Rancang Bangun Alat Pencacah Sampah Organik Rumah Tangga

1

RANCANG BANGUN
ALAT PENCACAH SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA

SKRIPSI

Oleh

JONLY IVAN BINONI
030308036/TEKNIK PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Universitas Sumatera Utara

2


RANCANG BANGUN

ALAT PENCACAH SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA

SKRIPSI

Oleh

JONLY IVAN BINONI
030308036/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

(Ainun Rohanah, STP.,M.Si)
Ketua


(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si)
Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Universitas Sumatera Utara

3
Judul Penelitian
Nama
NIM
Departemen
Program Studi

: Rancang Bangun Alat Pencacah Sampah Organik Rumah

Tangga.
: Jonly Ivan Binoni
: 030308036
: Teknologi Pertanian
: Teknik Pertanian

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

(Ainun Rohanah, STP. M.Si.)
Ketua

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si)
Anggota

Mengetahui :

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si)
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

Universitas Sumatera Utara

4
ABSTRACT
The amount of organic waste, more than the inorganic waste. It is
estimated, each person produces organic waste about half a kilogram per person
per day. This will cause problems, especially environmental pollution. Process of
the organic waste into compost has been done. Before composting, organic waste
must be chopped first to accelerate the process of composting chopping conducted
by machete / knife so that the results was not maximal and less capacity. To
solved the problem, it is need a chopped implement household organic waste. For
chopping process was moved by Electromotor. The aim of this research was to
design and make the chopped implement household organic waste. The advantage
obtained by used this chopped implement was the cheaper chopping cost, faster
time
and
did
not

need
the
special
expertise.
Keywords: organic waste, chopped implement, chopping, the percentage of waste
that was not chopped perfect, the chopping cost.

ABSTRAK

Jumlah sampah organik lebih banyak dari pada sampah anorganik.
Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah organik sekitar setengah
kilogram per orang per hari. Hal ini akan menimbulkan masalah, terutama
pencemaran lingkungan. Pada proses pengolahan sampah organik menjadi
kompos telah banyak dilakukan. Sebelum pengomposan, sampah organik terlebih
dahulu dicacah untuk mempercepat proses pengomposan. Pencacahan dilakukan
dengan golok/pisau sehingga hasilnya kurang maksimal dan kapasitasnya sedikit.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengembangkan suatu alat pencacah
sampah organik rumah tangga. Untuk proses pencacahan yang digerakkan oleh
electromotor. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat alat
pencacah sampah organik rumah tangga. Keuntungan yang didapat dengan

menggunakan alat pencacah ini adalah biaya pencacahan yang lebih murah, waktu
yang lebih cepat dan tidak memerlukan keahlian khusus.
Kata kunci : sampah organik, alat pencacah, pencacahan, persentase sampah yang
tidak tercacah sempurna, biaya pencacahan.

Universitas Sumatera Utara

5

RINGKASAN

JONLY IVAN BINONI, "Rancang Bangun Alat Pencacah
Sampah Organik Rumah Tangga , dibimbing oleh Ainun Rohanah sebagai ketua
dan Saipul Bahri Daulay sebagai anggota.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan
data, melakukan studi literatur, melakukan eksperimen, survey ke lapangan
tentang alat pencacah sampah organik rumah tangga. Berdasarkan pada hasil
pengamatan tersebut, maka alat ini dirancang kemudian dilakukan pengujian
parameter dan dianalisis.

Pengamatan dan pengambilan data meliputi: kapasitas alat (kg/jam),
persentase sampah yang tidak tercacah sempurna (%), dan analisis

biaya

pencacahan sampah organik rumah tangga (Rp/kg). Dari hasil penelitian yang
dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.
Kapasitas rata-rata
Kapasitas alat dapat diukur dengan membagi berat bahan yang dicacah
dengan waktu yang dibutuhkan. Pengujian alat untuk mendapatkan data kapasitas
rata-rata dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan berat sampah yang dicacah
sebanyak 10 kg. Kemudian ditentukan kapasitas rata-rata alat, dimana didalam
penelitian diperoleh kapasitas rata-rata alat pencacah sampah organik sebesar
110,40 kg/jam.

Universitas Sumatera Utara

6
Persentase Sampah Yang Tidak Tercacah
Persentasi sampah yang tidak tercacah dapat diukur dengan membagi berat

bahan tidak tercacah sempurna dengan bahan yang dicacah dikalikan dengan
seratus persen. Banyaknya sampah yang tidak tercacah yang paling tinggi terdapat
pada ulangan III yakni sebesar 0,78 kg dan yang paling rendah terdapat pada
ulangan II yakni sebesar 0,40 kg. Dan hasil rata-rata cacahan yang tidak sempurna
adalah 0,61 kg atau sebesar 6,10 %. Dari besarnya hasil cacahan yang tidak
sempurna relatif kecil maka dapat disimpulkan bahwa sampah organik yang
dihasilkan dari alat pencacah ini adalah seragam.
Analisis Ekonomi
Biaya pencacahan sampah organik rumah tangga diperoleh dengan
menghitung biaya produksi (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Dari perhitungan
biaya produksi diperoleh biaya pencacahan sampah sebesar Rp. 54,10/kg.

Universitas Sumatera Utara

7
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lawe Perbunga pada tanggal 17 Februari 1985, dari
ayah P. Simanjuntak dan ibu L br Manurung. Penulis merupakan putra keenam
dari delapan bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU RK Serdang Murni Lubuk Pakam dan
pada tahun 2003 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi
Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti kegiatan organisasi
IMATETA (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN II Kuala
Madu pada tahun 2007.

Universitas Sumatera Utara

8

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Usulan

penelitian


ini

berjudul

RANCANG

BANGUN

PENCACAH SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA

ALAT

yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Ainun Rohanah, STP.,M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada
Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2008

Penulis

Universitas Sumatera Utara

9

DAFTAR ISI
RINGKASAN PENELITIAN .......................................................................
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

Hal
i
iii
iv
vii
viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Kegunaan Penelitian.............................................................................
Batasan Masalah...................................................................................

1
4
4
4

TUJUAN PUSTAKA
Sampah Organik...................................................................................
Kompos ................................................................................................
Ukuran Bahan.......................................................................................
Mesin Pencacah Kasar .........................................................................
Elemen Mesin.......................................................................................
Motor Listrik .................................................................................
Poros .............................................................................................
Bantalan.........................................................................................
Mata Pisau .....................................................................................
V-belt.............................................................................................
Pulley ............................................................................................

5
7
8
9
10
10
11
11
12
13
15

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................
Bahan dan Alat Penelitian....................................................................
Metode Penelitian.................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................
Komponen Alat .............................................................................
Prosedur Penelitian........................................................................
Parameter yang diamati........................................................................

16
16
17
17
17
18
20

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapasitas Alat ...................................................................................... 25
Persentase Sampah Yang Tidak Tercacah .......................................... 26
Analisis Ekonomi ................................................................................. 26
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 29
Saran .................................................................................................... 29

Universitas Sumatera Utara

10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
LAMPIRAN.................................................................................................... 32

Universitas Sumatera Utara

11

DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Alat Pencacah Sampah Organik .................................................................. 32
2. Bahan Organik Yang Tercacah .................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara

12

DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Alat Pencacah Sampah Organik Tampak Samping dan Depan ................... 34
2. Alat Pencacah Sampah Organik Tampak Atas ............................................ 35
3. Kerangka Pemikiran Penelitian.................................................................... 36
4. Analisa biaya pembuatan alat pencacah sampah organik rumah tangga. .... 37
5. Spesifikasi alat pencacah sampah organik rumah tangga ............................ 40

Universitas Sumatera Utara

4
ABSTRACT
The amount of organic waste, more than the inorganic waste. It is
estimated, each person produces organic waste about half a kilogram per person
per day. This will cause problems, especially environmental pollution. Process of
the organic waste into compost has been done. Before composting, organic waste
must be chopped first to accelerate the process of composting chopping conducted
by machete / knife so that the results was not maximal and less capacity. To
solved the problem, it is need a chopped implement household organic waste. For
chopping process was moved by Electromotor. The aim of this research was to
design and make the chopped implement household organic waste. The advantage
obtained by used this chopped implement was the cheaper chopping cost, faster
time
and
did
not
need
the
special
expertise.
Keywords: organic waste, chopped implement, chopping, the percentage of waste
that was not chopped perfect, the chopping cost.

ABSTRAK

Jumlah sampah organik lebih banyak dari pada sampah anorganik.
Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah organik sekitar setengah
kilogram per orang per hari. Hal ini akan menimbulkan masalah, terutama
pencemaran lingkungan. Pada proses pengolahan sampah organik menjadi
kompos telah banyak dilakukan. Sebelum pengomposan, sampah organik terlebih
dahulu dicacah untuk mempercepat proses pengomposan. Pencacahan dilakukan
dengan golok/pisau sehingga hasilnya kurang maksimal dan kapasitasnya sedikit.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengembangkan suatu alat pencacah
sampah organik rumah tangga. Untuk proses pencacahan yang digerakkan oleh
electromotor. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat alat
pencacah sampah organik rumah tangga. Keuntungan yang didapat dengan
menggunakan alat pencacah ini adalah biaya pencacahan yang lebih murah, waktu
yang lebih cepat dan tidak memerlukan keahlian khusus.
Kata kunci : sampah organik, alat pencacah, pencacahan, persentase sampah yang
tidak tercacah sempurna, biaya pencacahan.

Universitas Sumatera Utara

13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bagi sebagian orang sampah dianggap kotor dan menjijikkan, tidak ada
manfaatnya. Sampah merupakan bahan yang tidak dapat dipakai lagi karena telah
diambil bagian utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai
dan secara ekonomi tidak ada harganya. Padahal, setiap saat sampah terus
bertambah tanpa mengenal hari libur karena setiap mahluk terus menerus
memproduksi sampah. Berbagai metode telah dilakukan untuk mengatasi
permasalahan sampah. Pemerintah dengan berbagai upaya selalu berusaha
mengatasi permasalahan sampah dengan biaya yang sangat besar. Tidak
ketinggalan para LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) sangat aktif menyoroti
permasalahan sampah tetapi masalah sampah belum teratasi (Sofian, 2006)
Permasalahan yang ditimbulkan pada kota-kota besar yang padat
penduduknya disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Volume sampah sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung
tempat pembuangan sampah akhir atau TPA.
b. Lahan TPA semakin sempit karena tergeser tujuan penggunaan lain.
c. Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat
membusuknya. Hal ini menyebabkan percepatan peningkatan volume
sampah lebih besar dari pembusukannya. Oleh karena itu, selalu
diperlukan perluasan areal TPA yang baru.

Universitas Sumatera Utara

14
d. Sampah yang sudah matang dan telah berubah menjadi kompos tidak
dikeluarkan dari TPA karena berbagai pertimbangan.
e. Manajemen sampah tidak efektif sehingga sering kali menjadi penyebab
distorsi dengan masyarakat setempat.
f. Pengelolaan sampah dirasakan tidak memberi dampak positif kepada
lingkungan.
g. Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam
pemanfaatan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan
tertumpuknya produk tersebut di TPA.
(Sudrajat, 2006).
Sampah yang dihasilkan berdasarkan sumbernya dapat digolongkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan
sampah yang mudah mengalami pembusukan (dekomposisi) dan terurai menjadi
bagian yang lebih kecil dan tidak berbau. Sampah organik yang termasuk
diantaranya yaitu sisa sayuran dari rumah tangga dan pasar, daun-daun, sisa
tanaman yang sudah dipanen. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang
sulit didegradasi oleh mikro organisme. Misalnya semua jenis logam (besi,
alluminium, seng, tembaga dll), gelas dan plastik (Ginting, 2004).
Jumlah sampah organik lebih banyak dari pada sampah anorganik.
Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah organik sekitar setengah
kilogram per orang per hari. Jika jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta,
maka produk sampah organik setiap harinya sebanyak 110.000 ton per hari. Hal
ini akan menimbulkan masalah, terutama pencemaran lingkungan (Sofian, 2006).

Universitas Sumatera Utara

15
Dengan jumlah sampah yang besar tersebut maka sangat berpotensi
dijadikan menjadi kompos dan kompos tersebut dapat jual. Pengolahan sampah
organik dapat dimulai dari rumah sendiri. Sebelum dilakukan pengomposan
sampah organik perlu dipilah antara sampah organik yang dapat diolah menjadi
kompos dan yang tidak dapat menjadi kompos.
Saat ini proses daur ulang sampah organik masih menggunakan proses
pengomposan yang tradisional dimana sampah organik langsung ditimbun atau
dicacah dengan golok terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran sampah,
sehingga sampah yang dapat dikomposkan juga sangat terbatas. Disisi lain juga
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos perlu dilakukan
pencacahan. Pencacahan bahan organik dimaksudkan untuk memperkecil ukuran
bahan sampai 2,5 - 5 cm. Hal ini dilakukan untuk memperluas penampang sentuh
sampah organik dengan mikroba pembusuk sehingga mempercepat pembusukan.
Pencacahan juga menghasilkan ukuran pertikel yang lebih seragam sehingga
membuat bahan lebih homogen pada saat dilakukan pencampuran pada proses
pengomposan.
Untuk melakukan pencacahan sampah organik dalam jumlah yang besar,
ukuran yang homogen dan sesuai dengan yang diinginkan maka perlu dirancang
alat pencacah sampah organik dalam proses pengomposan. Alat pencacah inilah
yang diharapkan dapat memberikan solusi permasalahan yang ada.

Universitas Sumatera Utara

16
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat alat pencacah
sampah organik rumah tangga.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
2. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan mengembangkan alat
ini.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Batasan Masalah
Alat yang dirancang atau dibuat digunakan untuk mencacah sampah
organik rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara

5

TINJAUAN PUSTAKA

Proses hidup dan kegiatan kehidupan selalu menghasilkan limbah dan
sampah serta meninggalkan sisa yang dibuang ke lingkungan. Limbah, sampah
dan sisa harus disingkirkan dari lingkungan agar tidak mengganggu atau
membahayakan proses hidup dan kegiatan kehidupan (Tejoyuwono, 1998).
Sampah adalah bahan yang tidak dipakai lagi karena telah diambil bagian
utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara
ekonomi tidak ada harganya. Berdasarkan sumbernya sampah dapat digolongkan
menjadi sampah domestik misalnya sampah rumah tangga, pasar, sekolah dan
sebagainya. Sampah organik misalnya dihasilkan dari sampah pertanian,
perikanan, peternakan, kehutanan dan sebagainya (Sastrawijaya, 2000).
Sampah rumah tangga sangat ideal dijadikan kompos selain karena dapat
memanfaatkan komposnya, lingkungan juga terhindar dari pencemaran. Selain
sampah rumah tangga, cara ini juga dapat diterapkan untuk sampah dari pasar
yang sebagian besar berupa sampah organik.
Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai mejadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering
disebut dengan kompos). Bahan yang termasuk sampah organik diantaranya sisa
sayuran dari dapur atau pasar, sisa tanaman yang dipanen dan dedaunan yang
berguguran (Sofian, 2006).

Universitas Sumatera Utara

6
Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos itu adalah :
a. Sampah sayur baru
b. Sisa sayur basi, tapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu dibuang airnya
c. Sisa nasi
d. Sisa ikan, ayam, kulit telur
e. Sampah buah ( anggur, kulit jeruk, apel ). Tapi tidak termasuk kulit buah
yang keras seperti kulit salak.
Sampah organik yang tidak bisa diolah :
a. Protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu karena
mengundang lalat sehingga tumbuh belatung.
b. Biji-bijian yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat
dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair
seperti pepaya, melon, jeruk, anggur.
c. Sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus
dibilas air dan ditiriskan.
(Litauditomo,2007).
Bahan organik yang digunakan dalam pembuatan kompos yaitu bahan
organik sisa-sisa pertanian, misalnya jerami, sampah dapur, dedaunan. Kompos
ini akan dapat memberi unsur hara sebagai pengganti pupuk anorganik,
memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menyimpan air. Selain itu juga bahan
organik ini juga dapat menghasilkan bio gas. Gas ini yang akan digunakan untuk
memasak sebagai pengganti bahan bakar minyak (Sastrawijaya, 1991).

Universitas Sumatera Utara

7
Kompos
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan
organik, hewan atau limbah organik. Banyak sekali bahan dasar yang bisa
digunakan seperti jerami, sekam, rumput-rumputan, sampah kota. Menumpuknya
limbah organik membutuhkan penanganan agar tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan seperti bau tak sedap atau menjadi sarang lalat. Jalan pintas yang
sering dijumpai adalah dengan membakar. Pembakaran limbah organik tersebut
selain tidak memberi manfaat juga menimbulkan polusi udara. Pembuatan
kompos akan terasa manfaatnya untuk daerah pertanian yang jauh dari peternakan,
karena selain bermanfaat juga mempunyai nilai ekonomi (Sutejo, 2002).
Prinsip pembuatan kompos skala industri umumnya sama dengan proses
pembuatan kompos yang lainnya. Bahan baku dicacah, lalu ditambah dengan
bioaktivator dan difermentasi selama 5-7 hari. Selanjutnya kompos dikeringkan
dengan temperatur kurang dari 600 C. Proses pengeringan ini bertujuan untuk
mempermudah proses penggilingan (Sofian, 2006).
Jenis kompos yang akan diproduksi sebaiknya dibuat berdasarkan
klasifikasi harga, mulai yang paling murah sampai harga yang paling mahal.
Tujuannya agar setiap kebutuhan segmen pasar bisa dipenuhi. Contoh variasi jenis
kompos tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kompos tanpa tambahan hara pupuk lainnya.
b. Kompos dengan tambahan hara dari pupuk kimia seperti NPK.
c. Kompos dengan tambahan mikro organisme dari pupuk biologi, seperti
rizobium (biofertilizer).

Universitas Sumatera Utara

8
d. Kompos dengan tambahan arang atau soil conditioner lain.
e. Kompos yang diberi tambahan hara dengan kombinasi yang lengkap atau
tidak lengkap.
f. Kompos granular.
(Sudrajat, 2006).
Kompos terutama digunakan untuk memperbaiki struktur tanah dan
meningkatkan bahan organik tanah. Namun karena penggunaannya kurang
praktis, kotor, dan jumlahnya harus banyak maka umumnya petani banyak
memilih pupuk anorganik (kimia) yang lebih praktis. Tetapi dengan terbenturnya
harga yang sangat tinggi, sekarang ini petani lebih memilih kompos untuk
memupuk tanamannya (Indriani, 2001).
Ukuran Bahan
Penghalusan bahan dapat meningkatkan permukaan spesifikasi bahan
kompos dengan demikian mempunyai pengaruh

yang positif terhadap

dekomposisi. Penghalusan juga menghasilkan ukuran pertikel yang lebih seragam
sehingga membuat bahan lebih homogen pada saat dilakukan pencampuran.
Proses pengomposan ditinjau dari aspek sirkulasi udara yang kemungkinan terjadi
partikel yang sangat kecil mendorong kemungkinan terjadinya pemadatan bahan.
Ukuran partikel bahan yang lebih kecil hanya sesuai apabila dilakukan sirkulasi
udara secara buatan (Sutanto, 2002).
Semakin kecil ukuran bahan, proses pengomposan akan lebih cepat dan
lebih baik karena mikro organisme lebih mudah beraktivitas pada bahan yang
lembut dari pada bahan dengan ukuran yang lebih besar. Ukuran bahan yang
dianjurkan pada pengomposan aerob antara 1-7,5 cm. Sedangkan pada

Universitas Sumatera Utara

9
pengomposan anaerobik, sangat dianjurkan untuk menghancurkan bahan selumatlumatnya sehingga menyerupai bubur atau lumpur. Hal ini untuk mempercepat
proses penguraian oleh bakteri dan mempermudah pencampuran bahan dalam
proses pengomposan (Yuwono, 2006).
Penguraian akan semakin cepat dan hasilnya lebih banyak apabila ukuran
bahan semakin kecil. Bidang permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai
akan semakin luas sehingga proses pengomposan dapat lebih cepat. Sebaliknya
apabila bahan baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit
sehingga proses pengomposan lebih lama. Itulah sebabnya harus dilakukan
pencacahan bahan baku yang digunakan (Murbandono, 2000).
Bahan

yang

berukuran

lebih

kecil

akan

lebih

cepat

proses

pengomposannya karena semakin luas bidang yang tersentuh dengan bakteri,
untuk itu bahan organik perlu dicacah hingga berukuran kecil. Bahan yang keras
sebaiknya dicacah hingga berukuran 0,5-1 cm sedangkan bahan yang tidak keras
dicacah dengan ukuran yang agak besar, sekitar 5 cm. Pencacahan bahan yang
tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena bahan yang terlalu hancur (banyak
air) kurang baik (kelembapannya menjadi tinggi) (Indriani, 2001).
Mesin Pencacah Kasar
Perabot seukuran meja makan mini (panjang 1,6 meter, tinggi 1,35 meter,
lebar 0,9 meter) itu berfungsi menghancurkan sampah organik-organik seperti
batang, daun, dan ranting menjadi lebih halus. Hasil olahan lalu dijadikan pupuk
kompos. Cara kerja mesin ini bak mesin penggiling: memotong, mengadukngaduk, dan mengubah timbunan sampah dedaunan menjadi material organik

Universitas Sumatera Utara

10
yang halus. Berpuluh-puluh kilogram tumpukan sampah dedaunan dapat segera
disulap menjadi bubur serat dalam hitungan menit (Wikipedia, 2008).
Mesin pencacah bahan baku dalam pembuatan kompos ada beberapa
model yakni:
1. Model MPO-100 dilengkapi dengan penggerak (electic motor/listrik 2-3
kw atau atau mesin tempel 5-7 Hp) yang berkapasitas produksi sekitar 1
ton/hari.
2. Model MPO-500 dilengkapi dengan penggerak (eletric motor/listrik 10 kw
atau mesin tempel 12-16 Hp) yang berkapasitas produksi 3-5 ton/hari.
3. Model MPO-1000 dilengkapi dengan penggerak (electric motor/listrik 15
kw atau mesin tempel 20-22 Hp) yang berkapasitas produksi 7-10 ton/hari.
(Sofian, 2006).
Elemen Mesin
Motor Listrik
Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah
energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan berbagai peralatan,
mesin-mesin dalam industri, pengangkutan dan lain-lain. Setiap mesin sesudah
dirakit, porosnya menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada
sekurang-kurangnya satu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau
sebuah generator ke suatu mesin yang akan digerakkan (Daryanto, 2002).

Gambar elektromotor

Universitas Sumatera Utara

11
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros (Sularso dan Suga, 1997).
Poros dapat dibedakan kepada 2 macam, yaitu :
1. Poros dukung; poros yang khusus diperuntukkan mendukung elemen
mesin yang berputar.
2. Poros transmisi / poros perpindahan; poros yang terutama dipergunakan
untuk memindahkan momen puntir.
Poros dukung dapat dibagi menjadi poros tetap atau poros terhenti dan poros
berputar. Pada umumnya poros dukung itu pada kedua atau salah satu ujungnya
ditimpa atau sering ditahan terhadap putaran. Poros dukung pada umumnya dibuat
dari baja bukan paduan (Stolk dan Kros, 1981).
Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu poros
yang berbeban dan berputar. Dengan adanya bantalan, maka putaran dan gerakan
bolak-balik suatu poros berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.
Bantalan harus mempunyai ketahanan terhadap getaran maupun hentakan.
Jika suatu sistem menggunakan konstruksi bantalan, sedangkan bantalannya tidak
berfungsi dengan baik maka seluruh sistem akan menurun prestasinya dan tidak
dapat bekerja secara semestinya.
Klasifikasi Bantalan
Bantalan dapat diklasifikasi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

12
1 Atas Dasar Gerakan Bantalan Terhadap Poros
- Bantalan Luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas.
- Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
2. Atas Dasar Arah Beban Terhadap Poros
- Bantalan radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
- Bantalan radial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
- Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
(Sularso dan Suga, 1997).
Bantalan dalam peralatan usaha tani diperlukan untuk menahan berbagai
suku pemindah daya tetap ditempatnya. Bantalan yang tepat untuk digunakan
ditentukan oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus
didukung, dan besarnya daya dorong akhir (Smith dan Wilkes, 1990).
Bantalan berguna untuk menumpu poros dan memberi kemungkinan poros
dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil mungkin)
(Daryanto, 1993).
Mata Pisau
Mata pisau berfungsi untuk mencacah bahan organik menjadi potonganpotongan kecil. Pencacahan yang baik harus menggunakan mata pisau yang tajam.

Universitas Sumatera Utara

13
Hal ini dapat mempercepat pemotongan bahan dan membutuhkan tenaga yang
lebih kecil.
V-belt
Sabuk/belt berfungsi untuk memindahkan putaran dari poros satu lainnya,
baik putaran tersebut pada kecepatan putar yang sama maupun putarannya
dinaikkan maupun diperlambat, searah dan kebalikannya.
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk
V dibelitkan di sekeliling alur pulley yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk
yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena
murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan
perbandingan putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam
semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian
alat kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada
sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat
dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap
(Daryanto, 1993).
Sabuk bentuk trapesium atau bentuk V dinamakan demikian karena sisi
sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.
kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang
lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami
pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan
mengalami tagangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan.

Universitas Sumatera Utara

14
Susunan khas sabuk V terdiri atas:
1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi.
2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan
daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut.
(Smith dan Wilkes, 1990).
Pada perpindahan sabuk, gerak putarnya dipindahkan dari pulley sabuk
yang satu ke pulley sabuk yang lain. Supaya terdapat suatu gesekan yang cukup
kuat antara sabuk dan pulleynya, sabuk dipasang sekencang-kencangnya pada
pulley-pulleynya, atau diberi pulley pengencang, tetapi pada sabuk bentuk V tidak
perlu dipasang sekencang sabuk rata.
Sabuk V dibelitkan disekeliling alur pulley yang berbentuk V. Bagian
sabuk yang sedang membelit pada pulley ini mengalami lengkungan sehingga
lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah
karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar
pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan
sabuk V dibandingkan dengan sabuk rata (Sularso dan Suga, 1997).
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan sabuk adalah kekuatan dan
kelembutan, yang berguna untuk bertahan terhadap kelengkungan yang berulang
kali disekeliling pulley. Selanjutnya yang penting ialah koefisien gesek antara
sabuk dan pulley, massa setiap satuan panjang dan ketahanan terhadap pengaruh
luar seperti uap lembab, kalor, debu, dan sebagainya (Stolk dan Kros, 1981).

Universitas Sumatera Utara

15
Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan
tenaga tergantung dari :
1. Regangan sabuk pada pulley.
2. Gesekan antara sabuk dan pulley.
3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley.
4. Kecepatan sabuk (makin cepat sabuk berputar makin kurang terjadi
regangan dan singgungan).
(Pratomo dan Irwanto, 1983)
Pulley
Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak
lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium.
Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (diatas 35
m/det) (Stolk dan Kros, 1981).
Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran
transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda
transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.
SD (penggerak) = SD (yang digerakkan)
Dimana S adalah kecepatan putar pulley (rpm) dan D adalah diameter pulley (mm)
(Smith dan Wilkes, 1990).

Universitas Sumatera Utara

16

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dimulai pada bulan Februari - Juni 2008
di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Sampah Organik Rumah Tangga
2. Mata Pisau
3. Pulley
4. V-belt
5. Bantalan
6. Pipa
7. Baut dan Mur
8. Plat Seng
9. Besi plat
Adapun alat-alat yang digunakan :
1. Motor Listrik
2. Mesin Las
3. Gergaji Besi
4. Mesin Bor
5. Martil
6. Kunci Inggris

Universitas Sumatera Utara

17
7. Kalkulator
8. Mistar
9. Pulpen/Pensil
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi
literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen, survei ke lapangan dan
melakukan pengamatan tentang alat pencacah sampah organik rumah tangga.
Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponenkomponen alat pencacah sampah organik rumah tangga. Setelah itu, dilakukan
pengujian alat, pengamatan parameter.
Pelaksanaan Penelitian
Komponen Alat
Alat pencacah sampah organik rumah tangga ini mempunyai beberapa
bagian penting, yaitu :
1. Motor Listrik
Motor listrik adalah sumber penggerak untuk menggerakkan setiap
komponen alat pencacah sampah organik . Pada alat ini digunakan motor
listrik jenis AC satu fasa dengan spesifikasi 1 HP dan kecepatan putaran
sebesar 1400 rpm.
2. Poros
Terletak ditengah yang terbuat dari besi As dengan

diameter 1,25 .

3. Bearing / bantalan
Berfungsi sebagai penumpu poros terletak di kerangka alat.

Universitas Sumatera Utara

18
4. Mata Pisau
Berfungsi sebagai pencacah sampah organik dan terletak pada batang
poros.
5. Sabuk (V-belt)
Sabuk merupakan alat transmisi pemindah daya/putaran yang ditempatkan
pada pulley.
6. Pulley
Pulley pada alat ini berfungsi sebagai pereduksi putaran yang dikehendaki.
Pulley yang digunakan pada alat ini adalah pulley jenis alur V (V-belt),
pulley berdiameter 3 terdapat pada motor listrik dan pulley berdiameter 4
terdapat pada poros.
7. Kerangka Alat
Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang
terbuat dari besi plat. Alat ini mempunyai panjang 90 cm, tinggi 100 cm,
dan lebar 50 cm.
8. Saluran Pemasukan Sampah Utuh
Berfungsi sebagai tempat masuknya sampah organik yang akan dicacah.
9. Saluran Pengeluaran Sampah Yang Sudah Tercacah
Berfungsi sebagai saluran pengeluaran sampah yang sudah tercacah.
Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat pencacah sampah
organik rumah tangga, mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang

Universitas Sumatera Utara

19
akan digunakan dalam penelitian serta menyediakan motor listrik yang akan
digunakan pada alat pencacah sampah organik rumah tangga.
2. Pembuatan Alat
Adapun langkah pembuatan alat pencacah sampah organik rumah tangga adalah :
1. Dirancang bentuk alat pencacah sampah organik rumah tangga kemudian
digambar.
2. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencacah sampah
organik rumah tangga.
3. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan.
4. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan kemudian
dilakukan pengeboran terhadap bahan.
5. Dilakukan pemasangan atau perangkaian bahan-bahan sesuai dengan
bentuk yang telah dirancang.
6. Dilakukan pemasangan mesin penggerak, Pulley, serta V-belt nya.
3. Pengujian Alat
Adapun prosedur pengujian alat adalah :
1. Ditimbang sampah organik sebanyak 10 Kg.
2. Dihidupkan alat pencacah sampah organik
3. Dimasukkan sampah organik yang akan dicacah kedalam saluran
pemasukan.
4. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mencacah sampah organik.
5. Dihitung kapasitas cacahan perjam, dihitung persentase cacahan sampah
yang tidak sempurna, dilakukan analisis ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

20
6. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan.
Parameter yang diamati
1. Kapasitas alat (Kg/jam)
Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat sampah
organik yang dicacah terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencacah
sampah oraganik.
Kapasitas alat 

Berat sampah organik yang dicacah
(kg / jam).......(1)
Waktu yang dibutuhkan

2. Persentase Sampah Yang Tidak Tercacah Sempurna
Persentase yang tidak tercacah 

Berat yang tidak tercacah
x100%
Berat yang dicacah

3. Analisis ekonomi
Biaya pencacahan sampah organik rumah tangga (Rp/Kg).
Pengukuran biaya pencacahan sampah organik rumah tangga
dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya
tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
 BT

Biaya pokok  
 BTT  C..........(2)
 x


Dimana:
BT

= Total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT

= Total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x

= Total jam kerja pertahun (jam/tahun)

C

= Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

1. Biaya tetap
Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

21
1) Biaya penyusutan (metode garis lurus)
D

P  S  ................(3)
n

dimana :
D

= Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P

= Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)

S

= Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n

= Umur ekonomi (tahun)

2) Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan,
besarnya :
I

i P n  1
.......................(4)
2n

dimana :
I = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)
3) Biaya pajak
Dinegara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk
mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur
menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan
sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.
4) Biaya gudang/gedung
Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%,
rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.
2. Biaya tidak tetap
Menurut Darun (2002), biaya tidak tetap terdiri dari :
1) Biaya listrik (Rp/Kwh)

Universitas Sumatera Utara

22
2) Biaya perbaikan untuk sumber tenaga penggerak, mesin sumber
tenaga adalah mesin penggerak peralatan lainnya yang umumnya
dihubungkan dengan jenis-jenis transmisi tertentu. Biaya perbaikan
ini dapat dihitung dengan persamaan :
Biaya reparasi 

1,2%P  S 
...................(5)
1000 jam

3) Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji
bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

Universitas Sumatera Utara

23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan alat pencacah sampah organik dipengaruhi oleh faktor
pemilihan bahan dan spesifikasi untuk mengetahui kinerja alat yang dirancang.
Pemilihan bahan yang berkualitas namun murah juga sangat mempengaruhi biaya
produksi alat. Bahan-bahan yang digunakan diusahakan kokoh dan mampu
mendukung kerja alat serta mudah diperoleh untuk menjaga kesinambungan
bahan apabila ada usaha untuk memproduksi dengan jumlah yang besar.
Dalam pengolahan sampah organik rumah tangga diperlukan suatu alat
pencacah sampah yang pada tahap perencanaan telah dipertimbangkan efektivitas
dan efisiensi maka alat tersebut layak dan mempunyai nilai ekonomis.
Perancangan dan pembuatan alat pencacah sampah organik rumah tangga
ini bertujuan untuk membantu permasalahan yang timbul pada kota-kota besar
yang padat penduduknya. Dengan alat ini diharapkan tumpukan sampah dan
pencemaran lingkungan akan berkurang.
Komponen-komponen alat yang digunakan dalam penelitian ini terbuat
dari bahan yang mudah dijumpai dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang
relatif baik. Kerangka alat terbuat dari besi siku yang diharapkan mampu
menyokong dan mendukung beban yang dikenakan pada saat pencacahan. Ukuran
kerangka disesuaikan dengan kebutuhan tempat alat-alat yang dirancang,
karakteristik pengguna (operator). Kerangka dibuat dengan bentuk trapesium
dimana bagian atas lebih kecil dari pada bagian bawah. Hal ini dimaksudkan agar
tekanan yang diberikan alat akan semakin kecil.

Universitas Sumatera Utara

24
Elektromotor yang digunakan disesuikan dengan kebutuhan dan kerja alat.
Spesifikasi alat yang dipakai pada alat pencacah ini diusahakan memiliki daya
yang cukup untuk mencacah sampah organik rumah tangga dengan karakteristik
yang relatif lunak. Kecepatan putaran akan mempengaruhi proses pencacahan
karena semakin cepat putaran motor maka peluang sampah mengenai mata pisau
akan semakin besar. Oleh karena itu, digunakan elektromotor dengan daya 1 HP
satu fase (single phase) dengan jumlah putaran per menitnya (rpm) sebesar 1400.
Dengan daya tersebut elektromotor telah mampu untuk menggerakkan batang as
yang terdapat mata-mata pisau. Tetapi apabila dengan jumlah sampah yang
dimasukkan ke saluran pemasukan sangat banyak maka elektromotor yang
digunakan tidak mampu memutar batang as dan proses pencacahan akan terhenti
sementara.
Untuk mendapatkan rpm yang diingikan maka pada bagian alat juga
dibuat komponen yang disebut pulley. Banyaknya pulley yang digunakan ada 2
(dua) buah yakni terdapat pada as elektromotor dengan 3 dan pada batang as
tempat pisau pencacah 4 sehingga diperoleh rpm sebesar 1050 putaran per
menitnya. Alat ini juga menggunakan bearing (lahar duduk) yang digunakan
untuk menumpu dan menahan batang as pencacah sehingga tetap pada posisinya
serta mencegah kerusakan akibat gesekan dan panas pada batang as pencacah.
Alat ini juga menggunakan mata pisau sebanyak 33 buah dengan arah
tegak lurus dengan batang as. Dengan banyaknya mata pisau tersebut diharapkan
sampah tidak keluar dari alat pencacah tanpa mengenai pisau-pisau yang ada.
Pisau-pisau tersebut dilengketkan pada sebuah batang as dengan ukuran diameter

Universitas Sumatera Utara

25
1,25 dan panjang 90 cm. Besaran ukuran diameter disesuaikan dengan lebar mata
pisau dan besarnya daya elektromotor serta jenis sampah yang akan dicacah.

Kapasitas Alat
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Data hasil penelitian alat pencacah sampah organik rumah tangga
Ulangan

Waktu (mnt)

I
II
III
Total
Rataan

5,18
6,14
5,07
16,39
5,46

Sampah yang
tidak tercacah
sempurna (kg)
0,65
0,40
0,78
1,83
0,61

kWH
listrik

Kapasitas
(kg/jam)

0,748
0,748
0,748
2,244
0,748

115,8
97,2
118,2
331,2
110,4

Tabel 1. menunjukkan bahwa kapasitas alat rata-rata alat pencacah
sampah organik rumah tangga adalah 110,4 kg/jam. Kapasitas alat tertinggi
terdapat pada ulangan III yaitu sebesar 118,2 kg/jam. Sedangkan kapasitas
terendah terdapat pada ulangan II yaitu sebesar 97,2 kg/jam. Dari data tersebut
dapat dilihat ada perbedaan waktu yang dibutuhkan walaupun berat sampah yang
dicacah sama jumlahnya. Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan komposisi jenis
sampah yang digunakan berbeda-beda. Dari perbedaan waktu yang dibutuhkan
dalam pencacahan sampah seberat 10 kg tidak terlalu banyak maka dapat
dikatakan bahwa kinerja alat ini relatif konstan. Pengoperasian alat ini relatif
mudah karena tidak membutuhkan keahlian khusus.
Jika dalam 1 kk terdapat 4 orang, sampah yang dihasilkan sebanyak 2
kg/hari. Apabila kapasitas alat 110,40 kg/jam maka untuk 1 hari dapat mencacah

Universitas Sumatera Utara

26
sampah sebanyak 883,20 kg. Jadi dengan 1 alat pencacah sampah organik rumah
tangga dapat mencacah sampah organik yang dihasilkan 442 kk.
Adapun kelemahan yang dijumpai pada saat proses pengujian alat ini
adalah pada proses aliran keluaran sampah cacahan yang tidak semuanya keluar
dari alat pencacah. Hal ini dikarenakan bahan cacahan memiliki kadar air yang
tinggi sehingga sampah sulit keluar, untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan
terhadap aliran sampah dalam alat pencacah demi meningkatkan efektivitas dan
efisiensi alat.

Pesentase Sampah Yang Tidak Tercacah
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa banyaknya sampah yang tidak tercacah
yang paling tinggi terdapat pada ulangan III yakni sebesar 0,78 kg dan yang
paling rendah terdapat pada ulangan II yakni sebesar 0,4 kg. Dan hasil rata-rata
cacahan yang tidak sempurna adalah 0,61 kg atau sebesar 6,1 %. Dari besarnya
hasil cacahan yang tidak sempurna relatif kecil maka dapat disimpulkan bahwa
sampah organik yang dihasilkan dari alat pencacah ini adalah seragam.
Pencacahan bahan dapat meningkatkan luas penampang sentuh bahan
dengan bakteri. Semakin kecil ukuran bahan maka proses pengomposan akan
semakin cepat. Ukuran bahan cacahan yang diperoleh adalah 0-5 cm, hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh keseragaman cacahan dan mempermudah
pencampuran bahan lebih homogen.

Universitas Sumatera Utara

27
Analisis Ekonomi
Faktor yang sangat menentukan layak atau tidaknya suatu alat untuk
digunakan adalah biaya produksi. Dari hasil analisis ini dapat diketahui seberapa
besar biaya produksinya sehingga keuntugan alat tersebut juga dapat dihitung.
Biaya produksi dipengaruhi oleh kapasitas alat. Semakin tinggi kapasitas alat
maka biaya produksi akan semakin rendah dan keuntungan akan semakin
meningkat.
Dari analisa biaya yang diperoleh dengan biaya produksi pembuatan alat
sebesar Rp. 1.858.000,00 maka biaya pencacahan sampah organik rumah tangga
adalah sebesar Rp 54,10/kg. Hasil ini diperoleh dari perhitungan biaya produksi
terhadap kapasitas alat pencacah. Perhitungan biaya dapat dilakukan dengan cara
menjumlahkan biaya tetap (BT) dan biaya tidak tetap (BTT).
1. Biaya Tetap (Rp/thn)
a. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah banyaknya biaya untuk mengganti alat jika
umur ekonominya telah habis atau alat tersebut dijual sebelum umur
ekonominya habis. Besarnya biaya penyusutan alat ini adalah sebesar
Rp 334.440.
b. Biaya Bunga Modal dan Asuransi
Biaya bunga modal asurannsi ini merupakan banyaknya uang yang akan
disetorkan ke bank karena transaksi peminjaman modal. Dalam hal ini
persentase bunga modal dan asuransinya sebesar 20%. Biaya bunga
modal dan asuransi alat ini adalah sebesar Rp. 222. 960,00.

Universitas Sumatera Utara

28
c. Biaya Sewa Gudang
Biaya sewa gudang ini diasumsikan sebagai biaya selama proses
pembuatan alat yang besarnya 1% per tahun dari nilai awal. Biaya
gedung dari alat pencacah sampah ini adalah Rp. 18.580,00.
d. Biaya Pajak
Biaya pajak diperkirakan sebesar 2% per tahun dari nilai awal yakni
sebesar Rp. 37.160,00.
2. Biaya Tidak Tetap
a. Biaya Listrik
Dalam pembuatan alat pencacah sampah organik rumah tangga ini
menggunakan motor listrik sebagai sumber tenaga penggeraknya. Biaya
listrik dari alat ini adalah Rp. 126,412/jam.
b. Biaya Reparasi
Biaya reparasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
alat apabila mengalami kerusakan. Biaya reparasi dari alat ini adalah
Rp. 20,06.
c. Biaya Perawatan
Biaya perawatan merupakan biaya yang diperlukan untuk membeli
bahan agar alat dapat bekerja dengan baik. Bahan yang biasa digunakan
adalah oli dan minyak gemuk. Biaya yang perawatan dari alat ini
sebesar Rp. 185,80.

Universitas Sumatera Utara

29
d. Biaya Operator
Biaya operator merupakan biaya untuk menggaji operator dalam
pengoperasian alat. Biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.
5.000,00/jam.
Jadi total biaya tidak tetap (BTT) dari alat pencacah sampah organik
rumah tangga adalah sebesar Rp. 5.332,272/jam.
Biaya pokok merupakan penjumlahan dari biaya tetap (BT) dan biaya
tidak tetap (BTT). Sehingga total biaya pokok dari alat pencacah sampah organik
rumah tangga sebesar Rp. 54,10/kg. Dengan biaya penggilingan sebesar Rp.
54,10/kg dan kapasitas 110,40 kg/jam, maka alat pencacah sampah organik rumah
tangga ini layak digunakan oleh masyarakat terutama dalam proses pengomposan
dalam skala kecil dan menengah.

Universitas Sumatera Utara

30
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kapasitas rata-rata yang diperoleh dalam pengujian alat pencacah
sampah organik rumah tangga ini sebesar 110,40 kg/jam.
2. Hasil rata-rata cacahan yang tidak sempurna adalah 0,61 kg atau sebesar
6,1% sehingga cacahan dianggap seragam.
3. Adanya cacahan yang tertinggal di dalam alat diakibatkan karena bahan
cacahan memiliki kadar air yang cukup tinggi.
4. Biaya pencacahan sampah organik rumah tangga adalah sebesar Rp.
54,10/kg.
5. Alat pencacah ini dapat digunakan oleh operator dengan tingkat
keterampilan yang biasa, tidak membutuhkan keahlian yang tinggi,
tetapi hanya membutuhkan adaptasi (kebiasaan kerja) pada alat alat
tersebut.
6. Energi listrik yang terpakai oleh alat pencacah ini adalah sebesar 0,748
kWH.
Saran
1.

Perlu dilakukan pengujian kinerja alat lebih lanjut, terutama untuk
meningkatkan kapasitas cacahan.

2.

Agar cacahan yang tertinggal didalam alat berkurang maka perlu
dilakukan pengujian kemiringan alat.

Universitas Sumatera Utara

31

DAFTAR PUSTAKA

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian
USU, Medan.
Daryanto, 1993. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka