Analisis pendapatan usahatani kelapa sawit di kecamatan pelepat ilir kabupaten bungo provinsi jambi

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT
DI KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO
PROVINSI JAMBI

JESI AMELIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis pendapatan petani
kelapa sawit di Kecamatan Pelepat ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Jesi Amelia
NRP H34114067

ABSTRAK
JESI AMELIA. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan
Pelepat ilir, Kabupaten Bungo, Jambi Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA
Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi
minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak
lainnya. Perkebunan kelapa sawit membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
dan memberikan keuntungan bagi petani kelapa sawit. Pendapatan dipengaruhi
oleh penerimaan usahatani yang didapatkan dari hasil TBS yang dikalikan dengan
harga jual. Hasil produksi dipengaruhi dengan luas lahan yang dimiliki. Penelitian
ini dilakukan pada bulan September 2013 sampai Oktober 2013 pada usahatani
luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan, R/C
dan imbalan terhadap modal usahatani luas lahan 2 hektar lebih tinggi
dibandingkan usahatani dengan luas lahan 4 hektar sedangkan untuk biaya

usahatani dalam satuan hektar usahatani luas lahan 4 hektar lebih tinggi
dibandingkan usahatani luas lahan 2 hektar. Kesimpulan yang dapat diambil
adalah usahatani luas lahan 4 hektar mengurangi luas lahan menjadi 2 hektar
untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
Kata kunci : Pendapatan, struktur biaya, RC, imbalan kepada modal petani

ABSTRACT
JESI AMELIA. Analysis of farm income in the District palm of Pelepat ilir ,
Bungo , Jambi. Supervised by NETTI TINAPRILLA.
Oil palm plantation has profitable business prospect. Oil palm plantion
expantion is due to this reason. Oil palm plantation would creat new job
opportunities and generate benefits for the farmers themselves. Farm income is
affected by farm revenue wich is come farm the multiplication of price and
quantity of production quantity is affected by size of land owned. This reseach
using data that taken during September to Oktober 2013. The samples are panter
that have four hectares of area plantation and two hectares of area plantation. The
result is farmers with 2 ha area plantation have income, R/C and return to farm
equity capital more high than farmers with 4 ha of area plantation. As for cost to
of each hectare the farmers with 4 ha of area plantation have more cost than
farmers with 2 ha of area plantation. The conclution is, to increasing farmers

income, farmer have to decrease their area of planting from 4 hectares to 2
hectares.
Key words: Income, cost structure, R/C, return to farm equity capital

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT
DI KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO
PROVINSI JAMBI

JESI AMELIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat
Ilir Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
Nama
: Jesi Amelia
NRP
: H34114067

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM
Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah
pendapatan, dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di
Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM sebagai
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
Ir. Narni Farmayanti, MSc sebagai dosen evaluator kolokium dan Dr Ir Dwi
Rachmina, Msi dan Dr Ir Burhanudin, MM sebagai dosen penguji. Penghargaan
tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan kepada penulis, PT. Sari Aditya Loka yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, penghargaan secara
tertulis juga penulis sampaikan kepada KUD Karya Mukti dan KUD Citra
Makarti yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan
kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat

Bogor, Agustus 2014

Jesi Amelia
NRP H34114067

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Biaya
Analisis Pendapatan
Efisiensi atas Biaya yang dikeluarkan

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Fungsi Perusahaan Inti
Struktur Biaya Usahatani
Pendapatan Usahatani
Rasio Penerimaan dan Biaya
Ukuran Penampilan Usahatani Lainnya
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengambilan Sampel
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karateristik Petani Responden
Keragaan Usahatani Kelapa Sawit
Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit
Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit
Biaya Usahatani kelapa sawit

Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit
Rasio Penerimaan dan Biaya
Imbalan Kepada Modal Petani (return to farm equity capital)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
xii
xii
xiii
1
1
3
4
4
4
5

5
6
8
9
9
14
16
16
17
17
18
19
19
20
20
21
21
24
24
26

29
30
30
31
32
32
33
33
34
34
35

DAFTAR TABEL
1 Produksi tanaman kelapa sawit menurut kecamatan tahun 2007-2008
(hektar)
2 Luas areal tanaman kelapa sawit di kabupaten Bungo tahun 20072008 (hektar)
3 Luas lahan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir
tahun 2013
4 Sumber data primer dan data sekunder penelitian
5 Perhitungan pendapatan usahatani kelapa sawit petani luas lahan 4

hektar dan 2 hektar dalam setahun
6 Ukuran keuntungan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan
4 hektar dan 2 hektar dalam setahun
7 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia pada
petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti Tahun
2013
8 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat
pendidikan pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra
Makarti pada tahun 2013
9 Kisaran dosis dan jumlah aplikasi pupuk kelapa sawit TM pada umur
6 tahun-umur > 15 tahun(kg/pokok/tahun)
10 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani
kelapa sawit luas lahan 4 hektar dalam setahun
11 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani
kelapa sawit luas lahan 2 hektar dalam setahun
12 Penyusutan rata-rata alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan
4 hektar tahun 2012-2013
13 Penyusutan alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar
dari 06 September 2012 – 20 September 2013
14 Rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawit per hektar pada Petani
KUD Citra Makarti dari 06 September 2013-20 September 2013
15 Nilai R/C petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun
16 Ukuran penampilan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4
hektar dan 2 hektar dalam setahun

2
2
3
20
22
23

24

25
27
27
28
29
29
31
32
33

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran operasional

19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Nama petani dan luas lahan petani tahun 2013
2 Rata-rata penerimaan petani KKPA luas lahan 4 hektar 06 September
2012-20 September 2013
3 Rata-rata penerimaan petani KKPA luas lahan 2 hektar 06 September
2012-20 September 2013
4 Struktur biaya rata-rata petani luas lahan 4 hektar dalam setahun
5 Struktur biaya rata-rata petani luasan lahan 2 hektar dalam setahun

35
36
37
38
39

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi
minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak
lainnya. Indonesia memiliki pengaruh besar dalam penyediaan minyak sawit atau
disebut CPO (Crude palm oil) di dunia. Berdasarkan data Kementrian Pertanian RI,
ekspor CPO Indonesia pada tahun 2012 senilai 26 juta dolar AS. Meningkat dari
tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 20 394 174 dan 23 500 000 dolar AS1.
Bisnis Kelapa sawit juga memberi manfaat bagi petani dan masyarakat. Hal ini
dapad dilihat dari 9.1 juta hektar lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa
sawit, 42 persen diantaranya dimiliki petani dan membantu meningkatkan taraf
hidup petani dan keluarga1.
Hampir setiap provinsi di Indonesia melakukan budidaya kelapa sawit.
Provinsi yang menghasilkan produksi CPO terbesar di Indonessia pada tahun 2012
adalah Provinsi Riau 5.8 juta ton (24.83%), kemudian berturut-turut provinsi
Sumatera utara 4.1 juta ton (17.61%), Sumatera Selatan 2.2 juta ton (9.53%),
Kalimantan Tengah 2.1 juta ton (9.26%) dan Jambi 1.7 juta ton (7.29%)2. Pada
Provinsi Jambi Perkebunan kelapa sawit menyumbang sekitar 12 persen per tahun
untuk pendapatan atau PDRB3 Harga kelapa sawit di Jambi pada laporan triwulan
terus mengalami peningkatan. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun Rp 1826.23 per
kg, meningkat 17.95 persen dari harga triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di
Jambi sebesar Rp 8261.02 per kg atau meningkat 18.28 persen. Harga rata-rata
kelapa sawit di tingkat internasional juga menunjukkan perbaikan yakni sebesar
USD 782.25 per metrik ton atau meningkat 8.35 persen dibandingkan triwulan
sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, harga TBS Jambi saat ini
meningkat signifikan 52.76 persen, sejalan dengan peningkatan harga CPO dunia
sebesar 9.45 persen3. Pemerintah Provinsi Jambi saat ini mengandalkan komoditi
kelapa sawit untuk mensejahterakan petani atau masyarakat dan menjadi andalan
pertumbuhan ekonomi wilayah. Salah satu Kabupaten yang melakukan usaha
perkebunan kelapa sawit adalah kabupaten Bungo. Produksi kelapa sawit dalam
bentuk TBS (Tandan Buah Segar) menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

1

ANT.2013.Minyak sawit indonesia dominasi pasar dunia [Internet].[diunduh 2014
Feb 16]. Tersedia pada :
http://www.google.com/m?hl=en&q=ekspor+minyaksawitindonesia.
2
Direktorat Jenderal Perkebunan.2013.[Internet].[diunduh2014 Februari 16]
3
2012. Perkebunan sawit jambi sumbang 12 pdrb. [Internet].[diunduh.2014 Maret
10]. Tersedia pada: http://www.bumn.go.id/ptpn5/publikasi/berita/perkebunansawit-jambi-sumbang-12-pdrb

2
Tabel 1 Produksi tanaman kelapa sawit menurut kecamatan tahun 2007-2008
(hektar)
Tahun
Pertumbuhan
Kecamatan
(%)
2009
2010
2011
Pelepat
223 889
1 716
2 896
-30.47
Pelepat Ilir
5 350
3 384
5 668
30.75
Limbur lubuk mengkuang
128 060
456
689
-48.55
Jujuhan
150 599
552
689
-74.81
Sumber : BPS Bungo (2012)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hanya kecamatan pelepat ilir yang
mengalami kenaikan produksi sebesar 30.75 persen, kenaikan ini diikuti oleh
meningkatnya luas tanam perkebunan kelapa sawit di kecamatan Pelepat ilir
menjadi 1. 03 persen. Kecamatan lainnya yaitu Jujuhan, Limbur lubuk mengkuang,
dan Pelepat yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 74.81 persen, 48.55
persen, dan 30.47 persen yang juga diikuti dengan penurunan luas tanam kelepa
sawit sebesar 94.46 persen untuk Jujuhan, Limbur lubuk mengkuang 90.91 persen
dan pelepat sebesar 92.98 persen.
Tabel 2 Luas areal tanaman kelapa sawit di kabupaten Bungo tahun 2007-2008
(hektar)
Tahun
Pertumbuhan
Kecamatan
(%)
2009
2010
2011
Pelepat
18 081
1 270
1 270
-92.98
Pelepat Ilir
2 631
2 658
2 658
1.03
Limbur lubuk mengkuang
10 657
969
969
-90.91
Jujuhan
9 733
539
539
-94.46
Sumber : BPS Bungo (2012)
Dilihat dari hasil produksi pada tiap kecamatan, dapat disimpulkan bahwa
kecamatan Pelepat ilir lebih baik dari kecamatan lainnya karena pertumbuhan
produksi mengalami kenaikan dan diikuti kenaikan luas lahan, walaupun luas lahan
tidak naik terlalu besar hanya 1.03 persen akan tetapi kenaikan pertumbuhan
produksi mencapai 30.75 persen. Kecamatan Pelepat ilir merupakan daerah
transmigrasi dan terdapat pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu PT. Sari Aditya
Loka yang merupakan anak dari perusahaan PT. Astra Agro Lestari. Untuk
mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir maka
pemerintah daerah Kabupaten Bungo memberikan kredit lahan kepada petani dan
lahan yang diberikan oleh Pemerintah tersebut di kelola langsung oleh PT. Sari
Aditya Loka. Setelah tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM), PT. Sari Aditya
Loka menyerahkan lahan tersebut kepada petani. Kemudian petani membayar kredit
lahan dan biaya yang telah dikeluarkan selama pembukaan lahan dan penanaman
kepada KUD Karya Mukti. Pola seperti ini disebut dengan pola KKPA (Kredit
Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya).
Pola KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir di mulai pada Tahun 1998, dan pada
saat sekarang ini umur tanaman kelapa sawit berumur 15 tahun dan produksi TBS
sedang mengalami hasil yang maksimal. Harga yang diterima petani sebesar Rp 1
274 per kg. Petani yang mengikuti KKPA memiliki luas lahan yang berbeda-beda.
Perbedaan luas lahan ini, dikarenakan adanya petani yang telah lunas kredit lahan

3
menjual lahan kepada petani lain. Luasan lahan dapat mempengaruhi besarnya
penerimaan petani dan biaya yang dikeluarkan. Tingkat efisiensi biaya yang
dikeluarkan disetiap petani dengan luas lahan yang berbeda akan memiliki efisinesi
biaya yang berbeda. Dengan luas lahan yang berbeda, dan semakin tingginya biaya
input produksi menjadikan penelitian pendapatan usahatani kelapa sawit penting
untuk dilakukan di Kecamatan Pelepat ilir. Untuk mengetahui apakah tanaman
kelapa sawit dikecamatan pelepat ilir menguntungkan secara finansial.

Perumusan Masalah
Kecamatan Pelepat Ilir merupakan wilayah yang memiliki prospek yang baik
dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit, didukung oleh program
pemerintah dengan kegiatan transmigrasi pada tahun 1989 dan adanya pola KKPA
pada tahun 1998. Dukungan juga diberikan pemerintah yaitu dengan adanya KUD.
Pendapatan petani kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh besarnya produksi TBS dan
harga TBS. Besarnya produksi TBS dipengaruhi perawatan yang meliputi
pemupukan, pemberian pestisida, meruning dan pemanenan. Sedangkan untuk
harga telah ditetapkan oleh PT. Sari Aditya Loka, semakin tinggi harga yang
ditetapkan perusahaan maka semakin tinggi pendapatan petani.
Di setiap unit desa memiliki KUD, jumlah KUD di kecamatan Pelepat Ilir
sebanyak 13 KUD atau dinamakan juga disebut afdeling. Afdeling adalah sebutan
untuk wilayah tanam kelapa sawit dalam setiap desa. Setiap afdeling memiliki luas
lahan yang berbeda. Untuk luas lahan di setiap afdeling dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas lahan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir tahun
2013
Afdeling
Luas (hektar)
Jumlah kavling
AA
148.62
74
BB
114.91
52
CC
980.00
491
DD
967.07
473
EE
569.53
271
FF
743.06
260
GG
794.16
392
HH
938.00
469
NN
676.69
342
PP
986.72
496
QQ
778.00
389
RR
638.00
318
SS
429.00
240
Jumlah
8 764
4 382
Sumber : PT. Sari Aditya Loka (2013)
Usahatani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir memiliki luasan lahan yang
berbeda- beda, sehingga pendapatan usahatani dapat dibedakan menjadi pendapatan
usahatani luas lahan 4 hektar dan luas lahan 2 hektar. Pengelompokan usahatani
berdasarkan luas lahan dilakukan karena petani KKPA mendapatkan kredit lahan
dari pemerintah seluas 2 hektar dan petani yang memiliki luas lahan 2 hektar
membeli lahan kembali seluas 2 hektar milik petani KKPA yang lain dengan

4
ketentuan petani KKPA yang menjual lahannya telah melunasi kredit lahan. Harga
input yang semakin mahal menyebabkan petani lebih banyak melakukan
pengeluaran secara tunai sedangkan petani tidak dapat menetapkan harga jual TBS
sehingga petani hanya menerima harga jual TBS yang sudah ditetapkan oleh PT.
Sari Aditya Loka. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam
mengenai pendapatan usahatani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir.
Maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur biaya usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2
hektar?
2. Berapa pendapatan usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2
hektar?
3. Bagaimana efisiensi dan imbalan modal petani kelapa sawit luas lahan 4
hektar dan 2 hektar?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui struktur biaya usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan
2 hektar.
2. Menganalisis pendapatan usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2
hektar.
3. Mengetahui efisiensi dan imbalan modal petani kelapa sawit luas lahan 4
hektar dan 2 hektar.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan, antara lain :
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petani kelapa sawit di Pelapat
ilir, sehingga dapat melakukan usaha-usaha perbaikan dalam perawatan
untuk meningkatkan pendapatan.
2. Sebagai bahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya
3. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan yang diperoleh
selama kuliah dan dapat menganalisa masalah berdasarkan fakta.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan dalam batasan wilayah Desa Lingga Kuamang,
Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Jambi. Komoditas yang diteliti adalah
kelapa sawit, Respondennya adalah petani-petani kelapa sawit di Desa Lingga
Kuamang, anggota petani KKPA KUD Citra Makarti dengan umur tanam 15 tahun.
Usahatani kelapa sawit dihitung berdasarkan luas lahan 4 hektar dan 2 hektar.
Analisa pendapatan usahatani kelapa sawit akan disertai dengan ukuran penampilan
usahatani lainnya yaitu, imbalan kepada modal petani (return to equity capital).

5

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur Biaya
Perdana (2008) biaya total yang dikeluarkan oleh petani peserta KKPA adalah
sebesar Rp 11 175 951 Besarnya biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani
peserta KKPA karena terkait dengan 2 komponen biaya yang membentuk biaya
total, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang
harus dikeluarkan oleh petani secara tunai dalam bentuk uang. Apabila
dibandingkan dari sisi pengeluarannya antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan
maka diketahui ternyata proporsi penggunaan biaya tunai lebih besar dari biaya
diperhitungkan ini terlihat pada persentase penggunaan biaya tunai adalah 75.51
persen dari biaya total, sedangkan penggunaan biaya diperhitungkan adalah sebesar
24.49 persen dari biaya total. Adapun penyebab besarnya persentase penggunaan
biaya tunai tersebut terkait dengan komponen penggunaan pupuk kimia dan
angsuran bunga. Besarnya biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani peserta
KKPA karena terkait dengan pengunaan biaya pembelian pupuk kimia Rp 3 174
450 (28.40 persen) dan angsuran bunga kredit Rp 2 560 836 (22.91 persen) yang
harus dibayar petani kepada koperasi. Selain itu yang menyebabkan besarnya biaya
untuk angsuran bunga ini adalah karena terkait dengan jumlah pinjaman petani
kelapa sawit dari pembukaan areal perkebunan sampai berproduksi. Besar dan kecil
angsuran petani peserta KKPA tergantung umur tanaman kelapa sawit yang
dibudidayakan. Pada usahatani kelapa sawit ini biaya panen yang harus dikeluarkan
oleh petani peserta KKPA, yaitu Rp 1 575 000. Apabila dilihat dari proporsi
penggunaan biayanya ternyata mencapai 14.10 persen dari biaya diperhitungkan.
Besarnya biaya panen, dikarenakan kebijakan dari perusahaan inti yang selalu
berubah setiap saat, yaitu dengan rata-rata Rp 15 000/ton. Persentase penggunaan
biaya untuk komponen ongkos angkut adalah (7.04 persen), sedangkan untuk biaya
penyusutan peralatan sama dengan Rp. 373 725 atau sebesar 3.34 persen. Besarnya
biaya penyusutan peralatan dikarenakan petani peserta KKPA lebih banyak
mempergunakan peralatan untuk bertani. Adapun alat tersebut adalah penyemprot,
dodos, egrek, angkung, parang dan sebagainya. Penggunaan biaya tunai yang harus
dikeluarkan oleh petani peserta KKPA adalah Rp 8 439 726, besarnya biaya tunai
tersebut untuk penggunaan pupuk kimia yang harus dibayar. Untuk persentase biaya
pupuk kimia adalah sama dengan 28.40 persen atau Rp 3 174 450, besarnya
penggunaan pupuk kimia dikarenakan banyaknya penggunaan pupuk waktu masa
pemeliharaan dan untuk menjaga unsur hara tanah agar tanaman kelapa sawit dapat
berproduksi dengan baik. Adapun jenis pupuk kimia tersebut adalah TSP, Urea,
MOP, dan Kiesiret. Selain itu, besarnya biaya tunai untuk tenaga kerja luar keluarga
adalah karena petani peserta KKPA tidak pernah mengerjakan usahatani kelapa
sawit tersebut secara langsung. Pengaturan tenaga kerja, diatur oleh pihak
perusahaan inti yang memperkerjakan tenaga kerja terampil dalam usahatani kelapa
sawit, baik tenaga kerja masyarakat lokal maupun didatangkan dari pulau jawa.
Sedangkan besarnya biaya peralatan usahatani kelapa sawit dikarenakan harga
pembelian alat-alat tersebut terlalu mahal dan lebih banyak alat yang digunakan.
Biaya total yang dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA adalah sebesar
Rp 12 136 080. Besarnya biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta
KKPA karena terkait dengan 2 komponen biaya yang membentuk biaya total, yaitu

6
biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Apabila dibandingkan dari sisi
pengeluarannya antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan maka diketahui
ternyata proporsi penggunaan biaya tunai lebih besar dari biaya diperhitungkan. Hal
ini terlihat pada persentase penggunaan biaya tunai adalah sama dengan 57.76
persen dari biaya totalnya, sedangkan penggunaan biaya diperhitungkan adalah
sama dengan 42.24 persen dari biaya total. Adapun penyebab besarnya persentase
penggunaan biaya tunai tersebut terkait dengan komponen pupuk kimia, pestisida,
herbisida, dan TKDK. Besarnya biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani non
peserta KKPA karena terkait dengan pengunaan biaya untuk pupuk kimia Rp 2 959
200 (24.38 persen) dan pestisida Rp 2 100 000 (17.31 persen) yang harus
dikeluarkan petani untuk pemeliharaan usahatani kelapa sawit. Selain itu yang
menyebabkan besarnya biaya pupuk kimia dan pestisida ini adalah karena terkait
dengan harga yang berlaku dipasar lokal yang tidak stabil. Pada usahatani kelapa
sawit ini biaya herbisida yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA,
yaitu Rp 1 950 000. Apabila dilihat dari proporsi penggunaan biayanya ternyata
mencapai 16.07 persen dari biaya tunai. Apabila dilihat dari penggunaan biaya
diperhitungkan yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA adalah Rp 5
126 880. Besarnya biaya diperhitungkan penyusutan peralatan, ongkos angkut,
biaya panen dan TKDK. Untuk persentase biaya TKDK adalah sebesar 7.35 persen
atau Rp 892 500, penggunaan TKDK dikarenakan petani non peserta KKPA
mengerjakan kegiatan kegiatan pemeliharaan usahatani kelapa sawit tersebut tidak
memakai TKLK atau mengerjakan sendiri. Selain itu, besarnya biaya
diperhitungkan untuk ongkos angkut (Rp 1.568.880) adalah karena mahalnya biaya
pengangkutan TBS ketempat penjualan dan murahnya harga TBS/kg. Sedangkan
rendahnya biaya penyusutan peralatan usahatani kelapa sawit petani non peserta
KKPA (Rp 145 500) dikarenakan peralatan yang digunakan tidak terlalu banyak
dan tidak semua peralatan harus membeli.
Yasri (2006) Biaya tunai terbesar yang dikeluarkan oleh petani plasma PTPN
VI adalah biaya pupuk dan analisa daun sebesar Rp 3 925 000 dengan persentase
sebesar 38.52 persen sedangkan untuk petani plasma PT BPP adalah angsuran
kredit sebesar Rp 1 661 097 atau 49.09 persen. Sedangkan biaya non tunai pada
kebun plasma PTPN VI adalah penyusutan tanaman menghasilkan, penyusutan
peralatan, dan sewa lahan, biaya non tunai terbesar di PTPN VI adalah sewa lahan
sebesar Rp 1 000 000 per 2 hektar pada tahun 2005 sedangkan untuk petani plasma
PT BPP adalah penyusutan tanaman menghasilkan dan sewa lahan, biaya non tunai
tebesar di PT BPP adalah tanaman menghasilkan sebesar Rp 1 033 000 per 2 hektar
tahun 2005.
Hutzi (2007) penggunaan buruh tani untuk rnengelola kebun rnenyebabkan
biaya tunai usahatani menjadi tinggi, biaya tunai yang dikeluarkan rata-rata sebesar
Rp 269 883 per bulan. Sedangkan biaya non tunai yang tinggi adalah Tenaga kerja
keluarga, mernberikan kontribusi dalarn penggunaan biaya sebesar Rp 26 666 per
bulan.

Analisis Pendapatan
Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan
pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
yang diperoleh. Pendapatan merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor
produksi. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang

7
telah dikeluarkan Soekartawi (1995). Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua
yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas
biaya tunai adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil pengurangan antara
penerimaan dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan, sedangkan pendapatan atas
biaya total merupakan pendapatan hasil pengurangan antara penerimaan total
dengan biaya keseluruhan termasuk input milik keluarga petani juga diperhitungkan
sebagai biaya.
Perdana (2008) Pendapatan atas biaya tunai petani peserta KKPA lebih besar
dari petani non peserta KKPA. Pendapatan atas biaya tunai petani peserta KKPA
adalah sebesar Rp 27 305 636, sedangkan pendapatan atas biaya tunai petani non
peserta KKPA adalah sebesar Rp. 22 253 952. Tingginya pendapatan atas biaya
tunai yang diperoleh petani peserta KKPA dikarenakan penerimaan total usahatani
petani peserta KKPA (Rp 35 745 362) lebih besar dari petani non peserta KKPA
(Rp 29 263 152), walaupun untuk biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non
peserta KKPA lebih kecil dibandingkan dengan petani peserta KKPA. Pada
penelitian ini, pendapatan biaya total petani peserta KKPA Rp 24 569 411 lebih
besar dari petani non peserta KKPA yaitu Rp 17 127 072. Hal ini terjadi karena
total biaya usahatani petani peserta KKPA lebih kecil (Rp 11 175 951) dari petani
non peserta KKPA yaitu Rp. 12 136 080. Luasan lahan kelapa sawit petani peserta
KKPA dan petani non peserta KKPA adalah sama yaitu satu Hektar. Walaupun
demikian, produksi petani peserta KKPA masih lebih tinggi dibandingkan dengan
petani non peserta KKPA. Produksi total petani peserta KKPA mencapai 83 272
Kg, sedangkan petani non peserta KKPA hanya 52 296 Kg. Kecilnya produksi
petani non peserta KKPA diakibatkan kurangnya modal dan sarana produksi
pertaniannya, berbeda dengan petani peserta KKPA yang dapat mudah memperoleh
modal dan sarana produksi melalui program KKPA. memperoleh modal dan sarana
produksi melalui program KKPA.
Analisis pendapatan yang dilakukan oleh Yasri (2006) pada petani kelapa
sawit plasma di PTPN VI dan PT. BPP. Pendapatan petani plasma merupakanhasil
pengurangan penerimaan kebun plasma dengan biaya yang dikeluarkan.
Penerimaan kebun plasma berasal dari produksi TBS yang dihasilkan kebun kelapa
sawit seluas 2 Ha (1 kapling) dikalikan harga TBS yang diterima dari perusahaan
inti dalam periode 1 tahun. Dari 2 Ha kebun plasma PTPN VI jumlah produksi ratarata yang dihasilkan dalam satu tahun adalah 46 727.61 kg sedangkan untuk kebun
plasma PT BPP adalah 10 946.88 kg. Berbedanya jumlah produksi ini disebabkan
perbedaan produktivitas tanaman kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit
dipengaruhi oleh umur tanaman dan faktor lainnya seperti kriteria lahan, kesesuaian
iklim, kualitas bibit dan pemeliharaan. Harga TBS rata-rata yang diterima oleh
petani plasma PTPN VI pada tahun 2005 adalah Rp 696.16/kg sedangkan untuk
petani plasma PT BPP adalah Rp 637.88/kg. Pendapatan dibagi menjadi dua yaitu
pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan biaya tunai yang diperoleh
kebun plasma PTPN VI adalah sebesar Rp 22 341 737 dan kebun plasma PT BPP
adalah Rp 3 823 42. Pendapatan atas biaya total untuk petani plasma PTPN VI
adalah Rp 20 976 576 dan PT BPP adalah Rp 2 290 423.
Hutzi (2007) menunjukan Besarnya penerirnaan rata-rata usahatani teh rakyat
Kecarnatan Sukanegara pada tahun 2002 adalah sebesar Rp 389 607 per bulan dan
pada tahun 2003 sebesar Rp 375 045 per bulan. Pendapatan usahatani didasarkan
pada biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp
23 162 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp -26.448 per hektar. Penelitian
petani dengan luasan hektar yang sama dengan umur tanaman yang sama dilakukan

8
oleh Oktarina, Hakim, dan Junaidi (2010) dengan judul Tingkat keberdayaan petani
dan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit petani plasma PIR trans di
Kabupaten Bayuasin Palembang. Petani contoh adalah semua petani yang
berusahatani kelapa sawit sejak tahun 2002 dengan luas lahan 1,3 hektar. Petani
contoh ini merupakan petani plasma kelapa sawit dari PT CLS (Citra Lestari Sawit).
Pendapatan yang diterima oleh petani plasma sebesar 13419403.57 per tahun.

Efisiensi atas Biaya yang dikeluarkan
Perdana (2008) dilihat dari perbandingan antara usahataninya maka diketahui
usahatani petani peserta KKPA memiliki R/C rasio atas biaya tunai yang lebih besar
dari usahatani kelapa sawit petani non peserta KKPA. Adapun nilai R/C rasio untuk
petani peserta KKPA adalah sama dengan 4.23 sedangkan nilai R/C rasio untuk
petani non peserta KKPA yaitu 4.17. Hal ini berarti bahwa tambahan penerimaan
dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani peserta KKPA akan memberikan
penerimaan sebesar Rp. 4.23 untuk setiap satu rupiah. Penerimaan tersebut tidak
berbeda jauh dengan petani non peserta KKPA yang menerima Rp 4.17 untuk
setiap satu rupiahnya. Sedangkan apabila dilihat dari R/C rasio biaya totalnya maka
diketahui bahwa R/C rasio untuk petani peserta KKPA adalah 3.19 lebih besar dari
R/C rasio petani non peserta KKPA yaitu 2.41. Hal ini berarti bahwa tambahan
penerimaan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA
adalah Rp 2.41 lebih kecil dari penerimaan petani peserta KKPA. Biaya per satuan
hasil petani peserta KKPA lebih kecil daripada petani non peserta KKPA karena
biaya total yang dikeluarkan lebih besar, meskipun harga per kg lebih mahal dari
petani peserta KKPA.
Yasri (2006) Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak
tunai. R/C yang dihitung adalah R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total.
Diperoleh R/C atas biaya tunai untuk kebun plasma PTPN VI adalah 3.19, artinya
untuk setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan
sebesar Rp 3.19 sedangkan untuk kebun plasma PT BPP diperolehR/C atas biaya
tunai sebesar 2.13 yang berarti untuk setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan
akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2.13. R/C atas biaya tunai pada pola
kemitraan PTPN VI untuk petani plasma adalah 3.19 yang memiliki nilai lebih kecil
dari kebun inti yaitu 3.42. Hal ini berarti usaha kebun inti lebih menguntungkan dan
lebih efisien. R/C atas biaya tunai pada pola kemitraan PT BPP untuk petani plasma
(2.13) lebih besar dari kebun inti (1.90) yang berarti usaha kebun plasma PT BPP
lebih efisien dibandingkan kebun intinya. Efisiensi kebun plasma PT BPP
dipengaruhi oleh biaya tunai yang dikeluarkan.
Hutzi (2007), R/C rasio terhadap biaya total yang didapatkan petani
perkebunan teh rakyat di Sukanagara adalah 0.93. Secara bisnis kondisi tersebut
menunjukkan bahwa usahatani ini tidak layak untuk diteruskan. Sebab hal ini
menunjukan bahwa setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mengalami kerugian sebesar
Rp 0.93. Devi (2010) Analisis imbangan penerimaan (R/C) dilakukan untuk melihat
apakah biaya yang telah dikeluarkan menghasilkan cukup penerimaan untuk
memperoleh keuntungan, serta untuk menilai efisiensi biaya yang telah dikeluarkan.
Dari penelitian Devi, menunjukan bahwa R/C rasio pada petani kecil lebih besar
dibandingkan petani skala besar. Nilai R/C rasio atas penggunaan biaya sebesar
1.33 untuk petani skala kecil , hal tersebut menjelaskan bahwa setiap satu rupiah
biaya input yang dikeluarkan petani maka akan menerima 1.33 rupiah. Sedangkan

9
untuk skala besar R/C rasio atas penggunaan biaya sebesar 1.20, hal tersebut
menjelaskan bahwa setiap satu rupiah biaya input yang dikeluarkan petani maka
akan menerima 1.20 rupiah.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah pada alat
analisis yaitu menganalisis pendapatan, analisis pendapatan dibagi menjadi dua
berdasarkan luas lahan yaitu luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. melihat efisiensi dari
R/C rasio. Sedangkan perbedaannya adalah komoditas yang diteliti, tempat
penelitian dan waktu penelitian. Pada penelitian analisis pendapatan usahatani
kelapa sawit ini peneliti mengunakan ukuran kinerja petani dilihat dari imbalan
kepada modal petani. Dari persamaan dan perbedaan tersebut manfaat yang dapat
diambil oleh peneliti adalah alat analisis yang digunakan apakah hasil yang
diperoleh akan sama dengan penelitian yang terdahulu walaupun dengan komoditas
yang berbeda.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk melihat performa usahatani
pada saat sekarang dengan melakukan perhitungan dengan nilai nominal yang
berlaku pada saat ini. Analisis pendapatan memberikan informasi kepada petani dan
dapat mengambil keputusan terkait usahatani yang diusahakan. Informasi tersebut
mulai dari pendapatan, biaya yang dikeluarkan, efisiensi biaya yang dikeluarkan
terhadap usahatani, sampai imbalan kepada petani terhadap modal yang dikeluarkan
oleh petani.
Konsep Usahatani
Prof. Bachtiar Rivai (1980), mendefinisikan usahatani sebagai oragnisasi dari
alam,kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
Oragnisasi ini ketatalaksanaanya tidak berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh
seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis,
politis, maupun territorial sebagai pengelolanya. Istilah usahatani ditulis dengan
satu kata usahatani bukan dalam dua kata usaha tani.4
Menurut Suratiyah (2011) ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang mengusahakan dan mengkordinir faktor-faktor produksi berupa
lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang
sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari
cara-cara
petani
menentukan,
mengkoordinasikan,
dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien
mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungin.
4

ilmu.Com.2012.usahatani kangkung. [ internet] ].[diunduh 2014 Juni 16]. Tersedia pada
:(http://fhancu.blogspot.com/2012/08/usahatani-kangkung.html)

10
Menurut Soekartawi (1989) ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara
petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu
pengolahan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Petani diupayakan dapat
mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan
dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output
yang melebihi input.
Pengertian KKPA
1. KKPA singkatan dari Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya,
merupakan suatu bentuk skim kredit dengan syarat lunak yang diberikan
oleh pemerintah melalui PT. (Persero) Permodalan Nasional Madani (PT.
PNM) kepada koperasi primer yang selanjutnya disalurkan kepada
anggotanya.
2. Penyaluran KKPA kepada anggota koperasi dilakukan melalui bank
pelaksana yang ditunjuk oleh PT.PNM, dengan persyaratan tertentu yang
ditetapkan oleh PT.PNM.
3. KKPA dapat diberikan untuk berbagai usaha anggota koperasi yang
bersifat produktif, antara lain usaha perkebunan, peternakan, pertanian
dan perdagangan. KKPA dapat digunakan untuk investasi, modal kerja
atau investasi dan modal kerja yang terkait langsung dengan investasinya.
Peran koperasi dalam penyaluran KKPA
1. Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa koperasi yang dapat berperan
dalam program KKPA ini hanya koperasi primer, yakni koperasi yang
beranggotakan orang seorang, bukan koperasi sekunder. Dalam program
KKPA, koperasi dapat berperan sebagai pelaksana pemberi KKPA
(executing agent) atau sebagai penyalur (chalenging agent).
2. Dalam hal koperasi berfungsi sebagai pelaksana pemberi KKPA, maka
tugas koperasi adalah : (a) pengagujuan usulan proyek yang akan dibiayai
dengan KKPA, (b) seleksi bagi anggota yang layak dibiayai, (c)
pengawasan penggunaan kebun yang dibiayai dengan KKPA, (d)
pembinaan bagi anggota, (e) penagihan angsuran KKPA, dan (f)
administrasi pemberi KKPA dan angsurannya sebagai pelaksana pemberi
KKPA, koperasi bertanggungjawab atas resiko pengembalian kredit
secara penuh. Penandatanganan Akad Kredit dilakukan oleh Pengurus
Koperasi.
3. Dalam hal koperasi sebagai penyalur KKPA, tugas koperasi sama dengan
tugas koperasi bila sebagai pelaksana pemberi KKPA seperti butir 2(a)
sampai butir 2(f) diatas. Pada peran sebagai penyalur ini, maka koperasi
tidak mempunyai tanggungjawab atas risiko pengembalian kredit. Akad
Kredit dilakukan oleh Bank dengan masing-masing anggota penerima
KKPA, yang diketahui oleh pengurus koperasi. Dalam pelaksanaan Akad
Kredit, para anggota diwakili oleh pengurus koperasi. Oleh karena itu,
anggota penerima KKPA harus membuat Surat Kuasa kepada pengurus
koperasi.

11
Suku bunga dan imbalan jasa koperasi
1. Suku bunga KKPA pada tahun 2001 berkisar 16 persen per tahun. Dari
Jumlah ini termasuk 2 persen setahun sebagai imbalan jasa koperasi tidak
diberikan pada masa tenggang, sehingga suku bunga yang dibayarkan atau
dibebankan kepada anggota berkurang 2 persen atau hanya 14 persen per
tahun. Besarnya tingkat suku bunga dan imbalan untuk koperasi bersifat
tidak tetap, karena itu dapat ditinjau kembali. Peninjau ini ditetapkan oleh
Pemerintah dalam hal ini adalah PT. PNM.
2. Apabila Koperasi bertindak sebagai pelaksana pemberi KKPA, maka
imbalan jasa sebesar 2 persen tersebut seluruhnya untuk koperasi yang
bersangkutan, yang pembayarannya dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
(a).Sebesar 50 persen dari imbalan dibayarkan kepada koperasi atas dasar
realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunganya oleh anggota koperasi
bersangkutan, dan (b).Sisanya sebesar 50 persen lagi disimpan dalam
bentuk tabungan beku di bank dan dikembalikan setelah diperhitungkan
dengan tunggakan yang timbul pada saat KKPA jatuh tempo. Dengan kata
lain, sisa sebesar 50 persen tersebut dapat dicairkan setelah kredit lunas.
Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada
bank yang bersangkutan.
3. Apabila Koperasi bertindak sebagai penyalur KKPA, maka dari imbalan
sebesar 2 persen tersebut, hanya diberikan kepada koperasi sebesar 50%nya atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunganya oleh
anggota koperasi yang memperoleh KKPA, dan sisanya 50% lagi menjadi
penerimaan bank.
KKPA perkebunan kelapa sawit
1. KKPA Perkebunan Kelapa Sawit adalah KKPA yang diberikan untuk
pembangunan kebun kelapa sawit petani anggota koperasi primer. Oleh
karena jangka waktu pembangunan kebun ini cukup panjang dan masa
pengembaliannya juga lama, maka jenis kredit ini termasuk dalam kredit
investasi.
2. Kredit ini dikembalikan atau diangsur sesuai dengan jangka waktu yang
telah ditetapkan berdasarkan perjanjian bersama dengan Bank. Besarnya
cicilan kredit termasuk bungab dihitung dengan persentase tertentu dari
hasil kotor kebun sesuai dengan perjanjian antara bank dengan koperasi.
Persiapan mendapatkan fasilitas KKPA
1. Petani yang akan memperoleh fasilitas KKPA untuk pembangunan kebun
harus terdaftar sebagai anggota koperasi, dengan syarat-syarat yang
ditetapkan oleh koperasi yang bersangkutan, baik syarat administratif
maupun syarat keuangan (seperti membayar simpanan pokok dan
simpanan lain yang ditetapkan koperasi). Dengan kata lain, di wilayah
yang akan dibangun kebun kelapa sawit telah berdiri koperasi yang layak
untuk menerima (memberikan atau menyalurkan KKPA) kepada
anggotanya.
2. Petani yang akan memperoleh fasilitas KKPA harus memiliki lahan yang
akan dibangun kebun kelapa sawit, ditandai dengan surat pemilikan lahan
(tanah) sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, seperti
sertifikat hak milik (SHM), atau surat keterangan tanah (SKT) yang

12
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, sehingga bukti pemilikan
tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sah.
3. Koperasi yang akan menerima atau menyalurkan KKPA harus
mempunyai mitra kerja, dalam hal ini adalah Perusahaan Perkebunan
Kelapa Sawit, yang dalam istilah sehari-hari disebut dengan Perusahaan
Inti. Hubungan kerjasama antara Koperasi dengan Perusahaan Inti dibuat
secara tertulis.
4. Menyiapkan studi kelayakan. Studi kelayakan harus disusun oleh
konsultan independen yang telah memperoleh ijin sebagai konsultan.
Penunjukan konsultan harus mendapat ijin dari Bank pelaksana.
5. Oleh karena lahan yang diserahkan beragam bentuk, letak topografi dan
ukurannya, maka dalam proses pembangunan kebun dilakukan penataan
ulang. Oleh sebab itu tata letak lahan tidak akan sama dengan tata letak
sebelum kebun dibangun. Petani calon peserta harus memahami dan dapat
menerima kondisi yang demikian. Dengan terjadinya perubahan tata letak
lahan, maka akan dilakukan konsolidasi lahan, sehingga diperlukan
penerbitan ulang sertifikat tanah.
Pengajuan dan besaran kredit
1. Permohonan mendapatkan fasilitas KKPA diajukan oleh koperasi dan
atas nama anggota koperasi calon penerima KKPA (tergantung pada
peran koperasi, apa sebagai pelaksana atau penyalur KKPA) berikut
dengan studi kelayakan proyek dan Perjanjian Kerjasama dengan
Perusahaan Inti kepada Bank pelaksana yang ditetapkan oleh PT. PNM.
Bank pelaksana setelah meneliti kecukupan persyaratan dan menilai
kelayakan permohonan yang diajukan, meneruskannya kepada PT. PNM.
2. PT. PNM setelah menilai dan menganalisais permohonan yang diajukan
akan memberikan penetapan, apakah permohonan diterima atau ditolak.
Ketetapan itu disampaikan koperasi melalui Bank pelaksana.
3. Besarnya kredit ditetapkan oleh PT. PNM setelah mempelajari studi
kelayakan proyek yang diajukan, dan dengan mempertimbangkan
berbagai aspek ekonomi yang turut mempengaruhi. Oleh karena petani
penerima KKPA umumnya tidak memilik modal yang cukup, maka
bunga pinjaman KKPA selama masa pembangunan (konstruksi) kredit.
Suku bungan dibebankan selama konstruksi ini adalah suku bunga tidak
termasuk imbalan/koperasi sebesar 2 persen, jadi bunga yang berlaku
14% per tahun selama konstruksi (SK BI Pasal 10 ayat 2).
4. Apabila dalam proses pembangunan kebun terjadi perubahan harga
umum yang signifikan, sehingga flafond yang telah disetujui diperkirakan
tidak dapat menyelesaikan pembangunan kebun, maka biasanya
dimintakan ekskalasi harga, sehingga flafond kredit menjadi naik. Proses
pengajuan ekskalasi ini harus dimulai dengan penilaian kemajuan fisik
kebun dan penyusunan revisi studi kelayakan proyek.
Fungsi Koperasi
Fungsi Koperasi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat
dari tahapan pengembangan kebun, yaitu : 1. Masa Persiapan, 2. Masa Konstruksi
Kebun, 3. Masa Penyerahan Kebun Sampai kredit lunas dan 4. masa pasca kredit
lunas.
1. Masa persiapan

13

2.

3.

Pada masa persiapan ini fungsi koperasi adalah melakukan tugas-tugas
sebagai berikut :
a. Mensosialisasikan rencana pengembangan/pembangunan kebun
kelapa sawit kepada calon anggota penerima KKPA atau yang akan
ikut program KKPA. Dalam sosialisasinya dijelaskan pula kebutuhan
kerjasama dengan Perusahaan Inti, hak dan kewajiban peserta, hak
dan kewajiban Perusahaan Inti dan Bank Pelaksana, hak dan
kewajiban Koperasi serta karakteristik kelapa sawit.
b. Melakukan inventarisasi lahan calon peserta, sehingga diperoleh
kepastian luas lahan dan nama-nama calon peserta. Dalam proses
inventarisasi ini termasuk pula pengumpulan dan penelitian terhadap
keabsahan surat-surat tanda pemilikan lahan calon peserta.
c. Mengumpulkan persyaratan administratif kredit dari calon penerima
KKPA, seperti copy “KTP” (suami isteri), copy Surat Nikah, copy
Kartu Keluarga (“KK”) dan sebagainya yang dipersyaratkan oleh
bank.
Masa konstruksi
Selama masa konstruksi kebun, fungsi koperasi adalah melaksanakan
tugas-tugas pokok sebagai berikut:
a. Memonitor dan mengawasi perkembangan pembangunan kebun yang
dilakukan oleh Perusahaan Inti.
b. Bersama dengan Perusahaan Inti dan Konsultan pengawas
melakukan opname kemajuan pekerjaan pembangunan kebun untuk
dilaporkan kepada pihak bank.
c. Membantu Perusahaan Inti mendapatkan input produksi, diantaranya
penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat-alat kerja, penyediaan sarana
pengangkutan dan sebaagainya.
Masa pencicilan sampai kredit lunas
Selama masa pencicilan sampai kredit lunas, fungsi koperasi adalah
melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :
a. Mempersiapkan administrasi dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk pengukuran lahan defenitif untuk diterbitkan sertifikat oleh
BPN.
b. Bersama Perusahaan Inti dan Pemerintah Desa mensosialisasikan
sistem pengelolaan kebun kepada petani yang akan menerima kebun.
c. Bersama Perusahaan Inti membuat desain kelompok, dan
mensosialisasikan pembentukan kelompok kepada para petani.
d. Membantu Perusahaan Inti dalam mempersiapkan dan melakukan
pelatihan-pelatihan kepada petani yang akan menerima penyerahan
kebun.
e. Membuat data nama petani yang telah ditetapkan menjadi peserta.
f. Membuat sistem pengelolaan dan sistem pendanaan untuk perawatan
kebun dengan bantuan Perusahaan Inti.
g. Mengkoordinir kegiatan manajemen kebun, mencakup panen,
pengangkutan, perawatan tanaman, perawatan infrastruktur,
pemupukan, penualan TBS pada Perusahaan Inti.
h. Bertindak sebagai wakil petani dalam negosiasi harga dengan
perusahaan inti.

14
i.

4.

Menyelenggarakan adminstrasi kredit KKPA masing-masing
kelompok dan administrasi keuangan kebun secara transparan dan
dapat dipertanggung jawabkan.

Masa pasca kredit lunas
Selama masa pasca kredit lunas, fungsi koperasi adalah melaksanakan
tugas-tugas pokok sebagai berikut :
a. Mempertahankan agar produktivitas kebun dapat dioptimalkan,
walaupun kewajiban kredit kepada Bank telah lunas.
b. Menjaga agar hasil produksi plasma tetap dijual kepada Perusahaan
Inti, karena desain pabrik Perusahaan Inti adalah untuk mengolah
kebun Plasma dan Kebun Inti.
c. Bersama Perusahaan Inti membuat rencana replanting dan
mensosialisasikannya kepada para petani.
d. Mengembangkan usaha-usaha produktif yang dapat dilakukan oleh
anggoa/petani untuk menopang pendapatan selama masa replanting.

Fungsi lain koperasi
Selain fungsi yang berkaitan dengan perkebunan kelapa sawit sebagaimana
dijelaskan.
a. Meningkatnya kesadaran petani anggotanya dalam pengelolaan
kebun, mamatuhi aturan-aturan pengelolaan kebun yang ditetapkan
kelompok dan koperasi, serta mendorong untuk aktifnya berkoperasi.
b. Menggerakan petani anggotanya untuk menabung secara teratur.
c. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk kesejahteraan petani anggota
dan keluarganya melalui berbagai kegiatan usaha yang layak antara
lain : Simpan Pinjam, Penyediaan barang-barang konsumsi dan
rumah tangga serta alat-alat produksi, Pemasaran hasil produksi
anggota selain hasil produksi kebun (TBS), Pendidikan.
Fungsi Perusahaan Inti
Fungsi Perusahaan Inti sejak persiapan pembangunan kebun sampai dengan
pasca kredit lunas adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut:
a. Membuat desain kebun dan kelompok tani.
b. Membantu Koperasi melakukan Sosialisasi Program KKPA dan sistem
pengelolaan kebun kepada para petani peserta.
c. Melakukan pembangunan kebun sesuai dengan rencana yang ditetapkan
dalam studi kelayakan dan desain kebun serta standar mutu yang
ditetapkan.
d. Melakukan pembinaan dan pengalihan teknologi budidaya kepada petani,
kelompok dan koperasi sesuai dengan tahap-tahap pembangunan kebun.
e. Menampung (membeli) hasil TBS petani Plasma sesuai ketentuan harga
yang berlaku.

15
f. Membuat desain kebun dan kelompok tani.
g. Membantu Koperasi melakukan Sosialisasi Program KKPA dan sistem
pengelolaan kebun kepada para petani peserta.
h. Melakukan pembangunan kebun sesuai dengan rencana yang ditetapkan
dalam studi kelayakan dan desain kebun serta standar mutu yang
ditetapkan.
i. Melakukan pembinaan dan pengalihan teknologi budidaya kepada petani,
kelompok dan koperasi sesuai dengan tahap-tahap pembangunan kebun.
j. Menampung (membeli) hasil TBS petani Plasma sesuai ketentuan harga
yang berlaku.
k. Membantu koperasi dalam membuat perhitungan hasil penjualan TBS
untuk masing-masing petani/kelompok dan penyisihan dana untuk cicilan
kredit dan biaya pemeliharaan kebun.
l. Melakukan alokasi hasil penjualan TBS petani untuk cicilan kredit, biaya
perawatan kebun dan pendapatan petani.
m. Membantu Koperasi mengembangkan sistem pengelolaan kebun yang
efektif untuk peningkatan produktivitas kebun.
n. Membantu Koperasi membuat rencana replanting.
Fungsi Bank Pelaksana
Fungsi Bank Pelaksana sejak persiapan pembangunan kebun sampai dengan
kredit Lunas adalah melaksanakan tugas-tugas pokok berikut:
a. Memproses permohonan kredit KKPA yang diajukan koperasi dan
meneruskannya kepada PT. PNM.
b. Menyalurkan kredit sesuai sesuai dengan tahap-tahap pencairan kredit
yang ditetapkan.
c. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan kebun yang
dilakukan oleh Perusahaan Inti.
d. Membantu Koperasi melakukan sosialisasi program KKPA kepada petani
calon peserta proyek pembangunan kebun.
e. Bersama Perusahaan Inti membantu koperasi mengembangkan sistem
pengelolaan kebun yang efektif.
f. Menyediakan pelayanan perbankan untuk para petani anggota koperasi.
Penggunaan hasil TBS
Hasil penjualan TBS digunakan untuk pembiayaan :
a. Kebutuhan rumah t