Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Kabupaten Karawang Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis.

EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI DI KABUPATEN
KARAWANG DENGAN PENDEKATAN DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

FAJAR FIRMANA

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efisiensi Teknis
Usahatani Padi Di Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang Dengan
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2016
Fajar Firmana
NIM H351150476

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis ilmiah dari penelitian kerja sama
dengan pihak luar IPB harus didasarlan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

RINGKASAN
FAJAR FIRMANA. Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Kabupaten
Karawang dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA dan AMZUL RIFIN.
Upaya peningkatan produksi padi dalam rangka memenuhi kebutuhan
beras terus dilakukan dengan harapan mampu mencapai swasembada beras secara
berkelanjutan. Efisiensi merupakan salah satu aspek penting bagi petani sebagai
alat ukur untuk pemilihan penarikan keputusan produksi terhadap alternatif yang
tersedia. Terdapat beberapa perbedaan efisiensi di tingkat usahatani, tetapi salah
satu bentuk efisiensi yang perlu diperhatikan yaitu efisiensi teknis.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk untuk mendeskripsikan keragaan
usahatani dan penggunaan input produksi padi, menganalisis efisiensi teknis

usahatani padi, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
teknis di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasai, Kabupaten Karawang.
Pengolahan dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data
yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) dan Regresi.
Di dalam melakukan kegiatan usahatani pada musim tanam 2014, rata-rata
petani responden masih belum menggunakan input sesuai dengan penggunaan
input yang dianjurkan, seperti pada penggunaan benih dan pupuk (NPK dan Urea).
Pengukuran efisiensi teknis usahatani padi dalam penelitian ini menggunakan
variabel input yang terdiri dari benih, pupuk NPK, pupuk urea, insektisida padat,
insektisida cair, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja luar keluarga.
Sedangkan, variabel output yang digunakan yaitu produksi dan produktivitas padi.
Penggunaan pupuk u rea, pupuk N PK, dan tenaga kerja memiliki nilai
input slack terbesar apabila dibandingkan dengan input-input produksi lainnya.
Petani dapat mengurangi penggunaan pupuk u rea sebanyak 19.173 k g, pupuk
NPK sebanyak 19.319 kg, dan tenaga kerja sebanyak 1.385 HOK agar usahatani
padi yang dilakukan efisien secara teknis. Upaya peningkatan efisiensi dalam
usahatani padi dapat dilakukan dengan menggunakan input-input produksi sesuai
dengan komposisi anjuran program pemerintah.
Peningkatan efisiensi teknis dalam usahatani salah satunya sangat

dipengaruhi oleh faktor sosial-ekonomi dari petani. Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai efisiensi teknis usahatani padi di Desa Kalibuaya yaitu usia,
pendidikan, penggunaan pupuk organik dan pengalaman berusahatani. Sedangkan,
variabel jumlah tanggunan keluarga dan keanggotan petani dalam program
SLPTT tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap efisiensi teknis usahatani
padi di lokasi penelitian.
Kata kunci: DEA, efisiensi teknis, padi, regresi tobit

SUMMARY
FAJAR FIRMANA. Techincal Efficiency Of Paddy Farm in Karawang
Regency with Data Envelopment Analysis Approach. S upervised by RITA
NURMALINA and AMZUL RIFIN.
Efforts to increase efficiency is important in regards to fulfill the demand of
rice, and in turns, to reach rice self-sufficiency sustainably. Efficiency is an
important aspect for farmer that can be used as a m easuring tools to make a
decision regarding production among available options. There are many different
types of efficiency on the farm businesses level, but technical efficiency is the one
important to note.
The objectives of this research is to describe the farming techniques and
the use of paddy production inputs, to evaluate the technical efficiency of paddy

farming, and to identify the factors that influence the technical efficiency of paddy
farms in Kalibuaya, Telagasari district, Karawang regency. The data used in this
research were analyzed using a qualitative and quantitative analysis. To analyzed
the data, data envelopment analysis (DEA) approach and tobit regression were
applied.
In 2014 gr owing season, farmers were not use the the right amount of
inputs as being recommended by the instructor, such as the use of seed and
fertilizer (NPK and urea). The input variables that were used to see the value of
technical efficiency of paddy farm in this research consists of seed, fertilizer
(NPK and urea), liquid insecticide, solid insecticide, family labors, and the labor
outside of the family. While the output variables that were used in this research
were the amount of production and the productivity in said growing season.
The use of Urea, NPK, and labor had the largest percentage of input slacks
when compared to the other production inputs. Farmers could reduce the use of
urea by 19.173 kg, NPK by 19.319 kg, and labor by 1.385 HOK to make the
paddy farm technically efficient. Using the right amount of inputs as
recommended by the government can improve the efficiency of paddy farm.
One of the factors that can greatly influence the improvement of farming
technical efficiency is the socio-economic factors. Factors that affecting the
technical efficiency of paddy farm in Kalibuaya Village were the age, the level of

formal education, the use of organic fertilizers, and farming experience. While the
other variables like the number of members in the household, and the membership
in program SLPTT do n ot significantly affect the technical efficiency of paddy
farm.
Keywords: DEA, paddy, technical efficiency, tobit regression

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI DI KECAMATAN
TELAGASARI KABUPATEN KARAWANG DENGAN
PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)


FAJAR FIRMANA

Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si

Penguji dari Program Studi pada Ujian Tesis

: Dr. Ir. Burhanuddin, MM


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dilakukan sejak bulan Januari hingga Maret 2016 dengan judul penelitian
Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang
Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini merupakan
penelitian lanjutan dari penelitian Firmana (2015) yang berjudul Dampak
Penerapan Program SLPTT Terhadap Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan
Telagasari Kabupaten Karawang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS dan
Dr Amzul Rifin, SP. MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran, serta Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si dan Dr. Ir. Burhanuddin,
MM selaku dosen penguji pada ujian tesis yang telah memberikan saran pada
penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Handoko dari UPTD Kecamatan
Telagasari, serta kepada seluruh petani di Desa Kalibuaya Kecamatan Telagasari
Kabupaten Karawang, yang telah membantu selama pengumpulan data. Terakhir
penulis sampaikan terima kasih atas segala doa dan dukungan kepada temanteman Program Studi Magister Sains Agribisnis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan
maupun referensi bagi penelitian selanjutnya.
Bogor, Mei 2016
Fajar Firmana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi Teknis Usahatani dengan Penggunaan Input Produksi
Efisiensi Teknis Usahatani dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) pada Beberapa Komoditas Pertanian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada Usahatani

KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Produksi dan Fungsi Produksi
Konsep Efisiensi Teknis Usahatani
Pengukuran Efisiensi dan Input Slack
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penentuan Sampel
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode Data Envelopment Analysis (DEA)
Analisis Efisiensi Teknis dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA)
Model Regresi Tobit
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis Desa Kalibuaya
Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kalibuaya
Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Kalibuaya
Kondisi Pertanian Desa Kalibuaya
Karakteristik Petani Responden

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Usahatani Padi di Desa Kalibuaya
Penggunaan Input Produksi Petani Responden Usahatani Padi di Desa
Kalibuaya
Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Desa Kalibuaya

ix
ix
ix
1
1
3
4
5
5
5
5
7
10
12

12
13
14
15
17
17
17
17
18
18
19
21
23
23
24
25
26
27
31
31
39
45

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis Usahatani Padi di
Desa Kalibuaya
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

50
54
54
55
55
59
72

DAFTAR TABEL
1 Luas panen, produktivitas, dan produksi GKG padi di Indonesia 2010
2014
2 Sebaran penduduk Desa Kalibuaya berdasarkan mata pencaharian pada
tahun 2014
3 Sebaran petani responden berdasarkan kelompok usia pada usahatani
padi di Desa Kalibuaya tahun 2014
4 Sebaran petani responden berdasarkan pendidikan terakhir pada
usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014
5 Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani pada
usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014
6 Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan garapan pada
usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014
7 Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan garapan
pada usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014
8 Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
pada usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014
9 Perhitungan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale Technical
Efficiency (CRSTE), Variable Return to Scale Technical Efficiency
(VRSTE), dan Scale Efficiency (SE)
10 Sebaran variabel ouput dan input yang digunakan oleh lima petani
responden
11 Nilai input berlebih (input slack) rata-rata dari seluruh petani responden
12 Variabel-variabel yang digunakan dalam regresi Tobit
13 Hasil regresi Tobit petani responden di Desa Kalibuaya

1
25
27
28
29
30
30
31
46
48
49
50
51

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Production frontier dan technical efficiency
Pendekatan efisiensi teknis
Kegiatan pembajakan lahan sawah
Hamparan lahan semai benih padi
Kegiatan penanaman padi di lahan sawah
Kegiatan pemupukan di lahan sawah

13
14
33
34
35
36

7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kegiatan penyemprotan di lahan sawah
Kegiatan pengairan di lahan sawah
Kegiatan panen padi di lahan sawah
Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan jumlah benih per
hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014
Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan pupuk u rea dan
pupuk NPK per hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014
Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan insektisida padat
per hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014
Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan insektisida cair per
hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014
Sebaran petani responden berdasarkan penggunaan tenaga kerja per
hektar di Desa Kalibuaya tahun 2014
Distribusi skor efisiensi pada model DEA Variable Return to Scale
(VRS) untuk masing-masing petani responden

37
38
39
40
41
42
43
44
47

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10

Kerangka pemikiran operasional Efisiensi Teknis Usahatani Padi di
Kabupaten Karawang dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis
(DEA)
Hasil perhitungan DEA Constant Return to Scale Technical Efficiency
Scores, Variable Return to Scale Technical Efficiency Scores, Scale
Efficiency, dan Return to Scale dari setiap petani responden di Desa
Kalibuaya tahun 2014
Sebaran input slack (input berlebih) dari setiap petani responden
(DMU) di Desa Kalibuaya tahun 2014
Sebaran perbandingan dari setiap petani responden (DMU) di Desa
Kalibuaya tahun 2014
Sebaran jumlah tanggungan keluarga dari petani responden yang
efisien dan tidak efisien sccara teknis
Sebaran perbandingan nilai efisiensi teknis antara petani yang
tergabung dan yang tidak tergabung dalam program SLPTT
Hasil uji perbedaan pendidikan, pengalaman usahatani, dan jumlah
tanggungan keluarga petani yang efisien dan tidak efisien secara teknis
di Desa Kalibuaya dengan uji Mann-Whitney.
Hasil uji perbedaan usia petani yang efisien dan tidak efisien secara
teknis di Desa Kalibuaya dengan uji beda T-Test.
Hasil uji perbedaan nilai efisiensi teknis petani yang menggunakan
pupuk organik dan yang tidak menggunakan pupuk organik di Desa
Kalibuaya dengan uji beda Mann-Whitney.
Hasil uji perbedaan nilai efisiensi teknis petani program SLPTT dan
petani non SLPTT di Desa Kalibuaya dengan uji beda Mann-Whitney

59

60
62
64
66
67
71
71
71
71

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya adalah bagian dari hak asasi manusia yang telah dijamin di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
komponen dasar untuk bisa mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Salah satu bahan pangan utama Indonesia adalah beras yang merupakan bahan
pangan pokok bagi hampir seluruh penduduk Indonesia. Tingkat konsumsi beras
Indonesia tahun 2014 t ermasuk tinggi apabila dibandingkan dengan negara lain
yaitu sebesar 114.8 k g per kapita per tahun (Badan Pusat Statistik 2015).
Sedangkan, tingkat konsumsi beras dunia tahun 2014 hanya sebesar 54.6 kg per
kapita per tahun (Food and Agriculture Organization 2015). Sebagai bahan pokok,
beras masih menjadi pilihan utama dibandingkan dengan bahan pangan lain
seperti jagung, ubi, sagu, dan bahan lainnya. Beras memiliki kandungan nutrisi
yang cukup baik, mudah disimpan, mudah disajikan, rasa yang enak, dan sudah
menjadi suatu budaya konsumsi bagi hampir seluruh masyarakat.
Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri pangan
meningkatkan permintaan terhadap berbagai komoditas pangan. Beras merupakan
salah satu komoditas strategis yang permintaannya meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk. Upaya peningkatan produksi padi dalam rangka
memenuhi kebutuhan beras terus dilakukan dengan harapan mampu mencapai
swasembada beras secara berkelanjutan. Berdasarkan amanah Undang-Undang
Nomor 18 T ahun 2012 tentang pangan, pemerintah berkewajiban untuk bisa
meningkatkan produksi padi nasional guna memenuhi permintaan beras dalam
negeri. Laju pertumbuhan produksi beras pada tahun 2010-2014 masih cukup
rendah yaitu 1.31 pe rsen. Produksi padi di Indonesia masih berfluaktif setiap
tahunnya, seperti pada tahun 2011 dan 2014 yang mengalami penurunan produksi
padi gabah kering giling (GKG) dari tahun sebelumnya. Berikut Tabel 1 adalah
data luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia pada tahun 2010
hingga 2014.
Tabel 1 Luas panen, produktivitas, dan produksi GKG padi di Indonesia 20102014
Tahun
Luas panen
Produktivitas
Produksi GKG
(Ha)
(Ton/Ha)
(Ton)
2010
13 253 450
5.015
66 469 394
2011
13 224 379
4.944
65 385 183
2012
13 443 443
5.136
69 045 141
2013
13 835 252
5.152
71 279 709
2014
13 570 000
5.149
69 871 000
Laju (%/th)
0.61
0.68
1.31
Sumber: Badan Pusat Statistik (2015).

Penurunan produksi padi Indonesia terjadi di wilayah Pulau Jawa, tidak
untuk di luar Pulau Jawa. Salah satu provinsi sebagai penghasil padi di Pulau
Jawa yang juga mengalami penurunan produksi yaitu Jawa Barat. Produksi padi
Provinsi Jawa Barat tahun 2014 mencapai 11 644 899 ton GKG setara 6 955 070
ton atau turun 3.63 persen dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi tersebut
disebabkan karena total luas panen padi pada tahun 2014 m engalami penurunan
sebesar 50 092 he ktar atau turun sebesar 2.47 p ersen dibandingkan tahun 2013
(Bada Pusat Statistik Jawa Barat 2015). Penurunan luas panen padi disebabkan
oleh beberapa hal, seperti mundur tanam, musim kemarau, dan konversi lahan
pertanian.
Upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu menambah luas lahan (ekstensifikasi), adanya terobosan teknologi baru
dengan pengoptimalan luas lahan yang ada (intensifikasi), dan peningkatan
efisiensi teknis dalam hal penggunaan sumberdaya yang ada (Brazdik 2006).
Upaya peningkatan produksi melalui program ekstensifikasi akan sulit dilakukan
karena semakin terbatasnya penyediaan lahan pertanian produktif dan tingginya
konversi lahan ke non pertanian di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di
daerah Kabupaten Karawang. Upaya peningkatan produksi melalui terobosan
teknologi baru akan baik dilakukan, tetapi perlu didukung dengan karakteristik
petani, a kses modal usaha, dan skala usahatani. Selain itu, petani umumnya
cenderung kembali menggunakan teknologi yang sederhana apabila kegiatan
pelayanan dan pembinaan tidak dilakukan secara optimal (Supadi 2006). Upaya
peningkatan produksi melalui efisiensi teknis saat ini menjadi alternatif yang
penting, karena dapat meningkatkan hasil output potensial pada petani (Kusnadi et
al .2011). Upaya peningkatan efisiensi teknis dengan penggunaan sumberdaya
yang ada diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan menekan biaya
usahatani, sehingga pendapatan petani mengalami peningkatan.
Peningkatan efisiensi usahatani dapat dipengaruhi oleh faktor internal,
faktor eksternal, dan faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan input.
Faktor internal merupakan faktor yang dapat dikendalikan berkaitan dengan
kapabilitas manajerial petani dalam melakukan usahatani, seperti usia petani,
tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan
keterlibatan petani dalam lembaga pertanian. Kapabilitas manajerial petani
memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan usahatani karena
mempengaruhi dalam hal aplikasi yang dilakukan pada usahatani dan cara
pengambilan keputusan yang tepat. Kapabilitas manajerial yang baik tercemin
dari hasil output yang dihasilkan pada saat panen dengan penggunaan input yang
tepat. Penggunaan input yang tepat seperti jenis input, jumlah input, kualitas dan
mutu input, kombinasi penggunaan input-input, waktu penggunaan input, serta
cara pengaplikasian input.
Berdasarkan uraian tersebut, upaya peningkatan produksi padi di Indonesia
khususnya di Jawa Barat melalui efisiensi teknis menjadi penting untuk
diperhatikan. Tingkat efisiensi teknis usahatani padi salah satunya dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial-ekonomi petani dan penggunaan input produksi, dimana
hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat penerimaan, tingkat
pengeluaran, serta tingkat pendapatan usahatani padi.

Perumusan Masalah
Permintaan beras di Indonesia masih terus meningkat seiring dengan
permintaan untuk konsumsi akhir oleh rumah tangga, permintaan non rumah
tangga (industri pengolahan dan hotel-restoran) dan tingginya laju pertumbuhan
penduduk. Disisi lain, saat ini dengan adanya perubahan iklim yang menjadi lebih
ekstrim akibat pemanasan global, akan berdampak pada terganggunya proses
produksi padi. Hal lain yang mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan
input produksi yang belum efisien dan keterbatasan petani dalam mengakses
modal. Keterbatasan modal menyebabkan usahatani padi yang dilakukan oleh
petani tidak banyak mengikuti anjuran penyuluh dan mempengaruhi keputusan
petani dalam melakukan aktivitas usahataninya.
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang
merupakan sentra produksi padi, dimana total produksi padi tahun 2014 sebesar 1
435 012 t on dengan persentase sebesar 9.85 pe rsen dari total produksi padi di
Jawa Barat. Sebagai sentra produksi padi, produktivitas padi di Kabupaten
Karawang masih bersifat fluktuatif karena terjadi penurunan produktivitas pada
tahun 2012 dan 2014 masing-masing sebesar 0.21 ton/ hektar dan 0.28 ton/ hektar
dari tahun sebelumnya (Dinas Pertanian Jawa Barat 2015).
Desa Kalibuaya merupakan salah satu desa sentra produksi di Kabupaten
Karawang. Namun produktivitas rata-rata yang dihasilkan oleh petani di Desa
Kalibuaya tidak dapat mencapai target, dimana pada musim tanam kering II 2014
produktivitas yang dihasilkan hanya sebesar 6.56 ton/ hektar. Sedangkan, target
produktivitas padi yang ingin dicapai yaitu sebesar 7.00 - 7.50 ton/ hektar. Hal ini
terjadi karena terdapat variasi produktivitas padi diantara masing-masing petani di
Desa Kalibuaya. Penarikan keputusan produksi seringkali menjadi keharusan bagi
petani mengingat dalam aktivitas usahatani seringkali terjadi kesenjangan (gap)
produktivitas, antara produktivitas yang seharusnya dengan produktivitas yang
dihasilkan. Variasi pada produktivitas padi per hektar di Desa Kalibuaya diduga
karena adanya perbedaan tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dalam
melakukan usahatani padi, seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.
Petani di Desa Kalibuaya telah diberikan beberapa komponen penggunaan
input yang dianjurkan oleh penyuluh. Namun, pada umumnya penggunaan input
yang digunakan sesuai dengan pertimbangan pada masing-masing petani.
Sehingga, umumnya terjadi variasi penggunaan input pada masing-masing petani
di Desa Kalibuaya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan penggunaan
faktor-faktor produksi (input) dalam melakukan kegiatan usahatani padi agar
produktivitas usahatani padi di Desa Kalibuaya dapat meningkat.
Penggunaan input yang tidak sesuai dengan anjuran dapat terlihat pada
rata-rata penggunaan input produksi dari petani responden seperti benih, pupuk
urea, dan pupuk NPK. Penggunaan beberapa input sesuai dengan yang dianjurkan
oleh penyuluh yaitu benih sebesar 20 kg/ hektar, pupuk urea 200 kg/ hektar, dan
pupuk NPK 200 k g/ hektar (Kementrian Pertanian 2014). Sementara rata-rata
penggunaan input yang digunakan oleh petani responden di Desa Kalibuaya yaitu
benih sebesar 22.07 kg/ hektar, pupuk u rea 226.64 kg/ hektar, dan pupuk NPK
sebesar 216.71 kg/ hektar (Firmana 2015).
Faktor penentu tingkat efisiensi teknis usahatani padi dipengaruhi juga
oleh faktor sosial ekonomi. Terdapat beberapa faktor sosial ekonomi dari petani

responden yang diduga sebagai penentu tingkat efisiensi teknis usahatani yaitu
usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga,
dan keanggotaan petani dalam program pertanian. Salah satu faktor tingkat
efisiensi teknis di Desa Kalibuaya seperti usia petani merupakan faktor internal
yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan petani dalam hal adopsi inovasi.
Namun, penduduk sebagai generasi muda yang ada di Desa Kalibuaya tidak
banyak untuk menjadi seorang petani, dimana sebesar 60.00 persen rata-rata usia
petani berada di atas usia 45 tahun. Selanjutnya, keanggotaan petani Desa
Kalibuaya dalam program pertanian yaitu program SLPTT (Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu) merupakan upaya penerapan komponen teknologi
usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi,
sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi. Selama satu tahun pertama
pada tahun 2008 alokasi luas lahan program SLPTT Desa Kalibuaya berada pada
tahap pengembangan, namun tahun selanjutnya hingga saat ini alokasi luas lahan
sudah berada pada tahap pemantapan karena produktivitas yang dihasilkan lebih
besar dari rata-rata produktivitas provinisi. Namun, pelaksanaan program SLPTT
di Desa Kalibuaya belum bekerja secara optimal karena tingginya persentase
petani yang tidak menerapkan komponen teknologi anjuran program SLPTT
(Firmana 2015).
Apabila petani memiliki kemampuan kapabilitas manajerial yang baik
maka akan terlihat dari penggunaan input dan ouput yang dihasilkan karena petani
tersebut dapat mengelola usahatani dengan tingkat efisien yang tinggi. Selain itu,
kapabilitas manajerial petani dapat terlihat dari kemampuan petani dalam hal
memperoleh pengetahuan dan informasi terkait dengan mengelola usahatani padi.
Pengetahuan dan informasi seperti penggunaan kombinasi input dan inovasi
penerapan teknologi dapat diperoleh melalui sekolah lapang, penyuluhan,
pelatihan, petani lain, media, maupun sumber informasi lainnya. Penggunaan
faktor-faktor produksi dalam budidaya padi serta kemampuan manajerial yang
berasal dari diri petani melalui faktor-faktor sosial-ekonomi akan mempengaruhi
efisiensi teknis petani di dalam melakukan usahatani padi. Analisis efisiensi teknis
bertujuan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan input-input produksi dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani
padi di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana keragaan dan penggunaan input produksi usahatani padi di
Kabupaten Karawang?
2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten Karawang?
3. Faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi
di Kabupaten Karawang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini antara

lain:
1. Mendeskripsikan keragaan dan penggunaan input produksi usahatani padi di
Kabupaten Karawang.

2. Menganalisis efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten Karawang.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani
padi di Kabupaten Karawang.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat dari hasil penelitian ini
antara lain:
1. Memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam hal analisis
efisiensi teknis usahatani dengan pendekatan yang digunakan (Data
Envelopment Analysis dan Model Tobit).
2. Memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait pada penelitian ini
seperti BP3K Kecamatan Telagasari, UPTD Kecamatan Telagasari, dan
petani. Penelitian ini dapat sebagai informasi dan pengetahuan yang penting
dalam hal upaya meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan
usahatani padi.
3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai rujukan untuk melanjutkan
penelitian yang terkait maupun sebagai tambahan informasi dan pengetahuan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian berjudul Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Kabupaten
Karawang dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis ini fokus pada bahasan
mengenai efisiensi teknis usahatani padi yang dibatasi dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi teknis. Analisis efisiensi teknis usahatani digunakan
dengan pendekatan Data Envelopment Analysis, sedangkan analisis faktor-faktor
efisiensi teknis dengan model regresi tobit. Penelitian ini tidak membahas
mengenai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi. Penelitian ini merupakan
penelitian lanjutan dari penelitian Firmana (2015) yang berjudul Dampak
Penerapan Program SLPTT Terhadap Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan
Telagasari Kabupaten Karawang. Data yang digunakan merupakan data yang
diambil pada penelitian Firmana (2015) yaitu petani responden yang melakukan
kegiatan usahatani padi pada musim tanam kering II tahun 2014.

TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi Teknis Usahatani dengan Penggunaan Input Produksi
Kegiata usahatani merupakan cara petani untuk bisa mengelola faktorfaktor produksi (lahan, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, b enih, dan
pestisida) dengan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien, sehingga dapat
menghasilkan produksi dan dapat meningkat pendapatan pada waktu tertentu
(Birachi et al. 2011). Usahatani yang efektif adalah petani dapat mengalokasikan

sumberdaya yang dimiliki dengan baik. Sedangkan, usahatani yang efisien adalah
pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki dapat menghasilkan jumlah keluaran
(output) yang melebihi jumlah masukan (input).
Produksi padi yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh penggunaan input
yang dilakukan oleh petani (lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) pada
tingkat teknologi tertentu. Hal ini sesuai dengan penelitian Dhungana et al. (2004)
dan Mahananto et al. (2009), dimana untuk menghasilkan usahatani padi dengan
produksi yang tinggi, maka diperlukan kombinasi antara penggunaan input
produksi dan teknologi yang tepat. Upaya peningkatan produksi padi yang ada di
Indonesia melalui program ekstensifikasi sepertinya akan sulit dilakukan, karena
pada saat ini terbatasnya lahan pertanian produktif dan semakin besarnya konversi
lahan pertanian (Kusnadi et al. 2011). Alih fungsi lahan pertanian menjadi salah
satu penyebab berkurangnya lahan khususnya lahan padi. Keadaan ini sejalan
dengan pertumbuhan penduduk, kegiatan industri, perhubungan, dan bencana
alam sehingga dipandang dapat memberdayakan lahan-lahan yang tidak
berproduktif optimal. Salah satu solusi yang tepat untuk bisa meningkatkan
produsi padi di Indonesia yaitu melalui efisiensi teknis usahatani yang dilakukan
oleh petani. Efisiensi teknis usahatani adalah kemampuan relatif dari usahatani
untuk memperoleh output maksimal dengan menggunakan input tertentu pada
tingkat teknologi tertentu (O’raye et al. 2012).
Efisiensi teknis usahatani padi di Indonesia seharusnya dapat ditingkatkan
lagi agar produksi menjadi lebih tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan
konsumen dalam negeri. Berdasarkan beberapa penelitian (Purnomo 2006; Sari
2010; Kurniawan 2010; dan Stephanie 2012), menunjukkan bahwa penggunaan
input produksi padi (benih, pupuk, pe stisida, dan tenaga kerja) yang dilakukan
oleh beberapa petani di Indonesia masih bersifat inefisiensi teknis. Dibutuhkan
kombinasi penggunaan input yang tepat oleh petani, karena setiap faktor input
tersebut akan berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis usahatani.
Hal yang harus dilakukan oleh petani agar lahan garap dapat menghasilkan
produksi yang tinggi, yaitu dengan mengetahui pengukuran tingkat keasaman
tanah atau ukur pH sehingga mampu melukan pemupukan yang berimbang
dengan peralatan yang sederhana dan praktek yang terkoordinasi (Patil 2012).
Pemupukan berimbang memiliki tujuan untuk menambah zat-zat dan unsur makan
yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah, karena kandungan kandungan zat
hara N, P, K dalam tanah berbeda-beda (Chaturvedi 2005). Selain kandungan zat
hara yang harus seimbang, faktor waktu dan kualitas penggunaan pupuk harus
diperhatikan oleh petani. Permasalahan umum di Indonesia apabila terjadi
kenaikan harga dan kelangkaan pada input produksi, maka waktu dan kualitas
input yang digunakan oleh petani tidak sesuai dengan anjuran. Pemerintah
diharapkan dapat membantu petani agar akses terhadap input produksi selalu
terpenuhi dengan kualitas yang terbaik, seperti program bantuan subisidi (Brazdik
2006).
Pemanfaatan lahan harus didukung dengan penggunaan varietas benih padi
yang tepat sehingga padi dapat tumbuh dengan baik dan toleran terhadap kondisi
lingkungan. Varietas benih yang banyak digunakan pada usahatani padi di Jawa
Barat adalah Ciherang dan Mekongga dengan persentase masing-masing sebesar
46.51 persen dan 19.28 persen (Suprihatno et al. 2014). Penggunaan benih
ciherang dan mekongga banyak digunakan oleh petani di Indonesia khususnya

Jawa Barat, karena memiliki keunggulan tahan terhadap hama dan penyakit serta
baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah (Brennan dan Arelene 2011).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmud et al. (2010) bahwa
keunggulan benih tersebut dibandingkan benih lain dalam hal jumlah anakan per
rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai dan jumlah hasil
gabah kering giling.
Kegiatan perawatan dalam budidaya padi yaitu upaya pemberantasan
hama dan penyakit tanaman dengan mengunakan pestisida atau obat-obatan.
Bedasarkan penelitian Firmana (2015) dan Ariyono et al. (2011), umumnya petani
di Kabupaten Karawang tidak banyak memperhatikan faktor ekologi yang dapat
menimbulkan kerugian dan keseimbangan lingkungan. Sedangkan, Luo et al.
(2014) dan Agustono (2004) membuktikan bahwa penggunaan pestisida alami
yang dibuat dengan baik akan memiliki banyak manfaat bagi petani seperti
mengurangi dampak buruk bagi lingkungan, memberikan kualitas padi yang sehat,
meningkatkan inovasi bertani, mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan
dan dapat mengurangi penggunaan biaya.
Pada umumnya, penggunaan input produksi yang lebih besar
dibandingkan dengan input produksi lainnya yaitu tenaga kerja. Penelitian yang
dilakukan Amandasari (2014), Purnomo (2006), dan Dhungana et al. (2004)
menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja terutama tenaga kerja luar keluarga
memiliki persentase terbesar pada penggunaan input apabila dibandingkan dengan
input-input produksi lainnya. Penyebab tingginya penggunaan tenaga kerja luar
keluarga, karena rendahnya kontribusi yang diberikan oleh anggota dalam
keluarga untuk membantu kegiatan usahatani.
Efisiensi Teknis Usahatani dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) pada Beberapa Komoditas Pertanian
Konsep pengukuran tingkat efisiensi untuk bisa memperoleh suatu frontier
yang akurat dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan parametrik
dan non pa rametrik. Pendekatan parametrik terdiri dari pendekatan parametrik
deterministik dan parametrik stokastik. Sedangkan, pendekatan non pa rametrik
salah satunya yaitu metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang didasarkan
pada linear programming. Pada awalnya DEA dikembangkan sebagai pengukuran
suatu kinerja dan pada saat ini aplikasi DEA telah digunakan sebagai pengukuran
pada berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan berbagai kegiatan operasional
(Cooper et al. 2004). Pendekatan non parametrik lain yang telah banyak dilakukan
adalah pendekatan Total Factor Productivity. Tingkat produktivitas dapat
digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur besarnya dampak
keterbatasan teknologi terhadap kinerja sektor melalui Total Factor Productivity
(Mayashinta dan Firdaus 2013).
Alternatif lain untuk melakukan pengukuran efisiesi dengan menggunakan
frontier parametrik deterministik, frontier statistik deterministik, frontier statistik
stokastik tanpa adanya unsur risiko, frontier statistik stokastik dengan adanya
unsur risiko, dan penggunaan frontier statistik stokastik dengan adanya nilai
keberlanjutan (Saptana 2012). Frontier statistik deterministik mempunyai
kelemahan dengan tidak mempertimbangkan kemungkinan bahwa kinerja

usahatani dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang berada di luar
kontrol petani (Mohammed et al. 2013). Sementara itu, kelamahan pendekatan
fungsi produksi parametrik stokastik adalah menghendaki secara eksplisit bentuk
fungsi yang menggambarkan teknologi yang ada, membutuhkan asumsi mengenai
distribusi inefisiensi, dan tidak dapat menganalisis kasus multi output (Coelli et al.
2005)
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dapat mengukur efisiensi
kinerja dengan menggunakan input dan output pada suatu usaha yang memiliki
input dan output yang sama dengan pembobotan pada variabel yang digunakan.
Terdapat beberapa kelebihan dari penggunaan DEA yaitu tidak membutuhkan
banyak asumsi dalam bentuk fungsional sehingga membutuhkan lebih sedikit
penggunaan variabel dibandingkan dengan frontier approach (Krascachat 2004).
Kelebihan pendekatan DEA selanjutnya adalah dapat mengidentifikasi unit yang
digunakan sebagai referensi yang berguna untuk mencari sebab akibat dari
ketidakefisienan (Amandasari 2014). Hal ini dibuktikan oleh Heidari et al. (2011)
pada penelitiannya di Iran mengenai efisiensi teknis peternakan ayam. Metode
DEA memberikan hasil sebaran input berlebih (input slack), dimana terdapat
beberapa petani melakukan penggunaan input produksi yang berlebih dan dinilai
masih kurang apabila dibandingkan dengan petani yang relatif efisien.
Kelebihan DEA lainnya apabila dibandingkan dengan pendekatan
parametrik adalah tidak membutuhkan spesifikasi yang lengkap dari bentuk fungsi
yang menunjukkan hubungan antara produksi dan distribusi. Namun, secara
umum tidak ada perbedaan yang cukup signifikan hasil dari estimasi efisiensi
teknis antara pendekatan parametrik dan non parametrik (Amandasari 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Juan et al. (2004) mengenai efisiensi teknis
perikanan di Teluk Cadiz, Spanyol relatif tidak efisien, baik dihitung dengan
pendekatan parametrik (Distribution Free Approach and Stochastic Frontier
Approach) maupun non parametrik (Data Envelopment Analysis). Selain itu,
Iraizoz et al. (2003) juga membuktikan bahwa produksi pada komoditas tomat dan
asparagus di Navarra, Spanyol relatif tidak efisien, baik dihitung dengan
pendekatan parametrik (Stochastic Frontier Approach) maupun non parametrik
(Data Envelopment Analysis). Oleh sebab itu, penggunaan salah satu pendekatan
metode untuk menganalisis efisiensi teknis disesuaikan dengan tujuan dan data
dari suatu penelitian (Imam et al. 2008). Dalam melakukan analisis efisiensi
teknis dengan metode DEA, nilai efisiensi teknis yang diperoleh dari hasil
perhitungan tidak dapat ditarik kesimpulan secara umum tetapi merupakan nilai
efisiensi relatif.
Tujuan umum penggunaan analisis DEA adalah membuat model analisis
kombinasi dari semua variabel input yang digunakan dan output yang dihasilkan,
sehingga dapat menghasilkan indeks efisiensi agregat tunggal. Oleh sebab itu,
variabel yang digunakan dalam menggunakan metode DEA adalah variabel
mempunyai peran penting bagi petani terhadap kegiatan usahatani yang dilakukan.
Penelitian efisiensi teknis dengan pendekatan metode DEA pada peternakan sapi
perah di Irlandia menggunakan beberapa variabel input, yaitu luas lahan, jumlah
sapi, tenaga kerja, kuantitas fisik konsentrat, pupuk, oba t-obatan dan total input
lainnya. Sedangkan variabel output yang digunakan yaitu jumlah ahsil susu dan
ouput lainnya seperti penjualan sapi dan pakan ternak (Kelly et al. 2012).
Sedangkan penelitian efisiensi teknis peternakan ayam broiler di Iran (Heidari et

al. 2011) menggunakan korelasi antara input (tenaga kerja, obat-obatan, pakan
ternak, FE, dan anak ayam) dan ouput (produksi ayam).
Hal yang berbeda dilakukan pada penelitian efisiensi teknis usahatani padi
oleh Stephanie (2012), dimana tidak menggunakan salah satu input produksi yaitu
pestisida sebagai variabel input. Akan mudah menganalisis sebaran input slack
dan atau ouput slack pada responden dengan metode DEA, apabila dapat
melakukan penentuan variabel input dan ouput yang tepat. Tetapi, peneliti dapat
menfokuskan perhitungan pada salah satu penilaian saja, dengan asumsi model
DEA hanya berorientasi input, hanya berorientasi ouput, atau keduanya.
Penelitian yang berorientasi pada input dilakukan Kelly et al. (2012), Heidari et al.
(2011), Amandasari (2014), Brazdik (2006). Sedangkan, Lin (2003) dan Utama et
al (2013) asumsi yang digunakan pada penilitiannya yaitu berorientasi pada input
dan output.
Perbedaan antara orientasi input dan output pada model DEA hanya terletak
pada ukuran yang digunakan dalam menentukan efisiensi yaitu dari sisi input dan
output, namun semua model apapun orientasinya, akan mengestimasi frontier
(batasan) yang sama (Cooper et al. 2004). DEA adalah formulasi program linear
yang mendefinisikan hubungan antara non p arametrik beberapa output dan
beberapa input dengan membangun perbatasan (frontier) efisiensi. Selain itu,
DEA sebagai pendekatan deterministik menggabungkan gangguan (noise) sebagai
bagian dari skor efisiensi. Berdasarkan penelitian Kelly et al. (2012), Heidari et al.
(2011), Lin (2003), pendekatan DEA memiliki beberapa perbedaan di antara
frontier analysis lainnya. Pendekatan DEA berfokus pada pengamatan individu,
dan pembentukan batas efisien setelah optimasi untuk setiap pengamatan. DEA
tidak memerlukan pengenaan bentuk fungsional tertentu yang mengkaitkan
variabel independen dengan variabel dependen, dan juga asumsi tertentu tentang
distribusi error terms. DEA juga dapat menangani beberapa output (multi output)
pada saat yang sama, menghasilkan nilai efisiensi dan juga slack results.
Pendekatan dengan menggunakan DEA akan diperoleh keterangan yang
menunjukkan kecenderungan tren pada responden penelitian (petani). Model DEA
CRS (constant return to scale) dan DEA VRS (variable return to scale)
digunakan untuk menentukan kecenderugan tren pada responden penelitian
(petani) tergolong pada increasing return to scale (IRS), decreasing return to
scale (DRS), atau constant return to scale (CRS). Hasil pada penelitian efisiensi
teknis usahatani yang dilakukan oleh Marfin et al. (2015), O’raye et al. (2012),
Dhunganan et al. (2004), dan Amandasari (2014), dimana diperoleh petani yang
berada pada posisi IRS, DRS, dan CRS. Petani pada posisi increasing return to
scale (IRS) yaitu peningkatan output lebih besar daripada peningkatan input
produksi. Sedangkan, petani pada posisi decreasing return to scale (DRS) yaitu
peningkatan output lebih kecil daripada peningkatan input produksi. Selanjutnya,
petani pada posisi constant return to scale (CRS) yaitu peningkatan output dan
input produksi sebanding.
Pendekatan DEA banyak dilakukan untuk melihat efisiensi teknis dari
tanaman pangan padi dengan asumsi penggunaan nilai efisiensi teknis sebesar 1.0
(Stephanie 2012; Purnomo 2006; Linh 2007; dan O’raye et al. 2012). Asumsi nilai
efisiensi teknis sebesar 1.0 bagi petani responden yang efisien secara teknis.
Sedangkan, petani responden yang memiliki nilai efisiensi teknis kurang dari 1.0
merupakan petani yang tidak efisien secara teknis. Penelitian efisiensi teknis

usahatani padi yang dilakukan Purnomo (2006) di Jawa Tengah memiliki nilai
rataan yang rendah yaitu sebesar 0.33 di musim kemarau dan 0.28 di musim hujan.
Hal ini berbeda jauh dengan nilai rataan efisiensi teknis padi yang dilakukan
Stephanie (2012) di Jawa Barat yaitu sebesar 0.87 dengan nilai terendah sebesar
0.60. Perbedaan nilai tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan waktu
penelitian dan lokasi penelitian.
Pendeketan DEA terkait efisiensi teknis usahatani padi tidak hanya
dilakukan di Indonesia, terdapat beberapa penelitian di luar Indonesia seperti
usahatani padi di Vietnam (Linh 2007), Nepal (Dhungana et al. 2004), dan
Nigeria (O’raye et al. 2012). P ada penelitian usahatani padi di Vietnam (Linh
2007) nilai rataan efisiensi teknis sebesar 0.70 dengan nilai terendah sebesar 0.2.
Penelitian ini menunjukkan bahwa seharusnya petani dapat menurunkan jumlah
input sebesar 47.5 persen untuk bisa menghasilkan jumlah output yang sama.
Penelitian efisiensi teknis padi di Nepal (Dhungana et al. 2004) memiliki
nilai rataan efisiensi teknis usahatani padi sebesar 0.70 dengan nilai terendah
sebesar 0.41. P enelitian ini menunjukkan bahwa seharusnya petani dapat
menurunkan jumlah input sebesar 34 pe rsen untuk bisa menghasilkan jumlah
output yang sama. Penelitian efisiensi teknis padi di Nigeria (O’raye et al.2012)
dilakukan pada dua sistem pengairan yang berbeda yaitu dengan irigasi dan tadah
hujan. Pada sistem pengairan irigasi nilai rata-rata efisiensi teknis sebesar 0.78.
Sedangkan pada sistem pengairan tadah hujan nilai rata-rata efisiensi teknis
sebesar 0.59. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, pengunaan input yang
mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi yaitu lahan, benih, pupuk ki mia,
pupuk organik, pestisida dan obat-obatan lainnya serta tenaga kerja (tenaga kerja
dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada Usahatani
Efisiensi teknis pada usahatani merupakan kemampuan petani untuk
mendapatkan output maksimum dari penggunaan suatu input atau dapat juga
diartikan sebagai kemampuan petani untuk memproduksi pada tingkat output
tertentu dengan menggunakan input minimum pada tingkat teknologi tertentu
(Saptana 2012). Petani akan lebih efisien secara teknis dari petani lainnya, apabila
secara konsisten dapat menghasilkan produk yang lebih tinggi dengan penggunaan
faktor produksi yang sama (Lau dan Yotopoulus 1971). Efisiensi teknis pada
usahatani berhubungan dengan kapabilitas manajerial dalam melakukan kegiatan
usahatani dan faktor sosial ekonomi dari petani. Kapabilitas manajerial
merupakan kemampuan dalam hal tingkat penguasaan teknologi dan memilih
penggunaan input yang tepat, seperti, jenis input, jumlah input, kombinasi input,
kualitas input, waktu penggunaan input, dan cara mengaplikasikan.
Penelitian mengenai pengaruh karakteristik manajemen terhadap efisiensi
teknis usahatani gandum oleh Wilson et al. (2001) membuktikan bahwa petani
yang dapat memiliki pengalaman lebih lama dalam melakukan usahatani akan
berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis. Hal ini disebabkan petani mampu
mengelola kegiatan usahatani dengan memiliki kemampuan belajar membaca
kondisi dari setiap kejadian yang telah terjadi pada waktu sebelumnya. Terdapat
beberapa cara bagi petani untuk bisa menigkatkan kemampuan manajerial dalam

berusahatani seperti mengikuti program penyuluhan, memiliki akses modal yang
baik dan memiliki kelembagaan pertanian (kelompok tani). Penelitian usahatani
padi yang dilakukan oleh Geta et al. (2013) menunjukkan bahwa program
penyuluhan dan pelatihan dari lembaga pertanian (kelompok tani) akan
berpengaruh terhadap kombinasi penggunaan input yang dilakukan oleh petani.
Petani akan mendapatkan pengetahuan dan informasi yang lebih baik karena akses
informasi menjadi lebih mudah didapatkan. Apabila petani dapat melakukan
kombinaasi penggunaan input yang tepat dengan adanya penerapan inovasi
komponen teknologi, maka akan meningkatkan efisiensi teknis usahatani
(Stephanie 2012).
Kualitas sumber daya manusia (SDM) pada petani merupakan faktor
internal yang penting, karena semakin baik kualitas SDM petani maka semakin
baik kemampuan mengadopsi teknologi, mengelola usahatani, dan pengambilan
keputusan yang tepat. Faktor-faktor seperti umur, pendidikan formal dan informal,
program pertanian, keanggotaan dalam kelompok tani, pengalaman dan
keterampilan berusahatani, serta jumlah tanggungan keluarga merupakan
beberapa indikator penting sebagai faktor penetu tingkat efisiensi usahatani.
Penelitian Kadiri et al. (2014) dan Amandasari (2014) menujukkan bahwa petani
dengan tingkat pendidikan yang rendah dan petani dengan jumlah tanggungan
keluarga yang banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan input yang tidak
sesuai dengan anjuran. Apabila petani melakukan penggunaan input yang tidak
tepat maka akan terjadi inefisiensi teknis usahatani. Dhungana et al. (2004), Tun
(2015), dan Balcombe et al. (2005) menambahkan bahwa selain tingkat
pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga, terdapat faktor lain yang memiliki
hubungan positif dan nyata terhadap efisiensi usahatani seperti usia, status
perkawinan, penggunaan tenaga kerja, keanggotaan dalam kelompok tani, dan
pekerjaan lain yang dilakukan oleh petani.
Metode DEA memiliki beberapa kekurangan, salah satunya tidak dapat
menghitung faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi teknis. Namun, hal
ini dapat diatasi dengan melakukan beberapa alternatif model, seperti model
regresi tobit. Pada beberapa kasus penelitian efisiensi teknis dengan pendekatan
DEA, model regresi tobit menjadi pilihan utama yang digunakan untuk
menghitung faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi (Dhungana et al. 2004;
Davidova dan Laure 2003; Henderson dan Ross 2002; dan Tipi et al. 2009;
Oladimeji dan Abdulsalam 2013). Variabel sosial-ekonomi mempunyai pengaruh
terhadap variabel keputusan manajemen seorang petani. Keputusan manajerial
menentukan kemampuan seorang petani untuk bisa memilih kombinasi
penggunaan input dan pola output yang tepat. Variabel sosial-ekonomi yang
umumnya digunakan pada kasus penelitian tingkat efisiensi pada beberapa
komoditi pertanian yaitu usia, pengalaman dan spesialisasi, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, keanggotaan petani dalam kelompok tani, ukuran
luas lahan usahatani, penggunaan terhadap pelayanan dan penyuluhan,
aksesbilitas terhadap kelembagaan pertanian, pendapatan, ketersediaan dan akses
terhadap irigasi sawah, serta rotasi tanaman.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Produksi dan Fungsi Produksi
Teori produksi merupakan bagaimana sesorang (petani) dalam tingkat
teknologi tertentu mampu mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi
untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu dengan seefisien mungkin. Menurut
Soekartawi et al. (2002) dan Shinta (2011) penekanan proses produksi dalam teori
produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang mengkombinasikan berbagai
macam masukan (input) untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Dalam
proses produksi ini, barang atau jasa lebih memiliki nilai tambah atau guna.
Hubungan seperti ini terdapat dalam suatu fungsi produksi.
Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara input dengan output,
dimana hubungan ini menunjukkan bahwa output sebagai fungsi dari input.
Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan
(Y) yaitu jumlah produksi yang dihasilkan, dengan variabel yang menjelaskan (X)
yaitu faktor produksi yang digunakan, serta mampu mengetahui hubungan antar
variabel penjelasnya. Misal, Y adalah produksi dan Xi adalah input i, maka
besarnya Y akan tergantung dengan besarnya X 1 , X 2 , X 3 , ...., X n yang digunaka