Kondisi Sumberdaya Kerang Pharella Acutidens Di Ekosistem Mangrove Teluk Cempi, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat

KONDISI SUMBERDAYA KERANG Pharella acutidens DI
EKOSISTEM MANGROVE TELUK CEMPI, KABUPATEN DOMPU,
NUSA TENGGARA BARAT

AWAN DERMAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kondisi Sumberdaya
Kerang Pharella acutidens di Ekosistem Mangrove Teluk Cempi, Kabupaten
Dompu, Nusa Tenggara Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016
Awan Dermawan
NIM C252124031

RINGKASAN
AWAN DERMAWAN. Kondisi Sumberdaya Kerang Pharella acutidens di
Ekosistem Mangrove Teluk Cempi, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Dibimbing oleh ISDRADJAD SETYOBUDIANDI and MAJARIANA KRISANTI.
Kerang Pharella acutidens merupakan salah satu bivalvia yang habitatnya
berada pada substrat ekosistem mangrove, yang merupakan salah satu sumber
protein bagi masyarakat Kabupaten Dompu. Keberadaan sumberdaya kerang
Pharella acutidens pada Teluk Cempi, Kabupaten Dompu mulai susah didapatkan
karena luas lahan mangrove yang merupakan habitat bagi kerang tersebut sedikitdemi sedikit berkurang akibat dari perubahan lahan menjadi kawasan tambak dan
adanya aktivitas pemanfaatan kayu bakau oleh masyarakat sekitar serta
pemanfaatan kerang Pharella acutidens yang rutin dilakukan, faktor-faktor tersebut
diduga mempengaruhi keberadaan kerang Pharella acutidens pada ekosistem
mangrove Teluk Cempi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sumberdaya kerang

Pharella acutidens yang berada pada ekosistem mangrove Teluk Cempi,
diantaranya ialah kelimpahan, kondisi habitat, pertumbuhan dan probabilitas
tertangkapnya kerang pada kondisi vegetasi mangrove yang berbeda. Kelimpahan
kerang Pharella acutidens cenderung lebih banyak pada lokasi yang memiliki nilai
kerapatan dan penutupan yang tinggi begitu pula dengan ukuran panjang cangkang
yang lebih panjang pada lokasi yang lebih tinggi nilai kerapatan dan penutupannya.
Kondisi habitat yang bervariasi, mulai dari kerapatan 3300 pohon/ha sampai dengan
1333 pohon/ha serta penutupan dan jenis yang bermacam-macam, menjadikan
penelitian ini suatu hal yang menarik, ditemukan bahwa pada lokasi yang di
dominasi oleh vegetasi Rhizophora sp. nilai kelimpahan kerang lebih tinggi serta
ukuran panjang cangkang yang lebih panjang dari lokasi pengamatan yang lain.
Setelah dilakukan analisis pertumbuhan, umur maksimal yang didapatkan
untuk kerang Pharella acutidens ialah 3.42 tahun (42 bulan), menggunakan nilai
L∞ 9.71 dan K rata-rata sebesar 0.41. Kerang Pharella acutidens yang mendiami
vegetasi mangrove yang nilai kerapatan dan penutupannya rendah terutama pada
vegetasi Avicennia spp. dan Sonneratia spp. cenderung memiliki nilai probabilitas
yang tinggi, hal ini diduga karena struktur perakaran vegetasi tersebut kurang
memberikan perlindungan bagi kerang dari aktivitas eksploitasi ditambah lagi ada
kecenderungan nelayan lebih memilih lokasi yang didominasi oleh vegetasi
tersebut sebagai daerah tangkapan dengan alasan mudah dalam penggalian kerang.

Adapun hasil analisis kesesuaian habitat Pharella acutidens di ekosistem mangrove
Teluk Cempi, kategori sangat sesuai seluas 425 ha dan kategori sesuai seluas 61 ha.
Kata Kunci : bivalvia, fauna mangrove, kerang, kesesuaian habitat, mangrove,
organisme bentik, Pharella acutidens.

SUMMARY
AWAN DERMAWAN. Pharella acutidens Actual Condition in Mangrove
Ecosystem of Cempi Bay, Dompu Regency, West Nusa Tenggara. Supervised by
ISDRADJAD SETYOBUDIANDI and MAJARIANA KRISANTI.
Pharella acutidens is one of bivalves which living in substrat of mangrove
ecosystem, this clam is one of protein source for Dompu peoples. the existence of
Pharella acutidens in Cempi Bay, Dompu begin difficult to collect because of
mangrove area has been decreased by land conversion from mangrove ecosystem
to aquaculture pond, mangrove timber exploitation by local community and
Pharella acutidens routine exploitation for food, these factor may has influenced
the existence of Pharella acutidens clam in the Cempi Bay mangrove ecosystem.
This study aimed to determine the condition of the Pharella acutidens clams
located in Cempi Bay mangrove ecosystem, in term of abundance, habitat
conditions, growth and probability of capture on different mangrove conditions.
abundance of Pharella acutidens clams seen rich on high density and high basal

area sites as well as the clams size. Varied habitats, from the density of 1333
trees/ha up to 3300 trees/ha, basal area and diverse species of mangrove, making
this study an interesting thing, this research has found that in locations where
vegetations is dominated by Rhizophora sp. has higher abundance value and shell
length than another observation locations.
After analysis of growth, the maximum age for Pharella acutidens clams is
3,4 years (42 months), the asymtotic value or L∞ is 9.71 and average of growth
coefficient or K is 0,41. Pharella acutidens inhabit in low of density and basal area
of mangroves, mainly on Avicennia sp. and Sonneratia sp. shows probability of
capture tend to high, this fact predicted by the roots structure of mangrove
vegetation provide less protection for clams from exploitation activities, plus there
is tendency in fisherman to prefer location that is dominated by Avicennia sp. and
Sonneratia sp. vegetations as the a catchment area because is easy to digging the
clams. The result of habitat suitability analysis shows there are 425 ha get into very
suitable category and 61 ha in sufficiently suitable category.
Keywords: benthic fauna, bivalvia, estuarine clams, habitat suitability, mangroves,
Pharella acutidens, razor clams.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

KONDISI SUMBERDAYA KERANG Pharella acutidens DI
EKOSISTEM MANGROVE TELUK CEMPI, KABUPATEN DOMPU,
NUSA TENGGARA BARAT

AWAN DERMAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si

Judul Tesis
Nama
NIM

: Kondisi Sumberdaya Kerang Pharella Acutidens Di Ekosistem
Mangrove Teluk Cempi, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat
: Awan Dermawan
: C252124031

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc
Ketua

Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Sc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan

Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si

Tanggal Ujian: 18 Agustus 2016

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunianya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah Kondisi Kerang Pharella acutidens Dalam Ekosistem
Mangrove Teluk Cempi, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat yang
dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 sampai November 2015. Terima kasih penulis
ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc dan Ibu Dr. Majariana Krisanti,
S.Pi, M.Sc selaku pembimbing yang sabar membimbing penulis hingga karya
ini diselesaikan.
2. Bapak Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si selaku penguji luar komisi yang juga memberi
bimbingan terhadap penulis.
3. Dr. Ir. Niken Tanjung Murti Pratiwi, M.Si selaku penguji dan perwakilan
program studi yang juga memberi bimbingan terhadap penulis.
4. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Imran M. Hasan dan Alm.
Ibu Hj. Minarni H. M. Noer serta Ibu Sri Utami S.E, adik Apriadi Faujul
Dermawan dan Taufan Akbar Dermawan, dan juga seluruh keluarga besar yang
selalu memberi semangat dan bantuan finansial untuk penyelesaian studi

penulis.
5. PT. VALE dan PT. STM serta seluruh jajarannya yang telah memberikan
bantuan dana beasiswa penelitian dan program intership kepada penulis
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
6. Kepada seluruh bapak dan ibu dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor yang telah berdedikasi mengajar mahasiswa dan
mahasiswi pascasarjana.
7. Warga Desa Baka Jaya, Desa Mbawi dan Desa Nowa yang telah membantu
dalam pengumpulan data.
8. Teman-teman program studi SPL dan SDP Institut Pertanian Bogor, yang telah
banyak membantu dan mengoreksi karya ilmiah ini sampai karya ilmiah ini
dapat diselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2016
Awan Dermawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

xii
xii
xiv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
1
3
4
4

2 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian

Metode Pengambilan Data
Karakteristik Ekosistem Mangrove dan Kerang Pharella acutidens
Kualitas Perairan dan Substrat
Dimensi Sosial Terkait Sumberdaya Kerang Pharella acutidens
Analisis Data
Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove
Kelimpahan, Pertumbuhan dan Kemungkinan Tertangkap
(Probability of Capture), Kesesuaian Habitat Kerang
Pharella acutidens
Dimensi Sosial Pemanfaatan Sumberdaya Kerang Pharella
acutidens

6
6
7
7
8
9
9
9

10
13

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Struktur Konitamus Vegetasi Mangrove Teluk Cempi
Kelimpahan, Pertumbuhan dan Kemungkinan Tertangkap (probability
of capture) Kerang Pharella acutidens
Dimensi Sosial Pemanfaatan Kerang Pharella acutidens
Pengelolaan Sumberdaya Kerang Pharella acutidens

14
14
20
24
33
37

4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

38
38
38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

39
44
65

DAFTAR TABEL
1 Posisi stasiun pengamatan di pesisir Teluk Cempi, Kabupaten Dompu
2 Jenis dan sumber data
3 Skoring habitat kerang Pharella acutidens
4 Karakteristik perairan ekosistem mangrove Teluk Cempi
5 Karakteristik substrat
6 Karakteristik mangrove pada stasiun penelitian
7 Hasil analisis pertumbuhan kerang Pharella acutidens
8 Status tekanan eksploitasi kerang P.acutidens di lokasi penelitian
9 Kesesuaian habitat kerang Pharella acutidens

6
9
12
16
20
22
30
32
33

DAFTAR GAMBAR
1 Kerang Pharella acutidens.
2 Kerangka pemikiran.
3 Lokasi stasiun penelitian.
4 Ilustrasi transek.
5 API master test kit (kiri) dan digunakan saat penelitian (kanan).
6 Sebaran suhu perairan di lokasi penelitian
7 Sebaran pH perairan di lokasi penelitian
8 Sebaran salinitas di lokasi penelitian
9 Foto tampak depan di Stasiun 1 Penelitian.
10 Sebaran kerapatan mangrove Teluk Cempi
11 Sebaran penutupan mangrove Teluk Cempi
12 Aktivitas penjualan kayu mangrove di Desa Nowa
13 Ilustrasi siklus hidup bivalvia (Helm & Bourne 2004)
14 Pengamatan kerang Pharella acutidens pada Stasiun 4 (kiri) dan pada
Stasiun 2 (kanan).
15 Ilustrasi A. Lubang dan Pharella acutidens (Kiri) B. Lubang dan Siliqua
winteriana (Kanan).
16 Fluktuasi kelimpahan Pharella acutidens pada setiap stasiun.
17 Akar vegetasi Rhizophora sp (kiri) dan akar vegetasi Avicennia sp dan
Sonneratia sp (kanan).
18 Kelimpahan kerang Pharella acutidens setiap stasiun pengamatan.
19 Grafik pengaruh kerapatan mangrove terhadap kerang P.acutidens (kiri)
dan grafik pengaruh penutupan jenis mangrove terhadap kerang
P. acutidens (kanan).
20 Pola pertumbuhan kerang Pharella acutidens.
21 Kesesuaian habitat kerang Pharella acutidens
22 Kerang Siliqua winteriana (kiri) dan kerang Pharella acutidens (kanan)
yang dijual di pasar Amba Wodi.
23 Opini nelayan terkait hasil laut.
24 Opini nelayan terkait luasan ekosistem mangrove.
25 Opini nelayan terkait hubungan ekosistem mangrove terhadap hasil
tangkapan.
26 Opini nelayan terkait pemilihan lokasi pemanfaatan.

1
3
6
9
9
16
18
18
22
24
24
25
26
26
27
28
28
29

29
31
33
34
34
35
35
36

27 Opini nelayan terkait pemilihan lokasi pemanfaatan berdasarkan jenis
vegetasi.

36

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis substrat.
2 Kuesioner penelitian.
3 Analisis regresi.
4 Von Bertalanffy Growth Formula setiap stasiun penelitian.
5 Rekruitmen kerang Pharella acutidens setiap stasiun penelitian.
6 Kemungkinan kerang P. acutidens tereksploitasi (Probability of capture)
setiap stasiun penelitian.
7 Probalilitas tertangkap kerang Pharella acutidens di ekosistem mangrove
Teluk Cempi
8 Matriks kesesuaian habitat kerang Pharella acutidens
9 Atribut tabel peta kesesuaian habitat Pharella acutidens

45
46
48
50
52
53
54
55
58

1

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Salah satu keanekaragaman hayati SDA perikanan ialah individu moluska.
Moluska (keong laut, kerang-kerangan dan cumi-cumi) merupakan kelompok biota
perairan laut Indonesia yang memiliki tingkat keragaman paling tinggi. Spesies
moluska banyak hidup di daerah ekosistem karang, lamun dan mangrove (Dahuri
2003). Dalam kawasan pesisir tropis moluska adalah invertebrata yang paling besar
nilai kelimpahannya terutama pada daerah pasang surut, estuary, lagon dan pantai
(Brusca & Brusca 1990, Hendrikx et al. 2007). Pada ekosistem mangrove, moluska
dan krustasea umumnya lebih tinggi nilai kelimpahannya dari Phylum lainnya
(Morton 1990).
Salah satu spesies dari moluska ialah kerang Pharella acutidens (Gambar
1), kalapi uhu adalah sebutan masyarakat lokal Kabupaten Dompu untuk kerang
yang hidup di daerah ekosistem mangrove ini, serta merupakan salah satu sumber
protein dan memiliki nilai ekonomis. Menurut Carpenter & Niem (1998) bivalvia
Pharella acutidens termasuk ke dalam Ordo Veneroida dan Famili Solenidae
(Cultellidae). Genus Pharella ini selain terdiri dari spesies P. acutidens atau dikenal
Sharp razor clam, juga terdapat spesies P. javanica atau Javanese razor clam.

9.3 cm

Gambar 1. Kerang Pharella acutidens
Kerang merupakan salah satu makanan laut yang populer karena kelezatan
dan kandungan gizi kerang yang bermanfaat. Sama dengan ikan, kerang juga
mengandung protein dan mikro mineral serta sebagai sumber protein yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan. Manfaat kerang sebagai bahan makanan adalah
sebagai sumber vitamin B12, nutrisi penting bagi kesehatan kardiovaskular.
Vitamin ini berperan dalam menjinakkan homosistein, substansi yang terbentuk
dari siklus metionin menjadi sistein, yaitu zat kimia yang biasa dikaitkan dengan
gangguan dinding pembuluh darah (Komala 2012).
Hutan mangrove merupakan habitat bagi moluska. Menurut Kartawinata et
al. (1979) & Toro (1979) in Dahuri (2003) tercatat ada 65 spesies moluska yang
hidup di perairan hutan mangrove di Indonesia. Tomascik et al. (1997) menyatakan
bivalvia di hutan mangrove Indonesia hanya diwakili oleh sedikit spesies. Bivalvia
yang terdapat di tanah hutan mangrove harus dapat mentoleransi periode yang
panjang dari suhu yang tinggi dan oksigen yang rendah, akibatnya hanya sedikit
grup yang dapat beradaptasi terhadap kondisi ini. Bivalvia menjadi komponen
bentik yang dominan di batas menghadap ke laut dari hutan mangrove yang

2
seringkali ditandai oleh intertidal dengan hamparan lumpur yang luas. Salah satu
tantangan yang menarik dalam bidang perikanan dan kelautan ialah
memprediksikan dan membuktikan bahwa suatu habitat dapat mempengaruhi
kondisi populasi fauna yang hidup didalamnya (Vasconcelos et al. 2014).
Sejauh ini publikasi tentang spesies kerang P. acutidens masih sangat
terbatas. Davy & Graham (1982) melaporkan kerang P. acutidens sebagai komoditi
perdagangan di Philipina. Han et al. (2003) menginformasikan keberadaan P.
acutidens sebagai salah satu jenis bivalvia di ekosistem mangrove semenanjung
Leizhou, China dan Tang et al. (2007) tentang keberadaan P. acutidens di hutan
mangrove Zhanziang Teluk Yingluo Provinsi Guangdong, China. Tanjung (2005)
mendeskripsikan tingkat kematangan gonad secara kualitatif serta beberapa aspek
biologi lainnya. Febrita et al. (2006) mendapatkan kerang telah mengakumulasi
logam Pb dan Cu. Hamli et al. (2012) melaporkan ditemukan kerang Pharella
acutidens pada habitat mangrove yang bersubstrat lumpur di pesisir Serawak,
Malaysia dan Efriyeldi (2012) meneliti terkait ekobiologi kerang Pharella
acutidens di ekosistem mangrove pesisir Kota Dumai, Riau.
Informasi maupun penelitian yang terkait dengan kerang P. acutidens di
Indonesia belum banyak ditemukan. Salah satu daerah yang memiliki sumberdaya
P. acutidens ialah ekosistem mangrove di Teluk Cempi. Kabupaten Dompu, Nusa
Tenggara Barat. P. acutidens merupakan salah satu sumberdaya yang diminati dan
telah sekian lama dijadikan bahan makanan oleh masyarakat pesisir Teluk Cempi
dan Kabupaten Dompu.
Selain sebagai salah satu sumber protein bagi masyarakat, kerang Pharella
acutidens juga mempunyai peran ekologis. Lubang-lubang yang dibangun kerang
dapat membantu masuknya oksigen ke dalam substrat hutan mangrove yang sering
mengalami kondisi anoksik. Cara makan kerang yang bersifat filter feeder dapat
menurunkan tingkat kekeruhan perairan karena mengabsorpsi partikel seston
organik dan anorganik, sehingga cahaya yang mencapai dasar menjadi meningkat
(Newell 1977). Bivalvia juga memainkan peranan penting lainnya dalam ekosistem
laut, yaitu mengontrol aliran material dan energi (Dame 1996 & Gosling 2003 in
Gomes & Vanin 2005). Dengan demikian perlu adanya upaya pengkajian terkait
asosiasi antara habitat dan fauna yang ada di dalamnya khususnya kerang Pharella
acutidens.
Secara umum tujuan pengelolaan perikanan dapat dibagi ke dalam empat
kelompok, yaitu biologi, ekologi, ekonomi dan sosial, dimana tujuan sosial
mencakup tujuan politik dan budaya. Sedangkan tujuan utama pengelolaan
perikanan adalah untuk menjamin hasil tangkapan yang berkelanjutan dari waktu
ke waktu dari berbagai stok ikan (resource conservation), terutama melalui
berbagai tindakan pengaturan dan pengayaan yang meningkatkan kehidupan sosial
nelayan dan sukses ekonomi bagi industri yang didasarkan pada stok ikan (Widodo
& Suadi 2006).
Menurut FAO (1997) in Widodo & Suadi (2006), pengelolaan perikanan
adalah proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis,
perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya dan
implementasi dari aturan-aturan di bidang ikan dalam rangka menjamin
kelangsungan produktivitas sumber, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya.
Pengelolaan sumberdaya perikanan saat ini menuntut perhatian penuh dikarenakan
oleh semakin meningkatnya tekanan eksploitasi terhadap berbagai stok ikan.

3
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat khususnya pada
paruh awal tahun 1970-an, tekanan terhadap wilayah pesisir dan laut Indonesia
semakin besar. Konsekuensinya, masalah lingkungan yang terkait dengan wilayah
pesisir muncul, faktor pencetus secara umum dapat diidentifikasi sebagai berikut
(modifikasi dari Olsen et al. 1989, Grigalunas & Congar 1995 in Adrianto et al.
2004):
 Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat di wilayah pesisir.
 Pertumbuhan signifikan pada industri wisata bahari (termasuk wisata
pantai dan industri lainnya).
 Penggunaan area pesisir sebagai tempat pembuangan limbah.
 Produktifitas yang tinggi dari ekosistem mangrove, terumbu karang,
padang lamun dan ekosistem produktif lainnya dalam kokndisi terancam.
Sebagai sumber protein bagi masyarakat, kerang Pharella acutidens banyak
dicari dan dikumpulkan oleh masyarakat pesisir Teluk Cempi dengan cara menggali
substrat yang berada dalam ekosistem mangrove yang ditandai dengan adanya
lubang-lubang kerang tersebut. Produksi kerang P. acutidens di ekosistem
mangrove pesisir Teluk Cempi terjadi penurunan. Berdasarkan informasi dari
nelayan yang biasa menangkap biota atau ikan di ekosistem mangrove pesisir Teluk
Cempi bahwa kerang ini semakin sulit didapatkan. Hal ini kemungkinan terjadi
karena terjadinya pemanfaatan kerang yang berlebih dan rutin dilakukan
masyarakat, kemungkinan lain adalah akibat penurunan kualitas habitat yaitu
ekosistem mangrove, hal ini terlihat dari adanya konversi lahan mangrove menjadi
lahan tambak dan juga penebangan pohon untuk dimanfaatkan kayunya.
Melihat potensi kerang P. acutidens yang semakin menurun di ekosistem
mangrove pesisir Teluk Cempi. Kabupaten Dompu. Nusa Tenggara Barat dan
masih terbatasnya informasi tentang kerang tersebut. Maka perlu dilakukan
penelitian terkait kondisi sumberdaya kerang pharella acutidens di ekosistem
mangrove Teluk Cempi. Pada akhirnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
dasar informasi terkait program pemanfaatan sumberdaya kerang, konservasi
maupun rehabilitasi.
Perumusan Masalah
Penurunan potensi sumberdaya kerang Pharella acutidens di ekosistem
mangrove pesisir Teluk Cempi. Kabupaten Dompu diprediksikan akibat adanya
pemanfaatan yang berlebihan dan rutin dilakukan serta terjadinya penurunan
kualitas ekosistem mangrove dampak dari adanya konversi lahan mangrove
menjadi area tambak dan penebangan pohon mangrove, diduga sebagai faktor
penyebab menurunnya potensi sumberdaya kerang P. acutidens di pesisir Teluk
Cempi. Kabupaten Dompu. Mengingat kerang P. acutidens sebagai sumber protein
yang memiliki nilai ekonomis, sepatutnya ada upaya dalam konservasi dan
rehabilitasi kawasan atau ekosistem mangrove yang hasilnya terlihat pada
keberlangsungan potensi spesies yang hidup di kawasan maupun ekosistem tersebut.
Maka dibutuhkan informasi yang memadai salah satunya ialah Kondisi
Sumberdaya Kerang Pharella acutidens di Ekosistem Mangrove Teluk Cempi,
Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sumberdaya kerang
Pharella acutidens yaitu kelimpahan, pertumbuhan serta kemungkinan tertangkap
(probability of capture) pada ekosistem mangrove di Teluk Cempi.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam upaya
maupun program-program konservasi dan rehabilitasi dalam rangka meningkatkan
kualitas habitat dan produktifitas sumberdaya kerang Pharella acutidens yang
berkelanjutan.
Kerangka Pemikiran
Sumberdaya kerang Pharella acutidens sangat erat pengaruhnya dengan
kualitas suatu habitat dalam hal ini ialah ekosistem mangrove yang menyangga
semua kehidupan biota yang ada di dalamnya. Jika kondisi kualitas ekosistem
mangrove menurun maka berdampak pada keberlangsungan hidup biota yang ada
di dalamnya dan begitu pula sebaliknya.
Karakteristik mangrove
Populasi P.acutidens

Eksploitasi

Kualitas perairan

Input

AIr
Substrat

Analisis kelimpahan, pertumbuhan,
kemungkinan tertangkap kerang
Pharella acutidens dan
karakteristik ekosistem mangrove

Prosses

Output

Kondisi sumberdaya kerang Pharella acutidens di
ekosistem mangrove Teluk Cempi, Kabupaten Dompu,
Nusa Tenggara Barat

Gambar 2. Kerangka pemikiran kondisi sumberdaya kerang Pharella acutidens
di ekosistem mangrove Teluk Cempi, Kabupaten Dompu,
Nusa Tenggara Barat
Menurunnya populasi P. acutidens pada ekosistem mangrove pesisir Teluk
Cempi tidak lepas dari konversi lahan mangrove, penebangan mangrove dan pola
pemanfaatan kerang pada khususnya kerang P.acutidens yang cenderung sering dan
berlebihan sehingga menurunkan populasi kerang P. acutidens. Input dari

5
penelitian ini ialah faktor-faktor penting yang dapat menggambarkan kondisi
ekologi dan sosial yang terkait dengan sumberdaya kerang P. acutidens. Output dari
penelitian ini ialah Kondisi Kerang Pharella acutidens di ekosistem mangrove yang
didalamnya ialah kelimpahan, pertumbuhan, kemungkinan tertangkap serta kondisi
habitat (Gambar 2), sehingga bisa menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan
kebijakan – kebijakan terkait sumberdaya kerang P. acutidens maupun habitatnya
yaitu ekosistem mangrove.

6

2

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ekosistem mangrove pesisir Teluk Cempi,
Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan bulan Mei 2015
sampai bulan November 2015, meliputi pengamatan, pengambilan data sampel
kerang dan mangrove di lapangan, serta pengambilan data sosial pada masyarakat
pesisir Teluk Cempi.

Gambar 3. Lokasi stasiun penelitian
Tabel 1. Posisi stasiun pengamatan di pesisir Teluk Cempi, Kabupaten Dompu
Stasiun

Lintang Selatan

Bujur Timur

1

8º36’14.7”

118º24’06.”

2

8º36’27.8”

118º23’16.”

3

8º36’40.0”

118º23’25.”

4

8º37’13.5”

118º24’15.”

5

8º37’27.9”

118º24’51.”

6

8º37’19.5”

118º25’18.”

Data
Mangrove, Pharella acutidens
parameter fisika dan kimia perairan
Mangrove, Pharella acutidens
parameter fisika dan kimia perairan
Mangrove, Pharella acutidens
parameter fisika dan kimia perairan
Mangrove, Pharella acutidens
parameter fisika dan kimia perairan
Mangrove, Pharella acutidens
parameter fisika dan kimia perairan
Mangrove, Pharella acutidens
parameter fisika dan kimia perairan

Pengambilan sampel dilakukan pada 6 stasiun pengamatan (Gambar 3 dan
Tabel 1) dengan dasar keberadaan spesies kerang Pharella acutidens yaitu adanya
lubang kerang, substrat yang terendam pada saat pasang dan tidak kering pada saat

7
surut serta vegetasi mangrove yang berbeda jenis, kerapatan dan penutupannya.
Pengambilan data sosial dilakukan di 2 Kecamatan dalam 1 kabupaten yaitu
Kecamatan Dompu, Kecamatan Woja dalam Kabupaten Dompu. Adapun desa
pengambilan sampel adalah lain Desa Nowa dan Mbawi.
Metode Pengambilan Data
Pengumpulan data dengan menggunakan lebih dari satu metode
pengumpulan data yang terdiri dari observasi lapangan, kuesioner dan wawancara.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan data lebih lengkap dan akurat tentang obyek
yang diteliti.
Metode pengumpulan data melalui kuesioner yang disertai wawancara di
lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi sosial yang terkait atau
mempengaruhi kondisi ekosistem mangrove dan sumberdaya kerang Pharella
acutidens. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder seperti
terlihat pada Tabel 2.
Dalam Pengambilan data sampel kerang Pharella acutidens dan mangrove
dilakukan dengan cara purposive sample, yaitu menentukan stasiun penelitian
dengan sengaja, ditinjau dari faktor-faktor yang mengindikasikan adanya
sumberdaya kerang Pharella acutidens dalam ekosistem mangrove.
Karakteristik Ekosistem Mangrove dan Kerang Pharella acutidens
Pengambilan data ekosistem mangrove dilakukan terkait dengan
keberadaan kerang Pharella acutidens dalam stasiun. Terdapat enam stasiun dalam
penelitian ini, penetapan transek dilakukan secara purposive dengan menentukan
secara sengaja lokasi untuk dilakukan pengamatan. digunakan metode line transek
(Bengen 2001). Ukuran mangrove yang diukur untuk dijadikan sampel ialah yang
mempunyai lingkar batang >10 cm dan tinggi >1.5m. Hal ini dilakukan karena
asumsi bahwa mangrove yang memiliki lebar batang >10 cm mempunyai pengaruh
terhadap kerang Pharella acutidens. Dengan pelaksanaan sebagai berikut:
a) Diletakkan garis acuan yang tegak lurus dengan garis pantai mulai dari
pohon terluar ke arah darat atau tambak, yang dipasang di setiap stasiun.
b) Terdapat tiga buah petak atau sub stasiun pengamatan yang berukuran 10 m
x 10 m yang penentuan posisinya dengan menghitung jarak total lintasan
dibagi 3. Maka didapatkan jarak antar petak atau sub stasiun (Gambar 4)
c) Dilakukan pengamatan kelimpahan dan panjang kerang P. acutidens serta
identifikasi mangrove pada setiap petak sampel yang telah ditentukan,
dilakukan penghitungan jumlah individu setiap jenis tegakan mangrove
yang memiliki lingkar batang >10 cm dan tinggi >1.5 m.
Sebelum dilakukan pengambilan kerang Pharella acutidens dipasang
lintasan transek di dalam kawasan mangrove pada setiap stasiun. Transek ini juga
merupakan transek yang digunakan untuk mengukur populasi Pharella acutidens.
Cara pengambilan kerang dilakukan sama seperti yang nelayan lakukan, yaitu
dengan metode hand pick, mencari lubang kerang lalu menggalinya dengan
menggunakan sekop, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

8
kesulitan dalam menemukan dan mengambil kerang pada setiap stasiun yang
masing-masing memiliki vegetasi mangrove yang berbeda.
Kemudian kerang diukur panjang cangkangnya dan setalah itu kerang
tersebut diletakkan kembali di substrat dimana kerang itu ditemukan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana terjadinya pengurangan populasi Kerang
Pharella acutidens pada setiap stasiun karena adanya aktivitas pemanfaatan kerang
tersebut.

Gambar 4. Ilustrasi transek
Kualitas Perairan dan Substrat
Dalam penelitian ini, ada beberapa parameter kualitas air yang diambil pada
saat pasang dan surut ialah sebagai data kondisi perairan. Adapun parameter yang
diambil sebagai data kualitas air adalah suhu, pH, salinitas, kecerahan periran atau
visibilitas, kecepatan arus, nitrat, nitrit dan ammonia. Khusus pada pengukuran
nitrat, nitrit dan amonia menggunakan API master test kit, yaitu merupakan alat
pengukuran yang menggunakan beberapa reagen atau cairan sebagai pereaksi
(Gambar 5). Hal ini dilakukan karena dalam wilayah Kabupaten Dompu dan
Kabupaten Bima tidak memiliki fasilitas laboratorium yang dapat menganalisis
sampel tersebut. Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan pada saat
pasang dan surut setiap kali pengambilan sampel kerang P. acutidens dilakukan.

Gambar 5. API master test kit (kiri) dan digunakan saat penelitian (kanan)
Data substrat dalam penelitian ini diambil pada 3 mulut muara yaitu di
Nanga Sara yang mencakup stasiun 1,2 dan 3, Nanga Mbawi mencakup stasiun 4
dan Nanga Jambu mencakup stasiun 5 dan 6. Adapun parameter yang diukur pada

9
sampel substrat ialah tekstur substrat, Hg (mercury) dan C-Organik, analisis terkait
sampel substrat dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan.
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan nomor kode laboratorium M. 538
(Lampiran 1).
Dimensi Sosial Terkait Sumberdaya Kerang Pharella acutidens
Pengambilan data dimensi sosial sumberdaya kerang Pharella acutidens
dilakukan dengan wawancara serta kuesioner (Lampiran 2) terhadap 30 responden
yang di dalamnya merupakan nelayan dan penjual serta kerang di 3 desa yang
melakukan pemanfaatan kerang pada Teluk Cempi guna mencari keterkaitan fakta
dan faktor sosial terhadap perkembangan sumberdaya kerang Pharella acutidens.
Tabel 2. Jenis dan sumber data
No
A
1.
2.
3.

4.
5.
B

Jenis Data
Data Primer
Karakteristik vegetasi mangrove
Kelimpahan dan distribusi kerang
Pharella acutidens
Parameter perairan
Temperatur
Salinitas
pH
Kecerahan perairan (Visibility)
Amonia
Nitrit
Nitrat
Kecepatan arus
Komposisi dan kandungan substrat
Aktivitas dan jenis kegiatan nelayan
Data Sekunder
Kondisi umum Kabupaten Dompu

Sumber Data
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung

Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Uji laboratorium
Observasi dan wawancara
Badan Pusat Statistik

Analisis Data
Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove
Struktur komunitas vegetasi mangrove dihitung dengan merujuk pada
English et al. (1994) dan Bengen (2002), meliputi :
a. Kerapatan jenis (Di) adalah tegakan jenis ke i dalam suatu unit area :
Di = ni/A …………………………………………..……… (1)
Keterangan : Di = kerapatan jenis ke- i (pohon/ha),
ni = jumlah tegakan jenis ke- i,
A = luas total area pengambilan contoh (m2)

10
b. Kerapatan relatif jenis (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan
jenis i (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n) :
RDi = (ni/∑n) x 100……………………………...….….. (2)
c. Frekuensi jenis (Fi) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam petak contoh
yang diamati :
Fi = pi/∑p………………………………………...………(3)
d. Frekuensi relatif jenis (RFi) adalah perbandingan antara frekuensi jenis i (Fi)
dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F) :
RFi = (Fi/∑F) x 100 …………………………...……….. (4)
Keterangan :
Fi = frekuensi jenis i, pi = jumlah petak contoh
dimana jenis i ditemukan p = jumlah total petak contoh diamati.
e. Penutupan jenis (Ci) atau Dominasi jenis adalah luas penutupan jenis i
dalam suatu unit area :
Ci = ∑BA/A …………………………………………… (5)
Keterangan : BA = π DBH2/4 (dalam cm2), π (3.1416) adalah suatu
konstanta dan DBH adalah diameter batang pohon jenis i, A = luas total area
pengambilan contoh (luas total petak contoh/plot). DBH= CBH / π (dalam
cm), CBH adalah lingkaran pohon setinggi dada orang dewasa (±1.3 m).
f. Penututupan relatif jenis (RCi) atau Dominasi relatif adalah perbandingan
antara luas area penututupan jenis i (Ci) dan luas total area penutupan antara
seluruh jenis (∑C) :
RCi = (Ci/∑C) x 100 ………………………………….. (6)
g. Nilai Penting (NP) adalah jumlah nilai kerapatan relatif jenis (RDi),
frekuensi relatif jenis (RFi) dan penututupan relatif jenis (RCi) :
NP = RDi + RFi + RCi ………………………………...(7)
Kelimpahan, Pertumbuhan dan Kemungkinan Tertangkap (Probability of
Capture), Kesesuaian Habitat Kerang Pharella acutidens
Untuk menentukan kelimpahan kerang Pharella acutidens digunakan
formula menurut Krebs (1989) :
Jumlah ind. suatu spesies
2

Kelimpahan (ind./m ) =

....(8)
Total area pengamatan

Untuk mengetahui pengaruh habitat khususnya kerapatan vegetasi mangrove
dan total penutupan jenis mangrove terhadap kelimpahan, maka dilakukan uji
regresi linear sederhana dengan persamaan:
Y = a + bX……………………………………………………......(9)

11
Keterangan : Y = variabel terikat (dependent variable), a = konstanta regresi,
bX = nilai turunan atau peningkatan variabel bebas (independent variable),
dilakukannya kedua analisis regresi antara kerapatan dan luas penutupan jenis
mangrove (total luas penampang batang atau basal area seluruh jenis mangrove)
bertujuan untuk membandingkan varibel manakah yang paling berpengaruh dalam
kelimpahan kerang Pharella acutidens yang mungkin bisa diaplikasikan dalam
menganalisis hubungan serta pengaruh mangrove bagi bivalvia yang berada di
ekosistem mangrove.
Analisis untuk mengestimasi pertumbuhan kerang Pharella acutidens
dilakukan dengan metode Electronic Lengths Frequency Analysis (ELEFAN I), data
yang digunakan ialah frekuensi panjang cangkang pada setiap kelas panjang
(kohort) dengan interval 0.25 cm (interval terkecil dalam aplikasi FiSAT II),
panjang cangkang infinity (L∞), koefisien pertumbuhan (K), dengan mengikuti
model pertumbuhan Von Bertalanffy merujuk pada (Pauly & David 1981) dan
(Sparre & Venema 1999):
L(t) = L∞ [1-exp (-K(t-t0))]………………………………………….(10)
Keterangan : L(t) = menyatakan panjang (L) sebagai suatu fungsi umur ikan
(t), L∞ = panjang infiniti/asimtotis, K = koefisien pertumbuhan atau parameter
kulvatur, t = umur atau waktu (dalam bulan atau tahun), exp = fungsi eksponensial,
t0 = parameter waktu,
Kondisi awal atau umur teoritis saat panjang nol (bulan atau tahun)
menggunakan rumus empiris Pauly (1984):
log(-t0) =-0,3922-0,2752*log(L∞)-1,038*log(K)…………………....(11)
Analisis untuk mengestimasi mortalitas, digunakan metode LengthConverted Catch Curves dalam aplikasi FiSAT II dengan formula:
ln(Ni/∆ti) = a + b · ti............................................................................(12)
keterangan : N = jumlah kelas ke-i, ∆t = waktu yang dibutuhkan oleh ikan
untuk tumbuh dalam kelas panjang ke-i, t = umur relatif (t0 = 0) yang terhubung
dengan nilai tengah kelas ke-i, b = slope yang merupakan estimasi nilai Z
(mortalitas total).
Nilai M (koefisien mortalitas alami per tahun) dipakai rumus empiris pauly
(1980):
log(M) = -0.0066-0.279*log(L∞)+0.6543*log(K)+0.4634*log(T)…(13)
Menurut Sparre & Venema (1999), Pauly (1980) menyusun rumus Nilai M
(koefisien mortalitas alami per tahun) terhadap K (per tahun), L∞ (cm) dan T
(rataan suhu dalam derajat celcius), namun perlu diingat bahwa rumus tersebut
hanya memberikan suatu dugaan yang termasuk dalam kelas “estimated qualified”
untuk analisis stok ikan (pisces) tapi mungkin dapat meleset jauh dalam analisis
stok spesies bukan ikan (pisces), maka dalam penelitian ini analisis mortalitas
bertujuan lebih untuk melihat kemungkinan kerang tertangkap atau tereksploitasi
(probability of capture) pada setiap stasiun penelitian.

12
Pendugaan kemungkinan tertangkap (probability of capture) diasumsi
menggunakan alat tangkap Trawl-type selection dengan alasan karena pengamatan
kerang Pharella acutidens di lokasi penelitian dilakukan dengan menggali lubanglubang yang dibentuk oleh kerang tersebut, semakin besar ukuran cangkang kerang
akan semakin besar lubang yang terbentuk. Semakin besar lubang maka semakin
mudah untuk ditemui atau terlihat, begitupun sebaliknya. Pendugaan kemungkinan
tertangkap menggunakan formula :
ln((1/PL)-1) = S1 - S2 · L …………………………………………….(14)
Keterangan : PL = kemungkinan tertangkap untuk panjang L, ln = Loge,
logaritma dengan dasar e, S1, S2 adalah variabel dalam model logistik.
Menurut Kurnia et al. (2014) pengelolaan perikanan dengan pendekatan
ekosistem dapat saja dengan membentuk kawasan konservasi atau suaka perikanan
untuk daerah asuhan suatu sumber daya perikanan tersebut. Namun demikian,
mengendalikan pemanfaatan ekosistem pesisir, baik daratan maupun perairan akan
lebih baik dalam menjaga kualitas habitat, maka dari itu perlu adanya pengkajian
kesesuaian habitat untuk kerang Pharella acutidens. Penentuan kesesuaian habitat
untuk kerang Pharella acutidens dilakukan dengan pengamatan spasial,
menggunakan pendekatan sistem informasi geografis (SIG) untuk mendapatkan bobot
dan skor dalam menentukan kelas kesesuaian. Proses yang dilakukan melalui tahapan
penyusunan basis data spasial dan teknik tumpang susun (overlay) dalam kawasan yang
ditentukan. Kesesuaian habitat kerang Pharella acutidens secara spasial menggunakan
beberapa parameter yaitu suhu, pH, salinitas, kerapatan vegetasi mangrove,
penutupan vegetasi mangrove, kelimpahan kerang Pharella acutidens dan tekenan
yang diberikan, dalam hal ini ialah kemungkinan tertangkap. skoring dan
pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Skoring habitat kerang Pharella acutidens
Klasifikasi
Parameter
Kelimpahan
(ind/100m2)
Tekanan
Penutupan
(m2/100m2)
Kerapatan
(ind/ha)
Suhu (ºC)
Salinitas (‰)
pH

Skor
Bobot

Sangat
sesuai

Sesuai

Kurang
sesuai

11 - 15

6 - 10

1-5

25

Lc > L50

Lc = L50

Lc < L50

20

≥0.20

≥0.10 -