Pemanfaatan Pasir Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Cikeruh yang Melalui Wilayah Bogor sebagai Agregat Halus Pembuatan Beton Normal

PEMANFAATAN PASIR SUNGAI CILIWUNG, CISADANE,
DAN CIKERUH YANG MELALUI WILAYAH BOGOR
SEBAGAI AGREGAT HALUS PEMBUATAN BETON NORMAL

EKO RIYANDI GINTING

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Pasir
Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Cikeruh yang Melalui Wilayah Bogor sebagai
Agregat Halus Pembuatan Beton Normal adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Eko Riyandi Ginting
NIM F44100037

ABSTRAK
EKO RIYANDI GINTING. Pemanfaatan Pasir Sungai Ciliwung, Cisadane, dan
Cikeruh yang Melalui Wilayah Bogor sebagai Agregat Halus Pembuatan Beton
Normal. Dibimbing oleh ERIZAL.
Kota Bogor umumnya memperoleh pasir dari Sungai Cimangkok yang berada
di Kota Sukabumi sebagai bahan bangunan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemberdayaan pasir lokal, salah satunya dengan pengkajian kualitas pasir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengujian pasir Sungai Ciliwung,
Cisadane, dan Cikeruh, serta mengetahui sifat beton normal yang dihasilkannya,
meliputi kuat tekan beton. Sebagai perbandingan, digunakan pasir kontrol yaitu
pasir Sungai Cimangkok dari Kota Sukabumi. Tahapan penelitian ialah berupa
pengujian material, perhitungan rencana campuran beton berdasarkan SNI 032834-2000, pembuatan benda uji beton kubus berukuran 15x15x15 cm, pengujian
kuat tekan, dan analisis data. Hasil pengujian saringan agregat halus menunjukkan
bahwa pasir kontrol, pasir Sungai Ciliwung, dan pasir Sungai Cisadane berada pada

gradasi 2, sedangkan pasir Sungai Cikeruh berada pada gradasi 3. Kuat tekan
terbesar dihasilkan beton dengan pasir Sungai Cikeruh yaitu sebesar 8,96 MPa,
12,59 MPa, dan 18,74 MPa berturut-turut pada usia 7, 14, dan 28 hari.
Kata Kunci: beton, kuat tekan, pasir, pengujian material, SNI 03-2834-2000

ABSTRACT
EKO RIYANDI GINTING. Utilization of Ciliwung, Cisadane, and Cikeruh River
Sand that Pass Bogor Area as Fine Aggregate in Normal Concrete Manufacturing.
Supervised by ERIZAL.
Bogor generally obtain a supply of sand from the Cimangkok river,
Sukabumi, as a building material. Therefore, it should be important the
empowerment of local sand, one of the study of the quality of sand. This study aims
to find out the Ciliwung, Cisadane, and Cikeruh river sand test results and knowing
the nature of normal concrete that is produced, covering the compressive strength
of concrete. In comparison, the control sand used is from Cimangkok river,
Sukabumi. The study step is material testing, concrete mix plan calculating based
on SNI 03-2834-2000, making cube concrete test things shaped measuring
15x15x15 cm, compressive strength testing, and data analysis. The fine aggregate
sieve test results indicate that the control sand, Ciliwung river sand, and Cisadane
river sand gradation be at 2, while Cikeruh river sand gradation is at 3. The largest

compressive strength produced by concrete with Cikeruh river sand at 8,96 MPa,
12,59 MPa, and 18,74 MPa respectively at ages 7, 14, and 28 days.
Keywords: compressive strength, concrete, material testing, sand, SNI 03-28342000

PEMANFAATAN PASIR SUNGAI CILIWUNG, CISADANE,
DAN CIKERUH YANG MELALUI WILAYAH BOGOR
SEBAGAI AGREGAT HALUS PEMBUATAN BETON NORMAL

EKO RIYANDI GINTING

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Departemen Teknik sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Pemanfaatan Pasir Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Cikeruh yang
Melalui Wilayah Bogor sebagai Agregat Halus Pembuatan Beton
Normal
Nama
: Eko Riyandi Ginting
NIM
: F44100037

Disetujui oleh

Dr. Ir. Erizal, M.Agr
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
pengaruh agregat halus pada beton normal, dengan judul Pemanfaatan Pasir Sungai
Ciliwung, Cisadane, dan Cikeruh yang melalui Wilayah Bogor sebagai Agregat
Halus Pembuatan Beton Normal.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku
pembimbing, serta kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS dan Bapak Sutoyo,
STP, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Fauzan, ST. MT. dan Ibu Dr. Ir.
Meiske Widyarti, M.Agr yang telah banyak membantu proses penggunaan
laboratorium, serta kepada Ibu Ety dan Bapak Dodi sebagai laboran. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik-adik, serta seluruh
kerabat, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Eko Riyandi Ginting


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Beton Normal

2

Agregat

3

Kuat Tekan beton

3

METODE

4

Alat dan Bahan


4

Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Semen dan Agregat

7
7

Desain Beton Berdasarkan SNI 03-2834-2000

10

Hasil Uji Kuat Tekan

12


SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17


RIWAYAT HIDUP

29

DAFTAR TABEL
1 Unsur beton

2
2 Rancangan spesifikasi beton normal
3
3 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur
6
4 Hasil uji konsistensi normal semen
7
5 Hasil uji ikat semen
8
6 Hasil uji saring agregat halus
8
7 Hasil uji saring agregat kasar
9
8 Hasil uji berat jenis, penyerapan air, dan kandungan lumpur agregat halus
9
9 Hasil uji berat jenis, penyerapan air, dan kandungan lumpur agregat kasar 10
10 Berat jenis relatif agregat
100
11 Berat agregat gabungan
111
12 Jumlah pasir dan kerikil
11
13 Jumlah komposisi campuran material per meter kubik
11
14 Jumlah komposisi campuran material 1 benda uji kubus 15x15x15 cm
111
15 Hasil uji tekan beton dengan pasir kontrol
12
16 Hasil uji tekan beton dengan pasir Sungai Ciliwung
12
17 Hasil uji tekan beton dengan pasir Sungai Cisadane
13
18 Hasil uji tekan beton dengan pasir Sungai Cikeruh
13

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir perhitungan perencanaan beton normal berdasarkan SNI 03-2834-

2000
2 Trendline hasil uji konsistensi normal semen
3 Grafik peningkatan kuat tekan beton usia 7, 14, dan 28 hari

5
7
14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir tahapan penelitian
2 Grafik daerah gradasi pasir kontrol
3 Grafik daerah gradasi pasir Sungai Ciliwung
4 Grafik daerah gradasi pasir Sungai Cisadane
5 Grafik daerah gradasi pasir Sungai Cikeruh
6 Grafik daerah gradasi agregat kasar
8 Perhitungan Faktor Air Semen
7 Persentase pasir gradasi 2 terhadap total agregat
8 Persentase pasir gradasi 3 terhadap total agregat
9 Grafik berat isi beton dengan pasir kontrol dan pasir Sungai Ciliwung
10 Grafik berat isi beton dengan pasir Sungai Cisadane
11 Grafik berat isi beton dengan pasir Sungai Cikeruh
12 Perhitungan desain campuran beton berdasarkan SNI 03-2834-2000
13 Tampilan hasil uji tekan beton pada UTM (Universal Testing Machine)

17
18
18
19
19
20
20
21
22
23
24
25
26
28

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Bogor merupakan salah satu kota dengan laju pembangunan yang sangat
pesat saat ini sehingga kebutuhan terhadap pasir untuk konstruksi sangat besar.
Sebenarnya, sumber pasir di Kota dan Kabupaten Bogor cukup besar karena dialiri
oleh 2 sungai besar dan 7 anak sungai. Namun, dalam pembangunannya, wilayah
Bogor umumnya memperoleh pasokan pasir dari Sungai Cimangkok yang berada
di Kota Sukabumi. Mengingat hal tersebut, perlu dilakukan pemberdayaan pasir
lokal di Kota Bogor. Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah dengan
pengkajian kualitas pasir agar dapat menentukan kegunaan pasir lokal tersebut
dengan tepat dalam pekerjaan konstruksi. Beberapa pengkajian kualitas pasir
sebagai bahan bangunan sebelumnya sudah pernah dilakukan. Menurut Sutarno
(2008), pasir lokal wilayah Semarang yang diperoleh dari lokasi penambangan
Panjangan, Kedungsari, dan Kali Kreo layak digunakan sebagai bahan mortar
pasangan batu dan mortar untuk plesteran. Selain itu, ada pula beberapa penelitian
yang melakukan substitusi agregat untuk pembuatan beton. Menurut Aprizon et al.
(2008), beton dengan pasir dan kerikil Sungai Merangin untuk fas 0,6 dengan
kandungan semen berturut-turut 305 kg/m3 dan 324 kg/m3 diperoleh kuat tekan
beton 24,94 MPa dan 23,49 MPa. Selain itu, Rofikatul (2010) juga melakukan
pengkajian adanya pengaruh lumpur lapindo terhadap kuat tekan batako. Adanya
substitusi lumpur lapindo ini mempengaruhi kuat tekan batako. Kajian-kajian
tersebut menguatkan dugaan atas adanya potensi pasir-pasir lokal maupun bahanbahan lain yang digunakan sebagai material penyusun beton yang mampu
meningkatkan kuat tekan beton.
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm (Badan Standarisasi Nasional 2000). Pasir merupakan
agregat alami yang berasal dari letusan gunung merapi, sungai, dalam tanah, dan
pantai. Oleh karena itu, pasir dapat digolongkan dalam tiga macam yaitu pasir
galian, pasir laut, dan pasir sungai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kualitas pasir sungai di wilayah Bogor, baik Kota maupun Kabupaten Bogor, dalam
pemanfaatannya sebagai agregat halus beton. Sungai yang diambil pasirnya untuk
bahan penelitian ini ialah Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan Sungai Cikeruh.
Sedangkan, untuk beton kontrol, digunakan pasir Sungai Cimangkok yang melalui
Kota Sukabumi dan merupakan pasir yang sangat umum digunakan di Kota dan
Kabupaten Bogor sebagai bahan pekerjaan konstruksi.
Perumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya, akan diteliti penggunaan pasir yang berasal dari sungai-sungai yang
melalui wilayah Bogor sebagai agregat halus pembuatan beton normal. Maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Karakteristik agregat halus pasir kontrol dan pasir Sungai Ciliwung, Cisadane,
dan Cikeruh.
2. Sifat mekanik yang dihasilkan oleh beton.

2

Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil
pengujian dan karakteristik agregat halus pasir Sungai Ciliwung, Cisadane, dan
Cikeruh, serta mengetahui sifat beton normal yang dihasilkan dengan menggunakan
pasir yang berasal dari 3 sungai tersebut, meliputi kuat tekan dan laju kenaikan kuat
tekan beton.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan
informasi hasil pengujian saringan, kadar lumpur, berat jenis, dan penyerapan air
pasir Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Cikeruh serta kekuatan beton yang
dihasilkannya berdasarkan perhitungan komposisi desain beton menurut SNI 032834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi menjadi beberapa bagian. Pertama,
pembuatan beton dibatasi pada penggantian pasir standar yaitu pasir Sungai
Cimangkok, dengan pasir Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Cikeruh. Kedua, sampel
yang digunakan dalam pembuatan beton berupa kubus dengan ukuran 15x15x15
cm. Ketiga, sifat mekanik beton yang diamati ialah kekuatan tekan yang diuji pada
usia 7, 14, dan 28 hari.

TINJAUAN PUSTAKA
Beton didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dengan mencampurkan
agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air tanpa tambahan zat aditif
(Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik 1971). Namun, definisi beton
saat ini sudah semakin luas diakibatkan semakin banyaknya penelitian atau kajian
yang dilakukan mengenai material penyusun beton. Beberapa hal seperti beton
normal, agregat, dan kuat tekan beton akan ditinjau lebih dahulu untuk memahami
isi penelitian.
Beton Normal
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200-2500) kg/m3
menggunakan agregat alam yang pecah (Departemen Pekerjaan Umum 1993).
Umumnya komposisi material pembentuk dan rancangan spesifikasi beton normal
tiap meter kubik dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Unsur beton
Agregat
Kasar + Halus
60 – 80%

Semen

Udara

7 – 15%

1 - 8%

Sumber: (Murdock dan Brook 1999)

Air
14 – 21%

3

Tabel 2 Rancangan spesifikasi beton normal
Semen

Pasir

Kerikil

Berat

σ Tekan

375 kg

764,5 kg

951,9 kg

2315 kg

20,45 MPa

Sumber: (Sukoyo 2008)

Agregat
Pengaruh kekuatan agregat terhadap beton sangat besar. Adapun faktor yang
mempengaruhi kekuatan agregat pada beton yaitu kandungan lumpur, kekerasan
agregat, dan gradasi agregat. Agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1. Batu, umumnya besar butiran lebih dari 40 mm.
2. Kerikil, untuk butiran antara 5 sampai 40 mm.
3. Pasir, untuk butiran antara 0,15 sampai 5 mm.
Besar ukuran maksimum agregat mempengaruhi kuat tekan beton. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan jumlah pasta semen yang diperlukan untuk mengisi
ruang yang terbentuk antara agregat. Pada agregat yang ukurannya lebih besar,
maka ruang atau pori-pori yang terbentuk semakin sedikit, sehingga jumlah pasta
juga sedikit. Hal ini mengakibatkan ikatan antara agregat tersebut menjadi lemah.
Gradasi agregat ialah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butiranbutiran agregat mempunyai ukuran sama (seragam) volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi maka volume pori menjadi kecil.
Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang besar, sehingga
pori-pori menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatan menjadi tinggi
(Tjokrodimulyo 1996).
Kuat Tekan Beton
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan beton yaitu:
1. Faktor air semen (FAS) dan kepadatan
Fungsi dari faktor air semen yaitu:
 Memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan
berlangsungnya pengerasan.
 Sebagai pelicin campuran kerikil, pasir, dan semen agar lebih mudah dalam
pencetakan beton.
Kekuatan beton bergantung pada perbandingan faktor air semennya.
Semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun, nilai
FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin
tinggi. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan,
yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan
menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai FAS minimum yang
diberikan Sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Mulyono 2004).
2. Umur beton
Kuat tekan beton akan bertambah seiring bertambahnya umur beton tersebut.
3. Jenis dan jumlah semen
Jenis semen berpengaruh terhadap kuat tekan beton, sesuai dengan tujuan
penggunaannya.

4

4. Sifat agregat
Beberapa sifat agregat yang mempengaruhi kuat tekan beton ialah:
 Kandungan lumpur
 Kekerasan agregat kasar
 Gradasi agregat.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada Maret-Mei 2014.
Pengujian material, pembuatan beton, dan analisis data akan dilakukan di
Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB. Secara umum, tahapan penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang
terlampir pada Lampiran 1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan berdasarkan
tahapan penelitian secara umum yang ditunjukkan pada diagram alir, yaitu berupa
pengujian material penyusun beton dan pembuatan beton. Pengujian material
terbagi menjadi 2 yaitu, pengujian semen dan pengujian agregat. Alat dan bahan
yang digunakan dalam pengujian semen berupa:
1. Satu set alat vicat
2. Timbangan
3. Gelas ukur kapasitas 200 ml, ketelitian 1 ml
4. Alat dan tempat pengaduk
5. Stopwatch.
Sedangkan, alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian agregat berupa:
1. Satu set saringan dengan ukuran lubang 0,8 - 4,75 mm dan 4,75 - 75 mm
2. Gelas ukur berkapasitas 250 ml dan biker (picnometer) berkapasitas 500 ml
3. Oven
4. Timbangan dengan ketelitian 1 gram
5. Pasir kontrol, pasir sampel, agregat kasar, dan air. Pasir Sungai Ciliwung
diperoleh dari Sungai Ciliwung yang melalui Kelurahan Pasir Mulya, Kota
Bogor. Pasir Sungai Cisadane diperoleh dari Sungai Cisadane yang melalui Desa
Karihkil, Kabupaten Bogor. Pasir Sungai Cikeruh diperoleh dari Sungai Cikeruh
yang melalui Desa Karang Tengah, Kabupaten Bogor. Pasir kontrol yang
digunakan adalah pasir Sungai Cimangkok yang diperoleh di Desa Cimangkok,
Kabupaten Sukabumi. Sedangkan agregat kasar diperoleh dari sumber yang
sama dengan pasir Sungai Ciliwung.
Selain itu, dibutuhkan pula alat dan bahan dalam proses pembuatan beton,
yaitu:
1. Tempat adukan
2. Cangkul
3. Satu set alat slump test
4. Timbangan
5. Bekisting berukuran kubus 15x15x15 cm.

5

Prosedur Analisis Data
Berdasarkan diagram alir penelitian, tahapan penelitian secara umum ialah
pengujian material dilanjutkan dengan pembuatan beton. Data yang diperoleh dari
pengujian semen langsung mengacu pada SNI 15-2049-2004. Sedangkan, pada
pengujian agregat dan pembuatan beton, dilakukan beberapa perhitungan.
Pengujian agregat terdiri dari 3 macam, yaitu uji saringan, uji kandungan
lumpur, serta uji berat jenis dan penyerapan. Penentuan berat jenis dan penyerapan
menggunakan persamaan (1), (2), dan (3).
BJ Curah kering =
BJ Curah =

A

(1)

B+S-C
S

(2)

B+S-C
S-A

Penyerapan air =

A

x 100%

(3)

Dengan:
A: berat benda uji kering oven (gram)
B: berat biker yang berisi air (gram)
C: berat biker, benda uji, dan air sampai batas pembacaan (gram)
S: berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)

Pembuatan beton diawali dengan perhitungan perencanaan yang mengacu
pada SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal. Langkah-langkah dalam perhitungan perencanaan beton normal
ditunjukkan pada Gambar 1.
Rencana Kuat
Tekan

Deviasi
Pembiasan

Kuat Tekan
Rata-rata yang
Ditargetkan

FAS (Faktor
Air Semen)

Slump

Kadar Air
Bebas dan
Kadar Semen

Susunan Butir
Agregat dan
Persentase
Agregat

Berat Isi Beton
(kg/m3)

Proporsi
Campuran 1
Benda Uji

Gambar 1 Diagram alir perhitungan perencanaan beton normal berdasarkan SNI
03-2834-2000
Perhitungan diawali dengan penentuan rencana kuat tekan dan perhitungan
deviasi pembiasan yang mengacu pada pembuatan beton yang pernah dilakukan
sebelumnya, sehingga diperoleh kuat tekan rata-rata yang ditargetkan. Kemudian
dilakukan perhitungan besarnya kadar air bebas dan kadar semen dengan
persamaan (4) dan (5).

6

2

Kadar air bebas = 3 Wh +

Dengan:
Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar

1
3

Wk

(4)

kg

3

Kadar semen (kg/m ) =
Dengan:
FAS: Faktor Air Semen

Kadar air ( 3 )
m
FAS

(5)

Penentuan FAS (Faktor Air Semen) ditentukan berdasarkan perkiraan
kekuatan tekan (MPa) beton dengan faktor air semen dan agregat kasar yang biasa
dipakai di Indonesia. Jumlah pasir dan kerikil diperoleh berdasarkan hasil uji
saringan dan berat jenis. Hasil uji saringan agregat halus akan menghasilkan jenis
gradasi setiap pasir. Berdasarkan gradasi, diperoleh persentase setiap pasir dan
kerikil untuk tiap jenis beton. Nilai persentase dan berat jenis beton tersebut
kemudian digunakan untuk memperoleh berat jenis relatif (berat jenis gabungan
pasir dan kerikil) sehingga diperoleh kadar agregat gabungan.
BJ relatif: (% pasir x BJ pasir) + (% kerikil x BJ kerikil)

(6)

Dengan:
% pasir: persentase pasir terhadap total agregat
BJ pasir: Berat jenis pasir (kondisi SSD atau jenuh kering permukaan)
% kerikil: persentase kerikil terhadap total agregat
BJ kerikil: Berat jenis kerikil (kondisi SSD atau jenuh kering permukaan)

Kadar agregat gabungan (kg/m3) = Berat isi beton (kg/m3) - Kadar
semen (kg/m3) - Kadar air bebas (kg/m3)

(7)

Kadar agregat gabungan merupakan jumlah total dari kedua agregat untuk setiap
jenis beton. Kadar agregat gabungan kemudian digunakan untuk memperoleh
jumlah masing-masing agregat untuk setiap jenis beton dengan persamaan (8) dan
(9).
Jumlah pasir = persentase agregat halus x jumlah agregat gabungan
Jumlah kerikil = persentase agregat kasar x jumlah agregat gabungan

(8)
(9)

Setelah diperoleh jumlah seluruh material yang dibutuhkan melalui
perhitungan, dilakukan pembuatan beton berukuran 15x15x15 cm. Beton kemudian
direndam sehari setelah dilakukan pengecoran sampai dilakukan pengujian tekan.
Pengujian dilakukan pada usia 7, 14, dan 28 hari karena menurut Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (1971) dapat dibandingkan kekuatan tekan
beton pada usia tersebut. Perbandingan kekuatan beton pada setiap usia tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur
Umur Beton (hari)
3
7
14
Semen Portland
0,40 0,65 0,88
Semen Portland dengan kekuatan awal tinggi
0,55 0,75 0,90
Sumber: (Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik 1971)

21
0,95
0,95

28
1,00
1,00

90
1,20
1,15

365
1,35
1,20

7

Perbandingan kekuatan tekan beton tersebut ditinjau berdasarkan usia dan jenis
semen yang digunakan. Oleh karena itu, untuk mengetahui laju kenaikan kuat
tekan, beton yang telah dicetak dirawat hingga usia 7, 14, dan 28 hari. Pada usia 28
hari, beton memiliki kuat tekan maksimal. Meskipun masih terjadi peningkatan
kekuatan setelah beton berusia 28 hari, peningkatan kekuatan tekan yang terjadi
tidak signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Semen dan Agregat
Pengujian semen terbagi menjadi pengujian konsistensi normal dan pengujian
ikat. Pengujian konsistensi normal dilakukan untuk memperoleh banyaknya air
yang dibutuhkan untuk membuat pasta saat pengujian ikat. Data hasil pengujian
konsistensi normal semen ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil uji konsistensi normal semen
Volume air suling (ml)

Penetrasi 30 detik (mm)

60

8

62

9,5

64

12

66

15

68

19

Menurut SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland, konsistensi normal pasta
tercapai apabila batang peluncur/jarum vicat menembus sampai batas (10 ± 1) mm
di bawah permukaan pasta dalam waktu 30 detik setelah dilepaskan. Berdasarkan
data yang ditunjukkan pada Tabel 4, dapat diperoleh jumlah air (ml) saat penetrasi
jarum vicat sebesar 10 mm melalui Gambar 2.

Penetrasi (mm)

Konsistensi normal semen
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

y = 0,0982x2 - 11,196x + 326,2
R² = 0,9998

58

60

62

64
Jumlah air (ml)

66

68

Gambar 2 Trendline hasil uji konsistensi normal semen

70

8

Trendline yang digunakan ialah polynomial trendline, karena menghasilkan R2
yang paling tinggi yaitu sebesar 0,9998. Dengan menggunakan 300 gram semen,
diperoleh jumlah air sebanyak 62,5 ml saat penetrasi jarum vicat sebesar 10 mm.
Jumlah semen dan jumlah air tersebut digunakan untuk membuat pasta dalam
penentuan waktu ikat semen. Hasil yang diperoleh dari uji ikat semen ditunjukkan
pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil uji ikat semen
Pukul

Interval waktu (menit)

Penetrasi (mm)

12:48

30

40

13:04

45

40

13:20

60

40

13:36

75

40

13:52

90

39

14:08

105

39

14:24

120

38

14:40

135

37

14:56

150

33

15:12

165

28

15:28

180

7

15:44

195

0

Menurut SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland, waktu ikat awal terjadi
saat penetrasi jarum vicat sebesar 25 mm, sedangkan waktu ikat akhir semen terjadi
ketika jarum tidak lagi terbenam pada pasta. Penentuan waktu ikat awal dilakukan
dengan interpolasi dan diperoleh waktu ikat awal sebesar 167 menit. Sedangkan
waktu ikat akhir semen diperoleh pada waktu 195 menit. Hal ini menunjukkan
bahwa pengikatan semen sesuai standar SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland
yang menyebutkan bahwa ikat awal berada pada rentang waktu 49-202 menit dan
ikat akhir semen berada pada rentang 185-312 menit. Data hasil uji saringan agregat
halus ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil uji saring agregat halus
Ukuran
Saringan
4,75

Kontrol
Berat
Tertahan Lolos
(gram)
(%)
0
100,0

Ciliwung
Berat
Tertahan Lolos
(gram)
(%)
18
98,2

Cisadane
Berat
Tertahan Lolos
(gram)
(%)
0
100,0

Cikeruh
Berat
Tertahan
Lolos
(gram)
(%)
12
98,8

2,36

67

93,3

64

91,8

30

97,0

120

86,8

1,18

196

73,7

140

77,8

192

77,8

105

76,3

0,60

225

51,2

205,5

57,2

218

56,0

102

66,1

0,30

231

28,1

286,5

28,6

275

28,5

398

26,3

0,15

202

7,9

230

5,6

237

4,8

199

6,4

0,08

66

1,3

37

1,9

35

1,3

37

2,7

pan

13

0

19

0

13

0

27

0

Total

1000

1000

1000

1000

9

Data hasil uji saring tersebut kemudian diplot ke dalam grafik daerah gradasi pasir
yang terlampir pada Lampiran 2, 3, 4, dan 5. Berdasarkan data yang ditunjukkan
diperoleh dari hasil plot, gradasi pasir kontrol, pasir Sungai Ciliwung, dan pasir
Sungai Cisadane berada pada daerah 2 yang merupakan jenis pasir agak kasar,
sedangkan gradasi pasir Sungai Cikeruh berada pada daerah 3 yang merupakan
jenis pasir agak halus. Data hasil uji saring agregat kasar ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji saring agregat kasar
Kumulatif
Lolos
(gram)
2000

Ukuran saringan
(mm)

Berat Tertahan
(gram)

75,00

0

Berat Tertahan
(gram)
0

37,50

18

18

1982

99,10

19,00

743

761

1239

61,90

9,50

1011

1772

228

11,40

4,75

212

1984

16

0,80

Pan

16

2000

0

0

total

2000

Lolos
(%)
100,00

Data di atas menunjukkan bahwa kerikil masuk pada gradasi agregat kasar dengan
ukuran maksimum 40 mm. Grafik daerah gradasi agregat kasar terlampir pada
Lampiran 6.
Pengujian berat jenis agregat terbagi menjadi berat jenis curah kering dan
berat jenis curah. Berikut ini disajikan hasil pengujian berat jenis, penyerapan, dan
kandungan lumpur agregat halus dan perhitungan berdasarkan pers (1), (2), dan (3).
Hasil uji berat jenis, penyerapan air, dan kandungan lumpur agregat halus
ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji berat jenis, penyerapan air, dan kandungan lumpur agregat halus

Kontrol

Berat
kering
oven
(gram)
246,50

Berat
biker, air,
dan benda
uji (gram)
813

Berat
biker
dan air
(gram)
664

Berat
Jenis
Curah
Kering
2,44

Ciliwung

246,00

813

664

2,44

Cisadane

247,00

814

664

Cikeruh

246,50

813

664

Jenis
pasir

Berat
Jenis
Curah

Penyerap
-an air
(%)

Kandungan
Lumpur (%)

2,48

1,42

6,67

2,48

1,63

6,67

2,47

2,50

1,21

6,67

2,44

2,48

1,42

6,00

Berat jenis curah adalah berat jenis agregat dalam kondisi tidak kering seutuhnya.
Kondisi curah agregat diperoleh dengan mengangin-anginkan agregat selama 24
jam dalam ruangan. Sedangkan berat jenis curah kering adalah berat jenis agregat
yang telah dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110±5ºC (Badan
Standarisasi Nasional 2008). Berat jenis yang digunakan dalam perhitungan desain
beton ialah berat jenis curah. Nilai berat jenis dan penyerapan air keempat pasir
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan hasil uji kandungan
lumpur menunjukkan bahwa seluruh jenis pasir melebihi batas kandungan lumpur.
Batas kandungan lumpur agregat halus ialah 5% (Departemen Pekerjaan Umum

10

dan Tenaga Listrik, 1971). Hasil uji berat jenis, penyerapan air, dan kandungan
lumpur agregat kasar ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil uji berat jenis, penyerapan air, dan kandungan lumpur agregat kasar
Berat kering
oven (gram)
1964

Berat benda
uji dalam air
(gram)
1273

Berat isi
contoh
(gram)
727

Berat jenis
curah
kering
2,70

Berat
jenis
curah
2,75

Penyerapan
air (%)

Kandungan
lumpur (%)

1,83

0,611

Desain Beton Berdasarkan SNI 03-2834-2000
Desain beton penelitian ini didasarkan pada SNI 03-2834-2000 dan
perhitungan detail terlampir pada lampiran 13. Kuat tekan beton (f’c) direncanakan
sebesar 30 MPa. Karena tidak ada data uji lapangan yang sama dengan pembuatan
beton ini, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan ialah sebesar 42 MPa. Semen
yang digunakan ialah Semen Portland Jenis I merk Holcim. Seperti yang disebutkan
dalam SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland bahwa Semen Portland Jenis I
yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Jenis
agregat yang digunakan ialah batu pecah dan pasir alami.
Perhitungan FAS pada grafik hubungan kuat tekan dan faktor air semen
terlampir pada Lampiran 7 dan menghasilkan nilai FAS sebesar 0,52. Slump yang
direncanakan ditetapkan sebesar 10±2 cm. Sedangkan, berdasarkan pers (4),
diperoleh jumlah kadar air bebas sebesar 185 kg/m3. Jumlah kadar air bebas tersebut
kemudian digunakan untuk menentukan kadar semen (kg/m3) melalui pers (5)
sehingga diperoleh kadar semen sebesar 355,8 kg/m3. Kadar semen minimum sudah
terpenuhi karena kadar semen yang dihitung tidak lebih rendah dari persyaratan
jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk berbagi macam
pembetonan dalam lingkungan khusus.
Berdasarkan hasil uji saringan agregat halus dan kasar, diperoleh persentase
agregat halus terhadap total agregat melalui grafik persen pasir terhadap kadar total
agregat yang terlampir pada Lampiran 8 dan 9. Persentase pasir gradasi 2 (pasir
kontrol, sungai Ciliwung, dan sungai Cisadane) ialah 32,5% - 41,5% (ditetapkan
35%) sedangkan untuk pasir gradasi 3 (pasir Sungai Cikeruh) ialah 27% - 33%
(ditetapkan 30%). Melalui persentase ini, diperoleh berat jenis relatif agregat (berat
jenis agregat gabungan) dengan menggunakan pers (6). Tabel 10 menunjukkan
berat jenis relatif agregat setiap jenis beton.
Tabel 10 Berat jenis relatif agregat

Kontrol

Persentase pasir
(%)
35

2,48

Persentase kerikil
(%)
65

Ciliwung

35

2,48

65

2,75

2,65

Cisadane

35

2,50

65

2,75

2,66

Cikeruh

30

2,48

70

2,75

2,67

Jenis Pasir

BJ pasir

BJ kerikil

BJ relatif

2,75

2,65

11

Berat jenis relatif yang telah diperoleh kemudian diplot ke dalam grafik berat isi
beton yang terlampir pada Lampiran 10, 11, dan 12 sehingga diperoleh berat isi
beton. Melalui data tersebut, diperoleh kadar agregat gabungan dengan
menggunakan pers (7) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11 Berat agregat gabungan
Jenis
Beton
Kontrol

Berat isi Beton
(kg/m3)
2405

Kadar Semen
(kg/m3)
355,80

Kadar Air
Bebas (kg/m3)
185

Kadar Agregat
Gabungan (kg/m3)
1864,20

Ciliwung

2405

355,80

185

1864,20

Cisadane

2410

355,80

185

1869,20

Cikeruh

2415

355,80

185

1874,20

Jumlah agregat gabungan ini kemudian digunakan untuk memperoleh jumlah pasir
dan kerikil melalui pers (8) dan (9). Jumlah pasir dan kerikil ditunjukkan pada Tabel
12.
Tabel 12 Jumlah pasir dan kerikil
Jenis
Beton
Kontrol

Persentase
Pasir (%)
35

Persentase
Kerikil (%)
65

Kadar agregat
gabungan (kg/m3)
1864,20

Jumlah Pasir
(kg/m3)
652,47

Jumlah Kerikil
(kg/m3)
1211,73

Ciliwung

35

65

1864,20

652,47

1211,73

Cisadane

35

65

1869,20

654,22

1214,98

Cikeruh

30

70

1874,20

562,26

1311,94

Dengan demikian, telah diperoleh komposisi campuran setiap jenis beton untuk
ukuran per meter kubik. Komposisi campuran per meter kubik disajikan pada Tabel
13.
Tabel 13 Jumlah komposisi campuran material per meter kubik
Jumlah Air (kg/m3)

Kontrol

Jumlah Semen
(kg/m3)
355,80

Ciliwung

355,80

Cisadane
Cikeruh

Jenis beton

185

Jumlah Pasir
(kg/m3)
652,47

Jumlah Kerikil
(kg/m3)
1211,73

185

652,47

1211,73

355,80

185

654,22

1214,98

355,80

185

562,26

1311,94

Nilai tersebut kemudian dikonversi untuk memperoleh komposisi campuran setiap
benda uji kubus dengan ukuran 15x15x15 cm yang disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Jumlah komposisi campuran material 1 benda uji kubus 15x15x15 cm
Jenis beton

Jumlah Semen (kg)

Jumlah Air (kg)

Jumlah Pasir (kg)

Jumlah Kerikil (kg)

Kontrol

1,20

0,62

2,20

4,09

Ciliwung

1,20

0,62

2,20

4,09

Cisadane

1,20

0,62

2,21

4,10

Cikeruh

1,20

0,62

1,89

4,42

12

Hasil Uji Kuat Tekan
Nilai beban (kN) yang merupakan output dari UTM yang digunakan
dikonversi terhadap luasan permukaan beton sehingga diperoleh kuat tekan. Hasil
uji tekan beton kemudian disajikan dalam satuan MPa. Pada Tabel 15 berikut ini
ditunjukkan hasil uji tekan beton dengan pasir kontrol.
Tabel 15 Hasil uji tekan beton dengan pasir kontrol
NO.

TANGGAL

UMUR

SLUMP

SISI
KUBUS

BEBAN

KUAT
TEKAN

KUAT
TEKAN

COR

TEST

(hari)

(cm)

(cm)

(kN)

(kN/cm2)

(MPa)

1

24-Apr-14

1-May-14

7

10

15

127,50

0,57

5,67

2

24-Apr-14

1-May-14

7

10

15

140,00

0,62

6,22

3

24-Apr-14

1-May-14

7

10

15

140,00

0,62

6,22

Kuat tekan rata-rata :

6,04

1

24-Apr-14

8-May-14

14

10

15

227,50

1,01

10,11

2

24-Apr-14

8-May-14

14

10

15

217,50

0,97

9,67

3

24-Apr-14

8-May-14

14

10

15

230,00

1,02

10,22

Kuat tekan rata-rata :

10,00

1

24-Apr-14

22-May-14

28

10

15

320,00

1,42

14,22

2

24-Apr-14

22-May-14

28

10

15

347,50

1,54

15,44

3

24-Apr-14

22-May-14

28

10

15

325,00

1,44

14,44

Kuat tekan rata-rata :

14,70

Besarnya slump beton dengan pasir kontrol ialah 10 cm. Jumlah sampel beton
terdiri dari 3 pada setiap variabel usia. Kekuatan rata-rata beton ini pada usia 7 hari
ialah sebesar 6,04 MPa, pada usia 14 hari ialah sebesar 10,00 MPa, dan pada usia
28 hari ialah 14,70 MPa. Pada Tabel 16 berikut ini ditunjukkan hasil uji tekan beton
dengan pasir Sungai Ciliwung.
Tabel 16 Hasil uji tekan beton dengan pasir Sungai Ciliwung
NO.

TANGGAL

UMUR

SLUMP

SISI
KUBUS

BEBAN

KUAT
TEKAN

KUAT
TEKAN

COR

TEST

(hari)

(cm)

(cm)

(kN)

(kN/cm2)

(MPa)

1

24-Apr-14

1-May-14

7

10

15

135,00

0,60

6,00

2

24-Apr-14

1-May-14

7

10

15

132,50

0,59

5,89

3

24-Apr-14

1-May-14

7

10

15

142,50

0,63

6,33

Kuat tekan rata-rata :

6,07

1

24-Apr-14

8-May-14

14

10

15

232,50

1,03

10,33

2

24-Apr-14

8-May-14

14

10

15

245,00

1,09

10,89

3

24-Apr-14

8-May-14

14

10

15

235,00

1,04

10,44

Kuat tekan rata-rata :

10,56

1

24-Apr-14

22-May-14

28

10

15

370,00

1,64

16,44

2

24-Apr-14

22-May-14

28

10

15

327,50

1,46

14,56

3

24-Apr-14

22-May-14

28

10

15

327,50

1,46

14,56

Kuat tekan rata-rata :

15,19

13

Besarnya slump beton dengan pasir Sungai Ciliwung ialah 10 cm. Jumlah
sampel beton terdiri dari 3 pada setiap variabel usia. Kekuatan rata-rata beton ini
pada usia 7 hari ialah sebesar 6,07 MPa, pada usia 14 hari ialah sebesar 10,56 MPa,
dan pada usia 28 hari ialah 15,19 MPa. Pada Tabel 17 berikut ini ditunjukkan hasil
uji tekan beton dengan pasir Sungai Cisadane.
Tabel 17 Hasil uji tekan beton dengan pasir Sungai Cisadane
NO.

TANGGAL

UMUR

SLUMP

SISI
KUBUS

BEBAN

KUAT
TEKAN

KUAT
TEKAN

COR

TEST

(hari)

(cm)

(cm)

(kN)

(kN/cm2)

(MPa)

1

24-Apr-14

1-May-14

7

9

15

162,50

0,72

7,22

2

24-Apr-14

1-May-14

7

9

15

152,50

0,68

6,78

3

24-Apr-14

1-May-14

7

9

15

150,00

0,67

6,67

Kuat tekan rata-rata :

6,89

1

24-Apr-14

8-May-14

14

9

15

257,50

1,14

11,44

2

24-Apr-14

8-May-14

14

9

15

252,50

1,12

11,22

3

24-Apr-14

8-May-14

14

9

15

247,50

1,10

11,00

Kuat tekan rata-rata :

11,22

1

24-Apr-14

22-May-14

28

9

15

385,00

1,71

17,11

2

24-Apr-14

22-May-14

28

9

15

380,00

1,69

16,89

3

24-Apr-14

22-May-14

28

9

15

380,00

1,69

16,89

Kuat tekan rata-rata :

16,96

Besarnya slump beton dengan pasir Sungai Cisadane ialah 9 cm. Jumlah
sampel beton terdiri dari 3 pada setiap variabel usia. Kekuatan rata-rata beton ini
pada usia 7 hari ialah sebesar 6,89 MPa, pada usia 14 hari ialah sebesar 11,22 MPa,
dan pada usia 28 hari ialah 16,96 MPa. Pada Tabel 18 berikut ini ditunjukkan hasil
uji tekan beton dengan pasir Sungai Cikeruh.
Tabel 18 Hasil uji tekan beton dengan pasir Sungai Cikeruh
NO.

TANGGAL

UMUR

SLUMP

SISI
KUBUS

BEBAN

KUAT
TEKAN

KUAT
TEKAN

COR

TEST

(hari)

(cm)

(cm)

(kN)

(kN/cm2)

(MPa)

1

24-Apr-14

1-May-14

7

8

15

205,00

0,91

9,11

2

24-Apr-14

1-May-14

7

8

15

202,50

0,90

9,00

3

24-Apr-14

1-May-14

7

8

15

197,50

0,88

8,78

Kuat tekan rata-rata :

8,96

1

24-Apr-14

8-May-14

14

8

15

282,50

1,26

12,56

2

24-Apr-14

8-May-14

14

8

15

257,50

1,14

11,44

3

24-Apr-14

8-May-14

14

8

15

310,00

1,38

13,78

Kuat tekan rata-rata :

12,59

1

24-Apr-14

22-May-14

28

8

15

427,50

1,90

19,00

2

24-Apr-14

22-May-14

28

8

15

427,50

1,90

19,00

3

24-Apr-14

22-May-14

28

8

15

410,00

1,82

18,22

Kuat tekan rata-rata :

18,74

Besarnya slump beton dengan pasir Sungai Cikeruh ialah 8 cm. Jumlah
sampel beton terdiri dari 3 pada setiap variabel usia. Kekuatan rata-rata beton ini

14

pada usia 7 hari ialah sebesar 8,96 MPa, pada usia 14 hari ialah sebesar 12,59 MPa,
dan pada usia 28 hari ialah 18,74 MPa.
Namun, kuat tekan seluruh beton yang telah diuji tidak mencapai kuat tekan
rencana yaitu sebesar 30 MPa. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan
lumpur yang berlebihan pada seluruh jenis agregat yang digunakan. Pasir kontrol,
Sungai Ciliwung, dan Cisadane memiliki kandungan lumpur sebesar 6,67%,
sedangkan pasir Sungai Cikeruh memiliki kandungan lumpur sebesar 6,00%.
Dalam jumlah yang cukup banyak, lumpur dapat mengurangi kekuatan beton,
karena akan menghambat hidrasi semen (persenyawaan semen dengan air) sehingga
menghalangi penggabungan semen dengan agregat (Badan Standarisasi Nasional
2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dan Yuli (2012),
penurunan kuat tekan beton dengan kadar lumpur agregat halus 1% terhadap beton
dengan kadar lumpur agregat halus 7% ialah sebesar 17,19%. Kuat tekan beton ratarata seluruh jenis beton yang diperoleh dari hasil uji tekan usia 7, 14, dan 28 hari
dapat dilihat peningkatan kekuatannya dalam Gambar 3.
20,00
18,00

Kuat tekan (MPa)

16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
7 hari
Kontrol

14 hari
Umur beton
Ciliwung
Cisadane

28 hari
Cikeruh

Gambar 3 Grafik peningkatan kuat tekan beton usia 7, 14, dan 28 hari
Perbedaan nilai kuat tekan ini diakibatkan oleh perbedaan gradasi tiap jenis
pasir, dimana gradasi pasir Sungai Cikeruh masuk pada gradasi 3, sedangkan ketiga
pasir lainnya berada pada daerah gradasi 2. Perbedaan daerah gradasi ini
menyebabkan perbedaan komposisi material setiap jenis beton. Perbedaan
komposisi yang paling spesifik terlihat pada beton dengan pasir Sungai Cikeruh.
Jumlah pasir pada beton tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan beton
lainnya, namun jumlah kerikilnya jauh lebih banyak. Hal inilah yang kemungkinan
besar menyebabkan kuat tekan beton dengan pasir Sungai Cikeruh jauh lebih tinggi
dibandingkan beton lainnya. Selain itu, kandungan lumpur pasir Sungai Cikeruh
juga merupakan yang paling rendah di antara pasir lainnya.

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil pengujian agregat menunjukkan kadar lumpur seluruh jenis pasir
melebihi batas kadar lumpur sebesar 5% menurut Departemen Pekerjaan Umum
dan Tenaga Listrik 1971 sehingga menyebabkan kuat tekan yang direncanakan
tidak tercapai sepenuhnya. Pasir Sungai Ciliwung dan Cisadane berada pada daerah
gradasi 2 sehingga termasuk pasir agak kasar, sedangkan pasir Sungai Cikeruh
berada pada daerah gradasi 3 yang merupakan pasir agak halus. Kuat tekan beton
dengan pasir kontrol, Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Cikeruh pada usia 7, 14, dan
28 hari berturut-turut yaitu sebesar 6,04 MPa, 10,00 MPa, 14,70 MPa; 6,07 MPa,
10,56 MPa, 15,19 MPa; 6,89 MPa, 11,22 MPa, 16,96 MPa; 8,96 MPa, 12,59 MPa,
dan 18,74 MPa. Ditinjau dari kuat tekan yang dihasilkan, ketiga sampel agregat
halus menghasilkan kuat tekan beton yang lebih besar dibandingkan dengan beton
yang menggunakan agregat halus kontrol.
Saran
Beberapa hal yang disarankan untuk ditambahkan jika dilakukan penelitian
serupa ialah:
1. Penelitian ini tidak memasukkan data produksi pasir karena tidak diperolehnya
data hasil survei produksi pasir pada Bagian Perekonomian Pemerintah Daerah
Kota dan Kabupaten Bogor. Disarankan penelitian berikutnya melengkapi data
produksi pasir tersebut agar dapat diketahui perbandingan antara produksi pasir.
2. Variabel yang digunakan pada pembuatan beton dalam penelitian ini berupa usia
dan jenis pasir, serta jumlah sampel untuk setiap variabel ialah 3 buah beton.
Disarankan pada penelitian berikutnya dapat menambah jumlah sampel untuk
setiap variabel agar data yang diperoleh lebih akurat.
3. Penelitian ini hanya meninjau beton dari sisi kuat tekan. Sehingga, pada
penelitian berikutnya disarankan untuk melakukan pengujian kuat lentur
maupun tarik, agar dapat diketahui kelebihan lain dari setiap jenis pasir.
4. Penelitian ini menggunakan pasir yang memiliki kandungan lumpur yang
melebihi batas yang ditetapkan, sehingga mempengaruhi kuat tekan beton. Pada
penelitian berikutnya, agregat yang digunakan sebaiknya tidak mengandung
lumpur lebih dari batas yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Aprizon A, Satyarno I, Tjokrodimuljo K. 2008. Pemanfaatan Pasir dan Kerikil
Sungai Merangin sebagai Bahan Pembuatan Beton Normal. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 03-2834-2000. Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

16

Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03-6821-2002. Spesifikasi Agregat Ringan
Untuk Baku Cetak Beton Pasangan Dinding. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 15-2049-2004. Semen Portland. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 1970-2008. Cara Uji Berat Jenis dan
Penyerapan Air Agregat Halus. Badan Standarisasi Nasional.
Departemen Pekerjaan Umum. 1993. SNI 03-2834-1993. Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal. Badan Standarisasi Nasional.
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 1971. Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971 N. I. – 2. Bandung: Lembaga Penjelidikan Masalah
Bangunan.
Murdock LJ, Brook KM. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Erlangga.
Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi Publishing.
Purwanto, Yuli A. 2012. Pengaruh Kadar Lumpur Pada Agregat Halus Dalam
Mutu Beton. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rofikatul. 2010. Batako Lumpur Lapindo sebagai Alternatif. Laporan Penelitian.
http://rofikatul.staff.umm.ac.id/. Diakses tanggal 20 Juli 2014.
Sukoyo. 2008. Kajian Komparatif Kualitas Beton Antara Bahan Tambah Serat
Kaleng, Serat Fiber, Serat Kawat dengan Serat Kaleng Berbentuk
Pentagonal di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Penelitian Dosen
Muda.
Sutarno. 2008. Kajian Kualitas Pasir Lokal Kota Semarang sebagai ahan
Bangunan. Semarang: Wahana TEKNIK SIPIL.
Tjokrodimulyo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta: Nafiri.

17

Lampiran 1 Diagram alir tahapan penelitian

18

Lampiran 2 Grafik daerah gradasi pasir kontrol

Lampiran 3 Grafik daerah gradasi pasir Sungai Ciliwung

19

Lampiran 4 Grafik daerah gradasi pasir Sungai Cisadane

Lampiran 5 Grafik daerah gradasi pasir Sungai Cikeruh

20

Persentase lolos (%)

Lampiran 6 Grafik daerah gradasi agregat kasar

Ukuran mata ayakan (mm)

KUAT TEKAN (MPa)

Lampiran 7 Perhitungan Faktor Air Semen

21

Lampiran 8 Persentase pasir gradasi 2 terhadap total agregat

22

Lampiran 9 Persentase pasir gradasi 3 terhadap total agregat

23

Lampiran 10 Grafik berat isi beton dengan pasir kontrol dan pasir Sungai
Ciliwung

24

Lampiran 11 Grafik berat isi beton dengan pasir Sungai Cisadane

25

Lampiran 12 Grafik berat isi beton dengan pasir Sungai Cikeruh

26

Lampiran 13 Perhitungan desain campuran beton berdasarkan SNI 03-2834-2000
tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
1. Kuat tekan beton yang diisyaratkan pada usia 28 hari: 30 MPa
2. Deviasi pembiasan menurut ketentuan butir 4.2.3.1:
Data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi persyaratan butir
4.2.3.1 tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan f’cr harus diambil
tidak kurang dari (f’c+12 MPa)
3. Nilai margin diabaikan
4. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan: 30+12 = 42 MPa
5. Jenis Semen: Tipe I
6. Jenis agregat: kerikil (batu pecah) dan pasir
7. Penentuan FAS (Faktor Air Semen)
a. Kuat tekan beton silinder usia 28 hari yang umum di Indonesia = 37 Mpa
37
Maka, kuat tekan beton kubus : 0,83 = 44,5 MPa
b. FAS ditentukan menggunakan grafik hubungan faktor air semen dengan kuat tekan
dan menghasilkan FAS sebesar 0,52.
8. Faktor air semen maksimum menurut butir 4.2.3.2 ditetapkan jika beton berada pada
lingkungan khusus, sehingga kadar semen maksimum tidak ditetapkan.
9. Slump ditetapkan sebesar 10±2 cm
10. Ukuran agregat maksimum: 40 mm
11. Kadar air bebas menurut butir 4.2.3.5 dari Tabel 3
2
1
Kadar air bebas = 3 Wh + Wk
3
Dengan:
Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar
2
1
Kadar air bebas = 3 (175) + 3 (205) = 185 kg/m3
12. Jumlah semen :
13.
14.
15.
16.

Kadar Air Bebas
FAS

=:

185 kg/m3
0,52

= 355,8 kg/m3

Jumlah semen maksimum tidak ditetapkan sehingga diabaikan.
Jumlah semen minimum menurut Tabel 4: 275 kg/m3.
Jumlah semen › Jumlah semen minimum, sehingga FAS tidak perlu dihitung ulang.
Susunan butir agregat halus
a. Pasir kontrol (pasir Sungai Cimangkok) berada pada daerah gradasi II
b. Pasir Sungai Ciliwung berada pada daerah gradasi II
c. Pasir Sungai Cisadane berada pada daerah gradasi II
d. Pasir Sungai Cikeruh berada pada daerah gradasi III.
17. Menurut Grafik 9, agregat kasar yang digunakan merupakan agregat dengan ukuran
maksimum 40 mm.
18. Persentase pasir
Menurut Grafik 15, persentase pasir terhadap total agregat diperoleh:
a. Pasir kontrol, Sungai Ciliwung, dan Cisadane (gradasi II)
= 32,5-41,5%
b. Pasir Sungai Cikeruh
= 27-33%
19. Berat jenis relatif (berat jenis gabungan) agregat
a. Berat jenis masing-masing jenis pasir:
S
BJ Curah = B + S - C
Dengan:
A: berat benda uji kering oven (gram)
B: berat biker yang berisi air (gram)
C: berat biker, benda uji, dan air sampai batas pembacaan (gram)
S: berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)

27

Lampiran 13 Perhitungan desain campuran beton berdasarkan SNI 03-2834-2000
tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
Berdasarkan data pengujian berat jenis pasir, diperoleh:
- pasir kontrol
: 2,47
- pasir Sungai Ciliwung
: 2,47
- pasir Sungai Cisadane
: 2,50
- pasir Sungai Cikeruh
: 2,47
b. Berat jenis kerikil : 2,75
c. Berat jenis relatif
BJ relatif: (% pasir x BJ pasir) + (% kerikil x BJ kerikil)
- kontrol
: 2,65
- ciliwung
: 2,65
- cisadane
: 2,66
- cikeruh
: 2,67
20. Berat isi beton menurut grafik 16
- kontrol
: 2405 kg/m3
- ciliwung
: 2405 kg/m3
- cisadane
: 2410 kg/m3
- cikeruh
: 2415 kg/m3
21. Kadar agregat gabungan
Kadar agregat gabungan = Berat isi beton – Kadar semen - Kadar air bebas
- kontrol
: 1864,20 kg/m3
- ciliwung
: 1864,20 kg/m3
- cisadane
: 1869,20 kg/m3
- cikeruh
: 1874,20 kg/m3
22. Kadar agregat halus (persentase yang digunakan ialah 35% untuk gradasi II dan 30%
untuk gradasi III)
Jumlah pasir = persentase agregat halus x jumlah agregat gabungan
- kontrol
: 652,47 kg/m3
- ciliwung
: 652,47 kg/m3
- cisadane
: 654,22 kg/m3
- cikeruh
: 562,26 kg/m3
23. Kadar agregat kasar
Jumlah kerikil = Kadar agregat gabungan – Jumlah pasir
- kontrol
: 1211,73 kg/m3
- ciliwung
: 1211,73 kg/m3
- cisadane
: 1214,98 kg/m3
- cikeruh
: 1311,94 kg/m3
24. Proporsi campuran
Jenis
beton
Kontrol
Ciliwung
Cisadane
Cikeruh

Jumlah Semen
(kg/m3)
355,8
355,8
355,8
355,8

Jumlah Air
(kg/m3)
185
185
185
185

Jumlah Pasir
(kg/m3)
652,47
652,47
654,22
562,26

Jumlah Kerikil
(kg/m3)
1211,73
1211,73
1214,98
1311,94

28

Lampiran 14 Tampilan hasil uji tekan beton pada UTM (Universal Testing
Machine) dengan output berupa beban (kN)

29

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aceh pada tanggal 5 Juli 1992 dari ayah Kontan Ginting
dan ibu Estanaria br. Purba. Penulis adalah putra kedua dari empat bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 17 Medan dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif berorganisasi sebagai
ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Teknologi Pertanian
Cabang Bogor dan sebagai badan pengawas Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil
dan Lingkungan (Himatesil) IPB. Bulan Juni-Agustus 2013 penulis melaksanakan
Praktik Lapangan di PT. Jaya Konstruksi MP, Tbk Jakarta dengan judul
Mempelajari Quality Control Pada Proyek Jalan Tol JORRW2 Paket 4 Bintaro,
Jakarta Selatan.