan penyaluran harta zakat. Mereka diangkat oleh pemerintah yang berkuasa oleh masyarakat Islam setempat untuk memungut dan membagikan serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan zakat.16

Di Indonesia, LAZ berbeda dengan BAZ. LAZ atau Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi yang tumbuh atas dasar inisiatif masyarakat

16

Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat: 1001 Masalah dan Solusinya, (Jakarta: Pustaka Cerdas, 2000), h.181.


(35)

sehingga pergerakannya lebih cenderung pada usaha swasta atau swadaya. Menurut data FOZ, ada 19 Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia yang resmi dikukuhkan di tingkat pusat, terdiri dari 1 BAZNAS yang dimiliki pemerintah dan 18 LAZ yang dikelola swasta,17 di antaranya:

Tabel 2.1 Nama 18 LAZNAS

No. Nama LAZNAS

1. Dompet Dhuafa Republika (DDR) 2. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) 3. Amanah Takaful

4. Baitul Maal Muamalat (BMM)

5. Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDS Al-Falah) 6. Baitul Maal Hidayatullah (BMH)

7. Pusat Zakat Umat Persatuan Umat (PZPU) 8. Baitul Maal Umat Islam BNI (BAMUIS BNI) 9. Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSM Umat) 10. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) 11. Yayasan Baitul Maal BRI (YBM BRI) 12. Baituz Zakat Pertamina

13. Rumah Zakat Indonesia (RZI)

14. Dompet Peduli Umat Darut Tauhid (DPUDT)

15. LAZ Muhammadiyah (LAZ MU)

16. LAZ Nahdatul Ulama (LAZ NU)

17. LAZ Baitul Maal wa Tamwil (LAZ BMT)

18. LAZ Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZ IPHI)

Hanya LAZ yang dikukuhkan pemerintah saja yang bukti setoran

17


(36)

24

zakatnya diakui sebagai pengurang pajak dari muzakki yang telah

membayarkan kewajibannya. Bentuk badan hukum untuk LAZ adalah yayasan karena LAZ termasuk organisasi nirlaba yang dalam melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk menumpuk laba.

Setelah mendapat pengukuhan, LAZ memiliki kewajiban sebagai berikut:

a. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat.

b. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan.

c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media. d. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.18

2. Tugas dan Fungsi Lembaga Amil Zakat

Salah satu tugas penting dari lembaga Amil zakat adalah melakukansosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media. Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan masyarakat muzakki

akan semakin sadar untuk membayar zakat melalui lembaga zakat yang kuat, amanah, dan terpercaya.19

Lembaga amil zakat memiliki fungsi yang optimal sebagai pengelola zakat di Indonesia dalam menghimpun dan mendayagunakan dana zakat. Karena, yang menjadi tujuan awal usaha lembaga amil zakat adalah pengelolaan dan pendistribusian. Pengelolaan dalam arti

18

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h.132.

19


(37)

mengusahakan agar dana zakat yang berhasil dihimpun dapat disalurkan ke post-post (asnaf zakat) yang sesuai dengan yang dianjurkan dan

ditetapkan oleh syariat Islam. Sedangkan pendistribusian termasuk juga pendayagunaan.

Lembaga amil zakat harus mampu membuat program yang bersifat pendayagunaan agar dana zakat yang akan disalurkan kepada asnaftidak

habis sia-sia dan dapat diproduktifkan. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa lembaga amil zakat berperan stategis untuk meningkatkan ekonomi para mustahiq. Dalam melakukan pengelolaan zakat diperlukan lembaga khusus

untuk mengelola zakat yang memiliki kekuatan hukum formal, karena memiliki beberapa manfaat, antara lain untuk:

a. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan

langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.

b. Mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skla prioritas yang ada pada suatu tempat.

c. Memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang islami.20

Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada

mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi

disamping akan terabaikannya manfaat tersebut, hikmah dan tujuan zakat terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat juga akan sulit

20


(38)

26

diwujudkan.

3. Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat

Laporan keuangan lembaga amil zakat merupakan sarana pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut pelaporan atas penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan ZIS (zakat, infak, sedekah). Laporan keuangan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau pengguna laporan keuangan (muzaki, otoritas pengawasan, pemerintah, lembaga mitra, dan masyarakat) dalam pengambilan keputusan ekonomi dan sosial yang rasional. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan LAZ adalah:

a. Basis kas untuk penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah selain pemanfaatan aset kelolaan.

b. Basis akrual untuk penyaluran zakat dalam bentuk pemenfaatan aset kelolaan dan transaksi pada dana amil.21

Dalam akuntansi keuangan, ada lima laporan yang harus dikerjakan divisi Pengelolaan Keuangan, yaitu:

1. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan pada waktu tertentu. Tujuannya untuk mengetahui kekayaan atas harta yang dimiliki, berbagai kewajiban yang harus ditunaikan serta mengetahui saldo dananya. Dengan neraca ini, posisi keuangan

21

Teten Kustiawan, dkk., Pedoman Akuntansi Amil Zakat: Panduan Implementasi Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis PSAK 109, (Jakarta: Forum Zakat, 2012), h.27-28.


(39)

organisasi atau lembaga dapat tergambarkan secara jelas. 2. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (LSPD)

Tujuan dari LSPD adalah menggambarkan aktivitas lembaga, terutama dalam menjelaskan asal sumber-sumber pendanaan serta penyalurannya sesuai dengan bidang garapan masing-masing. Dengan demikian, LSPD ini tak lain menggambarkan kinerja lembaga ditinjau dari aspek finance.

3. Laporan Perubahan Dana Termanfaatkan (LPDT)

Tujuan dari LPDT adalah menggambarkan berbagai aktivitas pendanaan non-cash. Contohnya adalah pinjaman utang dan pemberian piutang.

4. Laporan Arus Kas

Tujuan laporan arus kas adalah menggambarkan aliran kas keluar masuk. Pertimbangan alur keluar masuk didasarkan pada tiga jenis aktivitas yakni operasi, investasi, dan pendanaan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Berisi penjelasan atas ke-4 jenis laporan di atas, sebagai catatan khusus yang lebih rinci sifatnya. Catatan ini tentu tidak untuk dipublikasikan kepada masyarakat luas. Fungsinya untuk menjelaskan bagian yang dianggap perlu. Dalam kondisi tertentu, catatan ini bisa diberikan pada muzaki atau donatur yang membutuhkan.22

Manajemen amil zakat bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Sesuai dengan karakteristiknya, maka laporan

22

Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004), h.214-215.


(40)

28

keuangan LAZ mencerminkan kegiatan amil zakat sebagai penerima dan penyalur yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami perlakuan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan agar sesuai dengan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat, Infak, Sedekah sehingga meningkatkan daya banding laporan keuangan di antara LAZ.23

D. Efisiensi

1. Pengertian Efisiensi

Efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.24 Efisiensi secara tradisional didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilan output tertentu dengan menggunakan input dalam porsi

seminimum mungkin, sehingga efisiensi merupakan tingkat input dibagi

dengan tingkat outputnya.

Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masukan) atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu input yang digunakan. Secara

23

Ibid, h.23.

24


(41)

sederhana efisiensi terdiri dari dua komponen, yaitu: a. Efisiensi Teknis

Mencerminkan kemampuan untuk menghasilkan output semaksimal mungkin dengan input yang ada, efisien secara teknis bukan berarti efisien secara harga/alokatif.

b. Efisiensi Alokatif/Harga

Menggambarkan kemampuan untuk mengggunakan input dalam proporsi yang juga memasukkan perhitungan biaya. DMU dianggap efisien alokatif bila mampu menghasilkan output dengan biaya seminimal mungkin. 25

Efisiensi selalu dihubungkan dengan penggunaan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan. Aktivitas dapat dikatakan efisien apabila dapat memperoleh hasil yang sama dengan aktivitas lain tetapi sumber daya yang digunakan lebih sedikit. Tingkat efisiensi diukur dengan menggunakan indikator dari rasio antara nilai tambah (value added) dan

nilai output. Ini berarti, semakin tinggi nilai rasio tersebt maka semakin

tinggi pula tingkat efisiensinya.26

Efisiensi mengacu pada hubungan antara output dan input sehingga

efisiensi diartikan sebagai rasio antara output dan input. Ada tiga faktor

yang menyebabkan efisiensi, yaitu:

a. Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih

25Muharram, H. dan Pusvitasari, R. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di

Indonesia dengan Metode Data envelopment Analysis (Periode 2005).” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam,Vol. II, No. 3, Yogyakarta, 2007.

26

Muhammad Ghafur, Potret Perbankan Syariah di Indonesia Terkini: Kajian Kritis Perkembangan Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Biruni Press, 2007), h.119


(42)

30

besar;

b. Dengan input kecil dapat menghasilkan output yang sama; dan

c. Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih

besar lagi.27

2. Prinsip-prinsip Efisiensi

Untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam organisasi atau lembaga itu termasuk efisien atau tidak, maka prinsip-prinsip atau persyaratan efisiensi harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut:

a. Efisiensi harus dapat diukur

Standar untuk menetapkan batas antara efisien dan tidak efisien adalah ukuran normal. Ukuran normal ini merupakan patokan (standar) awal, untuk selanjutnya menentukan apakah suatu kegiatan itu efisien atau tidak. Kalau tidak dapat diukur maka tidak akan dapat diketahui apakah suatu cara kerja atau suatu kegiatan itu efisien atau tidak. b. Efsiensi mengacu pada pertimbangan rasional

Rasional artinya segala pertimbangan harus berdasarkan akal sehat, masuk akal, logis, bukan emosional. Dengan pertimbangan rasinal, objektivitas pengukuran dan penilaian akan lebih terjamin. Subjektivitas pengukuran dan penilaian dapat dihindarkan sejauh mungkin.

c. Efisiensi tidak boleh mengorbankan kualitas/mutu

Kuantitas boleh saja ditinggalkan tetapi jangan sampai mengorbankan kualitasnya. Jangan mengejar kuantitas dengan mengorbankan kualitas. Jangan sampai hasil ditingkatkan tetapi

27


(43)

kualitasnya rendah.

d. Efisiensi merupakan teknis pelaksanaan

Pelaksanaan operasional dapat diusahakan seefisien mungkin, sehingga tidak terjadi pemborosan dalam menggunakan sumber daya yang ada.

e. Pelaksanaan efisiensi harus disesuaikan dengan kemampuan lembaga yang bersangkutan

Ini berarti bahwa penerapannya disesuaikan dengan kemampuan SDM, dana, fasilitas, dan lain-lain, yang dimiliki oleh lembaga yang bersangkutan sambil diusahakan peningkatannya. Setiap lembaga, baik pemerintah maupun swasta memiliki kemampuan yang tidak selalu sama.

f. Efisiensi itu ada tingkatannya

Secara sederhana dapat ditentukan penggolongan tingkatan efisiensi, misalnya tidak efisien, kurang efisien, efisien, lebih efisien, dan paling efisien (optimal). Tingkatan efisiensi juga dapat menggunakan angka presentase.28

E. Pengukuran Efisiensi pada Lembaga Amil Zakat

Lembaga amil zakat merupakan salah satu jenis dari organisasi nirlaba yang tidak berorientasi pada pencarian laba melainkan sebuah wadah yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan sosial. Bagi para stakeholder

organisasi nirlaba seperti lembaga amil zakat, pengukuran efisiensi erat sekali dengan kinerja organisasi. Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai

28


(44)

32

evaluasi atas akuntabilitas internal dan eksternal organsasi tersebut. Kinerja pada dasarnya adalah sebuah konsep multidimensi yang dapat berupa waktu, kualitas, inovasi, efisiensi, efektivitas, atau dimensi lain.

Dalam sebuah efisiensi, Pengukuran kinerja akan memberikan pijakan bagi manajemen untuk mengendalikan jalannya lembaga secara efektif. Bila sebuah lembaga menjalankan aktivitas tanpa melakukan pengukuran terhadap kinerja, maka lembaga tersebut tidak dapat melakukan perbaikan, meningkatkan pelayanannya, melakukan efisiensi, ataupun memberikan perlakuan yang tepat kepada karyawannya.29

Ukuran-ukuran efisiensi (kinerja) organisasi nirlaba seperti LAZ dapat berupa:

1. Benefit, menyatakan ukuran keuangan dari nilai sosial yang dilekatkan

pada jasa organisaisi. Penilaian keuangan dari benefit mencakup dua

komponen yaitu, pengeluaran sosial dan peningkatan pendapatan masyarakat (dalam lembaga amil zakat yang dimaksud masyarakat adalah mustahik).

2. Outcome, menyatakan ukuran non-keuangan dari manfaat sosial yang

diberikan organisasi. Contohnya jumlah mustahik yang mengalami

peningkatan pendapatan.

3. Output, menyatakan berbagai ukuran dari volume kegiatan tanpa

memperhatikan apakah output tersebut mengarahkan organisasi pada

outcome yang diharapkan. Contohnya jumlah mustahik yang

29

Dodi M. Gozali, Communication Measurement (Konsep dan Aplikasi Kinerja Public Relation), (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h.1.


(45)

diberdayakan.

4. Input, menunjukkan ukuran non-keuangan dari jenis-jenis sumber daya

yang digunakan organisasi.

5. Cost, menunjukkan nilai keuangan dari semua sumber daya yang

digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan pelayanan jasanya.30

30


(46)

34

BAB III

METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub-bab Pembatasan Masalah, objek dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS). Adapun LAZ yang dimaksud adalah beberapa LAZ yang telah dikukuhkan oleh pemerintah sebagai LAZ Nasional yang resmi dan boleh beroperasi dalam mengelola dana zakat, infak dan sedekah di Indonesia, yaitu:

Tabel 3.1

Nama Lembaga Amil zakat

No. Nama Lembaga Amil Zakat

1. PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat)

2. BAMUIS BNI (Baitul Maal Umat Islam BNI)

3. RZ (Rumah Zakat)

Keterangan: 1. PKPU

Berdiri pada 10 Desember 1999 Kemudian ditetapkan sekaligus dikukuhkan sebagai LAZNAS berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 441 pada 8 Oktober 2001. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat kepada PKPU semakin besar. Sesuai dengan misinya, PKPU bertekad untuk membangun kemandirian rakyat Indonesia dengan memperluas lingkup kerjanya sebagai Lembaga Kemanusiaan Nasional.


(47)

2. BAMUIS BNI

Baitul Maal Umat Islam Bank Negara Indonesia Didirikan dengan Akte Nomor 10 Notaris R. Soerjo Wongsowidjojo tanggal 5 Oktober 1967. Dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 330 Taggal 20 Juni 2002, BAMUIS BNI dikukuhkan sebagai LAZNAS.

Tujuan dari keberadaan BAMUIS BNI ini adalah melakukan penghimpunan dana ZIS dari para pegawai, pensiunan, pengurus BNI, dan masyarakat umum untuk mengelola dana tersebut dengan cara-cara yang sah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerima menurut hukum Islam. 3. Rumah Zakat

Berdiri pada tanggal 12 Juli 2001 dengan akta notaris DR. Wiratni Ahmadi, SH. Dilengkapi Keputusan Menteri Agama Nomor 157 Tahun 2003 dan disahkan menjadi LAZNAS.

Rumah Zakat mempunyai beberapa visi di antaranya, meningkatkan pelayanan zakat melalui pertumbuhan lembaga yang terpadu; pertumbuhan terpadu menuju LAZ yang sehat, kuat, dinamis, dan kredibel; LAZ profesional yang menjadi model pemberdayaan donasi philanthropy Islam di

dunia.

B. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan Lembaga Amil Zakat yang dipublikasikan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan efisiensi pengelolaan dana zakat.


(48)

36

Adapun sumber data dalam penelitian ini berasal dari 3 LAZ sebagai lembaga pengelola zakat yang mempublikasikan laporan keuangannya sebagai bentuk dari transparansi dan akuntabilitasi dalam mengelola dana zakat yang diperolehnya.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh OPZ (Organisasi Pengelola Zakat) yang beroperasi di Indonesia. Di Indonesia, pengelolaan zakat dilakukan oleh dua institusi, yaitu pemerintah dan swasta, bentukan pemerintah adalah BAZ (Badan Amil Zakat) dengan BAZNAS sebagai pusat koordinator, sedangkan swasta adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk baik sebelum adanya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat maupun setelah adanya Undang-undang.

Lembaga-lembaga Amil Zakat tersebut memiliki klasifikasi lembaga pembentuk yang bervariasi, ada yang dibentuk oleh Lembaga Bisnis (Perbankan), ORMAS (Organisasi Masyarakat), LSM (Lembaga Masyarakat), dan Komunitas. Beberapa tahun terakhir muncul juga lembaga pengelola zakat dengan bentuk badan hukum yayasan ataupun lembaga kemanusiaan lainnya, namun tidak semua lembaga-lembaga pengelola zakat tersebut dikukuhkan keberadaannya oleh pemerintah.

Sampel adalah bagian dari populasi. Adapun sampel penelitian ini adalah OPZ yang dikelola oleh swasta atau disebut juga LAZ. LAZ yang diteliti adalah


(49)

Lembaga Amil Zakat yang termasuk ke dalam 18 LAZNAS yang disahkan pemerintah untuk melakukan pengelolaan dana zakat di indonesia. Mengingat banyaknya LAZ yang berkembang di Indonesia beberapa tahun ini, maka penulis hanya meneliti 3 LAZ saja. Pertimbangannya adalah bahwa 3 LAZ yang diteliti sudah resmi masuk ke dalam LAZNAS yang dikukuhkan pemerintah sehingga tidak terbentur masalah hukum dalam menjalankan aktivitasnya.

Pertimbangan lain adalah melihat dari klasifikasi lembaga pembentuk LAZ tersebut. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan efisiensi dari masing-masing lembaga yang berbeda latar belakang pembentuknya, misalnya BAMUIS BNI dari golongan lembaga bisnis (perbankan), PKPU dari golongan lembaga sosial masyarakat, dan Rumah Zakat dari golongan yayasan. Selain itu, tiga lembaga yang diteliti ini sudah masuk dalam kategori LAZ besar dan berpredikat baik serta dikenal masyarakat di indonesia sehingga dapat mewakili lembaga-lembaga lain di bawahnya. Tiga lembaga ini juga memiliki laporan keuangan tahunan sesuai periode yang dibutuhkan penulis sehingga memudahkan dalam proses pengolahan data.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa desk riset yang dikenal juga dengan studi kepustakaan (dokumentasi) dan

observasi. Dalam teknik desk riset, peneliti memperoleh data dengan cara melihat


(50)

38

maupun dengan mengunjungi website-nya.

Selain itu, dalam teknik ini juga dilakukan perolehan data dengan cara membaca berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan efisiensi Lembaga Amil Zakat. Sedangkan dalam teknik observasi, peneliti mendatangi Lembaga-lembaga Amil Zakat yang laporan keuangannya tidak dipublikasikan secara lengkap ke dalam website.

E. Identifikasi Variabel Input dan Output

Dalam mendefinisikan hubungan input output dalam tingkah laku dari institusi keuangan, penelitian ini menggunakan metode pendekatan intermediasi. Metode ini digunakan baik pada pendekatan paramatrik maupun nonparametrik.

Pendekatan intermediasi memandang sebuah lembaga keuangan sebagai media intermediatory untuk merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari

unit-unit surplus menjadi unit-unit-unit-unit defisit.1 Khusus untuk lembaga nirlaba seperti lembaga zakat, pendekatan intermediasi melihat sebuah LAZ sebagai media intermediatory antara muzakki dengan mustahiq, LAZ yang berperan sebagai

amil berfungsi untuk menyalurkan dana yang diperoleh dari muzakki agar sampai

ke tangan mustahiq, baik dalam bentuk konsumtif maupun produktif.

Adapun pertimbangan mengenai pendekatan intermediasi adalah sebagai berikut:

1. Bahwa dengan menggunakan intermediary approach maka evaluasi terhadap

1Muliaman D. Hadad, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode


(51)

efisiensi akan dilakukan secara menyeluruh.

2. Bahwa pendekatan ini adalah pendekatan yang paling sering digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu.

3. Bahwa suatu lembaga keuangan biasanya akan menggunakan tenaga kerja (labour), aset tetap (physical capital), dan deposito sebagai input dalam

memproduksi pendapatan.

4. Bahwa hal ini merupakan bagian dari prinsip dari lembaga keuangan syariah itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa prinsip sistem lembaga keuangan syariah berdasarkan pada kontribusi modal, dimana setiap lembaga keuangan syariah akan menghimpun dan menyalurkan dana.2

Berdasarkan pendekatan intermediasi, variabel input output dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.2

Variable Input-Output

Pendekatan Variabel Input Variabel Output

Intermediasi - Jumlah Dana Zakat yang Dihimpun

- Biaya Operasional - Gaji Karyawan

- Jumlah Dana Zakat yang Disalurkan

- Aktiva Tetap - Aktiva Lancar

Penelitian dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini

menggunakan variabel input dan output. Variabel input dalam hal ini meliputi

2 Hamim S., Ahmad Mochtar, dkk., “Efficiency of Islamic

Banking in Malaysia: A Stochastic Frontier Approach,” Journal of Economic Cooperation 27, vol. 2 (2006), hal. 47


(52)

40

penghimpunan dana zakat, biaya operasional, dan gaji karyawan. Sedangkan variabel outputnya terdiri dari penyaluran dana zakat, aktiva tetap, dan aktiva lancar. Berikut ini penjelasan dari masing-masing variabel:

1. Jumlah Dana Zakat yang Dihimpun, adalah total keseluruhan dana zakat yang berhasil dihimpun dari para muzakki oleh suatu lembaga dalam periode

tertentu.

2. Gaji Karyawan, adalah sejumlah dana yang dikeluarkan untuk membayar para pekerja atau karyawan di dalam suatu lembaga.

3. Penyaluran Dana Zakat, adalah sejumlah dana zakat yang telah disalurkan kepada mustahik pada periode tertentu dalam bentuk program-program

pemberdayaan maupun penyaluran langsung yang diberikan secara tunai. 4. Biaya Operasional, adalah biaya langsung yang digunakan untuk kebutuhan

operasional perusahaan. Jika perusahaannya adalah perusahaan dagang, maka biaya operasionalnya adalah biaya untuk memperoleh barang dagangan, pemasaran, serta biaya-biaya operasional perusahaan lainnya. Namun, karena studi penelitian ini adalah LAZ, maka biaya operasional yang dimaksud adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan yang menunjang kegiatan manajemen lembaga.

5. Aktiva Tetap, adalah harta lembaga yang dapat berupa tanah, gedung. Namun dalam hal ini, harta tersebut dinilai dalam nominal rupiah

6. Aktiva Lancar, adalah harta berupa kas lembaga yang sifatnya lebih mudah untuk dicairkan dalam bentuk dana.


(53)

F. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan menggunakan analisis kuantitatif, yaitu dalam pengolahan data berupa input dan ouput yang diambil dari neraca keuangan,

laporan arus kas, laporan perubahan dana yang dimiliki oleh masing-masing lembaga. Dalam analisis kuantitatif ini, untuk menghitung tingkat efisiensi, peneliti menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) yang merupakan

metode yang telah distandarisasi sebagai alat untuk mengukur kinerja suatu aktifitas unit, dimana proses pengolahannya menggunakan perangkat lunak WDEA . Selain itu peneliti juga menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel sebagai perangkat lunak pendukung.

1. Metode Pengukuran Efisiensi dengan DEA

Data Envelopment Analysis, sesuai dengan namanya merupakan metode

yang mengelompokkan data observasi yang berbentuk frontier yang nantinya

digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari objek penelitian. DEA tidak hanya digunakan untuk entitas bisnis tetapi bisa juga digunakan secara luas untuk bentuk organisai-orgaisai seperti sekolah, rumah sakit, yayasan, dan lain-lain.

DEA merupakan pendekatan non-parametrik yang dipilih dalam penelitian ini karena beberapa alasan, pendekatan non-parametrik merupakan pendekatan yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat tertentu, yaitu parameter populasi yang menjadi induk sampel penelitiannya, penggunannya lebih sederhana, dan mudah digunakan karena tidak membutuhkan banyak spesifikasi bentuk fungsi sehingga kemungkinan kesalahan pembentukkan


(54)

42

fungsi lebih kecil.3

Pada dasarnya teknik analisis DEA didesain khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu UKE (Unit Kegiatan Ekonomi) dalam kondisi banyak input maupun output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak

mungkin dilakukan. Kondisi ini biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh teknik analisis suatu UKE dibanding dengan UKE lainnya. DEA memformulasikan UKE sebagai program linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut ditransformasikan ke dalam program linear dengan nilai bobot dari input dan output.4

Ada tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi dengan DEA, yaitu:

a. Sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang sama.

b. Mengukur berbagai informasi efisiensi antar unit kegiatan ekonomi untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya.

c. Menentukan implikasi kebijakan sehingga dapat meningkatkan tingkat efisiensinya.5

Sedangkan keterbatasan DEA adalah:

a. Mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur. b. DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit

3

Saleh Samsubar, Metode Data Envelopment Analysis, (Yogyakarta: FEUGM, 2000), h.19.

4

Ibid, h.19-20.

5

Indah Susilowati, dkk., Modul Perkuliahan: “Pengukuran Efisiensi Melalu Data Envelopment Analysis (DEA)”, (Semarang: FEUNDIP, 2004), h.2.


(55)

lain dalam tipe yang sama.

c. Dalam bentuk dasarnya, DEA berasumsi adanya CRS (Constant Return to

Scale).

d. Bobot input dan output yang dihasilkan DEA sulit untuk ditafsirkan dalam nilai ekonomi.6

Efisiensi relatif UKE dalam DEA juga didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbang. Inti dari DEA adalah menentukan bobot atau timbangan untuk setiap input dan output UKE. Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap variabel-variabel input maupun output yang ada, asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan, yaitu:

a. Bobot tidak boleh negatif b. Bobot harus bersifat universal7

Hal ini berarti setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya dan rasio tersebut tidak lebih dari 1.

DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memiliki bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya. Asumsi maksimalisasi rasio efisiensi ini menjadikan penelitian DEA ini menggunakan orientasi output dalam menghitung efisiensi teknik. Orientasi lainnya adalah minimalisasi input, namun kedua asumsi tersebut akan diperoleh hasil yang sama. Setiap UKE

6

Ibid, h.3.

7Huri, M. D. dan Indah Susilowati, “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan dengan


(56)

44

menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda, sehingga setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut.8

Setiap UKE cenderung memiliki pola penggunaan input minimum pada input yang memiliki bobot tinggi atau pola produksi output secara maksimum pada otuput yang memiliki bobot tinggi untuk pencapaian tingkat efisiensi yang maksimum. Bobot yang dipilih tersebut tidak semata-mata menggambarkan suatu nilai ekonomis, tetapi lebih merupakan suatu kuantitatif rencana untuk memaksimumkan efisiensi bersangkutan.9

Kondisi ini dapat digambarkan, apabila suatu UKE merupakan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan dan setiap input-outputnya memiliki biaya per unit serta harga jual per unit. Hal ini menjadikan perusahaan tersebut akan menggunakan seminimal mungkin input yang biaya per unitnya termahal atau berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang harganya tertinggi.10

Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya sama dengan 1 (efisien 100 persen), sebaliknya apabila nilai dualnya kurang dari 1, maka UKE yang bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif.11

8

Ibid, h.5.

9

Ibid, h.5.

10

Cooper William, Lawrence M. Seiford dan Kaoru Tone, Introduction to Data Envelopment Analysis and Its Uses, (Newyork: Business Media Inc, 2006), h.xx

11


(57)

2. Model Pengukuran Efisiensi Teknis

Dalam kasus penelitian ini, LAZ berorientasi pada bagaimana menggunakan input yang berupa penerimaan dana zakat untuk menghasilkan output yang seoptimal mungkin dan sesuai dengan tujuan lembaga.

Efisiensi teknis Lembaga Amil Zakat dapat diukur dengan menghitung rasio antara output dan inputnya. DEA akan menghitung LAZ yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda.12

Es =∑

Dimana:

Es = efisiensi LAZ s

m = output LAZ s yang diamati n = input LAZ s yang diamati

yis = jumlah output ke i yang dihasilkan xjs = jumlah input ke j yang digunakan ui = s x 1 jumlah bobot output

vj = s x 1 jumlah bobot input

Persamaan di atas menunjukkan adanya penggunaan satu variabel input dan satu output. Rasio efisiensi (Es), kemudian dimaksimumkan dengan kendala sebagai berikut:13

Es =

≤1 : r = 1, … N Dimana Ui dan Vj ≥ 0

Persamaan di atas, dimana N mewakili jumlah LAZ dalam sampel dan r merupakan jenis LAZ yang dijadikan sampel dalam penelitian.

12Sutawijaya A.dan Lestari E. P., “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca Krisis Ekonomi:

Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.10, No.1.

13


(1)

LAPORAN PERUBAHAN DANA STATEMENT OF FUND CHANGES

Untuk Tahun-Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 For The Year s Ended December 31, 2011 and 2010

Dinyatakan Dalam Rupiah Expr essed i n Rupi ah

Catatan

2011 Notes 2010

DANA INFAQ/SHODAQOH INFAQ/SHODAQOH FUND

Penerimaan Recei vi ng Resour ces

Infaq Terikat/Muqayyadah Restr i cted Infaq/Muqayyadah

- Penerimaan Kemitraan 1,191,314,200 3b,11c,12c 3,464,312,859 Partnership Fund

- Penerimaan Kemanusiaan 20,376,684,842 3b,11b,12b 10,888,806,763 Humanity Fund

- Penerimaan Proyek 27,578,651,335 3b,11d,12d 32,268,203,951 Project Fund

- Hasil Pengelolaan 25,403,418 3b,12b - Management Outcomes

- Bagian Amil Atas Penerimaan Dana Infaq Terikat/Muqayyadah (9,412,742,252)3b,11b,11c,11d (6,755,559,439) Amil Share for Receiving Restricted Infaq Fund 39,759,311,543

39,865,764,134

Infaq Tidak Terikat/Mutlaqah Unr estr i cted Infaq/Mutl aqah

- Penerimaan Infaq Umum 3,488,886,744 3b,11g,12g 9,199,454,323 General Infaq Fund

- Bagi Hasil Penempatan Dana-Infaq/Shadaqoh - - Profit Sharing Infaq/ Shodaqoh Fund

- Hasil Pengelolaan - - Management Outcomes

- Bagian Amil Atas Penerimaan Dana Tidak Terikat/Mutlaqah (1,029,459,875) 3b,11g (2,759,836,297) Amil Share for Receiving Unrestricted Infaq Fund 2,459,426,869

6,439,618,026

Jumlah Penerimaan Infaq/Shodaqoh 42,218,738,412 46,305,382,160 Total Incomi ng Infaq/Shodaqoh Funds

Penyaluran Expended Resour ces

Infaq Terikat/Muqayyadah Restr i cted Infaq/Muqayyadah

- Penyaluran Kemitraan 946,287,650 3b,11c,13c 2,531,701,837 Partnership Fund

- Penyaluran Kemanusiaan 17,074,759,610 3b,11b,13b 9,680,130,926 Humanity Fund

- Penyaluran Proyek 26,472,668,734 3b,11d,13d 27,818,464,678 Project Fund

- Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan - - Allocation of Managed Asset 44,493,715,994

40,030,297,441

Infaq Tidak Terikat/Mutlaqah Unr estr i cted Infaq/Mutl aqah

- Penyaluran Infaq Tidak Terikat 405,274,034 3b,11g,13g 6,724,722,969 General Infaq Fund - Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan 1,283,629,053 3b,11g,13g - Allocation of Managed Asset

1,688,903,087

6,724,722,969

Jumlah Penyaluran Infaq 46,182,619,081 46,755,020,410 Total Expended Resour ces

Surplus/Defisit (3,963,880,669) (449,638,250) Sur pl us/Defi si t

Transfer antar dana Inter - Funds Tr ansfer

Transfer dari/kepada dana lain - - Transfer from/ to other funds (3,963,880,669)

(449,638,250)

Dana Kelolaan Infaq 11,584,996,570 Managed Fund Infaq

Saldo Awal 20,124,192,336 8,988,834,016 Begi nni ng Bal ance of Fund

Saldo Akhir 16,160,311,667 20,124,192,336 Endi ng Bal ance of Fund

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan The accompanyi ng notes for m an i ntegr al par t of these fi nanci al statements


(2)

LAPORAN PERUBAHAN DANA STATEMENT OF FUND CHANGES Untuk Tahun-Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 For The Year s Ended December 31, 2011 and 2010

Dinyatakan Dalam Rupiah Expr essed i n Rupi ah

Catatan

2011 Notes 2010

DANA WAKAF WAKAF FUND

Penerimaan Recei vi ng Fund

- Penerimaan dana wakaf 355,184,925 11e,12e 121,217,950 Receiving Wakaf Fund

- Bagi Hasil Penempatan Dana Wakaf 90,243,258 11e,12e 88,200,000 Profit Sharing Wakaf Fund Placement - Bagian Amil Atas Penerimaan Dana Wakaf - - Amil Share for Receiving Wakaf Fund Jumlah penerimaan wakaf 445,428,183 209,417,950 Total Recei vi ng Wakaf Fund

Penyaluran Expended Resour ces

- Penyaluran dana wakaf 86,940,000 11e,13e 36,728,000 Wakaf Expenditure

Jumlah penyaluran wakaf 86,940,000 36,728,000 Total Wakaf Expendi tur e

Surplus/Defisit 358,488,183 172,689,950 Sur pl us/Defi si t

Transfer antar dana Inter - Funds Tr ansfer

Transfer dari/kepada dana lain - - Transfer from/ to other funds 358,488,183

172,689,950

Dana Kelolaan Wakaf - 1,137,808,444 Managed Fund Wakaf

Saldo Awal 1,798,230,759 487,732,365 Begi nni ng Bal ance of Fund

Saldo Akhir 2,156,718,942 1,798,230,759 Endi ng Bal ance of Fund

YAYASAN PKPU

PKPU FOUNDAT ION

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan The accompanyi ng notes for m an i ntegr al par t of these fi nanci al statements


(3)

LAPORAN PERUBAHAN DANA

ST AT EMENT OF FUND CHANGES

Untuk Tahun-Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010

For T he Year s Ended December 31, 2011 and 2010

Dinyatakan Dalam Rupiah

Expr essed i n Rupi ah

Catatan

2011

Not es

2010

DANA FASUM & FASOS

PUBLIC FACILIT IES FUND

Penerimaan

Recei vi ng Fund

- Penerimaan Dana Fasilitas umum

71,745,742

3c,11f,12f

-

Receiving Public Facilities Fund

- Penerimaan Bunga Bank Konvensional

138,798,909

3c,11f,12f

328,368,174

Receiving of Bank Interest

Jumlah Penerimaan Dana Fasum & Fasos

210,544,651

328,368,174

T ot al Recei vi ng Publ i c Faci l i t i es Fund

Penyaluran

Expended Resour ces

- Penyaluran dana fasilitas umum

247,039,790

3c,11f,13f

218,228,677

Public Facilities Expenditure

Jumlah Penyaluran

247,039,790

218,228,677

T ot al Expendi t ur e Pr ogr am

Surplus/Defisit

(36,495,140)

110,139,497

Sur pl us/Defi si t

Transfer antar dana

Int er - Funds

Transfer dari/kepada dana lain

-

-

Transfer from/ to other funds

(36,495,140)

110,139,497

Saldo Awal

955,450,495

845,310,998

Begi nni ng Bal ance of Fund

Saldo Akhir

918,955,355

955,450,495

Endi ng Bal ance of Fund

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan

T he accompanyi ng not es for m an i nt egr al par t of t hese fi nanci al st at ement s


(4)

LAPORAN PERUBAHAN DANA ST AT EMENT OF FUND CHANGES Untuk Tahun-Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 For T he Year s Ended December 31, 2011 and 2010

Dinyatakan Dalam Rupiah Expr essed i n Rupi ah

Catatan

2011 Not es 2010

DANA PENGELOLA MANAGEMENT FUND

Penerimaan Recei vi ng Fund

- Penerimaan Usaha Recei vi ng Resour ces Fund fr om

- Penerimaan dari Zakat 3,204,384,505 11a 2,662,661,314 Zakat

- Penerimaan Pengelola dari Infaq Terikat 9,412,742,252 11b,c,d 6,755,559,439 Restricted Infaq - Penerimaan Pengelola dari Infaq Tidak Terikat 1,029,459,875 11g 2,759,836,297 Unrestricted Infaq - Penerimaan Pengelola dari Wakaf - - Wakaf Jumlah penerimaan usaha 13,646,586,632 12,178,057,050 Subt ot al Recei vi ng Fund

- Penerimaan diluar Usaha Recei vi ng Resour ces Fund fr om

- Penerimaan Bagi Hasil 111,226,483 11h,12h 513,062,913 Profit Sharing

- Penerimaan Hasil Kelolaan 140,377,285 11h,12h - Management Fee

- Pendapatan lain-lain 450,235,916 11h,12i 177,306,396 Others

Jumlah penerimaan diluar usaha 701,839,685 690,369,309 Subt ot al Recei vi ng Fund Jumlah penerimaan 14,348,426,317 12,868,426,359 T ot al Recei vi ng Fund

Penyaluran Expended Resour ces

- Biaya Pegawai 4,735,570,314 11h,13h 5,115,026,546 Personnel Expenditure

- Biaya Umum dan Administrasi 5,121,741,589 11h,13h 7,867,124,784 General and Administration Expenditure - Biaya Penyusutan Aset tetap 936,986,634 11h,13h - Fix Assets Depreciation Expenses Jumlah penyaluran 10,794,298,537 12,982,151,330 T ot al Expendi t ur e

Surplus (Defisit) 3,554,127,780 (113,724,971) Surplus/ Defisit

Transfer antar dana Int er - Funds T r ansfer

Transfer dari/kepada dana lain - - Transfer from/ to other funds 3,554,127,780

(113,724,971)

Aset Kelolaan Pengelola 7,178,141,559 Management's Managed Assets

Saldo Awal 9,079,946,655 2,015,530,067 Beginning Balance of Fund

Saldo Akhir 12,634,074,435 9,079,946,655 Endi ng Bal ance of Fund

YAYASAN PKPU

PKPU FOUNDAT ION

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan T he accompanyi ng not es for m an i nt egr al par t of t hese fi nanci al st at ement s


(5)

(6)