Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik Dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga.

DESAIN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI
PEMILAHAN SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK
BERDASARKAN PERSEPSI IBU - IBU RUMAH TANGGA

SRI ANASTASIA YUDISTIRANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Desain Sistem Pengelolaan
Sampah melalui Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik berdasarkan Persepsi
Ibu - ibu Rumah Tangga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Sri Anastasia Yudistirani
NRP P052110294

RINGKASAN
SRI ANASTASIA YUDISTIRANI. Desain Sistem Pengelolaan Sampah melalui
Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik berdasarkan Persepsi Ibu - ibu Rumah
Tangga. Dibimbing oleh LAILAN SYAUFINA dan SRI MULATSIH.
Volume sampah tertinggal yang menjadi masalah masyarakat Jakarta
termasuk masyarakat di Jakarta Timur, sebesar 30% sampah tidak terangkut ke
pembuangan akhir yang menimbulkan dampak yang tidak baik bagi warga
sekitarnya. Masih banyaknya masyarakat yang enggan memilah sampah, antara lain
disebabkan belum adanya kesadaran bersama bahwa masalah sampah adalah
masalah bersama, dan belum diterapkannya peraturan pemerintah yang
mengharuskan pemilahan sampah dilakukan mulai dari sumbernya. Pengelolaan
yang ada baru bersifat sesaat dan belum terintegrasi kepada semua komponen
sehingga tidak dicapai hasil yang optimal. Untuk itu diperlukan sebuah sistem yang
baru yang memasukan komponen penting yang selama ini belum masuk dalam
sistem.

Tujuan penelitian ini adalah membuat desain sistem pengelolaan sampah
organik dan anorganik untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memilah
sampah khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga. Dengan mengukur partisipasi ibuibu rumah tangga dalam memilah sampah dan menganalisis persepsi dan faktorfaktor yang mempengaruhi pemilahan sampah oleh ibu-ibu rumah tangga
diharapkan tujuan dari penelitian dapat dicapai.
Metode menggunakan Regresi Logit serta analisa deskriptif terhadap
persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilahan dapat dijadikan dasar
dalam membuat desain pengelolaan sampah tersebut.
Strategi yang harus diterapkan melalui faktor pendidikan adalah responden
dengan tingkat pendidikan SMA ke bawah diberikan penyuluhan mengenai sampah
menggunakan metode yang lebih sederhana sedangkan untuk responden dengan
pendidikan S2 diberikan pendekatan mengenai kewajiban pemilahan sedangkan
untuk penyuluhan tidak diperlukan lagi, sedangkan strategi yang ditawarkan untuk
faktor usia adalah lebih mendahulukan penyuluhan untuk responden yang berusia
berada antara 30 tahun hingga 50 tahun, karena pada responden rentang usia inilah
masih banyak terdapat responden yang belum melakukan pemilahan sampah,
sedangkan Pemerintah Daerah harus menerapkan peraturan PP. No.81 Tahun 2012
yang mewajibkan setiap warganya untuk melakukan pemilahan sampah dari
sumbernya serta menerapkan sanksi bagi yang tidak bersedia memilah sampah
harus mengelola sampahnya sendiri dengan membuang sampah ditempat sendiri
(bukan fasilitas umum yang tersedia di lingkungan sekitarnya), karena dari hasil

kuisioner yang didapat sebesar 63 responden dari 65 responden yang belum
memilah sampah akan melakukan pemilahan jika penerapan kebijakan PP No 81
tahun 2012 diterapkan. Desain pengelolaan sampah yang disarankan adalah dengan
pembagian tugas rumah tangga sebagai pemilah sampah organik dan anorganik,
penggiat daur ulang sebagai pengelola sampah anorganik, dan pemerintah daerah
mengelola sampah organik.

Saran yang ditawarkan adalah bahwa pemerintah harus menggiatkan
penyuluhan berjenjang dari wali kota sampai ketingkat ketua Rumah Tangga,
sehingga tujuan pemilahan dapat disosialisasikan dengan baik sampai ke ibu-ibu
rumah tangga, dan harus memperbaiki sistem yang sudah ada dengan cara
menyediakan bak sampah dan truk dengan warna yang berbeda untuk masingmasing jenis sampah. Untuk itu Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebersihan yang
melibatkan aparatur kecamatan/kelurahan agar memantau proses pemilahan
sampah yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga secara periodik/ berkala.
Pemerintah juga dapat bekerjasama dengan penggiat daur ulang (swasta) untuk
mengelola sampah anorganik sehingga volume sampah yang ditangani pemerintah
hanya sampah organik.
Dapat disimpulkan bahwa partisipasi responden dalam pemilahan sampah di
wilayah Bogor sebanyak (65.8%) dan wilayah Jakarta sebanyak (18.8%)
sedangkan faktor yang berpengaruh nyata dalam pemilahan sampah adalah faktor

pendidikan, umur dan penyuluhan. Penerapan PP No. 81 tahun 2012 tentang
pemilahan sampah dari sumbernya oleh pemerintah setempat akan menjadi
mendorong utama rumah tangga untuk melakukan pemilahan sampah.
Kata kunci: pengelolaan sampah, pemilahan, sampah organik, sampah anorganik,
persepsi dan pengelolaan lingkungan

SUMMARY
SRI ANASTASIA YUDISTIRANI. Design of Waste Management System
Through Separation of Organic and Anorganic Waste based on Housewives
Perception. Supervised by LAILAN SYAUFINA and SRI MULATSIH
Residual waste volume is still a major concern in East Jakarta. About 30%
of waste are not sent to Tempat Pembuangan Akhir (TPA) and give negative impact
for citizen in Jakarta. Waste sorting are not fully implemented in society. This is
due to lack of awareness of citizen to sort the waste products. There are still no
government policy that regulate sorting of waste products. The current management
system is not integrated to all the components, so the optimal results are not
achieved. A new system is required that would include an important component
that has not been entered in the system.
The purpose of this research is to design a system of organic and inorganic
waste management to increase public participation in waste sorting, especially for

the mother-housewife. By measuring the participation of women in the household
garbage sorting and analyzing the perception and the factors that affect the sorting
of waste by mothers of households expected the purpose of the research can be
achieved.
Methods are using logit regression method and descriptive analysis of the
expected perception and the factors that affect the sorting can be relied upon in
making the design of the waste management.
The approaching strategy from educational factors should be applied. The
respondens with the level of high school education down are given counseling about
the waste using a simpler method while for respondens with graduate degree given
approach regarding the obligation of segregation while the extension is not needed
anymore, the strategy using age approaching is more prioritize education for
respondens who are aged between 30 years to 50 years, because this is the age range
of the respondens are still many respondens who have not been through the trash,
while the Local Government should implement PP. No. 81 Tahun 2012 regulation
which requires every citizen to perform sorting of waste at the source and apply
sanctions for those who are not willing to sort the waste should manage their own
waste to dispose of waste in place itself (not the public facilities available in the
surrounding environment), because of the results of the questionnaire obtained that
the respondent amounted to 63 respondens from 65 respondens who have not

sorting garbage sorting will do if the application of the policy of Government
Regulation No. 81 Tahun 2012 is applied.
The suggested advice is that the government should intensify graded
counseling from the mayor to the level of neighbourhood chief, so that the purpose
of waste sorting can be socialized properly to the mother-housewife, this should
improve the existing system by providing bins and trucks with color which is
different for each type of waste. To the Regional Government through the Dinas
Kebersihan involving apparatus districts / villages in order to monitor the waste
separation process carried out by the mother-housewife periodic / regular.
Government can also cooperate with the miller of recycling (private) to manage

inorganic waste so that the volume of only organic waste handled by the
government.
It can be concluded that the responden's participation in waste sorting in
Bogor and Jakarta are (65.8%) and (18.8%) consequtively. Whereas significant
factor in waste sorting are education factor, age and education. Application of PP
81 of 2012 on the waste sorting at the source by the local government will be the
main driver for sorting household garbage.
Keywords: waste management, sorting, organic waste, inorganic waste, perception
and environmental management


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Penguji Luar Komisi
Pada Ujian Tesis : Senin 24 Agustus 2015 Pukul 08.00 WIB
Dr. Drh. Akhmad Arif Amin
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Hewan

Judul Tesis : Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik
dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga
Nama
: Sri Anastasia Yudistirani
NRP

: P052110294

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir Lailan Syaufina, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr.
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS


Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian:
24 Agustus 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilakukan sejak bulan September 2014 sampai Maret 2015 ini ialah
pengelolaan lingkungan dengan judul Desain Sistem Pengelolaan Sampah melalui
Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik berdasarkan Persepsi Ibu - ibu Rumah
Tangga. Penelitian ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir Lailan Syaufina, M.Sc. dan
ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr. selaku pembimbing serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses pengumpulan data sehingga saya berhasil menyelesaikan

penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, anak serta seluruh
keluarga, atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Bogor, Agustus 2015
Sri Anastasia Yudistirani

DAFTAR ISI
1

DAFTAR TABEL

i

2

DAFTAR GAMBAR

ii


3

DAFTAR LAMPIRAN

iii

4

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

5

KERANGKA PEMIKIRAN

3

6

RUMUSAN MASALAH

3

7

8

Tujuan Utama Penelitian

4

Tujuan Khusus Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5

Pengelolaan Sampah dan Faktor yang Mempengaruhi

6

Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhi

6

Proses Terbentuknya Persepsi

7

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian

12

Jenis dan Sumber

12

Regresi Logit

12

Metode Analisis Deskriptif

13

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

10

KESIMPULAN DAN SARAN

30

11

DAFTAR PUSTAKA

32

12

LAMPIRAN

34

DAFTAR TABEL

1. Karakteristik Ekstrinsik Responden Wilayah Bogor dan Jakarta 2014
2. Hasil Analisis Statistik Faktor-Faktor Penentu Pemilah Sampah
Responden Wilayah Bogor dan Jakarta 2014
3. Pemilah Berdasarkan Kelompok Umur Responden Wilayah Bogor dan
Jakarta 2014
4. Status Pemilah Berdasarkan Daerah Penelitian Wilayah Bogor dan
Jakarta 2014
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilah Sampah untuk Responden
Wilayah Bogor dan Jakarta 2014
6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bukan Pemilah Sampah untuk
Responden Wilayah Bogor dan Jakarta 2014
7. Timbunan Sampah Di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2011 dan Tahun
2013

Hal
14
16
19
20
21
25
28

DAFTAR GAMBAR
Hal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Komposisi Sampah di DKI Jakarta 2013
Kerangka Pemikiran Penelitian
Tempat Pembuangan Sampah Akhir, Bantar Gebang, Bekasi
Faktor yang mempengaruhi Persepsi
Technology Acceptance Model dengan memasukkan pengaruh sosial
Bagan Elemen Desain
Pemilah Bedasarkan Kelompok Umur
Deskripsi Desain Sistem Pengelolaan Sampah tingkat Rumah Tangga

2
3
5
9
9
10
18
29

DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran SPSS – Regresi Logistik

34

Lampiran Rekap Kuisioner Dengan SPSS

49

Lampiran Kuisioner

51

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampah adalah material sisa dari aktivitas manusia yang tidak memiliki
keterpakaian, karenanya harus dikelola. Tanpa pengelolaan secara baik dan benar,
sampah dapat menimbulkan kerugian karena akan menyebabkan banjir,
meningkatnya pemanasan global, menimbulkan bau busuk, mengganggu
keindahan, memperburuk sanitasi lingkungan dan ancaman meningkatnya
berbagai macam penyakit.
Rumah tangga merupakan penghasil sampah terbesar (78%), disamping
penghasil sampah lembaga (rumah sakit, kantor, pasar dan instansi lainnya).
Persoalan sampah terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dan gaya hidup yang menghasilkan banyak sampah.
Pertumbuhan penduduk DKI yang meningkat 1.49 % per tahun pada tahun
2011, dan perilaku hidup modern juga meningkatkan volume sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat DKI. Menurut data Dinas Kebersihan Jakarta Timur
pada tahun 2012 setiap orang di DKI menghasilkan 0.74072 Kg perhari (Suku
Dinas Kebersihan Jakarta Timur, 2013)
Selama ini pemda DKI membuang sampah ke penampungan akhir
Bantargebang, Cilincing dan Sunter dengan alat transportasi yang dimiliki
sebanyak 236 buah armada truk. Pengangkutan sampah dilakukan pada malam
hari untuk menghindari polusi bau yang menyengat yang dirasa penduduk dekat
pembuangan akhir tsb. Terbatasnya armada truk dan waktu pengangkutan,
menyebabkan banyak sampah yang tidak terangkut, dan menumpuk di TPS
(Tempat Pembuangan Sementara).
Di Jakarta Timur timbunan sampah berasal dari 10 kecamatan, 7 kecamatan
di antaranya masih terdapat sampah yang tidak terangkat setiap harinya yaitu:
(Kecamatan Matraman 16.76 Ton/hr, Jatinegara 14.53 Ton/hr, Pasar Rebo 59.06
Ton/hr, Cakung 207.7 Ton/hr, Duren Sawit 137.98 Ton/hr, Ciracas 31.46 Ton/hr,
Cipayung 77,27 Ton/hr) (Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur, 2011). Sampah
yang menumpuk jika dikelola akan menjadi berkah, sebaliknya jika tidak dikelola
dapat menimbulkan masalah.
Selama ini masyarakat di Jakarta Timur dalam mengelola sampah masih
menggunakan pendekatan Kumpul, Angkut dan Buang ke TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir). Sampah yang terbuang ini terdiri dari sampah anorganik dan
sampah organik. Paradigma baru penanganan sampah adalah dengan cara
pengelolaan sampah serta kegiatan pengurangan volume (karena akan terus
bertambah seiring pertambahan manusia). Pengurangan volume sampah dilakukan
melalui kegiatan pemilahan, pembatasan, penggunaan kembali, dan daur ulang.
Pemilahan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah organik dan
anorganik. Beberapa jenis sampah anorganik banyak yang memiliki nilai
ekonomis untuk didaur ulang seperti botol plastik, kertas, dan lain sebagainya.
Disamping itu kerapatan jenis sampah anorganik (selain logam) memiliki nilai
yang lebih kecil dibanding sampah organik. Oleh karena itu volume sampah ini
lebih besar dibanding sampah organik dan membutuhkan ruang yang lebih besar.
Pada Gambar 1 ditunjukkan bahwa komposisi sampah anorganik di DKI
Jakarta mencapai 33%. Jika dipilah sejak awal, maka volume sampah anorganik
yang komposisinya mencapai 33% ini dapat diambil langsung dari sumbernya

2

(yaitu rumah tangga), oleh penggiat daur ulang. Dengan demikian maka dapat
mengurangi 33% beban volume sampah yang harus diangkut pemerintah daerah
ke TPA. Angka ini melebihi rata-rata sampah yang tertinggal di wilayah Jakarta
Timur setiap harinya sebesar 29.95%.
1,5
7

0,4

0,5

0,6

6

17

67

.
Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2013

Gambar 1. Komposisi Sampah di DKI Jakarta 2013
Sampah yang sudah berkurang volumenya diharapkan mampu diangkut
seluruhnya dan tidak lagi ada penumpukan sampah.
Sistem pengelolaan sampah melalui pemilahan juga tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Pada pasal 17 (1)
disebutkan bahwa pemilahan dilakukan oleh setiap orang pada sumbernya.
Pemilihan judul diambil berdasarkan pendekatan terhadap masyarakat
dikarenakan selama ini masyarakat belum dilibatkan ke dalam sistem pengelolaan
sampah secara simultan. Agar daur ulang sampah anorganik bisa berjalan efektif,
maka diperlukan partisipasi pengelola sampah rumah tangga.
Kerangka Pemikiran
Masalah sampah tertinggal di Jakarta harus dimulai dari merubah paradigma
lama dengan paradigma baru yaitu mengikutsertakan elemen masyarakat dalam
sistem untuk terlibat di dalam pengelolaan sampah melalui pemilahan dari
sumbernya. Dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi pemilah
sampah ini akan didapatkan strategi untuk meningkatkan pemilah sampah
tersebut. Jika elemen masyarakat dalam hal ini ibu-ibu rumah tangga sudah
melakukan pemilahan dari rumahnya masing-masing maka akan terdistribusi
pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik yaitu untuk sampah anorganik
pengelolaan oleh penggiat daur ulang sedangkan sampah organik langsung
dikelola oleh Pemda. Dengan demikian masalah sampah tertinggal diharapkan
dapat teratasi.

3

Masalah Sampah
Kota

Masyarakat

Tidak memilah
sampah

Suku Dinas
Kebersihan

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
persepsi pemilahan
sampah

Kendala TPA
dan Transportasi
30.5% sampah
tidak terangkut
per hari

Strategi
meningkatkan
pemilahan sampah

Masalah
Lingkungan

Pemilahan
sampah di tingkat
rumah tangga

Sampah
anorganik
Penggiat
Daur Ulang

Sampah Organik

Bio Energi/pupuk

Pemda
Efisiensi
volume
(tidak ada
sampah
tertinggal)

Daur Ulang
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Rumusan Masalah
Pemilahan sampah oleh masyarakat masih belum banyak dilakukan. Padahal
peran serta masyarakat dalam mengurangi volume sampah dengan cara memilah
sampah dari sumber asalnya sangat penting. Rumah tangga merupakan salah satu
sumber asal sampah yang tertinggal terbesar di DKI Jakarta sebesar 78%. Oleh
karena itu, peran rumah tangga dalam pemilahan sampah merupakan ujung
tombak dalam pengelolaan sampah secara keseluruhan. Untuk mengkaji sejauh
mana peran rumah tangga dalam pemilahan sampah, maka beberapa pertanyaan
yang perlu dijawab adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam memilah sampah
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku ibu-ibu rumah tangga
untuk memilah sampah.

4

3. Bagaimana desain sistem pengelolaan sampah anorganik untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam memilah sampah.
Tujuan Utama Penelitian
Membuat design sistem pengelolaan sampah anorganik untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam memilah sampah berdasarkan persepsi ibu-ibu
rumah tangga.
Tujuan Khusus Penelitian
1. Mengukur partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam memilah sampah
2. Menganalisis persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilah sampah
oleh ibu-ibu rumah tangga.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberi masukan
kepada pemerintah daerah dalam mengatasi masalah timbunan sampah yang
tertinggal melalui partisipasi masyarakat dalam memilah sampah rumah tangga.

5
TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Sampah dan Faktor yang Mempengaruhi
Sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat
terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan
dibuang kelingkungan (Slamet 2002).

sumber: Komunitas Jurnalis Bekasi, 2014

Gambar 3. Tempat Pembuangan Sampah Akhir, Bantar Gebang, Bekasi
Sampah Anorganik terdiri dari; plastik, kertas, logam, kaca, karet dan
lain-lain untuk masing-masing kota memiliki komposisi volume yang berbedabeda tergantung dari gaya hidup penduduknya. Komposisi sampah di salah satu
kota terbesar di Indonesia DKI Jakarta tahun 2013 adalah 67% sampah organik
dan 33% sampah anorganik, kendala utama masalah sampah selain transportasi
baik dari alat angkutnya, waktu di jalan karena macet dan volume sampah yang
meningkat setiap tahunnya juga komposisi sampah yang masih tercampur antara
sampah organik dan anorganik yang mengakibatkan sampah yang masih
tercampur tersebut diangkut dengan volume 100%.
Secara teoritik, untuk mengatasi persoalan sampah mengharuskan
dilakukannya pergeseran pendekatan dari pendekatan ujung-pipa (end-pipe of
solution) ke pendekatan sumber. Dengan pendekatan sumber, maka sampah yang
ditangani berada pada wilayah hulu sebelum sampah itu sampai ke tempat
pengolahan akhir (hilir) (Putro 2002).
Dinas Kebersihan DKI Jakarta selama ini menggunakan 2 cara
pengumpulan sampah sebagai berikut:
a. Sistem door to door, pengumpulan dilakukan oleh petugas dengan
mendatangi tiap-tiap rumah tangga (alat gerobak sampah bervolume 0.5 1.0 m3, truk, dan lain lain), kemudian dikumpulkan di tempat penampungan
sementara.
b. Sistem Komunal, pengumpulan dilakukan sendiri oleh masing-masing
rumah tangga ke tempat yang sudah disediakan. Tempat tersebut berupa
kontainer komunal dengan volume 6-8 m3 atau tempat penampungan
sementara (TPS) sebelum diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA).
Kapasitas maksimum penampungan TPST dan TPA dengan batasan sebagai
berikut:
a. TPST Sunter daya tampung 1200 ton/ hari dapat menampung sampah yang
berasal dari wilayah Jakarta Timur sebesar 1200 x 26.5% = 318 ton/hari

6

b.

TPST PDUK Cacing (Cakung-Cilincing) dengan kapasitas daya tampung
maksimum 1300 ton/hari dan dapat menampung sampah yang berasal dari
wilayah Jakarta Timur sebesar 1300 x 26.5% = 344 ton/hari
c. TPA Bantar Gebang dengan kapasitas daya tampung maksimum 5200
ton/hari dan dapat menampung sampah yang berasal dari wilayah Jakarta
Timur 5200 x 26.5% = 1378 ton/hari
Dari kapasitas maksimum ke 3 TPA tersebut dapat diketahui kemampuan
daya tampung TPA dan dapat dihitung berapa banyak sampah yang akan
tertinggal seiring bertambahnya waktu, pertambahan penduduk linier dengan
bertambahnya sampah.
Penelitian untuk mengatasi masalah volume dan transportasi sampah sudah
dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta tetapi
masalah sampah belum signifikan dapat teratasi.
Tempat sampah terpilah yang berfungsi sebagai pengumpul (kolekting)
sampah yang bernilai ekonomi (jenis plastik, logam, kain, kemasan bahan daur
ulang) harus tersedia, dengan sarana itu, sampah jenis anorganik (plastik, kertas,
logam, kain) akan berada dalam keadaan bersih, sehingga layak di daur
ulang. Memang belum semua sampah bisa diolah dan didayagunakan, masih ada
sampah (sisa bahan B3, waste un-recycle, sampah medis dari umah sakit dan
klinik). Jenis sampah kategori B3 ini memerlukan penanganan khusus (Abidin
1995).
Pembakaran sampah di bawah 10000 C tetap beresiko menghasilkan dioxin
yang berbahaya bagi lingkungan. Jalan teraman adalah penanganan sampah
secara berjenjang dan terdesentralisasi dimulai di level rumah dengan pemilahan,
kemudian menyediakan kontainer berdasar jenis, mendaur ulang jenis plastik,
kertas, logam serta sisanya berupa sampah undegradable dan sampah klinis
dikelola di Tempat Pengelolaan Akhir (Friman 2010).
Peran serta masyarakat sangat penting didalam pengelolaan sampah
menjadi faktor yang sangat menentukan didalam mengatasi masalah sampah dan
pada akhirnya sistem pengelolaan sampah anorganik ini harus memasukan
variabel masyarakat didalamnya. Untuk itulah kesadaran masyarakat sebagai
penghasil sampah juga harus ditumbuhkan dengan memberi tanggung jawabnya
sebagai pengelola sampah juga.
Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhi
Persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran
keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses
kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif (Kotler 1993).
Biasanya persepsi hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan tidak bagi orang
lain. Selain itu juga persepsi ini tidak bertahan seumur hidup dapat berubah sesuai
dengan perkembangan pengalaman, perubahan kebutuhan, dan sikap dari
seseorang baik laki-laki maupun perempuan.

7
Proses Terbentuknya Persepsi
Proses pembentukan persepsi diawali dengan masuknya sumber melalui
suara, penglihatan, rasa, aroma atau sentuhan manusia, diterima oleh indera
manusia (sensory receptor) sebagai bentuk sensasi. Sejumlah besar sensasi yang
diperoleh dari proses pertama diatas kemudian diseleksi dan diterima. Fungsi
penyaringan ini dijalankan oleh faktor seperti harapan individu, motivasi, dan
sikap. Sensasi yang diperoleh dari hasil penyaringan pada tahap kedua itu
merupakan input bagi tahap ketiga, tahap pengorganisasian sensation. Dari tahap
ini akan diperoleh sensasi yang merupakan satu kesatuan yang lebih teratur
dibandingkan dengan sensasi yang sebelumnya. Tahap keempat merupakan tahap
penginterpretasian seperti pengalaman, proses belajar, dan kepribadian. Apabila
proses ini selesai dilalui, maka akan diperoleh hasil akhir berupa Persepsi.
Menurut Kotler (2000) persepsi sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi
untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
Winardi (1992) mengemukakan bahwa konsep persepsi merupakan proses
kognitif, di mana seseorang individu memberikan arti pada lingkungan.
Mengingat bahwa masing-masing orang memberi artinya sendiri terhadap stimuli
maka dapat dikatakan bahwa individu-individu yang berbeda, melihat hal yang
sama dengan cara yang berbeda. Persepsi meliputi aktivitas menerima stimuli,
mengorganisir stimuli tersebut, dan menterjemahkan atau menafsirkan stimuli
yang terorganisir tersebut sedemikian rupa, sehingga ia dapat mempengaruhi
perilaku dan membentuk sikap.
Gibson, dkk (1989) memberikan definisi persepsi sebagai proses kognitif
yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia
sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan
proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap
individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya
sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi
itu sendiri.
Menurut Mulyana (2000) persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan
penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandianbalik (decoding) dalam proses komunikasi. Selanjutnya mulyana mengemukakan
persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan
lain. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi perilaku kita (Baron, Paulus,1991). Persepsi timbul
karena adanya dua faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal
tergantung pada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai,
tujuan, kepercayaan dan tanggapannya terhadap hasil yang dicapai. Faktor
eksternal berupa lingkungan, kedua faktor ini menimbulkan persepsi karena
didahului oleh suatu proses yang dikenal dengan komunikasi.
Robbins (2001) Pelaku Persepsi/Pemersepsi Bila seorang individu
memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,
penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi
individu itu.

8

Desiderato (1976) dalam Rakhmat (1996) mengemukakan bahwa persepsi
adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberi
makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Vincent (1997),
pengalaman masa lalu (terdahulu) dapat mempengaruhi seseorang karena manusia
biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang ia lihat, dengar,
dan rasakan. Keinginan dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam hal
membuat keputusan. Manusia cenderung menolak tawaran yang tidak sesuai
dengan apa yang ia harapkan. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan
menceritakan pengalaman yang telah dialaminya. Hal ini jelas mempengaruhi
persepsi seseorang.
Di antara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi
persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan (ekspektasi). Situasi yang meliputi waktu, keadaan / tempat kerja /
lingkungan, keadaan sosial dapat mempengaruhi persepsi kita. Walgito (2002)
menyatakan bahwa lingkungan atau situasi khususnya yang melatar belakangi
stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi
adalah manusia
Ivancevich dan Donelly (1996) mengemukakan bahwa persepsi membantu
individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan menginterpretasikan
rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti.
Davidoff (1981) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, nampak
bahwa daya persepsi manusia mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan
baik terhadap lingkungannya,
Anderson, (1972) dalam Rakhmat (1996). Atensi sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal dan faktor internal penarik perhatian. Faktor eksternal penarik
perhatian ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Stimuli
diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain: gerakan,
intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.

9

Faktor Eksternal
o Pengetahuan &
Informasi
o Keadaan /
Lingkungan
o Keadaan Sosial &
Ekonomi
o Latar Belakang
o Penerapan
Kebijakan

Faktor Internal:
Persepsi

Faktor Target
o Hal Baru
o Gerakan
Semua
Komponen
o Kepatuhan
o Kesadaran
o Kebiasaan
terus

o Sikap
o Motivasi/
dorongan
melakukan
kegiatan
o Kepentingan
o Pengalaman
o Pengharapan

Gambar 4. Faktor yang mempengaruhi Persepsi Pemilah Sampah
Pareek (1984) mengemukakan ada 4 (empat) faktor utama yang
menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, yaitu: Pertama perhatian terjadinya
persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang
ada di sekitar dapat ditangkap semuanya secara bersamaan. Kedua perhatian
biasanya hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita. Ketiga
kebutuhan Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu
kebutuhan yang sifatnya menetap maupun kebutuhan yang sifatnya hanya sesaat,
dimana masing-masing orang memiliki kebutuhan yang tidak sama antara satu
dengan yang lainnya. Keempat kesediaan-kesediaan adalah harapan seseorang
terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus
yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah
siap terlebih dahulu. Sistem Nilai - Sistem Nilai yang berlaku dalam diri
seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
Persepsi Manfaat
Sikap

Persepsi
Kemudahan
Penggunaan

Niat Perilaku

Psychological
Attachment

Gambar 5. Technology Acceptance Model dengan memasukkan pengaruh sosial
Sumber: Modifikasi dari Malhorta dan Galletta (1999)

10

Hubungan Antara Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik dengan Overt Integrity
Integritas sangat berkaitan dengan kepribadian seseorang, hasil penelitian
menunjukkan integritas mengarahkan seseorang untuk memilih dalam berbagai
kondisi, apakah harus mengikuti norma atau tidak.
overt integrity
Menunjukkan sejauh mana seseorang mampu untuk menampilkan perilaku
jujur untuk mematuhi norma, peraturan dan bersikap seseorang yang memiliki
nilai positif. Hal tersebut menunjukkan adanya keuntungan bagi individu yang
menjalankan perilaku tersebut
Menurut Damanhuri (2015) sampai sekarang, pengelolaan sampah di
Indonesia masih menggunakan paradigma lama: kumpul-angkut-buang. Source
reduction (reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah
berjalan dengan baik, meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang,
tapi masih terbatas dan tidak sustainable teknologi pengolahan sampah itu
sebenarnya banyak sekali, dari mulai yang paling murah sampai yang paling
mahal. Yang sulit adalah merubah perilaku manusianya. Perilaku manusia yang
dimaksud tentu saja adalah perilaku seenaknya dalam mengelola sampah,
termasuk yang paling parah adalah membuang sampah sembarangan.
Witoelar (2005) mengatakan manajemen pengelolaan sampah yang
dilakukan sampai saat ini masih lebih pada memindahkan masalah, artinya,
sampah dari satu tempat diangkut ke tempat lain, sedangkan pengelolaannya juga
lebih menggunakan cara open dumping yang tidak memenuhi standar-standar
yang memadai, dan lokasi TPA tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Daerah (RTRW). Akibatnya, timbul berbagai masalah antara lain pencemaran
lingkungan, konflik sosial dan menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang
bermukim di sekitar lokasi TPA. Pendekatan yang digunakan sekarang ini dalam
pengelolan sampah cenderung masih menggunakan end of pipe solution, bukan
pada pendekatan sumber.
Desain Sistem
Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Lingkungan
Elemen 1
Pemda
output

input
Elemen 3
Swasta

Elemen 2
Rumah Tangga
Sistem

Sumber : Burch
Gambar 6. Bagan Elemen Desain

11

Pengembangan sistem dilakukan apabila sistem yang lama sudah tidak
memadai dalam memenuhi kebutuhan penggunanya. Maka yang harus dilakukan
adalah mengevaluasi apakah elemen sistem bekerja bersama–sama ataukah pada
sistem tersebut elemen yang terdapat didalamnya sudah tepat. Dari sistem
pengelolaan sampah yang sudah ada selama ini belum menyertakan/melibatkan
elemen rumah tangga (penghasil sampah) masuk dalam sistem pengelolaan
sampah. Pada gambar 6. bagan elemen desain yang ditawarkan adalah sistem yang
didalamnya menyertakan rumah tangga dalam desain pengelolaan sampah yang
selama ini belum masuk sistem.

12

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diambil dari wawancara dengan ibu-ibu rumah tangga sebagai responden. Data
sekunder diambil dari data Suku Dinas Kebersihan DKI Jakarta serta hasil
penelitian sebelumnya. Sampel ibu-ibu diambil secara purposif dengan jumlah
102 responden, yang terdiri dari 64 orang di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta
Timur dan 38 orang dari Kecamatan Bogor Utara, Bogor. Alasan pengambilan
dua kecamatan tersebut adalah untuk mewakili wilayah yang belum mendapatkan
penyuluhan pemilahan sampah (Jakarta Timur) dan yang sudah mendapatkan
penyuluhan (Bogor)
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer berupa informasi tentang persepsi ibu-ibu rumah tangga
yang memilah sampah dan yang bukan memilah sampah dikumpulkan melalui
wawancara dengan ibu-ibu rumah tangga langsung di lapangan. Data sekunder
diperoleh melalui studi pustaka, dan instansi-instansi pemerintah yang terkait
dengan penelitian.
Metode Analisis
Untuk menjawab tujuan khusus penelitian digunakan analisis Regresi Logit
yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi responden dalam memilah
sampah dan analisis Deskriptif untuk mengetahui seberapa besar partisipasi ibuibu dalam memilah sampah, setelah hasil dari kedua tujuan tersebut didapat
kemudian digunakan dalam menentukan design pengelolaan sampah dan strategi
dalam mencapai tujuan khusus penelitian ini.
Regresi logit
Metode regresi logistic untuk menjawab faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi masyarakat (ibu-ibu rumah tangga) dalam memilah sampah,
persamaan regresi logistic berdasarkan Firdaus dan Farid (2008) yaitu:

Y1 = Logit (pi) = log e

...........................................................(1)

Pendekatan fungsi logit digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilahan sampah oleh masyarakat.
Regresi logit adalah teknik analisis data yang dapat menjelaskan hubungan antara
peubah respon berupa data kualitatif yang mencerminkan suatu pilihan alternatif
dengan peubah-peubah penjelas berupa data kualitatif atau data kuantitatif.
Peubah respon dalam regresi dapat berbentuk dikhotom (biner) maupun
polytomous (ordinal atau nominal). Dengan kata lain, analisis regresi logit
merupakan suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian tertentu dari
kategori peubah respon (Firdaus dan Farid 2008). Dalam analisis regresi logit,

13
pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan
melalui transformasi dari regresi linier ke logit.
Dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah
respon untuk orang ke i dan log e adalah logaritma dengan basis bilangan e.
Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam
penelitian. Peubah respon adalah keputusan masyarakat dalam memilah sampah
(1) atau tidak memilah (0), yang ditransformasikan dari bentuk kualitatif menjadi
kuantitatif, dengan menggunakan fungsi distribusi normal kumulatif, sehingga
nilainya berkisar dari 0 sampai 1 (Gujarati 2003). Dengan demikian model yang
digunakan dalam analisis logit adalah (Firdaus dan Farid 2008):
Logit (pi) = β0 + β1X1 + β2X2 + ...+β7X7+ε..............(2)
pi
X i-n
β0
β11-n
ε

: peluang rumah tangga memilah sampah
: peubah penjelas ke i-n
: konstanta intersep model garis regresi
: koefisien peubah penjelas ke 1-n
: error term

Dalam menentukan faktor - faktor penentu pemilah digunakan 7 peubah penjelas
atau peubah bebas, yaitu:
X1= Pendidikan terakhir (0= SMA, 1= S1 dan 2 =S2)
X2= Umur (0< 30 th, 1= antara 30 – 50 th, dan 2 = > 50 th)
X3= Lama tinggal (0 = < 5 th, 1 = antara 5 – 20 th, 2 = > 20 th)
X4= Jenis Pekerjaan (0 = ibu rumah tangga, 1 = PNS, dan 2 = swasta)
X5= Jumlah anggota keluarga (0= 4 orang, 1=antara 4–10 orang, dan 2= > 10
orang)
X6= Pendapatan ( 0 = < 5 juta, 1 = antara 5 juta – 20 juta, 2 = > 20 juta)
X7= Penyuluhan ( 0 = belum ada penyuluhan, dan 1 = sudah ada penyuluhan)
Metode deskriptif
Dalam rangka meningkatkan partisipasi responden yang belum memilah
sampah untuk menjadi pemilah sampah, maka dibutuhkan stimulus berupa faktor
target yang harus dicapai. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan desain
sistem pengelolaan sampah melalui intervensi faktor internal dan eksternal yang
dideskripsikan pada pembahasan hasil penelitian ini dalam bentuk tabel deskriptif
Faktor – faktor penting peubah pemilah sampah.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ibu dalam rumah tangga adalah orang yang memiliki keterkaitan paling
besar di dalam mengurus rumah, antara lain dalam menjaga kebersihan rumah
dan kesehatan lingkungan. Peran ibu sebagai pendidik anak diharapkan mampu
memberikan penjelasan ataupun pendidikan mengenai pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan, antara lain dengan pemilahan sampah yang dilakukan dari
rumah sendiri. Melalui peran ibu–ibu rumah tangga inilah diharapkan seluruh
elemen rumah tangga dapat dilibatkan untuk dapat turut melakukan pemilahan
sampah.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan ciri-ciri yang dimiliki seseorang baik
yang bersifat intrinsik (melekat pada diri responden) maupun ekstrinsik (tidak
melekat pada diri responden). Karakteristik Ekstrinsik Responden di wilayah
penelitian Jakarta Timur dan wilayah Bogor menunjukkan adanya variasi baik
dari aspek umur, pendidikan, lama tinggal, status pekerjaan, pendapatan, dan
aspek lainnya (Tabel 1.).
Tabel 1. Karakteristik Ekstrinsik Responden
Jumlah
Karakteristik Keterangan
responden
Bogor
38
Lokasi
Penelitian
Jakarta
64
maks SMA
59
S1
41
Pendidikan
S2
2
S3
< 30 thn
12
Umur

Lama
Tinggal
Status
Pekerjaan
Jumlah
Anggota
Keluarga
Pendapatan
Keluarga

% responden
37.25
62.75
57.84
40.20
1.96
11.76

30-50 thn

69

67.65

> 50 thn
< 5 thn
5 - 20 thn
30 thn

21
11
54
37

20.59
10.78
52.94
36.27

Ibu Rumah Tangga

63

61.76

PNS
Swasta

18
21

17.65
20.59

≤ 4 Orang

59

57.84

4 orang -10 orang
≥10 orang
50

8
37

38.1
36.3

13
65

61.9
63.7

21
102

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Maharani (2007) yang menyebutkan
usia mayoritas kepala keluarga di Kecamatan Banyuwangi adalah usia produktif,
yaitu berkisar antara 25 sampai dengan 50 tahun. Pada usia produktif masyarakat
memiliki pengetahuan dan kesadaraan yang cukup tinggi mengenai kesehatan dan
kebersihan lingkungan.
Penyuluhan
Responden yang belum mendapatkan penyuluhan memiliki 0.082 kali lebih
rendah untuk memilah sampah dibandingkan dengan responden yang sudah
diberikan penyuluhan. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluhan sampah
menjadi faktor pendorong yang sangat penting bagi responden dalam melakukan
pemilahan sampah. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Maharani (2007)
yang menunjukkan bahwa dengan menera