Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Jawa Dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (Dea).

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI DI JAWA DAN LUAR
JAWA : PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

JUNI HESTINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul “Analisis Efisiensi
Teknis Usahatani Padi di Jawa dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016
Juni Hestina
NRP H351120261

RINGKASAN
JUNI HESTINA. Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa dan Luar Jawa :
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Dibimbing oleh RITA
NURMALINA dan SUHARNO.
Upaya peningkatan produksi padi dalam rangka memenuhi kebutuhan
beras terus dilakukan dengan harapan mampu mencapai swasembada beras secara
berkelanjutan. Efisiensi merupakan salah satu aspek penting bagi petani sebagai
alat ukur untuk pemilihan penarikan keputusan produksi terhadap alternatif yang
tersedia. Terdapat beberapa perbedaan efisiensi di tingkat usahatani di Jawa dan
luar Jawa, tetapi salah satu bentuk efisiensi yang perlu diperhatikan yaitu efisiensi
teknis. Produktivitas padi di Jawa dan luar Jawa masih dibawah target
produktivitas nasional sebesar 6 Ton per ha, dimana produktivitas padi di Jawa
pada tahun 2014 sebesar 56.09 ku/ha sedangkan luar Jawa 43.27 ku/ha. Selain
capaian produktivitas yang belum maksimal, penggunaan input berlebih dan
kurang untuk beberapa input produksi masih ditemukan dalam aplikasi di lapang
baik di Jawa maupun luar Jawa.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk untuk mendeskripsikan keragaan
usahatani dan penggunaan input produksi padi, menganalisis efisiensi teknis
usahatani padi, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
teknis di Jawa dan luar Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder
PATANAS (Panel Petani Nasional) yang telah dilakukan oleh Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2010. Data yang digunakan disesuaikan
dengan variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
Pengolahan dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
analisis kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis
data yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) dan Regresi Tobit. Di dalam
melakukan kegiatan usahatani rata-rata petani responden masih belum
menggunakan input sesuai dengan penggunaan input yang dianjurkan, seperti
pada penggunaan benih dan pupuk (urea dan NPK). Pengukuran efisiensi teknis
usahatani padi dalam penelitian ini menggunakan variabel input yang terdiri dari
benih, pupuk urea, pupuk NPK, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja luar
keluarga. Sedangkan, variabel output yang digunakan yaitu produksi dan
produktivitas padi. Penggunaan input produksi di Jawa dan luar Jawa memiliki
nilai input slack. Petani di Jawa dapat mengurangi penggunaan benih 3.177 kg,
pupuk urea sebanyak 6.746 kg, pupuk NPK sebanyak 14.961 kg, dan tenaga kerja
dalam keluarga sebanyak 3.831 HOK dan tenaga kerja luar keluarga 3.621 HOK

sedangkan petani di luar Jawa dapat mengurangi penggunaan benih 1.818 kg,
pupuk urea sebanyak 32.367 kg, pupuk NPK sebanyak 6.01 kg, dan tenaga kerja
dalam keluarga sebanyak 7.117 HOK dan tenaga kerja luar keluarga 8.805 HOK
agar usahatani padi yang dilakukan efisien secara teknis. Upaya peningkatan
efisiensi dalam usahatani padi dapat dilakukan dengan menggunakan input-input
produksi sesuai dengan komposisi anjuran program pemerintah.
Peningkatan efisiensi teknis dalam usahatani salah satunya sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial-ekonomi dari petani. Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai efisiensi teknis usahatani padi di Jawa yaitu pendidikan,
Kelompok Tani, dan tanggungan keluarga. Sedangkan variabel usia, penyuluhan,

dan akses lembaga keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
efisiensi teknis usahatani padi di lokasi penelitian.Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai efisiensi teknis usahatani padi di luar Jawa yaitu usia,
pendidikan,dan Kelompok Tani. Sedangkan variabel tanggungan dalam keluarga,
penyuluhan, dan akses lembaga keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap efisiensi teknis usahatani padi di lokasi penelitian.
Kata kunci: DEA, efisiensi teknis, padi, regresi tobit

SUMMARY

JUNI HESTINA. Techincal Efficiency Of Paddy Farm in Jawa and Outside
Jawa with Data Envelopment Analysis (DEA). Supervised by RITA
NURMALINA and SUHARNO.
Efforts to increase efficiency is important in regards to fulfil the demand
of rice, and in turns, to reach rice self-sufficiency sustainably. Efficiency is an
important aspect for farmer that can be used as a measuring tools to make a
decision regarding production among available options. There are many different
types of efficiency on the farm businesses level in Jawa and outside Jawa, but
technical efficiency is the one important to note.
The objectives of this research is to describe the farming techniques and
the use of paddy production inputs, to evaluate the technical efficiency of paddy
farming, and to identify the factors that influence the technical efficiency of paddy
farms in Jawa and outside Jawa. The data used in this research were analyzed
using a qualitative and quantitative analysis. To analyzed the data, data
envelopment analysis (DEA) approach and tobit regression were applied.
Farmers were not use the the right amount of inputs as being
recommended by the instructor, such as the use of seed and fertilizer (NPK and
urea). The input variables that were used to see the value of technical efficiency of
paddy farm in this research consists of seed, fertilizer (NPK and urea), liquid
insecticide, solid insecticide, family labors, and the labor outside of the family.

While the output variables that were used in this research were the amount of
production and the productivity in said growing season.
The use of Urea, NPK, and labor had the largest percentage of input slacks
when compared to the other production inputs. Farmers in Jawa could reduce the
use of seed by 3.177, urea by 6.746 kg, NPK by 14.961 kg, and labor in family by
3.831 HOK and labor outside family by 3.621 HOK, meanwhile farmer outside
Jawa could reduce the use of seed 1.818 kg, urea by 32.367 kg, NPK by 6.01 kg,
and labor in family by 7.117 HOK and labor outside family by 8.805 HOK to
make the paddy farm technically efficient. Using the right amount of inputs as
recommended by the government can improve the efficiency of paddy farm.
One of the factors that can greatly influence the improvement of farming
technical efficiency is the socio-economic factors. Factors that affecting the
technical efficiency of paddy farm in Jawa were the number of members in the
household, the level of formal education, and farming group, while age,accsess
formal finance and the membership of farming coaching do not significantly
affect the technical efficiency of paddy far. Meanwhile in outside Jawa were age,
the level of formal education and farming group, while the other variables like the
number of members in the household, accsess formal finance and the membership
of farming coaching do not significantly affect the technical efficiency of paddy
farm.

Keywords: DEA, paddy, technical efficiency, tobit regression

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI DI JAWA DAN LUAR
JAWA : PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

JUNI HESTINA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji luar komisi pada ujian tesis

: Dr Ir Netti Tinaprilla, MM

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Adapun Topik
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah efisiensi, dengan judul Analisis
Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa dan luar Jawa : Pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA). Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas
dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:

1. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing sekaligus
Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr Ir Suharno M. dev selaku Anggota
Komisi Pembimbing sekaligus Sekretariat Program Studi Agribisnis atas
segala bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis ini.
2. Dr Ir Burhanuddin, MM selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium
proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan masukan
sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Dr Ir Netti Tinaprillia, MM selaku Dosen Penguji pada pelaksanaan Ujian
Tesis dan seluruh staf Program Studi Agribisnis atas dorongan semangat,
bantuan dan kemudahan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan
pada Program Studi Agribisnis.
4. Dr Ir Handewi P Saliem selaku mantan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian tahun 2011-2016 dan Dr Ir Abdul Basyit MSi selaku
Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2016-sekarang
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti tugas belajar
pada Program Studi Agribisnis Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi

Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
6. Teman-teman seperjuangan pada Program Studi Agribisnis Angkatan III,
Sekolah Pascasarjana IPB atas diskusi, masukan dan keceriaan selama
mengikuti pendidikan.
7. Secara khusus dengan penuh rasa cinta dan hormat, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus kepada Ayahanda Jasarman Sinaga (alm) dan Ibunda
Sadarmina Simatupang serta Bapak mertua T Rajagukguk (alm) dan Ibu
mertua Bungalina Simanjorang yang selalu mendoakan dan memotivasi untuk
keberhasilan penulis.
8. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga khusus disampaikan kepada
suamiku tercinta Kalvin Rajagukguku dan anak-anakku tersayang Elisabeth
Immanuella Rajagukguk, Rachel Marrianne Victoria Rajagukguk, dan
Edward Zefanya Sotarduga Rajagukguk yang telah memberikan Doa,
dukungan penuh, cinta dan pengorbanannya selama penulis mengikuti
pendidikan.

9.

Adik-adik penulis Sayi Birgen Alberto, Juan Erikson dan Brilian Suryadi
yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan untuk keberhasilan

penulis.
10. Teman-teman sekantor Ibu Eni, Ibu Nina, Julia F. Sinuraya, Helena J. Purba,
Sri Nuryanti, Komisariat Kristen PSEKP atas Doa, dukungan dan motivasi
kepada penulis
11. Pihak-pihak lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
namun telah banyak turut memberikan sumbangan saran dan bantuan serta
doa selama penulis kuliah di IPB.
Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagai
pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan berguna bagi semua pihak
yang membutuhkannya.
Bogor, September 2016
Juni Hestina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR


ii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
5
5
5

TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor Determinan yang Mempengaruhi Efisiensi Produksi
Faktor-faktor Terkait Sosio-Ekonomi Pelaku Usaha Pertanian
Faktor-faktor Lembaga Penunjang Pertanian
Pendekatan Pengukuran Efisiensi Produksi
Konsep Fungsi Produksi Data Envelopment Analysis (DEA)

6
6
7
10
12
12

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Produksi dan Fungsi Produksi
Konsep Produktivitas dan Efisiensi
Konsep Efisiensi Berorientasi Input
Konsep Efisiensi Berorientasi Output
Kerangka Operasional

15
15
16
18
18
20
24

METODE PENELITIAN
25
Lokasi dan Waktu Penelitian
26
Jenis dan Sumber Data
26
Metode Penentuan Sampel
26
Metode Pengolahan dan Analisis Data
27
Metode Data Envelopment Analysis (DEA)
27
Analisis Efisiensi Teknis dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis
(DEA)
28
Regresi Tobit
40
KARAKTERISTIK USAHATANI RESPONDEN
Karakteristik Petani Responden

33
33

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Usahatani Padi di Jawa dan Luar Jawa
Analisis Efisiensi Teknis di Jawa dan Luar Jawa
Sebaran Input Berlebih (Input Slack) di Jawa dan Luar Jawa

37
37
45
52

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis Usahatani Padi
di Jawa dan Luar Jawa

54

KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

62
62
62

LAMPIRAN

69

RIWAYAT HIDUP

88

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi di Indonesia,
2010-2014
2
Sebaran responden, menurut Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa 26
Karakteristik petani responden berdasarkan umur di Jawa dan luar Jawa
Tahun 2010
34
Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan petani padi
Jawa dan luar Jawa
34
Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
pada usahatani padi di Jawa dan luar Jawa
35
Sebaran petani responden di Jawa dan luar Jawa berdasarkan
keikutsertaan dalam kelompok tani
36
Sebaran petani responden di Jawa dan luar Jawa berdasarkan
keikutsertaan dalam penyuluhan
36
Sebaran petani responden di Jawa dan luar Jawa berdasarkan akses
terhadap lembaga keuangan
37
Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan garapan pada
usahatani padi di Jawa dan luar Jawa
37
Sebaran petani responden di Jawa dan luar Jawa berdasarkan luas lahan
padi yang digarap
38
Perhitungan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale Technical
Efficiency (CRSTE), Variable Return to Scale Technical Efficiency
(VRSTE), dan Scale Efficiency (SE) di Jawa
45
Sebaran variabel ouput dan input yang digunakan lima petani responden
di Jawa
47
Perhitungan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale Technical
Efficiency (CRSTE), Variable Return to Scale Technical Efficiency
(VRSTE), dan Scale Efficiency (SE) di Luar Jawa.
48
Sebaran variabel ouput dan input yang digunakan lima petani responden
di Luar Jawa
51
Nilai input berlebih (input slack) rata-rata dari seluruh petani padi di
Jawa
63
Nilai input berlebih (input slack) rata-rata dari seluruh petani padi di
Luar Jawa
63
Variabel-variabel yang digunakan dalam regresi tobit di Jawa
56

18
19
20

Hasil regresi Tobit petani responden di Jawa
Variabel-variabel yang digunakan dalam regresi tobit di luar Jawa
Hasil regresi Tobit petani responden di luar Jawa

45
45
54

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kurva Deterministic Production Frontier
Produktivitas dan Efisiensi Produksi
Efisiensi pada orientasi input
Efisiensi pada orientasi output
Pengukuran Efisiensi dan Input Slack
Kerangka Pemikiran Operasional
Sebaran penggunaan benih di Jawa dan luar Jawa
Sebaran penggunaan pupuk urea di Jawa dan luar Jawa
Sebaran penggunaan pupuk NPK di Jawa dan luar Jawa
Sebaran penggunan tenaga kerja di Jawa
Sebaran penggunaan tenaga keja di luar Jawa
Distribusi skor efisiensi pada model DEA Variable Return
to Scale (VRS) untuk masing-masing petani responden di Jawa
13 Distribusi skor efisiensi pada model DEA Variable Return to Scale
(VRS) untuk masing-masing petani responden di Luar Jawa

16
18
19
20
24
25
41
42
42
44
44
46
50

DAFTAR LAMPIRAN
1

2

3
4
5
6

Hasil perhitungan DEA Constant Return to Scale Technical
EfficiencyScores, Variable Return to Scale Technical Efficiency Scores,
ScaleEfficiency, dan Return to Scale dari setiap petani responden di
Jawa
.. 6969
Hasil perhitungan DEA Constant Return to Scale Technical
EfficiencyScores, Variable Return to Scale Technical Efficiency Scores,
ScaleEfficiency, dan Return to Scale dari setiap petani responden di
Luar Jawa
...................................................................................................... 72
Sebaran input slack (input berlebih) dari setiap petani responden (DMU)
.................................................................................................... 75
di Jawa
Sebaran input slack (input berlebih) dari setiap petani responden (DMU)
di Luar Jawa ....................................................................................................... 78
Sebaran perbandingan dari setiap petani responden (DMU) di Jawa..............81
Sebaran perbandingan dari setiap petani responden (DMU) di Luar
Jawa
.......................................................................................................84

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi menjadi komoditas penting dalam kebijakan pertanian di Indonesia
karena padi sebagai penghasil beras merupakan sumber makanan pokok hampir
seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai bahan pokok, beras masih menjadi pilihan
utama dibandingkan dengan bahan pangan lain seperti jagung, ubi, sagu, dan
bahan lainnya. Beras memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik, mudah
disimpan, mudah disajikan, rasa yang enak, dan sudah menjadi suatu budaya
konsumsi bagi hampir seluruh masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan
perkembangan industri pangan meningkatkan permintaan terhadap berbagai
komoditas pangan. Beras merupakan salah satu komoditas strategis yang
permintaannya meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Upaya
peningkatan produksi padi dalam rangka memenuhi kebutuhan beras terus
dilakukan dengan harapan mampu mencapai swasembada beras secara
berkelanjutan. Berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang pangan, pemerintah berkewajiban untuk bisa meningkatkan produksi padi
nasional guna memenuhi permintaan beras dalam negeri.
Konsumsi beras rumahtangga Indonesia menurut data susenas adalah 114
kg per kapita per tahun jika diakumulasikan dengan laju pertumbuhan penduduk
pertahun sebesar 1,49 persen (BPS,2013), total konsumsi beras nasional mencapai
35 juta ton dengan nilai melebihi Rp 200 triliun, sementara beras dunia yang
diperdagangkan hanya 37 ton per tahun (FAOSTAT, 2013). Indonesia sebagai
salah satu negara komsumsi beras terbesar tidak dapat mengandalkan sepenuhnya
kebutuhan beras dalam negeri dari pasokan impor. Peningkatan produksi padi
melalui perbaikan pada sisi produksi penting untuk dilaksanakan untuk
mewujudkan kedaulatan, ketahanan dan swasembada pangan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS. 2014) dalam kurun waktu 20102014 terjadi dua kali penurunan produksi pada periode tahun 2011 dan tahun 2014.
Pada periode tahun 2011 produksi padi sebesar 65.75 juta ton mengalami
penurunan sebanyak 0.71 juta ton (1.07 persen) dibandingkan tahun 2010 dan
periode tahun 2014 produksi padi sebesar 70.83 juta ton mengalami penurunan
sebanyak 0.44 juta ton (0.66 persen) dibandingkan tahun 2013. Penurunan
produksi padi tahun 2014 dan 2011 diperkirakan terjadi di pulau Jawa masingmasing sebanyak 0.83 dan 1.97 juta ton GKG, sedangkan produksi padi di luar
Jawa pada tahun 2014 dan 2011 mengalami kenaikkan masing-masing sebesar
0.38 dan 1.25 juta ton. Penurunan produksi padi diperkirakan terjadi karena
penurunan produktivitas pada tahun 2014 dan 2011 sebesar 1.31 ku/ha (2.3 persen)
dan 1 ku/ha (1.8 persen) dari tahun sebelumnya.
Bakhsh et al. (2006) menyatakan bahwa terdapat tiga kemungkinan cara
untuk meningkatkan produksi, yaitu dengan menambah luas lahan,
mengembangkan dan mengadopsi teknologi baru, dan menggunakan sumberdaya
yang tersedia secara lebih efisien (efisiensi teknis). Upaya peningkatan produksi
melalui ekstensifikasi atau perluasan lahan sawah sulit untuk dilakukan.
Keterbatasan anggaran pemerintah untuk pembukaan lahan irigasi dan tingginya
kompetisi penggunaan lahan untuk kegiatan non-pertanian, menjadikan

2

peningkatan produksi padi melalui perluasan lahan sawah dibeberapa wilayah
Indonesia akan semakin mahal dan membebani anggaran pemerintah. Upaya
peningkatan produksi melalui terobosan teknologi baru akan baik dilakukan,
tetapi perlu didukung dengan karakteristik petani, akses modal usaha, dan skala
usahatani. Selain itu, petani umumnya cenderung kembali menggunakan teknologi
yang sederhana apabila kegiatan pelayanan dan pembinaan tidak dilakukan secara
optimal (Supadi 2006).
Tabel 1. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi di Indonesia,
2010-2014
Uraian

Luas
Panen
(Ha)
- Jawa
- Luar Jawa
- Indonesia
Produksi (Ton)
- Jawa
- Luar Jawa
- Indonesia
Produktivitas
(Ku/Ha)
- Jawa
- Luar Jawa
- Indonesia

2014

2013

2012

2011

2010

Laju
Pertumb
uhan
(%)

7581311
7393410
13793640

7551688
7368179
13835252

7426981
7260003
13445524

7190466
7038564
13203643

7043306
6894929
13253450

1.83
1.72
1.38

36658918
34172835
70831753

37493020
33786689
71279709

36526663
32529463
69056126

34404557
31352347
65756904

36374771
30094623
66469394

1.09
2.98
1.95

58.29
42.13
51.36

54.80
41.83
49.80

55.81
41.38
50.15

0.04
1.10
0.55

56.09
43.27
51.35

57.40
43.03
51.52

Sumber : BPS, 2014
Peningkatan produksi melalui efisiensi teknis saat ini menjadi alternatif
yang penting, karena dapat meningkatkan hasil output potensial pada petani
(Kusnadi et al .2011). Efisiensi teknis menjadi sangat penting untuk diperhatikan
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi. Efisisensi teknis
berpedoman pada aspek efisiensi usahatani yang meliputi penggunaan benih
unggul, pupuk, pestisida, tenaga keja dan input produksi lainnya sehinggandapat
menekan biaya usahatani dan meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan
penelitian sebelumnya efisiensi teknis usahatani padi dapat ditingkatkan pada
kisaran 50-90 persen. Penelitian Sumaryanto dkk. (2001) menjelaskan bahwa
tingkat efisiensi teknis usahatani padi bervariasi antar wilayah, dengan kisaran
0,64-0,80. Hasil penelitian Daryanto (2000) juga menjelaskan hal yang sama nilai
efisiensi teknis usahatani padi barada pada kisaran 59 persen hingga 87 persen.
Peningkatan efisiensi usahatani dapat dipengaruhi oleh faktor internal,
faktor eksternal, dan faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan input.
Faktor internal merupakan faktor yang dapat dikendalikan berkaitan dengan
kapabilitas manajerial petani dalam melakukan usahatani, seperti usia petani,
tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan

3

keterlibatan petani dalam lembaga pertanian. Kapabilitas manajerial petani
memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan usahatani karena
mempengaruhi dalam hal aplikasi yang dilakukan pada usahatani dan cara
pengambilan keputusan yang tepat. Kapabilitas manajerial yang baik tercemin
dari hasil output yang dihasilkan pada saat panen dengan penggunaan input yang
tepat. Penggunaan input yang tepat seperti jenis input, jumlah input, kualitas dan
mutu input, kombinasi penggunaan input-input, waktu penggunaan input, serta
cara pengaplikasian input.
Berdasarkan uraian tersebut, upaya peningkatan produksi padi di Jawa dan
luar Jawa melalui efisiensi teknis menjadi penting untuk diperhatikan. Tingkat
efisiensi teknis usahatani padi salah satunya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosialekonomi petani dan penggunaan input produksi, dimana hal ini secara tidak
langsung dapat mempengaruhi tingkat penerimaan, tingkat pengeluaran, serta
tingkat pendapatan usahatani padi.
Perumusan Masalah
Permintaan beras di Indonesia masih terus meningkat seiring dengan
permintaan untuk konsumsi akhir oleh rumah tangga, permintaan non rumah
tangga (industri pengolahan dan hotel-restoran) dan tingginya laju pertumbuhan
penduduk. Disisi lain, saat ini dengan adanya perubahan iklim yang menjadi lebih
ekstrim akibat pemanasan global, akan berdampak pada terganggunya proses
produksi padi. Hal lain yang mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan
input produksi yang belum efisien dan keterbatasan petani dalam mengakses
modal. Keterbatasan modal menyebabkan usahatani padi yang dilakukan oleh
petani tidak banyak mengikuti anjuran penyuluh dan mempengaruhi keputusan
petani dalam melakukan aktivitas usahataninya.
Pulau Jawa merupakan salah satu wilayah sentra produksi padi nasional,
dimana total produksi padi tahun 2014 sebesar 36.6 juta ton GKG atau 51,75
persen dari total produksi padi nasional dan produksi padi luar Jawa menghasilkan
48.25 persen dari produksi nasional. Sebagai sentra produksi padi, produktivitas
padi di Jawa masih bersifat fluktuatif, terjadi dua kali penurunan produksi pada
periode tahun 2011 dan tahun 2014. Pada periode tahun 2011 produksi padi
sebesar 65.75 juta ton mengalami penurunan sebanyak 0.71 juta ton (1.07 persen)
dibandingkan tahun 2010 dan periode tahun 2014 produksi padi sebesar 70.83 juta
ton mengalami penurunan sebanyak 0.44 juta ton (0.66 persen) dibandingkan
tahun 2013. Penurunan produksi padi tahun 2014 dan 2011 diperkirakan terjadi di
pulau Jawa masing-masing sebanyak 0.83 dan 1.97 juta ton GKG, sedangkan
produksi padi di luar Jawa pada tahun 2014 dan 2011 mengalami kenaikkan
masing-masing sebesar 0.38 dan 1.25 juta ton. Penurunan produksi padi
diperkirakan terjadi karena penurunan produktivitas pada tahun 2014 dan 2011
sebesar 1.31 ku/ha (2.3 persen) dan 1 ku/ha (1.8 persen) dari tahun sebelumnya.
Variasi ini sebagai bukti bahwa terdapat perbedaan kondisi antar wilayah yang
mengakibatkan adanya variasi produktivitas. Variasi pada produktivitas padi per
hektar di Jawa dan luar Jawa diduga karena adanya perbedaan tingkat penggunaan
faktor-faktor produksi dalam melakukan usahatani padi, seperti benih, pupuk,
pestisida, dan tenaga kerja.

4

Petani padi di Jawa dan luar Jawa telah diberikan beberapa komponen
penggunaan input yang dianjurkan oleh penyuluh. Namun, pada umumnya
penggunaan input yang digunakan sesuai dengan pertimbangan pada masingmasing petani. Sehingga, umumnya terjadi variasi penggunaan input pada masingmasing petani di Jawa dan luar Jawa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
perbaikan penggunaan faktor-faktor produksi (input) dalam melakukan kegiatan
usahatani padi agar produktivitas usahatani padi di Jawa dan luar Jawa dapat
meningkat. Penggunaan input yang tidak sesuai dengan anjuran dapat terlihat pada
rata-rata penggunaan input produksi dari petani responden seperti benih, pupuk
urea, dan pupuk NPK. Penggunaan beberapa input sesuai dengan yang dianjurkan
oleh penyuluh yaitu benih sebesar 20 kg/ hektar, pupuk urea 200 kg/ hektar, dan
pupuk NPK 200 kg/ hektar (Kementrian Pertanian 2014). Sementara rata-rata
penggunaan input yang digunakan oleh petani responden di Jawa yaitu benih
sebesar 37.37 kg/ hektar, pupuk urea 303.19 kg/ hektar, dan pupuk NPK sebesar
146.77 kg/ hektar. Luar Jawa benih sebesar 63.45 kg/ hektar, pupuk urea 262.52
kg/ hektar, dan pupuk NPK sebesar 152.20 kg/ hektar.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat inefisensi produksi
juga dipengaruhi oleh variabel sosial ekonomi dan demografi, seperti umur kepala
keluarga (KK), jumlah anggota rumah tangga (ART), tingkat pendidikan kepala
keluarga (KK), keikutsertaan dalam kelompok tani, keikursertaan dalam anggota
koperasi tani, pengetahuan tentang teknologi budidaya, penyuluhan
pertanian,pengalaman usahatani KK, pendapatan non pertanian (Battese dan
Coelli, 1995; Dev dan Hossain, 1995; Wilson et al., 1998; Xu dan Jeffrey, 1998;
Kurkalova dan Helen, 2000; Theingi dan Thanda, 2005; Msuya et al., 2005; dan
Fabiosa et al.,004).
Apabila petani memiliki kemampuan kapabilitas manajerial yang baik
maka akan terlihat dari penggunaan input dan ouput yang dihasilkan karena petani
tersebut dapat mengelola usahatani dengan tingkat efisien yang tinggi. Selain itu,
kapabilitas manajerial petani dapat terlihat dari kemampuan petani dalam hal
memperoleh pengetahuan dan informasi terkait dengan mengelola usahatani padi.
Pengetahuan dan informasi seperti penggunaan kombinasi input dan inovasi
penerapan teknologi dapat diperoleh melalui sekolah lapang, penyuluhan,
pelatihan, petani lain, media, maupun sumber informasi lainnya. Penggunaan
faktor-faktor produksi dalam budidaya padi serta kemampuan manajerial yang
berasal dari diri petani melalui faktor-faktor sosial-ekonomi akan mempengaruhi
efisiensi teknis petani di dalam melakukan usahatani padi. Analisis efisiensi teknis
bertujuan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan input-input produksi dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani
padi di Jawa dan luar Jawa.
Berdasarkan uraian diatas, Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana keragaan dan penggunaan input produksi usahatani padi di Jawa
dan luar Jawa?
2. Bagaimana Tingkat efisiensi teknis usahatani padi di Jawa dan luar Jawa?
3. Faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi
di Jawa dan luar Jawa?

5

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan keragaan dan penggunaan input produksi usahatani di Jawa
dan luar Jawa.
2. Menganalsis Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa dan luar Jawa
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani
padi di Jawa dan luar Jawa.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam hal analisis
efisiensi teknis usahatani dengan pendekatan yang digunakan (Data
Envelopment Analysis dan Model Tobit).
2. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan terkait dan petani. Penelitian
ini dapat sebagai informasi dan pengetahuan yang penting dalam hal upaya
meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan usahatani padi.
3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai rujukan untuk melanjutkan
penelitian yang terkait maupun sebagai tambahan informasi dan pengetahuan.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada usahatani padi di Jawa dan luar Jawa (Jawa
meliputi tiga provinsi sentra , yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
luar Jawa, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan). Penelitian ini
terkait dengan ketersediaan data pada penelitian PATANAS yang dilakukan oleh
Pusat Studi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Lokasi desa yang dipilih berdasarkan basis komoditi padi sawah dengan pengairan
irigasi.
Dalam pelaksanaannya penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
yaitu : 1). Data yang diambil adalah data sekunder yang dibatasi pada variabelvariabel yang dibutuhkan pada penelitian ini terutama yang terkait dengan
keragaan usahatani dan analisis efisiensi teknis. Penelitian ini hanya berfokus
pada analisis teknis, sehingga tidak mengakomodasi efisensi alokatif dan efisiensi
ekonomi. 2). Penelitian ini dibatasi hanya data tahun 2010 karena penelitian
PATANAS berbasis komoditi padi dilakukan pada tahun tersebut. 3). Oleh karena
pemilihan lokasi desa berdasarkan sumber pengairan irigasi, maka tidak
membedakan dengan padi tadah hujan atau lainnya. 4). Pembahasan dibatasi pada
analisis efisiensi teknis dengan menggunakan pendekatan data envelopment
analysis approach (DEA).

6

TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan dalam
suatu usaha pertanian karena sebagai alat ukur untuk menilai pemilihan alternatif
dalam keputusan produksi. Efisiensi yang tinggi mengindikasikan produktivitas
yang tinggi dari suatu usaha yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan
bagi pelaku usaha pertanian. Penelitian yang mengangkat topik efisiensi produksi
sudah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Para peneliti
umumnya tertarik untuk mengestimasi efisiensi produksi suatu usaha pertanian
dan menganalisis faktor-faktor apa yang berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi produksi. Dalam mengestimasi dan menganalisis faktor-faktor tersebut,
pendekatan yang digunakan oleh para peneliti terdiri dari dua pendekatan yaitu
pendekatan parametrik dengan Stochastic Frontier Analysis dan pendekatan
nonparametrik dengan Data Envelopment Analysis.
Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang jenis-jenis efisiensi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi suatu usaha, model yang
sering digunakan dalam analisis datanya, serta hubungan keuntungan dengan
efisiensi usaha. Referensi yang digunakan adalah berasal dari jurnal, artikel ilmiah
laporan penelitian, tesis, dan disertasi. Berdasarkan referensi yang telah dibahas
maka dapat diperoleh kesimpulan atas beberapa konsep yang berhubungan dengan
tujuan penelitian ini.
Faktor-faktor (Determinat) yang Mempengaruhi Efisiensi Produksi
Efisiensi produksi suatu usaha tani dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Faktor-faktor ini bisa berpengaruh positif atau negatif terhadap efisiensi produksi
suatu usaha. Adanya pengaruh yang berbeda dari faktor-faktor ini tentu saja akan
berpengaruh secara langsung pada produksi dan produktivitas suatu usaha
pertanian. Faktor-faktor yang berpengaruh positif akan meningkatkan efisiensi
dan produktivitas usaha tani yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan
kepada pelaku usaha pertanian. Sebaliknya, faktor-faktor yang berpengaruh
negatif akan mengakibatkan efisiensi rendah yang mengindikasikan adanya
pemborosan atau penggunaan faktor-faktor yang kurang tepat sehingga bisa
merugikan pelaku usaha pertanian.
Penelitian efisiensi produksi di sektor pertanian cukup menarik perhatian
banyak peneliti untuk mengkajinya lebih lanjut. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi
produksi. Dari beberapa hasil penelitian, faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap efisiensi suatu usaha pertanian terkadang menghasilkan kesimpulan yang
sama, bertentangan atau bahkan belum bisa disimpulkan (inconclusive)
pengaruhnya. Misalnya faktor usia, beberapa peneliti (Khan, 2012; Gul et al. 2009;
Otitoju et al. 2010) memyatakan bahwa faktor usia berpengaruh positif terhadap
efisiensi produksi suatu usaha pertanian. Peneliti Piya et al. (2012) dan Hussain et
al. (2012) menentang hasil tersebut dan menyatakan bahwa sebaliknya faktor usia
berpengaruh negatif. Sementara itu peneliti Nwaru et al. (2011) dan Kilic et al.
(2009) menyimpulkan bahwa faktor usia tidak berpengaruh signifikan terhadap

7

efisiensi produksi. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap efisiensi
pertanian akan dijelaskan sebagai berikut.

Faktor-faktor Terkait Sosio-Ekonomi Pelaku Usaha Pertanian
Banyak penelitian yang memasukkan faktor-faktor sosio-ekonomi dalam
melihat pengaruhnya terhadap efisiensi produksi suatu usaha. Faktor sosioekonomi ini merepresentasikan karakteristik dari pelaku usaha pertanian. Yang
termasuk ke dalam faktor sosio-ekonomi yang sering diteliti antara lain usia,
pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin dan luas lahan.
Faktor Usia
Usia petani yang semakin tua mengindikasikan semakin banyak
pengalaman yang diperoleh oleh petani sehingga petani tersebut diduga lebih
efisien dalam menjalankan usahanya. Namun, dengan pengalaman yang lebih
banyak petani dengan usia tua cenderung tidak terlalu mudah atau enggan dalam
mengadopsi teknologi baru. Sebaliknya, petani muda dengan pendidikan formal
yang tinggi mengindikasikan petani tersebut memiliki kemampuan manajerial
yang lebih baik daripada petani yang tua namun dengan tingkat pendidikan lebih
rendah. Hal ini yang menyebabkan penelitian-penelitian terdahulu belum
menemukan hasil empiris yang konsisten (incloncusive) mengenai pengaruh usia
terhadap efisiensi produksi.
Khan (2012) tertarik meneliti lebih dalam tentang efisiensi produksi petani
padi di Pakistan utara. Penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa usia
berpengaruh positif terhadap inefisiensi produksi. Khan (2012) menyatakan
bahwa faktor usia berkontribusi besar dalam ketidakefisienan produksi padi, di
mana petani dengan usia yang lebih muda lebih efisien dibandingkan dengan
petani yang lebih tua. Hal ini merupakan penemuan yang cukup penting
mengingat petani muda umumnya lebih berpendidikan dibandingkan dengan
petani yang lebih tua di Pakistan Utara. Sehingga semakin muda dan semakin
berpendidikan petani maka petani tersebut semakin efisien secara teknis dan
ekonomi. Pernyataan ini didukung oleh Gul et al. (2009) yang menemukan
bahwa usia petani berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis dari usaha kapas
di Cukurova, Turki. Hal yang sama juga disampaikan oleh Otitoju et al. (2010)
dalam hasil penelitiannya dalam menganalisis secara empiris kendala dan faktorfaktor yang mempengaruhi efisiensi teknis dari produksi kedelai di Nigeria.
Mereka menemukan bahwa faktor usia berpengaruh negatif terhadap efisiensi
teknis. Semakin tua usia petani kedelai di Nigeria maka petani tersebut akan
semakin tidak efisien. Oleke dan Isinika (2011) semakin memperkuat dugaan ini
dengan menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa usia peternak berpengaruh
negatif terhadap efisiensi teknis peternak ayam petelur di Tanzania.
Berbeda halnya dengan hasil yang diungkapkan para peneliti di atas, Piya
et al. (2012) menemukan bahwa faktor usia berpengaruh positif terhadap

8

efisiensi teknis padi di pada area perkotaan dan pedesaan di Nepal. Sesuai
dengan hasil tersebut, Hussain et al. (2012) menyatakan bahwa usia
petaniberpengaruh positif terhadap efisiensi teknis pada produksi gandum di
Punjab (Pakistan). Sementara Nwaru et al. (2011) menyimpulkan bahwa faktor
usia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi produksi petani ubi
jalar di Nigeria.Temuan yang sama juga diperoleh oleh Kilic et al. (2009) yang
meneliti efisiensi produksi hazelnut di Turki.
Faktor Pendidikan
Pendidikan formal petani diduga meningkatkan kemampuan manajerial
petani dan membantu petani dalam pengambilan keputusan yang tepat.
Pendidikan petani yang baik membantu petani menggunakan informasi tentang
input dengan baik sehingga lebih efisien. Sebagian besar penelitian
menyimpulkan hasil yang mendukung hipotesis ini. Hal ini sesuai dengan
penelitian Donkoh et al. (2012) tentang efisiensi teknis dari petani padi di Ghana.
Mereka menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara pendidikan petani
padi di Ghana dengan efisiensi produksi petani tersebut. Pengaruhnya adalah
positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal petani maka
semakin tinggi efisiensi produksiyang akan dicapai oleh petani padi tersebut.
Konsisten dengan temuan Donkoh et al. (2012), banyak peneliti juga menemukan
hasil yang sama yaitu Piya et al.(2012); Mapemba et al. (2013); Bozoglu dan
Ceyhan (2007); Gul et al. (2009); Kilic et al. (2009), Sohail et al. (2012);
Tchereni et al. (2012); Donkoh et al. (2013); dan Oleke dan Isinika (2011).
Semua hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh
positif terhadap efisiensi produksi usaha tani.
Sebaliknya, kontradiktif dengan hasil penemuan yang mendukung adanya
pengaruh positif pendidikan terhadap efisiensi, penelitian Khan (2012)
menemukan bahwa faktor pendidikan justru berpengaruh negatif terhadap
efisiensi teknis padi di Pakistan utara. Sementara itu, Nwaru et al. (2011)
mengemukakan hasil yang juga berbeda ketika menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi produksi pada petani ubi jalar di Nigeria. Menurut
mereka faktor pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi
produksi.
Faktor Pengalaman
Pengalaman memegang peran penting dalam kesuksesan dan
kelangsungan usaha pertanian. Semakin banyak pengalaman petani maka semakin
banyak petani tersebut belajar dari kegagalan-kegagalan usaha sebelumnya
sehingga semakin efisien dalam pembuatan keputusan. Selain itu, dengan
pengalaman petani biasanya semakin berani mengambil risiko terkait dengan
adopsi inovasi baru.
Dugaan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari Donkoh et al.
(2012); Nwaru et al. (2011); Bozoglu dan Ceyhan (2007), Gul et al. (2009);
Maganga (2012); Sohail et al. (2012); Tchereni et al. (2012); Oleke dan Isinika

9

(2011) yang menemukan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara
pengalaman petani terhadap efisiensi produksi. Kontras dengan temuan yang
menyimpulkan adanya pengaruh positif antara pengalaman terhadap efisiensi
produksi, Mapemba et al. (2013) dan Otitoju et al. (2010) menemukan bahwa
faktor pengalaman malah menunjukkan pengaruh negatif terhadap efisiensi teknis
usaha padi di sebelah selatan Malawi.
Faktor Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
efisiensi usaha tani. Menurut Nwaru et al. (2011) faktor jumlah anggota keluarga
yang besar bisa mengatasi kendala tenaga kerja yang dihadapi oleh petani
terutama di pedesaan yang lebih mengandalkan anggota keluarganya sendiri
sebagai tenaga kerja daripada mempekerjakan orang lain. Mapemba et al. (2013)
dan Oleke dan Isinika (2011) mendukung hasil ini.
Donkoh et al. (2012) memperoleh hasil yang bertentangan dengan Nwaru
et al (2001). Menurut Donkoh et al. (2012) faktor jumlah anggota keluarga
berpengaruh negatif terhadap efisiensi produksi padi di Ghana. Hal yang senada
juga diungkapkan Bozoglu dan Ceyhan (2007); Maganga (2012) dan Sohail et al.
(2012). Menurut Sohail et al. (2012) hal ini disebabkan petani dengan jumlah
keluarga yang banyak akan menghadapi masalah ekonomi dan sosial di mana
mereka membutuhkan lebih banyak makanan. Proporsi pendapatan petani untuk
kebutuhan dasar lebih besar dibandingkan untuk membeli pupuk atau benih untuk
usaha pertanian.
Jenis Kelamin
Dugaan bahwa petani dengan jenis kelamin laki-laki memiliki tenaga yang
lebih besar dan lebih kuat daripada petani perempuan sehingga cenderung lebih
efisien perlu untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini disebabkan belum adanya bukti
yang kuat membenarkan hipotesis ini.Penelitian Donkoh et al. (2012); Mapemba
et al. (2013); Bozoglu dan Ceyhan (2007); Otitoju et al. (2010); Tchereni et al.
(2012); Donkoh et al.(2013) mendukung hipotesis tersebut yaitu petani laki-laki
cenderung lebih efisien dibandingkan dengan petani perempuan. Hasil yang
berbeda diperoleh Oleke dan Isinika (2011), mereka menemuka bahwa untuk
faktor jenis kelamin, ditemukan bahwa peternak ayam petelur dengan jenis
kelamin perempuan cenderung lebih efisien dibandingkan peternak laki-laki di
Tanzania. Hal ini sesuai dengan temuan Nwaru et al. (2011). Hasil ini diperoleh
Nwaru et al. (2011) dari kenyataan di lapangan di mana sebagian besar pertanian
ubi jalar di Nigeria diusahakan oleh petani wanita.
Luas Lahan
Luas lahan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
meningkatkan produksi usaha tani. Jika dikaitkan dengan efisiensi, petani dengan

10

luas lahan yang besar belum tentu efisien jika tidak menerapkan sistem usaha
yang baik. Lahan yang kecil namun diusahakan dengan intensif bisa menghasilkan
efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang luas. Penelitian-penelitian
yang memasukkan faktor luas lahan untuk melihat pengaruhnya terhadap efisiensi
produksi suatu usaha tani telah banyak dilakukan. Donkoh et al. (2012);
Mapemba et al. (2013); Kilic et al. (2009) menyatakan bahwa faktor luas lahan
berpengaruh negatif terhadap efisiensi produksi. Hasil ini didukung oleh
penelitian Nwaru et al. (2011) yang menyimpulkan luas lahan berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap efisiensi teknis, alokasi dan ekonomi dari petani
ubi jalar di Nigeria. Hal ini menunjukkan bahwa petani ubi jalar dengan luas lahan
kecil (smallholder farmers) lebih efisien, penggunaan sumber daya lahan
dilakukan secara intensif oleh petani skala kecil
Hasil yang kontroversi ditemukan oleh Piya et al. (2012); Gul et al. (2009);
Otitoju et al. (2010); Hussain et al. (2012). Penemuan mereka menyimpulkan
bahwa luas lahan berpengaruh positif terhadap efisiensi produksi usaha pertanian.
Semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin efisien usaha tersebut.
Faktor-faktor Lembaga Penunjang Kegiatan Pertanian
Lembaga penunjang pertanian berperan penting dalam membantu pelaku
usaha mengakses sumber daya tertentu misalnya dana atau informasi tertentu yang
dibutuhkan. Pelaku usaha umumnya menghadapi kendala dana dalam
menjalankan usahanya, terutama usaha skala kecil. Salah satu alternatif mengatasi
hal tersebut adalah dengan mengajukan kredit kepada lembaga keuangan baik
pemerintah maupun swasta atau dengan bantuan koperasi. Tidak hanya dana,
pelaku usaha juga membutuhkan informasi dan networking dalam melakukan
usahanya. Oleh sebab itu, ada berbagai faktor yang terkait lembaga penunjang
yang kemudian berpengaruh terhadap efisiensi usaha.

Faktor Kredit
Pembangunan dan pengembangan usaha tidak terlepas dari aspek
pembiayaan. Pembiayaan usaha dapat diperoleh melalui internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan. Oleh sebab itu, ada banyak pilihan sumber
pembiayaan yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha saat ini. Namun, tidak
semua pelaku usaha memiliki kemampuan untuk mendapatkan akses terhadap
sumber pembiayaan tersebut. Hanya pelaku usaha yang memiliki akses
pembiayaan yang kemudian dapat mengembangkan usahanya secara masif.
Ketersediaan pinjaman (kredit) mempermudah petani dalam mengatasi
kendala anggaran untuk pengadaan input-input yang diperlukan oleh petani dalam
menjalankan kegiatan produksinya. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian
Mapemba et al. (2013) dan Khan (2012)yang menyatakan akses terhadap kredit
berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis petani padi. Hal ini juga sesuai
dengan temuan Nwaru et al. (2011); Bozoglu dan Ceyhan (2007); dan Oleke dan
Isinika (2011). Hal ini yang mendasari Nwaru et al. (2011) dan Khan (2012)
menyarankan adanya implikasi kebijakan dan program pemerintah untuk

11

meningkatkan akses petani terhadap kredit. Berbeda dengan hasil penelitian yang
disebutkan sebelumnya, Maganga (2012) melakukan studi empiris mengenai
efisiensi teknis petani kentang Irish di Dedza, Malawi. Manganga (2012) tidak
menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara akses terhadap kredit dan
kunjungan penyuluh pertanian terhadap efisiensi teknis.
Faktor Penyuluh Pertanian
Adanya kunjungan penyuluh pertanian akan membantu pengetahuan atau
wawasan petani mengenai sistem bertani yang baik. Selain itu penyuluh pertanian
bisa menginformasikan kepada petani informasi mengenai teknologi baru yang
cocok diadopsi misalnya benih, pupuk, pestisida atau alat pertanian yang baru.
juga ditemukan berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis, alokasi dan ekonomi.
Nwaru et al. (2011) dan Khan (2012) menemukan pengaruh yang positif
dari kunjungan penyuluh pertanian terhadap efisiensi produksi. Hasil ini
didukukung oleh Hussain et al.(2012) yang meneliti efisiensi produksi gandum di
Punjab (Pakistan). Bertentangan dengan hasil tersebut, Bozoglu dan Ceyhan
(2007) mengemukakan bahwa faktor penyuluhan (training) petani berpengaruh
negatif terhadap efisiensi produksi petani sayuran di Turki. Sementara itu,
Manganga (2012) tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara
akses terhadap kredit dan kunjungan penyuluh pertanian terhadap efisiensi teknis
petani kentang Irish di Malawi.
Setelah mengkaji pustaka beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti
menduga bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam efisiensi produksi jagung
di Kabupaten Simalungun antara lain faktor-faktor sosio-ekonomi antara lain usia,
pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga, luas lahan. Selain itu peneliti
juga menduga faktor-faktor seperti pupuk, benih, pestisida dan biaya produksi
juga mempengaruhi secara signifikan efisiensi produksi jagung di Kabupaten
Simalungun. Peneliti juga mempertimbangkan faktor lembaga penunjang seperti
akses terhadap kredit, koperasi dan adanya kunjungan penyuluh pertanian
berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi produksi petani jagung di
Kabupaten Simalungun.
Faktor Terkait Input dan Biaya Usaha Pertanian
Selain fakor-faktor terkait sosio-ekonomi pelaku pertanian, terdapat faktor
lain yang sering digunakan para peneliti terkait pengaruhnya terhadap efisiensi
produksi usaha pertanian. Faktor-faktor ini berkaitan langsung dengan kegiatan
operasional usaha pertanian. Beberapa faktor yang terkait input dan biaya yang
diduga berpengaruh antara lain pupuk, tenaga kerja tetap, benih, pesitisida dan
biaya-biaya lainnya.
Penelitian Piya et al. (2012) mengungkapkan bahwa input biologis (pupuk
kimia, pestisida, fungisida dan benih), pendidikan dan usia berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi teknis) usahatani padi pada area perkotaan dan
pedesaan di Nepal. Pengaruhnya adalah positif terhadap efisiensi teknis usaha
padi. Mapemba et al. (2013) mengemukakan hal yang senada. Mereka

12

menemukan bahwa faktor yang berkontribusi positif terhadap efisiensi produksi
padi di bagian selatan Malawi adalah benih dan pupuk. Sementara itu,
Michalickova et al. (2013) menemukan bahwa upah tenaga kerja berpengaruh
positif terhadap efisiensi teknis peternakan sapi perah di Slovakia. Hubungan
positif mengindikasikan adanya kemungkinan untuk meningkatkan efisiensi
teknis dengan melalui partisipasi tenaga kerja dalam penggunaan input yang lebih
tinggi (motivasi).
Berbeda dengan hasil tersebut, Donkoh et al. (2012) menemukan bahwa
faktor tenaga kerja tetap, benih, pupuk, biaya yang lain berpengaruh negatif
terhadap efisiensi produksi padi di Ghana. Sementara itu Gul et al. (2009)
menganalisis efisiensi teknis dari pertanian kapas di Cukurova, Turki. Mereka
menyimpulkan bahwa penggunaan input yang berlebihan seperti pupuk fosfor,
tenaga kerja, benih, dan irigasi akan mengakibatkan inefisiensi teknis.