Analisis Frontier Efficiency Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik: Distribution Free Approach

ANALISIS FRONTIER EFFICIENCY
INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PARAMETRIK:
DISTRIBUTION FREE APPROACH

AGUS HERTA SUMARTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Frontier Efficiency
Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik:
Distribution Free Approach adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Agus Herta Sumarto
NIM: H151100281

RINGKASAN
AGUS HERTA SUMARTO. Analisis Frontier Efficiency Industri Perbankan
Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik: Distribution Free Approach.
Dibimbing oleh IMAN SUGEMA and NUNUNG NURYARTONO.
Sebagai lembaga intermediasi lembaga perbankan memiliki peran yang
sangat vital dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu tingkat
kesehatan bank akan selalu menjadi pusat perhatian para pelaku ekonomi. Bank
yang sehat akan bisa berperan optimal dalam menjalankan peran dan fungsinya
dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) yang akan dimulai pada tahun 2015 sedikit besar akan
mempengaruhi sistem dan kondisi perekonomian di negara-negara ASEAN
termasuk Indonesia dan lembaga perbankannya. Dalam kerangka MEA, setelah
pengintegrasian sektor riil pada 2015 – 2020, pada tahun 2020 akan dimulai
pengintegrasian sektor keuangan yang dimulai dari pasar bebas perbankan

ASEAN. Dengan adanya pengintegrasian sektor keuangan maka persaingan
lembaga perbankan di antara negara-negara di ASEAN akan semakin meningkat.
Bahkan dalam menyambut pengintegrasian sektor keuangan ini, BI sudah
melakukan berbagai kajian mengenai ASEAN Banking Integration Framework
(ABIF) yang salah satunya adalah kajian mengenai penyiapan bank berskala
ASEAN atau qualified ASEAN banks (QAB).
Pasca pengintegrasian sektor keuangan pada tahun 2020 persaingan antar
lembaga perbankan akan semakin meningkat. Setiap negara anggota ASEAN akan
dimasuki oleh sekitar 30 bank baru, sehingga hanya bank-bank sehat yang akan
mampu bersaing memperebutkan pasar di setiap negara anggota ASEAN. Untuk
menilai tingkat kesehatan suatu bank salah satu pendekatan yang dapat digunakan
adalah analisis efisiensi. Analisis efisiensi ini dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan yaitu efisiensi biaya (cost efficiency), efisiensi keuntungan (profit
efficiency), dan efisiensi keuntungan alternatif (alternative profit efficiency).
Dilihat dari sisi efisiensi biaya 107 bank umum yang beroperasi selama
10 tahun (2002 – 2011) terakhir, rata-rata efisiensi biaya bank di Indonesia adalah
0,6729 atau masuk ke dalam kategori kurang efisien. Bank yang paling efisien
dari segi biaya adalah Bank ICBC Indonesia yang merupakan salah satu bank
devisa. Bank yang berada pada peringkat paling bawah dengan nilai efisiensi
0,5013 adalah JP. Morgan Chase Bank yang termasuk ke dalam kelompok bank

asing.
Nilai rata-rata efisiensi keuntungan bank di Indonesia adalah 0,96363 atau
bisa dikatakan cukup efisien. Bank yang paling efisien dari sisi keuntungan adalah
JP. Morgan Chase Bank dan bank yang memiliki nilai efisiensi keuntungan paling
rendah adalah Bank Andara. Nilai efisiensi keuntungan alternatif bank di
Indonesia adalah 0,965957. Nilai ini sedikit lebih besar dari rata-rata nilai efisiensi
keuntungan. Bank yang paling efisien dari sisi keuntungan alternatif adalah JP.
Morgan Chase Bank dan bank yang memiliki nilai efisiensi keuntungan alternatif
paling rendah adalah Bank Andara dengan nilai efisiensi sebesar 0,9367.
Efisiensi biaya bank umum secara rata-rata tidak memiliki hubungan
dengan dua rasio keuangan bank yaitu ROE dan NIM. Sedangkan untuk rasio
kinerja keuangan lainnya yaitu CAR, ROA, LDR, dan BOPO hubungannya

masuk ke dalam kategori rendah. Jika dilihat dari sisi efisiensi keuntungan maka
secara rata-rata efisiensi keuntungan memiliki hubungan yang kuat dengan rasio
keuangan ROA dan BOPO. Rasio keuangan kinerja bank ROE memiliki tingkat
hubungan yang sedang dengan tingkat efisiensi keuntungan. Hubungan antara
efisiensi keuntungan dengan rasio kinerja keuangan CAR, LDR, dan NIM bisa
dikatakan tidak memiliki hubungan, sedangkan tingkat efisiensi keuntungan
alternatif memiliki hubungan yang kuat dengan rasio kinerja keuangan ROE,

ROA, dan BOPO. Rasio NIM memiliki hubungan yang rendah dengan tingkat
efisiensi keuntungan alternatif dan rasio CAR dan LDR bisa dikatakan tidak
memiliki hubungan dengan tingkat efisiensi keuntungan alternatif.
Berdasarkan hasil penelitian, implikasi kebijakan yang dapat disarankan,
adalah: (1) Sebaiknya bank-bank kecil dan menengah fokus pada pasar tertentu
baik dari segi demografi maupun usaha sehingga tingkat efisiensi biayanya tidak
terlalu rendah. (2) Walaupun tingkat efisiensi keuntungan dan keuntungan
alternatif bank-bank di Indonesia telah melampaui angka 90 persen, potensi
keuntungan pasar Indonesia masih besar. Sebelum masuknya bank-bank QAB
sebaiknya bank-bank yang sekarang telah beroperasi semakin menguatkan pasar
di dalam negeri khsusnya luar pulau Jawa atau pasar-pasar yang belum tersentuh
lembaga perbankan sehingga efisiensi keuntungannya bisa lebih tinggi lagi. (3)
Lembaga perbankan dan BI tidak hanya menjadikan rasio-rasio keuangan tersebut
sebagai barometer utama dalam mengukur tingkat efisiensi suatu bank. (4) Saran
untuk penelitian selanjutnya berhubungan dengan pendekatan yang digunakan.
Penelitian berikutnya disarankan untuk menggabungkan pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan produksi (the production approach), pendekatan
intermediasi (the intermediation approach), dan pendekatan asset (the asset
approach). Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih
komprehensif di lihat dari beberapa sisi pendekatan karakteristik bank.

Kata Kunci: Distribution Free Approach, Cost Efficiency, Profit Efficiency, and
Alternative Profit Efficiency.

SUMMARY
AGUS HERTA SUMARTO. Frontier Efficiency Analysis of Indonesian Banking
Industry, Using Parametric Method: Distribution Free Approach. Supervised by
IMAN SUGEMA and NUNUNG NURYARTONO.
As an intermediary institution, bank has a very vital role in the economic
development of a country. Therefore, the health of banks will always be the center
of attention of the economic actors. Healthy banks can play a role in the optimal
functions in the economic development of a country. The implementation of the
ASEAN Economic Community (AEC) which will begin in 2015 will affect the
system and economic conditions in the ASEAN countries including Indonesia and
its banking institutions. Within the framework of AEC, after the integration of the
real sector in 2015 - 2020, in the year 2020 will begin the integration of the
financial sector that began from the ASEAN free market banking. With the
integration of the financial sector, competition among banking institutions in
ASEAN countries will increase. Even in welcoming the integration of the financial
sector, the central bank has conducted studies on the ASEAN Banking Integration
Framework (ABIF), one of which is a preparation for bank in ASEAN scale or

qualified ASEAN banks (QAB).
After the integration of the financial sector in 2020, the competition among
banking institutions will increase. Each ASEAN member countries will be entered
by approximately 30 new banks. With as many as the number of banks, only
healthy banks would be able to compete for market share in each country. To
assess the health of a bank, one approach that can be used is the analysis of
efficiency. The efficiency analysis can be conducted with the three approaches,
namely cost efficiency, profit efficiency, and alternative profit efficiency.
In terms of cost efficiency of 107 commercial banks operating for 10 years
(2002-2011), the average cost efficiency of banks in Indonesia is 0.6729 or into
the category of less efficient. Bank of the most efficient in terms of cost efficiency
is Bank ICBC Indonesia which is one “Bank Devisa”. JP. Morgan Chase Bank be
the lowest efficient bank in the cost efficiency with the efficiency score is 0.5013.
JP. Morgan Chase Bank is one of the foreign banks in Indonesia. While the
average value of the profit efficiency in Indonesian banks is 0.96363 or can be
said quite efficient. The most efficient bank in profits efficiency is JP. Morgan
Chase Bank. While the bank has the lowest profit efficiency score is Bank Andara.
The Alternative efficiency score for Indonesian banking industry is
0.965957. This value is slightly larger than the average score of the profit
efficiency. The most efficient bank in the alternative profit efficiency is JP.

Morgan Chase Bank. While the lowest bank in the alternative profit efficiency is
Bank Andara with the score is 0.9367.
The cost efficiency of commercial banks on average have no connection
with two financial ratios bank of ROE and NIM. As for the other financial
performance ratios are CAR, ROA, LDR, and ROA do get into the low connection.
From the side of the profit efficiency, profit efficiency have a strong relationship
with financial ratios ROA and BOPO. Financial performance of the bank's ROE
ratio has a moderate correlation with the level of profit efficiency. While the
relationship between the profit efficiency with financial performance ratios CAR,

LDR, and NIM can be said not have a relationship. While the level of alternative
profit efficiency have a strong relationship with financial performance ratios ROE,
ROA, and ROA. NIM ratio has a low relationship with alternative profit efficiency.
While the CAR and LDR have no correlation with the alternative profit efficiency.
Based on the results of this research, policy implications can be suggested,
are: (1) Small and medium bank should be focus on specific market in terms of
both demographics and type of business so that the level of cost efficiency is not
too low. (2) Although the level of profit efficiency and alternative profit efficiency
banks in Indonesia has surpassed 90 percent, the potential profit in Indonesia is
still huge. Before the entry of QAB banks, banks in Indonesian should be

strengthen the domestic market in especially outside Java or markets untapped by
bank so the profit efficiency can be higher. (3) The banking institutions and the
central bank not only makes financial ratios such as the main barometer in
measuring the efficiency of a bank. (4) Suggestions for further research related to
the approach used. Subsequent research suggested approach is used to combine
the approaches of production (the production approach), the intermediation
approach, and the asset approach. The goal is to obtain a more comprehensive of
efficiency bank from the other characteristics of bank.
Keywords: Distribution Free Approach, Cost Efficiency, Profit Efficiency, and
Alternative Profit Efficiency.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ANALISIS FRONTIER EFFICIENCY
INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PARAMETRIK:
DISTRIBUTION FREE APPROACH

AGUS HERTA SUMARTO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Tubagus Nur Ahmad Maulana, Ph.D, M.Sc, MBA

Judul Tesis : Analisis Frontier Efficiency Industri Perbankan Indonesia dengan
Menggunakan Metode Parametrik: Distribution Free Approach
Nama
: Agus Herta Sumarto
NIM
: H151100281

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec
Ketua

Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr.

Tanggal Ujian: 18 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Tubagus Nur Ahmad Maulana, Ph.D, M.Sc, MBA

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada hadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tesis dengan judul Analisis Frontier Efficiency
Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik:
Distribution Free Approach dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar
Magister Sains dari Program Studi Ilmu Ekonomi di Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang
dengan segala kesibukannya masih meluangkan waktu untuk memberikan arahan
dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Tubagus Nur Ahmad Maulana, Ph.D, M.Sc, MBA. atas
kesediaannya menjadi penguji luar komisi, dan Dr. Ir. Lukytawati Anggraeni, M.Si
selaku perwakilan Program Studi Ilmu Ekonomi. Demikian juga terima kasih dan
penghargaan untuk semua dosen yang telah mengajar penulis dan rekan-rekan
kuliah yang senantiasa membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas
Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Dedikasi para dosen yang tinggi dan
dukungan rekan-rekan kuliah, telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan
dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terkira kepada Ibu, Istri, dan
anak tercinta, atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada saudara Ade Holis yang telah memberikan
masukan-masukan terkait substansi dalam tesis penulis. Penulis juga
menghaturkan terima kasih kepada Farhana Zahrotunnisa dan teman-teman di
InterCAFE yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di Majalah Infobank
dan Pusat Data Bersatu yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk
menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa penulis menghaturkan penghargaan kepada
teman-teman di Fakultas Ilmu Ekonomi angkatan reguler empat yang telah
banyak membantu penulis mulai dari proses kuliah hingga menyelesaikan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak lain yang membantu dan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah di Magister Program Studi
Ilmu Ekonomi IPB namun namanya tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini maka hanya penulis yang
bertanggungjawab. Kiranya hanya Allah SWT yang Maha Kuasa yang akan
memberi balasan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis.

Bogor, Agustus 2014

Agus Herta Sumarto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

ix

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
4
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Sejarah Perbankan
Pengertian Bank Umum
Konsep Efisiensi
Pengertian dan Konsep DFA
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

7
7
9
10
12
14
16
16

3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Definisi Operasional
Model Penelitian
Metode Analisis Data

19
19
19
20
22

4 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA VARIABEL INPUT DAN OUTPUT 29
Perkembangan Biaya dan Keuntungan Operasional Bank
29
Hubungan Variabel Terikat dengan Variabel Bebas
31
5 EFISIENSI BANK DALAM INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
Statistik Deskriptif Variabel Input dan Output
Efisiensi Perbankan di Indonesia
Hubungan Efisiensi dengan Kinerja Keuangan Bank

45
45
48
58

6 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

72
72
73

DAFTAR PUSTAKA

76

DAFTAR LAMPIRAN

78

RIWAYAT HIDUP

92

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Rasio Kredit Terhadap PDB Beberapa Negara Tahun 2011
Kinerja Keuangan Perbankan Nasional
Variabel Penelitian dengan Pendekatan Profit Efficiency
Variabel Penelitian dengan Pendekatan Cost Efficiency dan
Alternative Profit Efficiency
5. Variabel-variabel Input dan Output 107 Bank Konvensional Tahun
2002 – 2012 (juta rupiah)
6. Hasil Analisis Fungsi Biaya Data Panel Model Fixed Effect
7. Distribusi Nilai Efisiensi Biaya
8. Rata-rata Nilai Efisiensi Biaya Berdasarkan Kelompok Bank
9. Hasil Analisis Fungsi Keuntungan Data Panel Model Fixed Effect
10. Distribusi Nilai Efisiensi Keuntungan
11. Rata-rata Nilai Efisiensi Keuntungan Berdasarkan Kelompok Bank
12. Hasil Analisis Fungsi Keuntungan Alternatif Data Panel Model
Random Effect
13. Distribusi Nilai Efisiensi Keuntungan Alternatif
14. Rata-rata Nilai Efisiensi Keuntungan Alternatif Berdasarkan
Kelompok Bank
15. Peringkat Bank BUMN Berdasarkan Efisiensi Keuntungan Alternatif

2
3
19
20
45
48
49
50
52
53
54
55
56
57
57

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Efisiensi Teknis dan Alokatif
Kerangka pemikiran
Struktur data model panel
Kerangka Pengambilan Keputusan
Rata-rata keuntungan operasional dan biaya operasional bank
konvensional.
6. Tren Pertumbuhan Keuntungan Berdasarkan Kelompok Bank Atas
Dasar Tahun 2002.
7. Rata-rata BOPO Lembaga Perbankan Tahun 2002 – 2011.
8. Tren BOPO Per Kelompok Bank Tahun 2002 – 2011.
9. Scatterplot Biaya Operasional dan Rasio Beban Bunga Terhadap
Liabilitas Tahun 2011.
10. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Kredit Properti Tahun 2011
11. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Kredit Non Properti Tahun
2011
12. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Aktiva Produktif Selain
Kredit Tahun 2011
13. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Net Komitmen – Kontijensi
Tahun 2011
14. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Modal Fisik Tahun 2011
15. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Total Aset Tahun 2011
16. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap NPL Tahun 2011

10
17
24
26
29
30
30
31
32
33
33
34
35
35
36
37

17. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Rasio Beban Bunga
Terhadap Liabilitas Tahun 2011.
18. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Rasio Pendapatan
Bunga Terhadap Total Aset Tahun 2011.
19. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Kredit Properti Tahun
2011.
20. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Aktiva Produktif
Selain Kredit Tahun 2011.
21. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Net Komitmen –
Kontijensi Tahun 2011.
22. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Modal Fisik Tahun
2011.
23. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Total Aset Tahun 2011.
24. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap NPL Tahun 2011.
25. Scatterplot Efisiensi Biaya Terhadap CAR.
26. Scatterplot Efisiensi Biaya terhadap ROE.
27. Scatterplot Efisiensi Biaya dengan ROA.
28. Scatterplot efisiensi biaya dengan LDR
29. Scatterplot efisiensi biaya dengan NIM
30. Scatterplot Efisiensi Biaya Terhadap BOPO
31. Scatterplot Efisiensi Keuntungan terhadap CAR
32. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap ROE
33. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap ROA
34. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap LDR
35. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap NIM
36. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap BOPO
37. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap CAR
38. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap ROE
39. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap ROA
40. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap LDR
41. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap NIM
42. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap BOPO

37
38
39
40
41
42
42
43
58
59
60
60
61
62
63
63
64
64
65
66
67
67
68
69
69
70

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Efisiensi Biaya 107 Bank Umum
Efisiensi Profit 107 Bank Umum
Efisiensi Alternative Profit 107 Bank Umum
Output Fungsi Biaya Model Fixed Effect
Output Fungsi Profit Model Fixed Effect
Output Fungsi Alternative Profit Model Random Effect

78
81
84
87
89
91

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai
pada tahun 2015 sedikit besar akan mempengaruhi sistem dan kondisi
perekonomian di negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Pemberlakukan
pasar tunggal yang diharapkan lebih kompetitif dengan prinsip kesetaraan
(equality) di antara negara-negara anggota akan meningkatkan persaingan
ekonomi antar negara-negara tersebut. Dengan adanya MEA, para pelaku
ekonomi kawasan ASEAN akan lebih mudah menanamkan modalnya dan
melakukan usaha di negara-negara ASEAN sehingga persaingan usaha diharapkan
lebih kompetitif.
Dalam kerangka MEA, setelah pengintegrasian sektor riil pada 2015 – 2020,
pada tahun 2020 akan dimulai pengintegrasian sektor keuangan yang dimulai dari
pasar bebas perbankan ASEAN. Dengan adanya pengintegrasian sektor keuangan
maka persaingan lembaga perbankan di antara negara-negara di ASEAN akan
semakin meningkat. Bahkan dalam menyambut pengintegrasian sektor keuangan
ini, BI sudah melakukan berbagai kajian mengenai ASEAN Banking Integration
Framework (ABIF) yang salah satunya adalah kajian mengenai penyiapan bank
berskala ASEAN atau qualified ASEAN banks (QAB).
Dari catatan Biro Riset Infobank setidaknya ada empat pilar yang akan
menjadi acuan ABIF yaitu harmonisasi regulasi prudensial, kesiapan infrastruktur
stabilitas keuangan, capacity building bagi negara ASEAN yang relatif tertinggal,
dan kesepakatan mengenai kriteria QAB. Sedangkan dari sisi efisiensi, dengan
rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sekitar 74,94
persen dan rasio net interest margin (NIM) 5,41 persen pada posisi Juli 2012,
industri perbankan nasional dituntut untuk bisa lebih efisien lagi. Hal ini
dikarenakan rata-rata rasio BOPO dan NIM perbankan di lima negara besar
ASEAN masing-masing hanya berada pada kisaran 56,75 persen dan 3,53 persen.
Efisiensi saat ini menjadi tantangan yang harus diperhatikan oleh pelaku
industri perbankan di Indonesia. Pendalaman pasar keuangan Indonesia sampai
saat ini masih tertinggal dari beberapa negara besar di ASEAN. Rasio kredit
terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia di antara negara-negara Asia
dan ASEAN masih termasuk rendah yaitu hanya 29,62 persen per tahun 2011
masih jauh di bawah China, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Hal ini harus
menjadi perhatian serius para pelaku industri perbankan di Indonesia karena
dengan kondisi seperti ini maka penetrasi bank-bank dari negara ASEAN lainnya
akan semakin besar (Mohamad, 2012).
Pasca pengalihan fungsi pengawasan bank dari BI ke Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), pada beberapa tahun ke depan tingkat efisiensi lembaga
perbankan akan menjadi fokus penilaian OJK dalam hal kebijakan pemberian ijin
bagi bank yang akan berekspansi bisnis baik produk maupun layanan. Tingkat
efisiensi bank akan menjadi salah satu pertimbangan dan penilaian OJK dalam
pemberian ijin tersebut. Indikator penilaian tingkat efisiensi bank yang digunakan
oleh OJK saat ini masih seperti penilaian yang dilakukan oleh BI yaitu NIM dan
BOPO.

2
Tabel 1 Rasio Kredit Terhadap PDB Beberapa Negara Tahun 2011
Negara
Rasio Kredit terhadap PDB (%)
China
140
Singapura
128.6
Malaysia
117.7
Thailand
92.97
Indonesia
29.62
Cambodia
27.6
Laos
20.4
Sumber: World Bank dalam Majalah Infobank (2012)

Jika dilihat dari indikator yang dulu digunakan oleh BI dan sekarang oleh
OJK maka akan terlihat bahwa BOPO dan NIM perbankan Indonesia selama tujuh
tahun terakhir relatif tidak banyak mengalami perubahan. Nilai NIM perbankan
Indonesia selama tujuh tahun terakhir tetap berada di atas 5,5 persen. Sedangkan
untuk nilai BOPO, selama tujuh tahun terakhir masih ada pada kisaran 84 persen
sampai dengan 89 persen.
Sebenarnya selama beberapa tahun terakhir ini bank-bank di Indonesia
membukukan keuntungan yang sangat bagus. Bahkan dari 10 perusahaan
Indonesia yang masuk ke dalam 2000 perusahaan terbesar di dunia menurut versi
Forbes, lima diantaranya adalah lembaga perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja lembaga perbankan di Indonesia dari sisi pendapatan sudah sangat bagus.
Walaupun dari sisi pendapatan hampir semua bank di Indonesia
mengalami peningkatan namun nilai BOPO selama tujuh tahun terakhir relatif
stabil di atas 84 persen. Hal ini disebabkan karena seiring dengan peningkatan
pendapatan operasional, biaya operasional bank juga mengalami peningkatan
sehingga tidak berpengaruh besar pada nilai BOPO. Seiring dengan peningkatan
laba, bank-bank di Indonesia juga melakukan ekspansi bisnis dengan menambah
berbagai infrastruktur seperti penambahan kantor cabang dan mesin Anjungan
Tunai Mandiri (ATM).
Ekspansi usaha yang dilakukan oleh bank beberapa tahun terakhir ini
didasari pada ekspektasi positif kondisi ekonomi politik nasional. Stabilitas iklim
politik dua periode pemerintahan ini setidaknya telah mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi yang stabil. Kestabilian dalam bidang politik berimbas
pada kondisi ekonomi yang relatif stabil dan kondusif sehingga menciptakan
optimisme para pelaku ekonomi. Hal inilah yang kemudian menjadikan para
pelaku ekonomi termasuk industri perbankan memiliki ekspektasi yang positif
sehingga berimbas pada ekspansi bisnisnya.
Oleh karena itu, untuk menilai tingkat efisiensi bank alangkah baiknya jika
melihat secara komprehensif dengan memasukan berbagai variabel penilaian tidak
hanya sebatas pada nilai BOPO dan NIM saja. Peran bank sebagai lembaga
intermediasi harus dilihat secara lebih menyeluruh baik dari aspek pendapatan
bank itu sendiri maupun dari aspek biaya yang dikeluarkan oleh bank tersebut.
Dengan memasukkan beberapa variabel kinerja keuangan bank maka tingkat
efisiensi suatu bank akan bisa dilihat lebih objektif baik dilihat dari sisi
pendapatan bank maupun dari sisi biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
menjalankan peran dan fungsinya tersebut.

3
Tabel 2 Kinerja Keuangan Perbankan Nasional
KETERANGAN

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

DALAM RP TRILIUN
- ASET TOTAL

1693.85

1986.50

2310.56

2534.11

3008.85

3652.83

4262.59

- DANA PIHAK KETIGA

1287.10

1510.83

1753.29

1950.71

2338.82

2784.91

3225.02

* GIRO

338.01

405.56

430.00

465.22

535.86

652.65

767.07

* DEPOSITO

615.16

666.71

824.70

899.78

1069.81

1233.97

1381.30

* TABUNGAN

333.93

438.57

498.59

585.71

733.16

898.30

1076.83

792.30

1002.01

1307.69

1437.93

1765.85

2216.54

2725.67

1565.10

1851.99

2242.28

2464.26

2831.87

3426.35

3930.64

- MODAL DISETOR

73.05

78.93

86.28

96.30

105.52

112.72

123.28

- LABA TAHUN BERJALAN

28.33

35.02

30.61

45.22

57.31

75.08

92.83

- ROA

2.64

2.78

2.33

2.60

2.86

3.03

3.11

- LDR

61.56

66.32

74.58

72.88

75.21

78.77

83.58

- KREDIT
- AKTIVA PRODUKTIF (AP)

DALAM PERSEN (%)

- NPLs (gross)

6.07

4.07

3.20

3.31

2.56

2.17

1.87

- BOPO

86.98

84.05

88.59

86.63

86.14

85.42

74.1

- CAR

21.27

19.30

16.76

17.42

17.18

16.05

17.43

- KREDIT / AP

50.62

54.10

58.32

58.53

62.36

64.69

69.34

5.80

5.70

5.66

5.56

5.73

5.91

5.49

- NIM

Sumber: Bank Indonesia dalam Majalah Infobank (2013)

Rumusan Masalah
Bank adalah motor penggerak pembangunan suatu negara. Sebagai
lembaga intermediasi, bank memiliki peranan yang cukup vital dalam pembiayaan
pembangunan. Tingkat efisiensi suatu bank akan menggambarkan tingkat efisiensi
suatu sistem perekonomian di suatu negara.
Hasil penelitian Levine dan Zervos (1998) terhadap 31 negara di dunia
dengan menggunakan data tahun 1976 sampai dengan tahun 1993 memperlihatkan
bahwa terdapat hubungan positif dan sangat kuat antara perkembangan perbankan
dengan pertumbuhan ekonomi, akumulasi modal, dan pertumbuhan produktivitas
suatu negara baik masa kini maupun masa yang akan datang. Oleh karena itu,
kesehatan suatu bank menjadi sangat penting dalam kaitan pembangunan suatu
negara. Bank yang sehat akan bisa menjalankan perannya secara maksimal dalam
pembangunan perekonomian suatu negara.
Untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank salah satu pendekatan yang
dapat digunakan adalah analisis efisiensi. Dari hasil analisis ini diharapkan akan
diperoleh variabel-variabel apa saja yang diduga mempengaruhi efisiensi bank
umum di Indonesia. Sehingga untuk meningkatkan efisiensi suatu bank, variabelvariabel tersebut perlu mendapat perhatian yang khusus dari stakeholder masingmasing bank sendiri maupun dari Bank Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditentukan perumusan masalah
sebagai berikut:
1 Bagaimana tingkat efisiensi biaya bank umum di Indonesia?
2 Bagaimana tingkat efisiensi keuntungan bank umum di Indonesia?
3 Bagaimana tingkat efisiensi keuntungan alternatif bank umum di Indonesia?

4
4 Bagaimana hubungan tingkat efisiensi biaya, keuntungan, dan keuntungan
alternatif bank umum dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to
Deposit Ratio (LDR)?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1 Menganalisis tingkat efisiensi biaya bank umum.
2 Menganalisis tingkat efisiensi keuntungan bank umum.
3 Menganalisis tingkat efisiensi keuntungan alternatif bank umum.
4 Menganalisis hubungan tingkat efisiensi biaya, keuntungan, dan keuntungan
alternatif bank umum dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to
Deposit Ratio (LDR).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pelaku industri
perbankan, para ekonom, dan pemerintah Indonesia dalam: (1) menentukan sistem
perbankan yang dipilih dalam rangka memasuki era MEA (2) memutuskan
tindakan yang dapat dilakukan oleh para pangambil keputusan (decision maker)
dalam rangka meningkatkan tingkat efisiensi bank umum di Indonesia (3)
menentukan tiga bank yang akan dimasukkan dalam QAB. Selain itu, bagi
pemerintah, penelitian ini menjadi masukan dalam menentukan kebijakan
ekonomi makro dan perbankan yang akan diambil. Bagi penulis, penelitian ini
diharapkan dapat memperdalam ilmu di bidang perekonomian khususnya
perbankan. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan bahan atau acuan untuk
penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi 107 bank umum di Indonesia
dari periode 2002 sampai dengan 2011. Bank umum yang dianalisis adalah bank
yang beroperasi selama periode 2002 – 2011 dan memiliki laporan keuangan
yang lengkap. Penelitian terhadap seluruh bank umum ini didasari pada arah
liberalisasi perbankan di Indonesia. Jauh-jauh hari sebelum tercapainya
kesepakatan pengintegrasian sektor keuangan di negara-negara ASEAN,
Indonesia telah terlebih dahulu memberikan kebebasan akses terhadap lembaga
perbankan dari seluruh negara. Berdasarkan data BI tahun 2012 tercatat ada 47
bank yang beroperasi di Indonesia yang dimiliki oleh asing dengan market share
sebesar 45,8 persen aset perbankan nasional. Di samping itu, peraturan perbankan
di Indonesia membolehkan pihak asing untuk menanamkan modalnya sampai 99
persen dari total modal di bank bersangkutan tanpa ada restriksi. Dengan arah
liberalisasi yang semakin kuat ini maka sebenarnya semua bank di Indonesia
dibiarkan untuk bersaing satu sama lain tanpa ada intervensi yang kuat dari

5
pemerintah. Dalam kondisi seperti ini maka tidak ada pembedaan yang signifikan
antara kelompok bank dalam menjalankan usahanya. Bank-bank Pembangunan
Daerah saat ini sudah mencoba memperluas pangsa pasarnya dengan membuka
cabang di provinsi-provinsi lain di luar provinsinya. Bank-bank non devisa juga
mencoba secara langsung bersaing dengan bank-bank devisa dalam
memperebutkan pasarnya. Oleh karena itu, sudah layak jika pengukuran nilai
efisiensi dengan melibatkan seluruh bank dengan membandingkan nilai efisiensi
masing-masing bank.
Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi dengan metode
estimasi DFA. Penggunaan metode DFA ini didasarkan pada subyektifitas
peneliti dalam mengukur nilai efisiensi setiap bank. Selama ini penelitianpenelitian tingkat efisiensi bank masih didominasi oleh penggunaan metode
selain DFA. Di samping itu, penggunaan DFA relatif lebih muda mengingat
asumsi-asumsi statistiknya tidak terlalu ketat. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan metode DFA. Setelah diperoleh nilai efisiensi bank umum dari
setiap pendekatan maka akan dilakukan analisis hubungan antara tingkat efisiensi
biaya keuntungan, dan keuntungan alternatif bank umum dengan CAR, BOPO,
ROA, ROE, NIM, dan LDR.

6

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Sejarah Perbankan
Pengertian bank di Indonesia saat ini masih merujuk pada Undang-undang
(UU) Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
orang banyak. Dalam UU tersebut juga dijelaskan bahwa terdapat dua macam
bank berdasarkan fungsinya yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syari’ah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan BPR adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Kasmir (2002) dalam bukunya menjelaskan bahwa kegiatan dan sejarah
perbankan sudah dikenal mulai sejak zaman Babylonia dan terus berkembang
sampai zaman Yunani Kuno serta zaman Romawi. Pada zaman tersebut, peran
perbankan baru sebatas sebagai tempat tukar menukar uang oleh para pedagang
kerajaan. Pada perkembangan selanjutnya kegiatan perbankan terus menyebar
hingga ke daratan Eropa dan menjangkau Asia Barat melalui para pedagang Eropa.
Hingga akhirnya kegiatan perbankan menyebar ke seluruh dunia, melalui daerahdaerah bekas jajahan bangsa-bangsa Eropa.
Pada perkembangan selanjutnya peran bank tidak hanya sebatas sebagai
tempat pertukaran uang, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan
uang, yang kini dikenal dengan kegiatan simpanan (saving). Kemudian kegiatan
bank bertambah lagi sebagai tempat peminjaman uang. Kegiatan bank terus
berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan sistem kehidupan
masyarakat, dimana bank tidak lagi sekedar sebagai tempat menukar uang atau
tempat menyimpan dan meminjam uang. Hingga akhirnya keberadaan bank
sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu komunitas masyarakat, dari
mulai tingkat lokal, negara, regional, sampai dunia.
Perkembangan perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman
penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank pemerintah yang
memegang peranan penting di Hindia Belanda, di antaranya:
1. De Algemenevolks Crediet Bank
2. De Escompto Bank NV
3. De Javasce NV.
4. De Post Poar Bank.
5. Hulp en Spaar Bank.
6. Nederland Handles Maatscappi (NHM).
7. Nationale Handles Bank (NHB)

8
Selain bank-bank yang disebutkan di atas, masih terdapat bank-bank yang
dimiliki oleh pihak swasta baik yang dimiliki oleh kaum pribumi, China, Jepang,
dan negara Eropa lainnya. Bank-bank tersebut antara lain:
1. Bank Abuan Saudagar
2. Batavia Bank
3. Bank Nasional Indonesia
4. NV. Bank Boemi.
5. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank.
6. The Chartered Bank of India.
7. The Yokohama Species Bank.
8. The Matsui Bank.
9. The Bank of China
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, perbankan di
Indonesia mengalami perkembangan pesat. Jumlah bank bertambah banyak baik
dari jumlah maupun kualitas pelayanan. Beberapa bank Belanda dinasionalisasi
oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di masa awal kemerdekaan
Indonesia antara lain.
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBCNISP), didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung.
2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang
dikenal dengan BNI '46.
3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini
berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.
5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian
menjadi Bank Amerta.
8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger
dengan Bank Pasifik.
10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari, kemudian
merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
Saat ini kegiatan usaha bank sudah sampai ke daerah-daerah pelosok
pedesaan baik berupa Bank Umum maupun BPR dari mulai yang konvensional
sampai yang syari’ah. Kantor-kantor cabang setiap tahunnya terus bertambah
bahkan untuk menjangkau daerah terdalam beberapa bank mendirikan unit kas –
unit kas yang berskala kecil. Berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonsia
(SPI) bulan November 2012, terdapat 120 bank umum dengan jumlah kantor
sebanyak 16.067 unit. Bank umum yang berjumlah 120 itu terdiri atas:
1. Bank Persero (state owned banks) sebanyak 4 buah.
2. Bank Umum Swasta Nasional Devisa (foreign exchange commercial banks)
sebanyak 35 unit.
3. Bank Umum Swasta Nasional non Devisa (non-foreign exchange commercial
banks) sebanyak 30 unit.
4. Bank Pembangunan Daerah Regional (development banks) sebanyak 26 unit.
5. Bank Campuran (joint ventura banks) sebanyak 15 unit.
6. Bank Asing (foreign owned banks) sebanyak 10 unit.

9
Pengertian Bank Umum
Pengertian bank umum di Indonesia saat ini masih merujuk pada UU
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dimana dalam UU tersebut disebutkan
bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah
umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu
pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia,
bahkan diperbolehkan membuka kantor cabang di luar negeri.
Dengan demikian lapangan usaha bank umum harus disesuaikan dengan
ketentuan-ketentuan tersebut di atas, yang secara terperinci adalah sebagai berikut
(Suyatno, 2003):
1. Menerima simpanan dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito.
2. Memberi kredit terutama kredit jangka pendek dengan tanggungan efek, hasil
bumi, barang, juga dengan tanggungan dokumen pengangkutan dan dokumen
penyimpanan atau cedul yang mewakili barang tersebut, begitu juga dengan
tanggungan kertas berharga yang mewakili barang.
3. Memberikan kredit jangka menengah, panjang, atau turut dalam perusahaan
dengan persetujuan dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4. Memindahkan uang, baik dengan pemberitahuan secara telegram maupun
surat, ataupun dengan jalan memberikan wesel tunjuk di antara sesama
kantornya. Penarikan atas saldo kredit yang ada pada koresponden, dilakukan
secara telegram atau wesel tunjuk atau dengan cek.
5. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran,
menjalankan perintah untuk pemindahan uang, menerima pembayaran dari
tagihan atas kertas berharga dan melakukan perhitungan dengan atau
perantara pihak ketiga.
6. Mendiskonto:
a. Surat wesel dan surat order dengan dua penanggung jawab atau lebih
secara pada dan dengan masa berlaku yang tidak lebih lama dari pada
kebiasaan dalam perdagangan.
b. Surat wesel dan kertas dagang yang lain yang tidak lebih lama masa
berlakunya dari pada kebiasaan dalam perdagangan, baik yang ditarik
dengan jaminan surat kredit maupun dengan jaminan dokumen
pengangkutan.
c. Kertas perbendaharaan atas beban negara.
d. Surat hutang dengan pelunasan dalam enam bulan dan selama
diskontonya turut bertanggung jawab secara padu.
e. Mandat atau surat perintah membayar atas kas negara untuk rendemen
lelang.
7. Membeli dan menjual:
a. Wesel yang diakseptasi oleh bank yang waktu berlakunya tidak lebih
lama dari kebiasaan dalam perdagangan.
b. Kertas perbendaharaan atas beban negara.
c. Surat hutang yang tercatat pada suatu bursa efek yang resmi atas beban
negara atau bunga / pelunasannya dijamin oleh negara.

10
8.

Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang yang lain, dan
pembayaran dengan surat dan telegram, yang masa berlakunya tidak lebih
lama dari kebiasaan dalam perdagangan, dan ada jaminan yang lazim untuk
hal itu.
9. Memberi jaminan bank (bank guarantie) dengan tanggungan yang cukup.
10. Menyewakan tempat penyimpanan barang berharga.
11. Menjalankan usaha lain yang lazim dilakukan dalam suatu bank umum.
Konsep Efisiensi
Konsep efisiensi merupakan konsep yang tidak asing lagi bagi para pelaku
ekonomi termasuk para pelaku industri perbankan. Hal ini dikarenakan konsep
utama dalam ekonomi adalah mendapatkan keuntungan maksimal dengan biaya
tertentu. Menurut Farrel dalam Matthews (2010) efisiensi ekonomi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokasi.
Efisiensi teknis menurut Koopmans (1951) adalah suatu keadaan dimana
peningkatan pada beberapa output membutuhkan penurunan setidaknya satu
output lainnya atau membutuhkan peningkatan setidaknya satu input. Dengan kata
lain efisiensi teknis adalah pengurangan beberapa input yang membutuhkan
setidaknya peningkatan satu input lainnya atau pengurangan setidaknya pada satu
output. Dari definisi efisiensi inilah kemudian muncul definisi inefisiensi.
Inefisiensi adalah suatu posisi dimana seorang produsen dapat memproduksi
output yang sama setidaknya dengan kurang dari satu input atau menggunakan
input yang sama untuk memproduksi lebih dari setidaknya satu output.
Coelli, et al. (1998) menyatakan bahwa konsep efisiensi dibedakan
menjadi tiga yaitu: efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price
efficiency), dan efisiensi ekonomis (economic efficiency). Efisiensi teknis
mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu.
Efisiensi harga atau alokatif mengukur tingkat keberhasilan suatu perusahaan
dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat
nilai produk marginal setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya
marginalnya. Sedangkan efisiensi ekonomis adalah kombinasi antara efisiensi
teknis dan efisiensi harga.

Sumber: Farrel (1957)

Gambar 1 Efisiensi Teknis dan Alokatif
Secara lebih jelas, konsep mengenai efisiensi dapat dilihat dalam Gambar
1 yang dikembangkan oleh Farrel (1957). Menurut Farrel untuk menghitung

11
efisiensi bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan input dan
pendekatan output. Pendekatan input dijelaskan melalui kurva isocost yang
ditunjukkan oleh kurva AA’ dan isoquant yang ditunjukkan oleh kurva SS’.
Yang dibandingkan adalah dua penggunaan input terhadap satu output dengan
asumsi constant return to scale.
Dalam Gambar 1 dijelaskan terdapat dua input (x1 dan x2) untuk
menghasilkan satu output (y). Titik Q’ merupakan titik kombinasi input yang
paling efisien. Rasio 0Q:0P menjelaskan nilai efisiensi teknis. Sebuah perusahaan
secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan perusahaan lain, apabila
dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama, memperoleh output secara
fisik yang lebih tinggi. Rasio 0R:0Q menunjukkan ukuran efisiensi alokatif yaitu
ketika suatu perusahaan dapat menggerakkan outputnya dari titik Q ke titik Q’
dimana dengan biaya yang lebih rendah dapat menghasilkan output yang sama.
Sedangkan efisiensi ekonomi adalah kombinasi antara efisiensi teknis dengan
efisiensi alokatif.
Pendekatan output melihat seberapa besar peningkatan jumlah output
tanpa meningkatkan jumlah penggunaan input. Perbandingannya adalah kedua
input terhadap kombinasi output. Kurva yang dilihat adalah kurva kemungkinan
produksi dan isorevenue. Di dalam pendekatan output terdapat tiga tipe
penambahan output yaitu constant return to scale, decreasing return to scale, dan
increasing return to scale. Untuk pendekatan input dan output akan memberikan
perhitungan yang setara akan efisiensi teknis di dalam constant return to scale.
Tetapi tipe penambahan yang menunjukkan hasil yang berbeda adalah
decreasing/ increasing return to scale. Inefisiensi yang dihasilkan melalui
pendekatan output menunjukkan jumlah output yang dapat ditingkatkan tanpa
penambahan input.
Berdasarkan review komprehensif yang dilakukan oleh Berger dan
Humphrey (1997) terhadap 130 studi tentang efisiensi lembaga keuangan di 21
negara diketahui setidaknya ada dua pendekatan untuk mengukur efisiensi di
lembaga perbankan. Dua pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur nilai
efisiensi di lembaga perbankan adalah pendekatan non parametrik dan
pendekatan parametrik. Dari dua pendekatan tersebut, metode yang digunakan
untuk mengukur nilai efisiensi masih bisa dibagi kembali dan sampai saat
setidaknya ada lima metode yang biasa digunakan. Untuk pendekatan non
parametrik, metode yang biasa digunakan adalah Data Envelopment Analysis
(DEA) dan Free Disposal Hull (FDH). Metode yang biasa digunakan untuk
pendekatan parametrik adalah Stochastic Frontier Analysis (SFA), Distribution
Free Approach (DFA) dan Thick Frontier Approach (TFA).
Berdasarkan pada konsep efisiensi dalam industri perbankan maka
pendekatan pengukuran nilai efisiensi bank dapat dibedakan menjadi tiga
sebagaimana dikemukakan oleh Berger dan Mester (1997) yaitu cost efficiency,
profit efficiency, dan alternative profit efficiency. Cost efficiency mengukur
tingkat kedekatan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh suatu bank dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan oleh bank terbaik (best practice bank) untuk
menghasilkan jumlah output yang sama dalam kondisi yang sama. Semakin dekat
bank tersebut kepada bank terbaik yang menjadi acuan maka akan semakin tinggi
tingkat efisiensinya. Sebaliknya, semakin jauh bank tersebut dari bank terbaik
akan semakin rendah tingkat efisiensinya.

12
Berbeda dengan cost efficiency, pendekatan standard profit
efficiency menggunakan variabel laba (profit) sebagai pengganti variabel
biaya (cost). Standard profit efficiency mengukur seberapa dekat sebuah bank
kepada tingkat maksimum profit yang mungkin dihasilkan pada tingkat hargaharga input dan output tertentu. Pendekatan ketiga, alternative profit efficiency,
merupakan pengembangan dari profit efficiency. Pendekatan ini bisa membantu
bila beberapa asumsi yang mendasari pendekatan standard profit efficiency yang
tidak terpenuhi. Konsep efisiensi ini mengukur seberapa dekat suatu bank kepada
perolehan profit maksimum dengan tingkat output tertentu, bukan tingkat harga
dari output.
Jika dilihat dari hubungan input – output fungsi bank, nilai efisiensi bank
dapat diperoleh dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan produksi
(the production approach), dan pendekatan intermediasi (the intermediation
approach) (Sealey dan Lindley, 1977). Pendekatan produksi melihat institusi
finansial sebagai produsen dari akun deposit (deposit accounts) dan kredit
pinjaman (loans) dimana mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun
tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Input-input dalam kasus ini
dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap
(fixed assets) dan material lainnya.
Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial dalam hal
ini adalah bank sebagai intermediator dimana bank berfungsi merubah dan
mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit.
Dalam hal ini input-input institusional adalah biaya tenaga kerja dan modal, dan
pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit
pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investments). Yang terakhir
adalah pendekatan asset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi
finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan asset ini mirip
dengan pendekatan intermediasi namun dalam pendekatan asset ini output benarbenar didefinisikan dalam bentuk aset-aset.
Pengertian dan Konsep DFA
Metode DFA adalah salah satu metode penghitungan nilai efisiensi dengan
pendekatan parametrik. Metode ini dikembangkan oleh Berger. et al. pada tahun
1993 dengan tujuan membuat alternatif penghitungan nilai efisiensi selain SFA.
Berger membangun pendekatan DFA untuk menggantikan beberapa asumsi
statistik yang ketat dalam pendekatan SFA dengan asumsi sederhana dalam
dekomposisi residual. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa perbedaan biaya
(dalam konteks efisiensi biaya) yang berkaitan dengan inefisiensi biaya adalah
stabil sepenjang waktu dimana komponen acak (random error) bervariasi dan
cenderung mendekati rata-ratanya yaitu nol. Oleh karena itu, pendekatan DFA
umumnya menggunakan data panel.
Distribution Free Approach sebagai salah satu pendekatan yang
dikembangkan oleh Berger untuk menghitung nilai efisiensi suatu bank
merupakan pengembangan yang dilakukan Berger terhadap metode SFA. Salah
satu kritik dari pendekatan SFA adalah pendekatan ini membutuhkan asumsi
distribusi yang ketat pada komponen error vit dan komponen inefisiensi uit untuk
menguraikan residual yang mana kondisi ini tidak dapat terpenuhi oleh data.

13
Dalam literatur lain, selain menyebar normal (half normal), ada beberapa sebaran
lain bagi komponen inefisiensi uit, yaitu truncated normal, gamma, dan
eksponensial (Pere