Hubungan Karakteristik Ibu Rumah Tangga Dengan Pengolahan Sampah Domestik Dalam Mewujudkan Medan Green And Clean (MDGC) Di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat Ii Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK DALAM MEWUJUDKAN MEDAN GREEN AND CLEAN

(MdGC) DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT II KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

KHAIRUNNISA NIM. 071000003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK DALAM MEWUJUDKAN MEDAN GREEN AND CLEAN

(MdGC) DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT II KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

KHAIRUNNISA NIM. 071000003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

ABSTRAK

Green and Clean adalah suatu program yang bertujuan menciptakan kondisi lingkungan yang bersih, hijau dan sehat untuk dihuni oleh masyarakat yang dicapai melalui terselenggaranya beberapa kegiatan yang menitikberatkan pada pengolahan sampah dan penghijauan. Pengolahan sampah rumah tangga meliputi pemilahan, pemanfaatan sampah organik dan anorganik serta pembuatan lubang biopori dan bank sampah. Dalam mengelola lingkungan, selain didukung oleh pihak pemerintah dan swasta, harus pula didukung masyarakat terutama ibu rumah tangga sebagai pilar utama dalam keluarga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan. Dan jenis penelitiannya adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dengan systematic random sampling yakni dengan menggunakan angka interval dengan jumlah sampel 76 ibu rumah tangga di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II.

Hasil penelitian diperoleh umur responden yaitu umur anatara 15-49 tahun sebanyak 61 orang (80,3%), pendidikan responden yaitu pendidikan dengan kategori sedang yaitu 33 orang (43,4 %), yang tidak bekerja sebanyak 44 orang (57,9%), yang berpenghasilan diatas UMR sebanyak 44 orang (57,9%), pengetahuan sedang sebanyak 49 orang (64,5%), sikap baik sebanyak 45 orang (59,2%). Hasil observasi pengolahan sampah domestik 44 rumah (57,9%) melakukan pengolahan sampah dengan baik sedangkan 32 rumah (42,1%) tidak melakukan pengolahan sampah dengan baik.

Analisa dengan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan karakteristik ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II kecuali umur dan penghasilan responden. Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan peran sertanya dalam pelaksanaan program Green and Clean, meningkatkan sosialisai dan penyuluhan serta lebih memperhatikan permasalahan lingkungan terutama masalah sampah.

Kata Kunci : Karakteristik Ibu Rumah Tangga, Pengolahan Sampah Domestik, Green and Clean


(4)

ABSTRACT

Green and clean is a program that aims to create conditions for a clean, green and health environment to inhabited by society which is achieved through several activities that concern to waste treatment and greening. Processing of household waste consist of sorting, utilization of organic and anorganic waste and manufacturing biopory hole. To manage our environment, beside supported from government and private, must be supported by community especially house wife as first building in their family.

The purpose of this research is to determine the relationship between house wife characteristics with domestic waste treatment in Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan. And the type is a descriptive analytic with cross sectional study. Sampling was done by random sampling systematic, with the figure by the number of sample interval is 76 house wife in Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II.

The result of the research got from respondance age they are 15-49 years old. As many as 61 peoples (80,3%), respondance education is education middle catagories, they are 33 peoples (43,4%), the unemployment is 44 peoples (57,9%), have income UMR above are 44 peoples (57,9%), middle knowledge are 49 peoples (64,5%), good attitude are 45 peoples (59,2%). The result from the domestic waste production observation are 44 house (57,9%), doing waste produce is well, while 32 house (42,1%) don’t produce the waste is well.

The analize performed by chi-square test shows that there is a relationship between the characteristic of housewife with domestic waste treatment in Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II except the age and respondance income. Recommended to the community to increase their participation in green and clean program implementation, increasing the socialization, and give information, and pay more careless to environmental problem especially problems of waste.

Keyword : House Wife Characteristics, Domestic Waste Treatment, Green And Clean


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengertian Sampah ... 8

2.1.1 Sumber dan Jenis Sampah ... 9

2.1.1.1 Sumber-Sumber Sampah ... 9

2.1.1.2 Jenis Sampah ... 10

2.1.2 Komposisi Sampah ... 12

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah ... 13

2.1.4 Hubungan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan... 14

2.2 Pengelolaan Sampah ... 17

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah ... 18

2.2.2 Metode Pengolahan Sampah ... 20

2.2.2.1Penerapan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R ... 20

2.2.2.2Pengomposan ... 23

2.2.2.3Lubang Resapan Biopori (LBR) ... 25

2.2.3 Hambatan dalam Pengelolaan Sampah ... 28

2.3 Pengertian Medan Green and Clean... 29

2.3.1 Tujuan, dan Sasaran Program Medan Green and Clean ... 29

2.3.2 Indikator Program Green and Clean ... 30

2.3.3 Penyelenggaraan Medan Green and Clean ... 34

2.3.4 Penilaian Medan Green and Clean ... 35

2.4 Karakteristik Ibu Rumah Tangga ... 36

2.5 Kerangka Konsep ... 40


(6)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.2.1Lokasi Penelitian... 43

3.2.2Waktu Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

3.3.1 Populasi Penelitian ... 44

3.3.2 Sampel Penelitian ... 44

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel... 44

3.4 Metode pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Data Primer ... 45

3.4.2 Data Sekunder ... 45

3.5 Defenisi Operasional ... 45

3.6 Aspek Pengukuran ... 47

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 52

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 52

4.1.1 Keadaan Geografis ... 52

4.2Karakteristik Responden ... 52

4.2.1 Umur Responden ... 52

4.2.2 Tingkat Pendidikan ... 53

4.2.3 Status Pekerjaan Responden ... 54

4.2.4 Penghasilan Responden ... 54

4.2.5 Pengetahuan Responden ... 55

4.2.6 Sikap ... 56

4.3 Distribusi Hasil Observasi Pengolahan Sampah Domestik ... 58

4.4 Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 60

4.4.1 Hubungan Umur Responden dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 60

4.4.2 Hubungan Pendidikan Responden Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 61

4.4.3 Hubungan Pekerjaan Responden Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 62

4.4.4 Hubungan Penghasilan Keluarga Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 63

4.4.5 Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 64

4.4.6 Hubungan Sikap Responden Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 65

BAB V. PEMBAHASAN... 67


(7)

5.2 Pengolahan Sampah Domestik Dalam Mewujudkan Medan

Green and Clean (MdGC) ... 69

5.3 Hubungan Umur dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 72

5.4 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 72

5.5 Hubungan Status Pekerjaan Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 73

5.6 Hubungan Penghasilan Keluarga Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 74

5.7 Hubungan Pengetahuan Dengan Pengolahan Sampah Domestik .... 74

5.8 Hubungan Sikap Dengan Pengolahan Sampah Domestik ... 75

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1 Kesimpulan ... 77

6.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, hanya karena rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Hubungan Karakteristik Ibu Rumah Tangga Dengan Pengolahan Sampah Domestik Dalam Mewujudkan Medan Green And Clean (MDGC) Di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat Ii Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2011 ” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM-USU) Medan.

Dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Dr. Wirsal Hasan, MPH sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Darma Bakti, SH, selaku Kepala Kelurahan Pulo Brayan Darat II yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh dosen di FKM khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku dosen Pembimbing Akademik yang

selalu meluangkan waktu untuk saya berkonsultasi.

7. Orangtua penulis Jusrizal dan Rita Hayati, abang penulis Budi Anhari serta adik penulis M. Fazly dan Ade Maulida yang selalu memberikan dorongan moril dan materil kepada penulis serta kasih sayang dan motivasi yang luar biasa.

8. Sahabat-sahabat terbaik penulis Siti Afsyah, Tengku Hera Zafirah, SKM, Eka Purwanti, SKM, Dina Permatasari, Linda Rahayu, SKM, Day Santri Hasibuan,


(9)

SKM, Putra Apriadi Siregar, Ananda Rahman US, Sasmar Aurivan Harya, Addlinsyah, Rizka Furnanda, Nanda Rizaldi Lubis dan Rizki El Hafis yang selalu memberikan dorongan semangat, dukungan, kritikan serta doanya kepada penulis.

9. Teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan Fitri, SKM, Raisa, Evi, Righa Absyah, SKM, Indra Kurniawan, Frenky Eka Syahputra serta teman-teman stambuk 2007 yang telah memberikan semangat kepada penulis.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini.

Medan, November 2011


(10)

ABSTRAK

Green and Clean adalah suatu program yang bertujuan menciptakan kondisi lingkungan yang bersih, hijau dan sehat untuk dihuni oleh masyarakat yang dicapai melalui terselenggaranya beberapa kegiatan yang menitikberatkan pada pengolahan sampah dan penghijauan. Pengolahan sampah rumah tangga meliputi pemilahan, pemanfaatan sampah organik dan anorganik serta pembuatan lubang biopori dan bank sampah. Dalam mengelola lingkungan, selain didukung oleh pihak pemerintah dan swasta, harus pula didukung masyarakat terutama ibu rumah tangga sebagai pilar utama dalam keluarga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan. Dan jenis penelitiannya adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dengan systematic random sampling yakni dengan menggunakan angka interval dengan jumlah sampel 76 ibu rumah tangga di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II.

Hasil penelitian diperoleh umur responden yaitu umur anatara 15-49 tahun sebanyak 61 orang (80,3%), pendidikan responden yaitu pendidikan dengan kategori sedang yaitu 33 orang (43,4 %), yang tidak bekerja sebanyak 44 orang (57,9%), yang berpenghasilan diatas UMR sebanyak 44 orang (57,9%), pengetahuan sedang sebanyak 49 orang (64,5%), sikap baik sebanyak 45 orang (59,2%). Hasil observasi pengolahan sampah domestik 44 rumah (57,9%) melakukan pengolahan sampah dengan baik sedangkan 32 rumah (42,1%) tidak melakukan pengolahan sampah dengan baik.

Analisa dengan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan karakteristik ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II kecuali umur dan penghasilan responden. Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan peran sertanya dalam pelaksanaan program Green and Clean, meningkatkan sosialisai dan penyuluhan serta lebih memperhatikan permasalahan lingkungan terutama masalah sampah.

Kata Kunci : Karakteristik Ibu Rumah Tangga, Pengolahan Sampah Domestik, Green and Clean


(11)

ABSTRACT

Green and clean is a program that aims to create conditions for a clean, green and health environment to inhabited by society which is achieved through several activities that concern to waste treatment and greening. Processing of household waste consist of sorting, utilization of organic and anorganic waste and manufacturing biopory hole. To manage our environment, beside supported from government and private, must be supported by community especially house wife as first building in their family.

The purpose of this research is to determine the relationship between house wife characteristics with domestic waste treatment in Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan. And the type is a descriptive analytic with cross sectional study. Sampling was done by random sampling systematic, with the figure by the number of sample interval is 76 house wife in Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II.

The result of the research got from respondance age they are 15-49 years old. As many as 61 peoples (80,3%), respondance education is education middle catagories, they are 33 peoples (43,4%), the unemployment is 44 peoples (57,9%), have income UMR above are 44 peoples (57,9%), middle knowledge are 49 peoples (64,5%), good attitude are 45 peoples (59,2%). The result from the domestic waste production observation are 44 house (57,9%), doing waste produce is well, while 32 house (42,1%) don’t produce the waste is well.

The analize performed by chi-square test shows that there is a relationship between the characteristic of housewife with domestic waste treatment in Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II except the age and respondance income. Recommended to the community to increase their participation in green and clean program implementation, increasing the socialization, and give information, and pay more careless to environmental problem especially problems of waste.

Keyword : House Wife Characteristics, Domestic Waste Treatment, Green And Clean


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009).

Dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam Program Pembangunan Kesehatan, salah satunya adalah Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan (Depkes RI, 2004).

Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 disebutkan bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan


(13)

lingkungan. Dimana setiap warga masyarakat berhak mendapat kehidupan yang layak dan berkualitas.

Fakta yang berkembang saat ini bahwa kualitas lingkungan hidup semakin menurun yang terus mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Masalah lingkungan hidup dapat diakibatkan berbagai kegiatan, baik dalam skala terbatas (sempit) maupun dalam skala luas. Dalam skala luas, pada dasarnya perubahan kondisi lingkungan terjadi akibat kerusakan dan pencemaran lingkungan yang mempengaruhi ekosistem di alam (Anonimous, 2008).

Dalam skala terbatas, dapat dilihat mulai dari kegiatan keluarga yang menghasilkan limbah rumah tangga. Limbah ini belum menjadi sorotan masyarakat, khususnya di negara-negara sedang berkembang karena semua keluarga menghasilkannya dan dampaknya tidak secara nyata mengganggu kesehatan (Manik, 2003).

Pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga menjadi ancaman serius untuk wilayah perkotaan di Indonesia. Masalah pokoknya mencakup limbah manusia dan timbunan sampahnya. Menurut “World Bank Country Study” (Indonesia, Environment and Development, Washington D.C 1994) dalam Wardhana (2000) selain kualitas air bersih, pengelolaan sampah yang kurang memadai (penumpukan secara tak terkendali, pembakaran, dan pembuangan ke dalam sungai serta tanah kosong) merupakan ancaman yang paling besar di wilayah perkotaan Indonesia.

Sampah yang dihasilkan perorang makin besar padahal jumlah penduduk juga bertambah. Sementara itu pendapatan kita untuk mengurangi sampah masih terbatas (Soemarwoto, 2001). Di tengah kepadatan aktivitas manusia, penanganan sampah masih menjadi permasalahan serius yang belum bisa tertangani dengan tuntas, terutama di


(14)

kota-kota besar. Pasalnya, rata-rata tiap orang per hari dapat menghasilkan sampah 1-2 kg dan akan terus bertambah sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Sampah yang tidak mendapat penanganan serius bisa mengakibatkan pencemaran, baik polusi udara, polusi air, maupun polusi tanah (Hadisuwito, 2007).

Kota Medan sebagai ibu kota yang merupakan kota metropolitan, mencerminkan kehidupan masyarakat yang padat aktivitas serta memiliki berbagai permasalahan, mulai dari permasalahan kependudukan sampai dengan masalah transportasi dan lingkungan. Sumber masalah terbesar adalah masalah sampah perkotaan, pencemaran lingkungan yang tinggi dan prilaku sanitasi masyarakat yang buruk. Mobilitas penduduk yang tinggi, serta banyaknya aktifitas yang terjadi setiap hari mengakibatkan kota Medan menjadi salah satu kota dengan produksi sampah yang cukup besar (Laporan MdGC, 2009).

Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Menurut data Dinas Kebersihan kota Medan tahun 2009, penduduk kota Medan menghasilkan sampah sebesar 5.616 m3/hariatau 1.404 ton/hari. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan upaya pelestarian lingkungan yang berkesinambungan. Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kota (Pemko) Medan tidak dapat bekerja sendiri untuk mengatasi masalah yang ada, diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk swasta dan yang paling utama adalah masyarakat.

Pada tahun 2009, diluncurkan program Green and Clean di kota Medan. Program ini merupakan program yang digagas oleh Unilever dari pihak swasta yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan, Harian Waspada dan Yayasan Bumi Hijau Lestari. Sebelumnya juga telah diluncurkan program yang sama di beberapa kota besar lainnya


(15)

seperti Jakarta, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Surabaya, dan Banjarmasin (Panduan MdGC, 2010)

Bentuk kegiatan dari Medan Green and Clean adalah kompetisi kebersihan lingkungan antar wilayah dan menitikberatkan pada pengelolaan sampah dan penghijauan. Pengolahan sampah dimulai dari pemilahan sampah, pemanfaatan sampah organik maupun sampah anorganik dengan proses pengomposan atau daur ulang, sampai membuat bank sampah di lingkungan. Sasaran dalam pelaksanaan program ini adalah seluruh komponen masyarakat, namun dalam keluarga, ibu adalah motor penggerak utama, terutama dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga.

Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II merupakan salah satu lingkungan yang juga menjadi peserta program Medan Green and Clean (MdGC). Sejak tahun 2009 sampai sekarang, daerah tersebut merupakan bagian dari sosialisasi MdGC. Berdasarkan survei awal peneliti, program-program yang disosialisasikan tidak berjalan dengan maksimal, khususnya dalam hal pengelolaan sampah. Kondisi lingkungan yang cukup padat dan populasi ibu rumah tangga yang cukup banyak, seyogyanya pengolahan sampah dapat lebih ditingkatkan.

Secara umum, masih banyak ibu yang belum mau berpartisipasi dalam program ini, untuk itu peneliti ingin melihat karakterisitik ibu rumah tangga di lingkungan tersebut dihubungkan dengan pengolahan sampah domestik.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan adanya pencanangan program Medan Green and Clean sejak tahun 2009 khususnya dalam hal pengelolaan sampah, maka perlu dilihat hubungan karakteristik ibu


(16)

rumah tangga terhadap pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2011.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik ibu rumah tangga yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan. 2. Untuk mengetahui pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan

Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

3. Untuk mengetahui hubungan umur ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

4. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

5. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan.


(17)

6. Untuk mengetahui hubungan jumlah penghasilan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

7. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

8. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

1.4 Manfaat

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak penyelenggara program Medan Green and Clean (MdGC) sehingga program ini nantinya dapat berjalan lebih baik dan hasil yang didapat lebih memuaskan.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah setempat untuk dapat memaksimalkan potensi masyarakat yang ada agar dapat terus mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih baik.

3. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya ibu rumah tangga dalam rangka memaksimalkan pengelolaan sampah di lingkungan mereka.

4. Sebagai masukan bagi penulis yang dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman serta sebagai proses belajar bagi penulis dalam mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku perkuliahan selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat


(19)

3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

2.1.1 Sumber dan Jenis Sampah

2.1.1.1 Sumber-Sumber Sampah

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.


(20)

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).

2.1.1.2 Jenis Sampah

a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

- Sampah anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.


(21)

Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

b. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar

- Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

- Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

c. Sampah berdasarkan karakteristiknya - Abu (Ashes)

Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di kantor maupun industri.

- Sampah Jalanan (Street Sweeping)

Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.

- Bangkai Binatang (Dead Animal)

Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan. - Sampah pemukiman (Household refuse)

Yaitu sampah campuran yang berasal dari daerah perumahan. - Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles)

Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportas lainnya.


(22)

Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.

- Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste) Yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan. - Sampah dari daerah pembangunan

Yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari daerah ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat, kertas dan lain-lain.

- Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid)

Sampah yang terdiri dari benda yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

- Sampah Khusus

Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan zat yang toksis. (Mukono, 2006).

2.1.2 Komposisi Sampah

Menurut Achmadi (2004) secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir sama, yaitu :

Tabel 2.1. Komposisi Sampah di Setiap Kota atau Negara

No Komposisi Sampah Persentase

1 Kertas dan Karton ± 35 %

2 Logam ± 7 %

3 Gelas ± 5 %

4 Sampah halaman dan dapur ± 37 %


(23)

6 Plastik, karet, dan kulit ± 7 %

7 Lain-lain ± 6 %

Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan alat atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah

Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :

a. Jumlah Penduduk

Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk. b. Keadaan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.


(24)

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

d. Tingkat pendidikan

Menurut Hermawan (2005) Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan selayaknya semakin tinggi kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.

2.1.4 Hubungan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Menurut Chandra, Budiman (2006) pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan juga ada yang negatif.

Pengaruh positif dari pengelolaan sampah ini terhadap masyarakat dan lingkungan, antara lain :

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah

b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak


(25)

d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat

e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah f. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat g. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat

h. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain

Sedangkan pengaruh negatif dari sampah terhadap kesehatan, lingkungan maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain :

a. Pengaruh terhadap kesehatan

- Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan sektor penyakit seperti lalat atau tikus

- Insidensi penyakit Demam Berdarah dengue akan meningkat karena vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng maupun ban bekas yang berisi air hujan

- Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya

- Gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain. b. Pengaruh terhadap lingkungan

- Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata

- Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk


(26)

- Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas

- Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal

- Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal

- Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat seperti jalan, jembatan dan saluran air.

c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

- Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat setempat

- Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut

- Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola (misalnya kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi)

- Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja dan produktifitas masyarakat menurun

- Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang

- Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat

- Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis


(27)

- Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.

2.2 Pengelolaan Sampah

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat.

Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan.

Sampah Dibuang

Digunakan Produk


(28)

(Sumber : Cunningham, 2004)

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah

Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena berbagai hal :

1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan

2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan

3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan

4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat dan tikus

5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah

Pengolahan tahap akhir : - Sanitary landfill

(penimbunan berlapis) - Incenaration (pembakaran) - Open dumping

Pengolahan tahap awal : - Reduce (mengurangi) - Reuse (menggunakan

kembali

- Recycle (mendaur ulang)


(29)

6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah

7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai sebagai tempat pembuangan sampah

8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan

9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang semakin panas.

10.Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan

11.Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah

12.Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang memperhatikan faktor non teknis dan non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

2.2.2 Metode Pengolahan Sampah

2.2.2.1 Penerapan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam


(30)

rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.

Gambar 2.1. 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) a. Reduce

Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reduce:

- Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar

- Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain - Gunakan baterai yang dapat di charge kembali

- Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

- Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan segar, kurangi makanan kaleng/instan)


(31)

- Membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan lain-lain)

- Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja - Tolak penggunaan kantong plastik

- Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan - Pakai serbet/saputangan kain pengganti tisu - Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu b. Reuse

Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reuse: - Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang

- Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill) - Kurangi penggunaan bahan sekali pakai - Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah

- Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah - Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan - Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas

- Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem

- Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain - Majalah atau buku untuk perpustakaan


(32)

- Kertas koran digunakan untuk pembungkus c. Recycle

Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program recycle:

- Mengubah sampah plastik menjadi souvenir

- Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos

- Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur d. Replace

Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang yang digunakan sehari-hari. Dan juga mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan keranjang saat berbelanja, atau hindari penggunaan styrofoam karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.

e. Replant

Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.


(33)

Kompos merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik sehingga berubah bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga mikroorganisme dapat aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan (Santoso, 2009).

Usaha pengomposan sampah kota memiliki beberapa manfaat yang dapat ditinjau baik dari segi teknologi, ekonomi, lingkungan maupun kesehatan.

Dari segi teknologi manfaat pembuatan kompos antara lain :

1. Teknik pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari proses yang mudah dengan menggunakan peralatan yang sederhana sampai dengan proses yang canggih dengan peralatan modern

2. Secara teknis, pembuatan kompos dapat dilakukan secara manual sehingga modal yang dibutuhkan relatif murah atau secara masinal (padat modal) untuk mengejar skala produksi yang tinggi

Dari segi ekonomi, pembuatan kompos dapat memberikan manfaat secara ekonomis, yaitu : 1. Pengomposan dapat mengurangi jumlah sampah sehingga akan mengurangi biaya

operasinal pemusnahan sampah

2. Tempat pengumpulan sampah akhir dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama, karena sampah yang dikumpulkan berkurang. Dengan demikian akan mengurangi investasi lahan TPA

3. Kompos dapat memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini berarti kompos memiliki nilai kompetitif dan ekonomis yang berarti kompos dapat dijual


(34)

4. Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaannya

Dari segi kesehatan, manfaat kesehatan yang diperoleh dari proses pembuatan kompos adalah :

1. Pengurangan tumpukan sampah akan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat 2. Proses pengomposan berjalan pada suhu yang tinggi sehingga dapat mematikan

berbagai macam sumber bibit penyakit yang ada pada sampah (Santoso, 2009).

2.2.2.3Lubang Resapan Biopori (LBR)

Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (Tim Biopori IPB, 2011).


(35)

Gambar 2.3. Lubang biopori yang siap pakai (dilihat dari atas)

Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara :

1. Meningkatkan daya resapan air

Lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm2 atau hampir 1/3 m2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm2 setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm2.

Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.


(36)

Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekomposisi ini dikenal sebagai kompos. Melalui proses tersebut maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang dengan budidaya tanaman/sayuran organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.

3. Memanfaatkan fauna tanah dan atau akar tanaman

Seperti disebutkan di atas lubang resapan biopori diaktifkan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya.

Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfir sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah.


(37)

Dengan hadirnya lubang-lubang resapan biopori dapat dicegah adanya genangan air, sehingga berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah (filariasis) akan dapat dihindari (Tim Biopori IPB, 2011).

2.2.3 Hambatan dalam Pengelolaan Sampah

Menurut Slamet (2004) masalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena :

1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan

2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan

3. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air, gangguan estetika dan memperbanyak populasi lalat dan tikus

4. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah.

5. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai tempat pembuangan sampah

6. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan

7. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas. 8. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan


(38)

9. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.

10.Pengelolaan sampah dimasa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa faktor yang lebih dominan menimbulkan hambatan dalam pengelolaan sampah adalah kurangnya pengetahuan, tentang pengelolaan sampah, kebiasaan pengelolaan sampah yang kurang baik dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah (Rohani, 2007).

2.3 Pengertian Medan Green and Clean

Green and Clean adalah program yang digagas untuk mengatasi permasalahan lingkungan terutama sekali penanganan sampah domestik di kota-kota tempat program ini diimplementasikan. Kunci utama program Green and Clean adalah sinergi dari berbagai elemen baik dari sektor swasta, media, LSM, pemerintah lokal dan yang terpenting adalah komponen masyarakat.

Medan Green and Clean adalah program lingkungan berbasis masyarakat yang diinisiasi oleh PT. Unilever Indonesia melalui Yayasan Unilever Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemko) Medan, Harian Waspada dan Yayasan Bumi Hijau Lestari, yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang hijau, bersih bebas sampah dan juga bebas banjir di setiap lingkungan yang ada di kota Medan dengan sistem pemberdayaan masyarakat (Panduan Pelaksanaan MdGC, 2010).

2.3.1 Tujuan, dan Sasaran Program Green and Clean

Adapun tujuan dari program Green and Clean adalah :


(39)

b. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang telah berhasil mewujudkan tempat tinggalnya bersih, hijau dan sehat

c. Mewujudkan kondisi kota yang bersih, hijau dan sehat

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari program Green and Clean yaitu :

a. Pemberdayaan masyarakat untuk peduli akan kebersihan dan kehijauan kota b. Lingkungan kota yang bersih, hijau dan sehat (Unilever Green and Clean, 2011).

2.3.2 Indikator Program Green and Clean

Untuk mengukur kemajuan kegiatan pada setiap tatanan atau menu yang dipilih, dibutuhkan indikator. Indikator tersebut merupakan alat bagi semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah dilaksanakan dan menjadi tolok ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya (Depkes RI, 2005).

Pada tahun 2011, program Medan Green and Clean dibagi atas 2 wilayah kompetisi yaitu wilayah komplek dan wilayah non komplek. Wilayah Komplek adalah wilayah pemukiman yang secara geografis tertata rapih dan mempunyai sarana dan prasarana fasilitas lengkap, dan dikelola oleh pengembang. Sedangkan wilayah non komplek adalah wilayah pemukiman biasa yang tidak masuk dalam katergori wilayah komplek (Panduan Pelaksanaan MdGC, 2011).

Masing-masing wilayah memiliki indikator penilaian untuk melihat keberhasilan dalam pelaksanaan program Medan Green and Clean. Adapun indikator penilaian dimaksud antara lain :

1. Kreatifitas Warga

Kwarga (Kreatifitas Warga) adalah aktifitas warga dalam mengkampanyekan Medan Green and Clean (MdGC) melalui berbagai cara berupa ajakan atau slogan-slogan yang


(40)

dituangkan dalam bentuk tulisan kepedulian pada pengelolaan sampah di sekitar lingkungan dengan memanfaatkan barang bekas. Kwarga menjadi penilaian tambahan (point plus) dalam indikator MdGC, dalam point ini lingkungan terbaik akan mendapatkan hadiah.

Tujuan dari Kwarga ini adalah menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat mengenai program kepedulian terhadap bumi dan alam yang ada di lingkungan untuk menumbuhkan semangat kreatifitas masyarakat Medan Green and Clean (MdGC). 2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Dalam penanganan sampah skala rumah tangga, masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah terutama sampah organik dan sampah anorganik dengan berbagai cara, antara lain :

a. Pemanfaatan sampah organik dan sampah anorganik melalui teknik 3-R (Reduce, Reuse dan Recycle). Sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi kompos melalui proses pengomposan, sedangkan sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi berbagai barang-barang yang bernilai ekonomis.

b. Lubang Resapan Biopori (LBR)

Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.

c. Bank Sampah

Bank sampah adalah wadah atau tempat dikumpulkannya sampah anorganik warga, dimana dalam proses pelaksanaannya membutuhkan satu kelompok pengelola yang


(41)

berasal dari warga yang akhirnya akan terjadi penjualan antara pengelola bank sampah dengan pengepul.

3. Penghijauan Lingkungan

Penghijauan lingkungan adalah penanaman pohon di lingkungan yang dilakukan oleh warga dengan penataan yang disesuaikan dengan lahan dan kondisi lingkungan setempat secara baik dan indah. Penghijauan selain berfungsi member keindahan pada rumah atau lingkungan setempat juga memberikan manfaat lain seperti kesejukan, sumber oksigen dan mengurangi polusi udara. Penghijauan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Toba (Trotoar Berbunga)

Toba adalah penghijauan yang dilakukan diatas trotoar/drainase yang ada di lingkungan sekitar.

b. Taman Gantung

Taman gantung adalah penghijauan yang dilakukan pada lingkungan yang mempunyai lahan sempit dimana sistem penanaman dengan digantung menggunakan pot.

c. Tanaman Obat Keluarga

Toga atau tanaman obat keluarga adalah penghijauan dengan menanam tanaman yang mempunyai khasiat sebagai obat. Jenis tanaman obat yang dapat ditanam dan dibudidayakan sekaligus menambah penghasilan keluarga antara lain :

- Mahkota dewa - Serai wangi - Jahe merah - Rosella


(42)

- Lidah buaya

- Aneka umbian seperti ubi kayu, talas dan lain sebagainya 4. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental seseorang dalam situasi kelompok yaitu adanya ketersediaan untuk mengambil bagian dalam menetapkan tujuan bersama, serta kesediaan memikul tanggung jawab bagi pencapaian tujuan bersama (Davis dalam Kurniawan, 2008). Partisipasi masyarakat merupakan proses dimana masyarakat ikut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan.

Partisipasi masyarakat merupakan point penting dalam pelaksanaan program Medan Green and Clean. Ada 3 point penting dalam komponen partisipasi masyarakat :

a. Informasi leader/fasilitator sebagai koordinator, inspirator, dan generator dari sebuah kegiatan di lingkungan. Peran fasilitator adalah menjembatani antara implementasi kegiatan di rumah tangga kepada pihak luar sehingga pergerakan dari kegiatan yang ada di masyarakat terekspose dengan baik ke pihak luar.

b. Dalam teknis melakukan eksposure kegiatan, fasilitator dibantu oleh kader. Fungsi kader yaitu sebagai mediator antara fasilitator dengan masyarakat langsung sehingga kegiatan dapat terpenetrasi dengan baik dan dalam kadar yang terukur.

c. Kader dalam menjembatani informasi di kegiatan rumah tangga memerlukan peran aktif rumah tangga di tingkatan rumah tangga. Dalam hal ini, rumah tangga adalah keluarga dalam satu rumah yang mengimplementasikan program Medan Green and Clean yaitu pengelolaan sampah dan penghijauan.


(43)

Masyarakat aktif dalam menjaga kebersihan lingkungannya yang dimulai dari diri sendiri dan hal-hal kecil. Masyarakat harus memiliki gaya hidup yang sehat dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak lingkungan sekitar mereka

(Panduan Pelaksanaan MdGC, 2011).

2.3.3 Penyelenggaraan Medan Green and Clean

Setiap kelurahan atau lingkungan dapat ikut serta dalam pelaksanaan program Medan Green and Clean ini atas dasar kesepakatan dari masyarakat, (termasuk tokoh masyarakat dan LSM setempat) dan juga bersama Lurah atau kepala lingkungan setempat. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan program Medan Green and Clean adalah sebagai berikut :

1. Tahapan awal yaitu melakukan Audiensi dengan Walikota dan setelah itu menggelar sosialisasi program dengan Camat, Lurah dan Ketua RW setempat. Lalu dilanjutkan dengan pengambilan formulir peserta Medan Green and Clean.

2. Pengembalian formulir peserta kepada Pemko Medan dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kota Medan.

3. Pelatihan fasilitator wilayah maju dan berkembang. Pelatihan Fasilitator yaitu perwakilan dari tiap RW yang berpartisipasi berupa pelatihan tentang kepemimpinan dan pengetahuan lingkungan. Hal ini bertujuan agar mereka dapat mentransfer ilmu dan menginspirasi masyarakat sekitar dalam kepedulian terhadap lingkungan.

4. Pelaksanaan penjurian yang dibagi atas 3 tahap yaitu tahap I, II dan III.

5. Apresiasi Medan Green and Clean serta pengumuman pemenang program Medan Green and Clean.


(44)

Keberhasilan suatu lingkungan atau wilayah mendapat predikat sebagai lingkungan yang bersih, asri dan hijau adalah merupakan suatu proses kegiatan oleh masyarakat dengan dukungan berbagai pihak mulai dari pemerintah dan pihak swasta. Dalam hal pengelolaan sampah, terdapat beberapa kriteria penilaian sehingga dapat dikatakan mencapai target , yaitu antara lain :

a. Untuk wilayah komplek

- Minimal ada 80 rumah yang melakukan pengelolaan sampah - Melakukan inovasi pengelolaan sampah di wilayahnya - Harus ada ciri pengelolaan sampah yang mencirikan program - Melakukan pengelolaan sampah anorganik menjadi bahan berguna - Mempunyai secara sistem dan fisik Bank Sampah

b. Untuk wilayah non komplek

- Minimal ada 50 rumah yang melakukan pengelolaan sampah - Melakukan inovasi pengelolaan sampah di wilayahnya - Harus ada ciri pengelolaan sampah yang mencirikan program - Melakukan pengelolaan sampah anorganik menjadi bahan berguna

- Mempunyai secara sistem dan jika memungkinkan memiliki secara fisik Bank Sampah

2.7 Karakteristik Ibu Rumah Tangga

Karakteristik adalah sifat individu yang relatif tidak berubah, atau yang dipengaruhi oleh lingkungan seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain (Junaidi, 2005).


(45)

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Dalam hal ini, umur ibu rumah tangga dibagi menjadi 2 kategori usia yaitu 15-49 tahun dikategorikan dalam ibu rumah tangga yang tergolong dewasa muda dan umur 50 tahun keatas adalah ibu rumah tangga yang tergolong lansia.

2. Pendidikan

Menurut Deliarno (1995) dalam Ayusta (2004) Pendidikan adalah pendidikan yang diperoleh seseorang pada periode waktu tertentu pada suatu instansi yang resmi disahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tertentu yang ditandai adanya ijazah setelah selesai pendidikan.

Wikipedia mengatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi (Wikipedia, 2009).

Notoatmojo (1993) mengatakan pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diperoleh ditandai dengan adanya ijazah. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dilalui. Menurut wikipedia (2009) tingkat pendidikan tersebut dibagi menjadi tidak sekolah, tamat SD (pendidikan dasar), tamat SLTP/sederajat (pendidikan lanjutan), tamat SLTA/sederajat (pendidikan menengah), tamat Perguruan Tinggi (diploma, sarjana, magister, doktor). Umumnya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang


(46)

lebih tinggi memiliki lingkungan yang lebih bersih dan rapi Karena berbanding lurus dengan tingkat ekonominya yang tinggi pula.

3. Status Pekerjaan

Bekerja adalah penduduk atau masyarakat (10 tahun keatas) yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan. Dalam masyarakat, status pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi pelaksanaan suatu program di daerahnya. Ada beberapa keluarga dalam masyarakat yang tidak bekerja atau pengangguran dan ada juga yang berstatus bekerja dengan berbagai profesi dan jenis pekerjaannya.

4. Penghasilan

Penghasilan adalah besarnya pendapatan yang diperoleh dalam keluarga. Penghasilan dapat berarti juga jumlah uang yang didapat oleh seseorang dari hasil kerjanya setiap bulan (Notoatmodjo, 2003). Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 adalah Rp.1.190.000,-.

Penghasilan juga merupakan variabel yang berhubungan dengan status ekonomi keluarga dimana sulit bagi mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam hal pelestarian lingkungan mereka karena pasti juga memerlukan biaya sedangkan untuk kehidupan sehari-hari saja mereka sulit untuk memenuhinya.

5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga dapat di difenisikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh dari proses belajar semasa hidup dan


(47)

dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama bertahan/langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003)

Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pemanfaatan program Medan Green and Clean khususnya dalam pengelolaan sampah domestik.

6. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Disebutkan juga bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Sarwono (2004) sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.

Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecendrungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan. Selain itu, Sikap adalah kecendrungan untuk berespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku, tapi sikap juga selalu tercermin dari perilaku seseorang (Sarwono, 2004).


(48)

Menurut Ahmadi (1990) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) sikap dibedakan jadi:

1. Sikap positif, yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. 2. Sikap negatif, yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui

terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.

2.8 Kerangka Konsep

Karakteristik Ibu Rumah Tangga

Baik

Pengolahan Sampah Domestik

Tidak Baik Karakteristik Ibu

Rumah Tangga:

- Umur

- Tingkat Pendidikan

- Status Pekerjaan

- Penghasilan

- Pengetahuan


(49)

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan umur ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik Ho : Tidak ada hubungan umur ibu rumah tangga dengan pengolahan

sampah domestik

2. Ha : Ada hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik

Ho : Tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik

3. Ha : Ada hubungan status pekerjaan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik

Ho : Tidak ada hubungan status pekerjaan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik

4. Ha : Ada hubungan jumlah penghasilan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik

Ho : Tidak ada hubungan jumlah penghasilan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik

5. Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik.

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik

6. Ha : Ada hubungan sikap ibu rumah tangga dengan pengolahan sampah domestik. Ho : Tidak ada hubungan sikap ibu rumah tangga dengan pengolahan


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang bersifat cross sectional untuk mendapatkan hubungan karakteristik ibu rumah tangga dengan tindakan pengelolaan sampah domestik dalam mewujudkan program Medan Green and Clean di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2011.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian ini adalah :

1. Daerah tersebut adalah daerah perumahan yang cukup padat, dan tidak ada tempat pembuangan sampah sementara umum yang memadai.

2. Daerah tersebut menjadi salah satu peserta program Medan Green and Clean namun program-program yang ada belum berjalan maksimal.

3. Belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut sebelumnya mengenai judul skripsi ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-September 2011.


(51)

3.3.1 Populasi Penelitian

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu Rumah Tangga yang ada di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan yaitu sebanyak 311 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Besar sampel dari populasi 311 ibu rumah tangga dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus berdasarkan buku Soekidjo Notoatmodjo (2005) sebagai berikut:

N 311

n = =

1 + N(d2) 1 + 311(0,12)

= 75,66

= 76 orang

Dimana :

N = Besar Populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)

Dengan menggunakan rumus diatas, jumlah sampel yang akan diteliti adalah 76 orang.

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Mengingat hal tersebut diatas dan kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga dan dana maka penelitian dalam penelitian ini mengambil jumlah sampel sebanyak 76 orang ibu rumah tangga. Setelah jumlah sampel ditentukan teknik pengambilan sampel selanjutnya


(52)

adalah systematic random sampling atau pengambilan sampel secara sistematis yaitu dengan kelipatan empat. Anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4,8,12,16, 20 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 76 anggota sampel.

3.4 Metode pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu rumah tangga sebagai responden dengan menggunakan kuesioner dan juga observasi langsung ke tiap-tiap rumah di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II, Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan Pulo Brayan Darat II, Badan Lingkungan Hidup Kota Medan, PT. Unilever, dan Instansi Pemerintahan Lainnya.

3.5 Defenisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka defenisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :

1. Umur adalah usia ibu rumah tangga yang dikategorikan dalam dua kategori usia yaitu kategori dewasa muda dengan rentang usia 15-49 tahun dan kategori lansia dengan rentang usia diatas 50 tahun.

2. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diperoleh ibu rumah tangga dengan adanya ijazah. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat pendidikan di bagi menjadi :


(53)

a. Tingkat pendidikan rendah : yaitu ibu rumah tangga yang tidak pernah duduk dibangku sekolah, tidak menyelesaikan SD, dan tamat SD.

b. Tingkat pendidikan sedang : yaitu ibu rumah tangga yang memiliki ijazah terakhir SLTP dan SLTA.

c. Tingkat Pendidikan tinggi : yaitu ibu rumah tangga yang memiliki ijazah terakhir Akademi dan perguruan tinggi

3. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh ibu rumah tangga untuk memperoleh uang dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Penghasilan adalah banyak uang yang dperoleh oleh keluarga setiap bulannya dibagi atas dua kategori antara lain :

a. Penghasilan Rendah yaitu : penghasilan di bawah UMR Propinsi Sumatera Utara (Rp.1.190.000,-)

b. Penghasilan Tinggi yaitu : penghasilan di atas UMR Propinsi Sumatera Utara (Rp. 1.190.000,-)

5. Pengetahuan dapat didefenisikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami ibu rumah tangga mengenai pengolahan sampah domestik.

6. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh ibu rumah tangga yang bersangkutan dalam menanggapi tentang pengolahan sampah domestik dalam bentuk jawaban setuju atau tidak setuju. 7. Pengolahan sampah domestik adalah kegiatan ibu rumah tangga dalam hal pemanfaatan

sampah organik, pemanfaatan sampah anorganik, dan pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB) dalam skala rumah tangga.


(54)

8. Pemanfaatan sampah organik dan anorganik adalah pengolahan sampah yang dilakukan ibu rumah tangga dimulai dari pemilahan sampah dan mengurangi jumlah sampah dari sumbernya dengan cara memanfaatkan sampah dengan menggunakan metode 3-R (Reduce, Reuse dan Recycle).

9. Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah pengolahan sampah domestik yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan cara membuat lubang resapan untuk meningkatkan daya resap air yang dilakukan dengan memanfaatkan halaman rumah ataupun dilakukan di daerah sekitar rumah.

3.6 Aspek Pengukuran a. Umur

Untuk umur responden, dilakukan dengan membagi umur responden ke dalam 2 kategori yaitu golongan dewasa muda yaitu usia 15-49 tahun dan kategori lansia yaitu usia responden diatas 50 tahun.

b. Pendidikan

Untuk pendidikan responden, dibagi atas tiga tingkatan yaitu :

a. Tingkat pendidikan rendah : yaitu ibu rumah tangga yang tidak pernah duduk dibangku sekolah, tidak menyelesaikan SD, dan tamat SD.

b. Tingkat pendidikan sedang : yaitu ibu rumah tangga yang memiliki ijazah terakhir SLTP dan SLTA.

c. Tingkat Pendidikan tinggi : yaitu ibu rumah tangga yang memiliki ijazah terakhir Akademi dan perguruan tinggi

c. Pekerjaan


(55)

d. Penghasilan

Untuk tingkat penghasilan responden dibagi atas 2 kategori, yang pertama dengan tingkat penghasilan rendah yaitu jika penghasilan kurang dari UMR Provinsi (<1.190.000) dan penghasilan tinggi yaitu jika penghasilan responden lebih besar dari UMR Provinsi (>1.190.000).

e. Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan pertanyaan-pertanyaan seputar hal-hal dalam pengelolaan sampah yaitu pemanfaatan sampah organik dan sampah anorganik, dan Lubang Resapan Biopori. Untuk pertanyaan pengetahuan tentang pengelolaan sampah sebanyak 10 buah dengan total skor 30.

Untuk pertanyaan nomor 1-10 memiliki 3 pilihan jawaban : Jawaban a skor : 3

Jawaban b skor : 2 Jawaban c skor : 1

Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden nilainya > 75% atau responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor > 23

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila jawaban responden nilainya 40-75% atau mampu menjawab pertanyaan dengan total skor 12-23

c. Tingkat pengertahuan rendah, apabila jawaban responden nilainya < 40% atau mampu menjawab pertanyaan dengan skor < 12


(56)

Sikap diukur dengan pertanyaan-pertanyaan seputar sikap responden dalam pengelolaan sampah yaitu pemanfaatan sampah organik dan sampah anorganik, serta pembuatan Lubang Resapan Biopori. Untuk pertanyaan sikap responden tentang pengelolaan sampah sebanyak 10 buah dengan total skor 30.

Untuk pertanyaan nomor 1-10 memiliki 3 pilihan jawaban : Jawaban a skor : 3

Jawaban b skor : 2 Jawaban c skor : 1

Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Sikap baik, apabila jawaban responden nilainya > 75% atau responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor > 23

b. Sikap sedang, apabila apabila jawaban responden nilainya 40-75% atau responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor 12-23

c. Sikap rendah, apabila apabila jawaban responden nilainya <40% atau responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor < 12

g. Observasi Pengolahan Sampah Domestik

Pada formulir check list pengolahan sampah domestik berisi 6 indikator yang terdiri atas dua kategori yang jawabannya baik dan tidak baik. Jika responden menjawab “ya” yang artinya baik maka skor = 1, jika responden menjawab “tidak” yang artinya tidak baik maka skor = 0.

Responden dinyatakan melakukan pengolahan sampah dengan baik jika melakukan masing-masing dua jenis pengolahan sampah dari setiap kategori artinya dari 2 kategori setidaknya responden mencapai skor minimal 4 sedangkan responden dinyatakan tidak


(57)

melakukan pengolahan sampah dengan baik jika skor <4 atau melakukan kurang dari 2 jenis pengolahan sampah dari masing-masing kategori yang ada (Panduan Medan Green and Clean, 2011).

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi, diolah dengan sistem komputerisasi untuk kemudian dianalisa. Data yang telah masuk diinterpretasikan lebih lanjut dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah penghasilan, suku dan pengetahuan responden. Dan data-data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik ibu rumah tangga tersebut dengan pelaksanaan indikator Medan Green and Clean khususnya pengolahan sampah.

Adapun uji statistik yang digunakan adalah uni chi-square (X2) (B. Murti, 1996) dikarenakan pada variabel-variabel pada penelitian ini berupa data kategorik seperti skala pengukuran nominal dan ordinal untuk mencari hubungan kedua variabel, dengan syarat sampel diatas 30, serta tidak ada ditemukan dua sel yang bernilai dibawah 5, apabila dari hasil uji terdapat hasilnya dibawah 5 maka dilanjutkan dengan uji exact fisher.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Daerah penelitian adalah Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur tepatnya di Lingkungan I. Kelurahan Pulo Brayan Darat II berbatasan dengan :

− Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru − Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pulo Brayan Darat I − Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Indrakasih

− Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pulo Brayan Kota

4.1.2 Keadaan Demografi

Kelurahan Pulo Brayan Darat II memiliki jumlah penduduk sebanyak 17.920 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 8.649 jiwa dan penduduk perempuan 9.271 jiwa yang tersebar di 15 Lingkungan. Lingkungan I sendiri memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.573 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 810 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 763 jiwa (Data Profil Kelurahan Pulo Brayan Darat II, 2011).

4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur Responden


(59)

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2011

No Umur (tahun) Jumlah Persen (%)

1 15 – 49 tahun 61 80,3

2 50 tahun ke atas 15 19,7

Jumlah 76 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan umur, responden paling banyak berumur 15-49 tahun dengan jumlah 61 orang (80,3 %). Sedangkan responden dengan umur 50 tahun ke atas hanya 15 orang (19,7 %).

4.2.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah/tidak tamat SD dan tamat SD), tingkat pendidikan sedang (tamat SLTP dan tamat SLTA) dan tingkat pendidikan tinggi (Akademi dan Perguruan Tinggi) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%)

1 Rendah 19 25,0

2 Sedang 33 43,4


(1)

____________, 2010. Program Lingkungan Green and Clean.

Diakses pada tanggal 25 Juni 2011

____________, 2008. Program Makassar Green and Clean Tahun 2008.

2011

Santoso, Urip.2009. Penanganan Sampah Menuju Kota Bersih dan Sehat.

Sarwono, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Soemirat, Juli. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta ____________, 2010. Unilever Green and Clean ”Bumi Kita”. Yayasan Unilever

Indonesia. Jakarta

____________, 2008. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah

Wardhana, Wisnu A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta Wibowo, Agung. 2009. Kondisi Persampahan Kota di Indonesia.

Diakses


(2)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK DALAM MEWUJUDKAN MEDAN GREEN AND CLEAN

(MdGC) DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT II KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN TAHUN 2011

Tanggal Wawancara :

No Kuesioner :

I. Identitas Responden

1. Nama :……….

2. Alamat :……….

3. Agama/Suku :……….

II. Karakteristik Ibu Rumah Tangga (Isilah pertanyaan berikut ini dengan cara memberi tanda (X) pada jawaban anda)

A.Umur

1. Berapa umur ibu sekarang ? a. 15- 49 tahun

b. 50 tahun ke atas B.Pendidikan

1. Apa tingkat pendidikan terakhir yang ibu tamatkan? a. Tidak sekolah, tidak tamat SD atau tamat SD b. SLTP/sederajat atau SLTA/sederajat

c. Akademi atau perguruan tinggi C.Pekerjaan

1. Apa status pekerjaan ibu sekarang ? a. Bekerja


(3)

b. Tidak bekerja D.Penghasilan

1. Berapa penghasilan keluarga ibu dalam sebulan ? a. < Rp. 1.190.000,-

b. ≥ Rp. 1.190.000,-

E. Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah 1. Apa pengertian sampah yang ibu ketahui ?

a. Sesuatu yang tidak dipakai dan tidak disenangi dan harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan manusia

b. Sesuatu yang berasal dari kegiatan manusia termasuk kotoran c. Tidak tahu

2. Apa yang ibu ketahui mengenai pembagian sampah menurut mudah tidaknya membusuk ?

a. Sampah organik dan anorganik b. Sampah basah dan sampah kering c. Tidak tahu

3. Apa yang ibu ketahui tentang sampah organik ?

a. Sampah yang berupa sisa-sisa dapur, seperti sayur-sayuran b. Sampah plastik atau kaca

c. Tidak tahu

4. Apa yang ibu ketahui tentang dampak negatif akibat sampah ?

a. Menyebabkan penyakit, mengganggu estetika, mencerminkan status sosial masyarakat yang rendah

b. Menyebabkan penyakit dan mengganggu estetika c. Tidak tahu

5. Apa yang ibu ketahui tentang dampak positif akibat sampah ?

a. Dapat menghasilkan uang jika diolah menjadi barang baru serta dapat digunakan lagi sehingga mengurangi pengeluaran

b. Sampah tidak memberikan dampak positif c. Tidak tahu


(4)

6. Apa yang ibu ketahui tentang Reduce (mengurangi sampah) ?

a. Mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari tiap rumah tangga b. Mengurangi sampah yang dibuang ke TPA oleh rumah tangga c. Tidak tahu

7. Apa yang ibu ketahui tentang Reuse (menggunakan kembali) ? a. Menggunakan kembali sampah yang bisa digunakan kembali b. Menggunakan kembali sampah yang telah didaur ulang c. Tidak tahu

8. Apa yang ibu ketahui tentang Recycle (mendaur ulang sampah) ? a. Mengubah sampah menjadi barang baru yang siap pakai b. Menggunakan barang lama menjadi barang yang dipakai lagi c. Tidak tahu

9. Apa yang ibu ketahui tentang LRB (Lubang Resapan Biopori) ?

a. Lubang yang dibuat untuk meningkatkan daya resap air tanah dengan cara memasukkan sampah organik kedalamnya sehingga terjadi proses pengomposan b. Lubang untuk menyerap air dari sampah yang berserakan di tanah

c. Tidak tahu

10. Berapa kedalaman lubang biopori yang ibu ketahui ? a. 100 cm

b. 50 cm c. Tidak tahu III. Sikap

1. Apakah ibu setuju tiap rumah tangga harus mempunyai tempat pembuangan sampah sementara ?

a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

2. Apakah ibu setuju bahwa sampah harus dipisahkan antara yang yang mudah membusuk dan tidak mudah membusuk ?


(5)

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

3. Apakah ibu setuju tiap rumah tangga harus melakukan pemisahan sampah ? a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

4. Apakah ibu setuju sampah yang dihasilkan tiap rumah tangga sebisa mungkin harus dikurangi jumlahnya untuk mengurangi dampak negatif akibat sampah ?

a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

5. Apakah ibu setuju sebaiknya ibu rumah tangga menggunakan barang-barang yang dapat digunakan kembali untuk mengurangi produksi sampah?

a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

6. Apakah ibu setuju sebaiknya sampah dimanfaatkan kembali sehingga bernilai positif untuk hal-hal tertentu?

a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

7. Apakah ibu setuju sebaiknya sampah yang masih bisa dipakai tidak dibuang tetapi dimanfaatkan kembali?

a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

8. Apakah ibu setuju untuk meminimalisasi terjadinya banjir, dibuat lubang resapan untuk meningkatkan daya resap air ?

a. Setuju


(6)

c. Tidak setuju

9. Apakah ibu setuju untuk mengatasi sampah organik, dilakukan pengomposan dalam lubang resapan biopori ?

a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

10. Apakah ibu setuju sebaiknya lubang resapan dibuat di halaman atau pekarangan rumah? a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

Formulir Check List Pengolahan Sampah Domestik Keterangan : a. Ya = Baik

b. Tidak = Tidak Baik

No

Indikator Pengolahan Sampah Ya Tidak

Bobot 1 0

1 Pemanfaatan Sampah organik dan anorganik (3R)

- Memiliki tempat pemilahan sampah organik dan anorganik

- Mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang bernilai ekonomis - Membuat kompos dari sampah

organik

2 Pembuatan Lubang Resapan Biopori - Lubang dibuat dengan kedalaman

100 cm

- Sampah organik rutin dimasukkan kedalam lubang

- Lubang dibuat di halaman rumah atau daerah sekitar rumah