Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku
EKSTERNALITAS PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DI
KABUPATEN BURU MALUKU
UNA SELVI TUAPUTY
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Eksternalitas
Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
ditesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Una Selvi Tuaputy
NRP H351110031
RINGKASAN
UNA SELVI TUAPUTY. Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat di
Kabupaten Buru Maluku. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI dan
ZUZY ANNA.
Pertambangan emas di Kabupaten Buru dimulai tahun 2012, dengan
ditemukan emas pada akhir tahun 2011di lokasi “Gunung Botak” atau biasa
disebut masyarakat adat dengan nama “Leabumi”. Pertambangan ini diatur oleh
Pemerintah adat Dataran Waeapo petuanan Kayeli yang diatur oleh Raja (Kepala
Desa) Kayeli dan Hinolong Baman (kewang/penjaga dataran tinggi) serta margamarga yang mempunyai hak atas wilayah Leabumi. Karena pertambangan yang
ada tidak ada campur tangan pemerintah maka pertambangan ini termasuk
pertambangan tanpa izin usaha (PETI) atau illegal.
Permasalahan umum yang terjadi di Kabupaten Buru dengan adanya
dampak pertambangan rakyat terhadap kehidupan masyarakat dan perubahan
kualitas lingkungan yaitu pencemaran Merkuri. Tujuan penelitian yaitu : 1)
mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan. 2)
mengidentifikasi kerusakan air tanah yang diakibatkan dari pertambangan. 3)
mengestimasi nilai perubahan produksi perikanan akibat pertambangan. 4)
mengidentifikasi dan menghitung biaya transaksi dari pertambangan emas rakyat
liar. 5) mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP
perbaikan kualitas lingkungan. 6) mengidentifikasi nilai eksternalitas dari kegiatan
pertambangan emas rakyat liar. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis
pendekatan statistik, uji laboratorium untuk kualitas air, analisis nilai perubahan
produksi perikanan, analisis willingness to pay dengan model contingent valuation
method (CVM), analisis regresi linier dan analisis logistic regression.
Hasil dari penelitian ini adalah : 1) Persepsi masyarakat terhadap
keberadaan pertambangan emas illegal ini 20 responden memilih ditutup dan 24
responden memilih dibuka. Responden yang merasakan akan adanya bahaya
lingkungan yang juga berpengaruh terhadap usahanya akan memilih ditutup,
sedangkan responden yang merasakan dampak positif dari pertambangan terhadap
pendapatan akan memilih dibuka. 2) Pertambangan emas rakyat di Kabupaten
Buru menimbulkan eksternalitas positif dan negatif. Penurunan kualitas
lingkungan dalam hal ini air sungai maupun air tanah di Kabupaten Buru belum
terdeteksi adanya Merkuri namun bukan berarti tidak terjadi pencemaran Merkuri,
karena Merkuri yang ada masih sangat kecil. 3) Akibat adanya pertambangan
produksi perikanan mengalami penurunan produksi pada tahun 2012 sebesar
1.560,2 ton. 4) Biaya masuk pertambangan diatur oleh Pemerintah Adat Dataran
Kayeli. Biaya masuk untuk penambang laki-laki sebesar Rp.750.000/orang/tiga
bulan, untuk penambang wanita sebesar Rp.500.000/orang/tiga bulan 5)
Kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan sebesar
Rp.430.000/orang/bulan. 6) Total kerugian pemerintah daerah terhadap pungutan
biaya masuk pertambangan emas rakyat ini adalah sebesar Rp.131.187.700.000/
tahun, dan total kerugian dari penurunan produksi perikanan adalah sebesar
Rp.1.214.227.000.
.
Kata kunci : Eksternalitas pertambangan, willingness to pay, produksi perikanan,
dampak ekonomi dan lingkungan.
SUMMARY
UNA SELVI TUAPUTY. The Illegal Gold Mining Externality in Buru District,
Maluku. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI and ZUZY ANNA.
The gold mining in Kabupaten Buru has been conducted since 2012, by the
discovery of gold at the end of 2011 in a "Gunung Botak" or commonly called as
"Leabumi" by the indigenous peoples. The regulation of the mining was arranged
by the local government, King in Kayeli (The head of village) and Hinolong
Baman (Kewang/guard plateau) and the clans who have the rights to “Leabumi”
region. The Absence of the government intervention is causing this mining
including mining without a business license (PETI) or illegal mining.
The general problem of this study is the presence impact of artisanal mining
in the community life and the decreasing environmental quality. The purpose of
research are: 1) Knowing the public perception of the mining existence. 2)
Identify ground water due to illegal gold mining. 3) Estimate the changes in
fisheries production due to illegal gold mining. 4) Identify and estimate the
transaction costs of illegal gold mining. 5) Identify and estimate WTP transaction
costs and WTP improving environmental quality. 6) Identify the value of
externalities of illegal gold mining activities. The methods of analysis used
statistic analysis approach, laboratory test for water quality, analysis of the
changes production fisheries, analysis of willingness to pay (WTP) with the model
contingent valuation method (CVM), multiple regression linear analysis and
logistic regression analysis.
The results of this study are: 1) Community perception of the existence of
this illegal gold mining were the 20 respondents chose closed and 24 respondents
chose opened. The respondents who felt the environmental hazards of the mining,
also affected his business would choose closing the mining. While selecting
respondents who felt the impact of mining on income would choose opening the
mining. 2) The gold mining in Buru Island gave positive and negative
externalities. The positive impacts are the availability of job opportunities and
increasing incomes. The negative impacts are the threat of environmental damage
that was caused by Mercury waste. 3) Fisheries production decreased in 2012
amounted to 1.560,2 tons, It was also caused the displacement of the profession of
fishermen to miners. 4) The mining entrance fee was set by the indigenous
government. Entry fee for male miners is IDR.750.000 /person/three months and
for women miners IDR 500.000/person/three months. 5) Willingness to pay for
environmental quality improvement were IDR 430.000/person/month. 6) Total
loss of local government because of the levies gold mining entrance fee was IDR
131.187.700 000 for years mining business, and total loss of fisheries production
decline amounted IDR. 1.214.227.000.
Keywords : Externality illegal mining, willingness to pay, fisheries production,
economic and environmental impacts.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
EKSTERNALITAS PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DI
KABUPATEN BURU MALUKU
UNA SELVI TUAPUTY
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir Achmad Fahrudin, M.Si
Judul Tesis : Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru
Maluku
Nama
: Una Selvi Tuaputy
NIM
: H351110031
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, M.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tesis dengan
judul Ekstenalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku. Tesis
ini merupakan salah satu persyaratan utama dalam mendapatkan gelar Magister
Sains di Sekolah Pascasarjana IPB. Penyusunan tesis ini juga tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa adanya arahan dan bimbingan dari komisi
pembimbing dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, lewat kesempatan ini
dengan tulus hati penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah memberikan banyak ilmu dan semangat kepada penulis,
2. Dr Dra Zuzy Anna, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah memberikan banyak ilmu, masukan dan semangat kepada penulis,
3. Dr Ir Achmad Fahrudin, M.Si selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan masukan untuk penyempurnaan tesis ini,
4. DIKTI sebagai lembaga sponsor yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut
Pertanian Bogor,
5. Kepada Pemerintah Kabupaten Buru terutama Dinas Pertambangan,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinasdinas terkait serta masyarakat Desa Dava, Dusun Nametek yang telah
membantu dalam memberikan informasi dan data-data untuk
kepentingan penelitian penulis,
6. Kepada Universitas Pattimura Ambon atas pengizinan melakukkan uji
sampel penelitian di laboratorium, serta data sekunder yang sangat
membantu penulisan tesis ini.
7. Mama dan Papa tercinta, atas doa dan dukungan yang berlimpah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Abang tercinta Ahmad Irhandi atas bantuannya dalam pengumpulan
data, doa serta semangat yang selalu diberikan kepada penulis,
9. Adik tersayang Syahrul Tuaputty, atas doa dan semangat yang selalu
diberikan kepada penulis,
10. Keluarga Hi. Tamzil chatib dan istri caca Suraiz, serta semua keluarga
besar Lisaholet tersayang atas doa serta dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini,
11. Teman-teman kuliah PS ESL 2011, terutama angela, mbak nisa atas
bantuan dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada kekurangan. Akan tetapi
dengan segala kekurangan yang ada semoga tesis ini dapat memberikan
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Una Selvi Tuaputy
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii
1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang ....................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................................ 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................... 4
Manfaat Penelitian .................................................................................................. 4
Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 4
2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5
Pertambangan Rakyat ............................................................................................ 5
Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Pertambangan Rakyat ................................... 6
Dampak Pertambangan Rakyat .............................................................................. 7
Eksternalitas Pertambangan Rakyat ...................................................................... 7
Jenis-Jenis Eksternalitas ........................................................................................ 8
Eksternalitas Lingkungan Akibat Pertambangan ................................................. 9
Solusi Eksternalitas ............................................................................................... 10
Willingness To Pay ............................................................................................... 10
Contingent Valuation Method .............................................................................. 10
Definisi Biaya Transaksi ...................................................................................... 11
Klasifikasi Biaya Transaksi .................................................................................. 11
Tinjauan Penelitian Sejenis Terdahulu ................................................................. 12
3 KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 15
Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 15
4 METODE PENELITIAN.................................................................................... 17
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 17
Jenis dan Sumber Data ......................................................................................... 17
Metode Pengambilan Sampel ............................................................................... 18
Metode Analisis Data ............................................................................................ 19
Analisis Dampak Pertambangan Terhadap Ekonomi Lingkungan ....................... 19
Analisis Kerusakan Lingkungan ........................................................................... 20
Analisis Perubahan Kualitas Air............................................................................ 20
Analisis Nilai Perubahan Produktivitas Perikanan ............................................... 20
Analisis Nilai Willingness To Pay ......................................................................... 20
Metode Regresi Linier Berganda .......................................................................... 22
Analisis Logistic Regression ................................................................................ 24
Daftar Isi (lanjutan)
Analisis Keuntungan Usaha Pertambangan .......................................................... 24
Batasan dan Pengukuran ....................................................................................... 25
Asumsi Penelitian ................................................................................................. 25
5 GAMBARAN UMUM ......................................................................................... 25
Kondisi Umum Wilayah Penelitian ...................................................................... 25
Kondisi Sosio Demografi Wilayah Penelitian ...................................................... 26
Penduduk .............................................................................................................. 26
Pendidikan ............................................................................................................ 26
Gambaran Umum Kegiatan Pertambangan .......................................................... 27
Potensi Pertambangan Emas Di Kabupaten Buru ................................................ 27
Aktivitas Pertambangan Emas Rakyat Di Gunung Botak .................................... 28
Penambang Emas Gunung Botak ......................................................................... 29
Responden Nelayan .............................................................................................. 32
Responden Desa Dava .......................................................................................... 33
Karakteristik Penduduk Asli Pulau Buru .............................................................. 35
Karakteristik Masyarakat Pendatang .................................................................... 36
6 EKSTERNALITAS PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT .......................... 37
Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pertambangan emas .......... 37
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan .................................... 39
Analisis Pendapatan Penambang dan Non Penambang ....................................... 39
Analisis Pendapatan Penambang .......................................................................... 41
Analisis Keuntungan Usaha Pertambangan .......................................................... 42
Dampak Pertambangan Terhadap Sosial Ekonomi .............................................. 43
Dampak Lingkungan Di Kabupaten Buru ............................................................ 45
Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan ................................................... 45
Potensi dan Bahaya DAS Wae Apu Pulau Buru .................................................. 45
Limbah Pertambang ............................................................................................... 46
Bahaya Pencemaran Limbah Merkuri di Lingkungan ........................................... 47
Kondisi Air Di Kabupaten Buru Provinsi Maluku ................................................ 48
Kondisi Air Di Desa Dava ..................................................................................... 49
Penurunan Produksi Perikanan Kabupaten Buru .................................................. 51
Nilai Perubahan Total Penangkapan Ikan Kabupaten Buru ................................. 52
Biaya Transaksi Usaha Pertambangan Rakyat ..................................................... 54
Analisis Willingness To Pay ................................................................................. 57
Analisis Willingness To Pay Biaya Masuk .......................................................... 57
Analisis Willingness To Pay Biaya Perbaikan Kualitas Lingkungan ................... 59
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Willingness To Pay .............. 61
Nilai Eksternalitas Pertambangan Emas ............................................................... 64
7 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 65
Simpulan ............................................................................................................... 65
Saran ..................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 67
LAMPIRAN ............................................................................................................. 70
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. 98
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Penelitian Terdahulu Yang Relevan .................................................................... 14
Matriks Penelitian ................................................................................................ 18
Jumlah Sampel Penelitian ................................................................................... 19
Jumlah Penduduk Desa Dava .............................................................................. 26
Rencana Wilayah Pertambangan Emas ............................................................... 27
Karakteristik Responden Penambang .................................................................. 31
Karakteristik Responden Nelayan ........................................................................ 33
Karakteristik Responden Desa Dava .................................................................... 34
Pekerjaan Sebelum dan Sesudah Adanya Pertambangan .................................... 35
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pertambangan Emas Rakyat .......... 37
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat ........................... 39
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Penambang ............................. 41
Keuntungan Usaha Penambang ........................................................................... 42
Harga Sembako Di Kabupaten Buru ................................................................... 44
Sebaran Kandungan Merkuri Disedimen dan Air Di Sekitar Pertambangan ....... 48
Hasil Pengujian Air Di Desa Dava ...................................................................... 51
Penurunan Produksi Berdasarkan Jenis Ikan ...................................................... 52
Perubahan Produksi Perikanan Kabupaten Buru ................................................ 52
Biaya Masuk Sebagai Kerugian Pemerintah ....................................................... 57
Distribusi WTP Biaya Masuk Pertambangan ..................................................... 58
Total WTP Biaya Masuk Penambang ................................................................. 59
Distribusi WTP Biaya Pembayaran Perbaikan Kualitas Lingkungan ................. 60
Total WTP Biaya Perbaikan Kualitas Lingkungan ............................................. 61
Faktor-Faktor Nilai WTP Penambang Terhadap Biaya Masuk .......................... 62
Faktor-Faktor Nilai Analisis Nilai WTP Perbaikan Kualitas Lingkungan ......... 63
Nilai Total Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat ........................................ 64
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Eksternalitas Negatif Pada Pertambangan Emas Rakyat ...................................... 8
Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 16
Peta Lokasi Penelitian ......................................................................................... 17
Lokasi Pertambagan Emas Di Kabupaten Buru .................................................. 27
Lubang Galian Tambang Emas Di Gunung Botak ............................................. 28
Alat Tromol ......................................................................................................... 29
Rumah Adat Penduduk Asli Pulau Buru .............................................................. 36
Limbah Pertambangan ........................................................................................ 46
Kondisi Air Tanah Desa Dava ............................................................................ 50
Perahu Ketinting dan Alat Penangkapan .............................................................. 53
Aliran Biaya Transaksi Pertambangan Gunung Botak ....................................... 55
Data Identitas Penambang dan Kijang ................................................................ 56
Kurva Penawaran WTP Biaya Masuk Penambang Di Gunung Botak ............... 58
Kurva Penawaran WTP Penambang Terhadap Biaya Perbaikan Lingkungan .... 61
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Peta Lokasi Penelitian ......................................................................................... 70
Jumlah Produksi Ikan Kabupaten Buru .............................................................. 71
Perubahan Produktivitas Perikanan ..................................................................... 71
Analisis Regresi Logistik Persepsi Masyarakat Terhadap Pertambangan .......... 72
Regresi Pendapatan Penambang dan Non Penambang ....................................... 76
Regresi Pendapatan Penambang ........................................................................ 80
Regresi WTP Biaya Masuk Penambang ............................................................. 83
Regresi WTP Biaya Perbaikan Kualitas Lingkungan ......................................... 87
Data Keuntungan dan Pendapatan Penambang .................................................. 90
Dampak Dari Penambangan Pada Berbagai Aspek Di Kabupaten Buru ............ 92
Dokumentasi Penelitian ....................................................................................... 95
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya alam yang dimiliki Negara Indonesia sangatlah melimpah baik
sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya
alam non hayati yang dimiliki Indonesia salah satunya adalah sumber daya
mineral. Sumber daya mineral yaitu berupa minyak bumi, emas, batu bara, perak,
timah, dan lain-lain. Sumber daya mineral merupakan sumber daya yang tidak
terbarukan, artinya tidak dapat tumbuh maupun dikembang biakan oleh manusia.
Sumber daya mineral yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Salah
satu sumber daya mineral yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat adalah emas. Eksploitasi sumber daya mineral diatur dalam
undang-undang dasar nomor 4 tahun 2009, tentang pertambangan mineral dan
batu bara.
Daerah-daerah yang berpotensi memiliki sumber daya mineral dan telah
memproduksi emas di Indonesia yaitu : Timika (Papua), Cikotok (Jawa Barat),
Bengkalis (Riau), Tanggamus (Lampung), Bombana (Sulawesi Tenggara), Rejang
Lebong (Bengkulu), Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara), Logas (Riau),
Sarolangun (Jambi), Merangin (Jambi), Meuleboh (Nanggroe Aceh Darussalam),
Monterado (Kalimantan Barat), Malinau (Kalimantan Timur), Kotabaru
(Kalimantan Selatan), Kapuas (Kalimantan Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur)
(Ahyani ,2011).
Usaha pertambangan secara langsung mengambil bahan galian dari alam,
sehingga usaha ini disebut sebagai industri dasar tanpa daur ulang. Menurut
Ahyani (2011), industri pertambangan akan selalu berhadapan dengan sesuatu
yang serba terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya.
Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan usaha harus meningkatkan
keselamatan kerja serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan
demikian dalam mengelola sumber daya mineral diperlukan penerapan sistem
pertambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknik maupun
ekonomis, agar perolehannya dapat optimal.
Usaha penggalian mineral yang ada di Indonesia yaitu usaha pertambangan
secara industri (perusahaan) dan usaha secara perorangan atau kelompok
(individu). Izin usaha pertambangan diatur dalam peraturan menteri energi dan
sumber daya mineral Republik Indonesia nomor 24 tahun 2012, tentang
perubahan atas peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor 28 tahun
2009 tentang penyelenggaraan usaha jasa pertambangan mineral dan batu bara.
Undang-undang pertambangan juga mewajibkan pemerintah memperoleh iuran
produksi pertambangan sebesar 10% dari hasil tambang yang diperoleh
penambang.
Usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang,
atau perusahaan/yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memilki
izin dari instansi pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian, izin, rekomendasi, atau bentuk apapun yang diberikan kepada
perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan/yayasan oleh instansi
2
pemerintah di luar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat
dikategorikan sebagai PETI. Pertambangan emas rakyat atau pertambangan skala
kecil ini termasuk pertambangan tanpa izin (PETI) biasanya mempunyai
keterbatasan ekonomi/permodalan, pendidikan/pengetahuan dan ketrampilan.
(KEMSDM, 2000).
Sumber daya mineral berupa logam mulia atau emas ditemukan di Provinsi
Maluku pada akhir tahun 2011. Pertambangan logam mulia atau emas ini terdapat
di Kabupaten Buru tepatnya di Gunung Botak. Keberadaan pertambangan ini
membuat banyak penduduk sekitar maupun penduduk dari luar Maluku
berdatangan untuk mencari emas. Hasil survei oleh Pemerintah Kabupaten Buru
awal tahun 2012 jumlah penambang di Gunung Botak ± 50 ribu jiwa baik pria,
wanita maupun anak-anak. Pertambangan emas di lokasi Gunung Botak dikelola
secara adat, karena areal pertambangan adalah areal milik masyarakat yang
diklaim oleh empat marga adat sebagai milik mereka. Saat ini pengolahan lokasi
tambang masih secara tradisional yang diatur oleh tetua adat petuanan Dataran
Waeapo.
Pertambangan emas di Kabupaten Buru termasuk dalam usaha
pertambangan emas rakyat atau pertambangan tanpa izin usaha (PETI).
Pertambangan akan mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan, dan juga
berdampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Buru.
Seperti juga perusahaan pertambangan, pertambangan rakyat ini juga dituding
sebagai sumber terjadinya degradasi lingkungan. Mulai dari rusaknya bentang
alam, lenyapnya vegetasi permukaan, meningkatnya erosi, bahkan peristiwa banjir
dan kekeringan, dan sejumlah kerusakan lingkungan lainnya. Kegiatan
pertambangan di Kabupaten Buru, secara langsung membawa perubahan pada
lingkungan, sosial dan ekonomi. Kegiatan pertambangan juga menimbulkan
eksternalitas terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten
Buru. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat yaitu kenaikan pendapatan,
namun pada kenyataanya dampak negatif seringkali lebih dominan dibandingkan
dampak positif atau adanya eksternalitas dari kegiatan ekonomi manusia terhadap
lingkungannya.
Perumusan Masalah
Suatu pembangunan akan bermakna lebih baik ketika memiliki
keberlanjutan (sustainability). Faktor penting untuk tercapainya keberlanjutan
tersebut adalah faktor yang berkaitan dengan lingkungan. Di Kabupaten Buru
masalah lingkungan menjadi isu yang sangat penting karena kegiatan ekonomi
masyarakat sebagian besar berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam.
Sektor yang berkaitan dengan sumber daya alam dan tergantung pada masalah
lingkungan yaitu sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan.
Ketika kualitas lingkungan mengalami penurunan, kegiatan ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam itu juga akan mengalami penurunan.
Pertambangan illegal yang tidak terkendali akan mengancam kelestarian
lingkungan. Jika lingkungan sudah tercemar dengan limbah bahan kimia
pertambangan maka dipastikan akan berdampak pada lahan pertanian,
pencemaran laut serta dalam jangka panjang dapat mengancam kesehatan
penduduk setempat karena mengkonsumsi air serta bahan pangan yang telah
3
tercemari logam berat limbah pertambangan. Oleh karena itu, tantangan besar
bagi Kabupaten Buru adalah menjaga kelestarian lingkungan. Dengan demikian,
pemanfaatan sumber daya alam itu tidak hanya untuk kepentingan sesaat dan
jangka pendek, melainkan untuk kelangsungan alam itu sendiri dan kelangsungan
pemanfaatannya oleh gerenasi berikutnya. Usaha pertambangan sering kali
menimbulkan banyak masalah terhadap kehidupan manusia dan lingkungan
sekitar. Permasalahan umum yang sering muncul dikawasan pertambangan adalah
pencemaran terhadap lingkungan tanah dan air yang berakibat pada penurunan
kualitas produksi tanah dan air sehingga dalam pengembangan ekonomi
pembukaan lahan pertambangan, produksi dan pasca tambang sering
menimbulkan dampak bagi manusia.
Permasalahan yang akan terjadi di Kabupaten Buru dengan adanya dampak
pertambangan terhadap kehidupan masyarakat dan perubahan kualitas lingkungan
yaitu pencemaran Merkuri di sungai sehingga mengakibatkan kerusakan pada air
dan produksi perikanan. Pertambangan rakyat ini juga didorong oleh keinginan
masyarakat untuk mengubah kehidupan ekonomi sehingga mendorong
penambang dari Maluku maupun dari berbagai daerah di Indonesia berbondongbondong ingin melakukan usaha tambang di Kabupaten Buru. Hal ini
mengakibatkan tingginya eksploitasi bahan galian B (emas) yang ada, sehingga
dampak kerusakan sungai akibat Merkuri sebagai ekstraksi emas saat ini sudah
mulai dirasakan oleh masyarakat.
Pertambangan emas rakyat ini juga memberikan kerugian yang besar
terhadap pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan usaha pertambangan emas rakyat
ini belum memiliki izin usaha dan pertambangan emas rakyat yang ada di Dataran
Waeapo termasuk golongan usaha rakyat atau pertambangan tanpa izin (PETI),
sehingga pemerintah tidak dapat mengambil pungutan pajak dari para penambang.
Adanya pertambangan rakyat ini juga mendorong usaha-usaha ekonomi lain yang
bermunculan di lokasi pertambangan, salah satunya usaha warung yang
menyediakan kebutuhan para penambang di Gunung Botak. Usaha pertambangan
emas rakyat ini akan memberikan dampak terhadap kehidupan sosial, ekonomi
serta dampak terhadap lingkungan. Jika lingkungan tercemar maka akan
menimbulkan dampak yang luas terhadap sektor perikanan, sehingga terjadi
penurunan hasil tangkapan dan pendapatan nelayan di pesisir Kabupaten Buru.
Dari uraian permasalahan diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pertambangan emas rakyat di
Kabupaten Buru?
2. Bagaimana kerusakan air akibat pertambangan emas rakyat?
3. Bagaimana perubahan produksi perikanan akibat pertambangan emas?
4. Seberapa besar biaya transaksi yang dikeluarkan untuk menjalankan
usaha?
5. Mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP
perbaikan kualitas lingkungan?
6. Seberapa besar nilai eksternalitas yang ditimbulkan dari kegiatan
pertambangan emas rakyat di Kabupaten Buru ?
4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat dirinci tujuan umum dan
tujuan khusus penelitian sebagai berikut :
Tujuan umum penelitian yaitu : Mengetahui dan menghitung nilai eksternalitas
yang ditimbulkan dari petambangan emas, dan
Tujuan khusus penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan.
2. Mengidentifikasi kerusakan air yang diakibatkan dari pertambangan.
3. Mengestimasi nilai perubahan produksi perikanan akibat pertambangan.
4. Mengidentifikasi dan menghitung biaya transaksi dari pertambangan.
5. Mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP perbaikan
kualitas lingkungan.
6. Mengidentifikasi nilai eksternalitas dari kegiatan pertambangan emas rakyat.
Manfaat Penelitian
Dengan penelitian yang dilakukan ini mampu memberikan manfaat antara
lain:
1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Maluku
dan Pemerintah Kabupaten Buru sebagai bahan pertimbangan pembuatan
keputusan untuk menetapkan kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonomi serta menerapkan aturan untuk peningkatan kualitas lingkungan
masyarakat Kabupaten Buru.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat di lokasi penelitian untuk lebih dapat
memahami dan mengetahui keberadaan pertambangan yang dapat memberi
dampak positif maupun negatif terhadap sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk mengkaji, dalam bidang yang sama
dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melihat eksternalitas negatif maupun eksternalitas positif
yang terjadi akibat adanya pertambangan emas rakyat di Kabupaten Buru. Adapun
ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya dilakukan di Kabupaten Buru Provinsi Maluku dan
khususnya di Kecamatan Waelata dan Kecamatan Namlea. Penelitian ini
mengambil responden dari mayarakat Desa Dava, para penambang dan nelayan
Dusun Nametek yang secara langsung merasakan dampak dari pertambangan.
2. Penelitian ini difokuskan pada eksternalitas yang muncul dari adanya usaha
pertambangan emas rakyat.
3. Dampak lingkungan yang dilihat dalam penelitian ini adalah kualitas air serta
perubahan produksi perikanan.
4. Menghitung WTP biaya masuk dan biaya perbaikan kualitas lingkungan.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pertambangan Rakyat
Istilah tambang rakyat secara resmi terdapat pada Pasal 2 huruf n, UU No.
11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam pasal ini
disebutkan bahwa pertambangan rakyat adalah satu usaha pertambangan bahanbahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat
secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk
pencaharian sendiri. Golongan A (bahan galian strategis, seperti minyak bumi,
bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara,
uranium, nikel, kobalt dan timah), golongan B (bahan galian vital, seperti besi,
mangan, tembaga, timbale, emas, perak, intan, kristal kuarsa dan belerang) dan
golongan C (bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital,
seperti marmer, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, tanah liat, batu
permata, dan batu setengah permata) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara
kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk
pencarian sendiri. Kegiatan pertambangan rakyat dilakukan pada wilayah yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR).
Tambang emas di Maluku Kabupaten Buru merupakan salah satu
pertambangan emas tanpa izin (PETI) atau rakyat. Usaha tanpa izin ini dilakukan
perorang dan perkelompok di salah satu lokasi Pulau Buru tepatnya di Gunung
Botak. Hal ini menyebabkan kerugian terhadap pemerintah daerah maupun
terhadap lingkungan masyarakat, namun disisi lain dengan adanya pertambangan
mampu menambah penghasilan masyarakat dan meningkatkan perekonomian
penduduk Kabupaten Buru.
Undang-undang dasar nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Dijelaskan dalam pasal 36 huruf k yang berbunyi;
larangan melakukan pertambangan mineral pada wilayah yang apabila secara
teknis atau ekologis, sosial dan budaya menimbulkan kerusakan lingkungan atau
pencemaran lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar. Artinya dalam
undang-undang dasar pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, secara
tegas pemerintah melarang melakukan usaha tambang mineral jika usaha tersebut
mempengaruhi atau merusak lingkungan daerah pesisir dan masyarakat sekitar.
Dalam UUD 27 tahun 2007 menerangkan kewajiban dan peranan serta
masyarakat. Dijelaskan dalam pasal 60 ayat 1 huruf c yaitu melakukan kegiatan
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan hukum adat
yang berlaku dan tidak bertentangan dengan peraturan undang-undang dasar.
Serta ayat 2 huruf b yang berbunyi menjaga, melindungi dan memelihara
kelestarian pesisir dan pulau-pulau kecil.
Faktor-faktor Penyebab Munculnya Pertambangan Rakyat
Menurut Tim Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin (PETI)
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2000), faktor-faktor timbulnya
kegiatan pertambangan rakyat diantaranya adalah kemiskinan, keterbatasan
lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta keterlibatan pihak lain yang bertindak
sebagai pemodal. Salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk keluar
6
dari kemiskinan dan memperoleh pendapatan yang layak adalah dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada, diantaranya adalah bahan galian
(bahan tambang) dan mudah dijual dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi,
salah satunya adalah penambangan emas dan bahan galian lainnya seperti batu
bara dan timah.
Keberadaan pihak ketiga (penyandang dana) yang memanfaatkan
masyarakat tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang besar merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan makin maraknya kegiatan pertambangn oleh rakyat
yang sudah mengarah kepada kegiatan pertambangan tanpa izin, sebagai mana
disinyalir oleh tim penanggulangan masalah pertambangan tanpa izin.
Departemen Energi dan Sumber daya Mineral dalam publikasi yang diterbitkan
pada tahun 2000, menjelaskan faktor pendorong kehadiran PETI dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Faktor Sosial , yaitu :
a. Keberadaan penambang tradisional oleh masyarakat setempat yang telah
berlangsung secara turun - temurun.
b. Hubungan yang kurang harmonis antara pertambangan resmi/berizin dengan
masyarakat setempat.
c. Penafsiran keliru tentang reformasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa
batas.
2. Faktor Hukum, yaitu :
a. Ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan perundang- undangan yang
berlaku dibidang pertambangan.
b. Kelemahan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan, yang
antara lain tercermin dalam kekurang berpihakan kepada kepentingan
masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap pertambangan
resmi/berizin yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur).
c. Kelemahan dalam penegakan hukum dan pengawasan.
3. Faktor Ekonomi, yaitu :
a. Keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang sesuai dengan
tingkat keahlian/ ketrampilan masyarakat.
b. Kemiskinan dalam berbagai hal, miskin secara ekonomi, pengetahuan, dan
ketrampilan.
c. Keberadaan pihak ketiga yang memanfaatkan kemiskinanuntuk tujuan
tertentu, yaitu penyandang dana (cukong), backing (oknum aparat) dan
LSM.
d. Krisis ekonomi berkepanjangan yang melahirkan pengangguran terutama
dari kalangan masyarakat bawah. Penemuan cadangan baru oleh perusahaan
tambang resmi/ berizin.
Dampak Pertambangan Rakyat
Masalah pertambangan tanpa izin oleh Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral dalam publikasi mengenai penanggulangan masalah pertambangan
tanpa izin tahun 2000, yaitu kegiatan pertambangan yang masuk kepada kategori
PETI pada umumnya tidak memenuhi berbagai kriteria yang dapat diterima baik
dari aspek ekonomi, konservasi, pengelolaan lingkungan, keselamatan dan
kesejahteraan kerja. Hal ini menimbulkan dampak negatif yang banyak disoroti
dari kegiatan pertambangan rakyat seperti : kehilangan penerimaan negara,
7
kerusakan lingkungan hidup, kecelakaan tambang, pemborosan sumber daya
mineral, pelecehan hukum, dan kerawanan sosial. Disamping dampak negatif
tersebut, kegiatan pertambangan rakyat juga memberikan dampak positif,
khususnya bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan itu sendiri,
yaitu sebagai lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan utama bagi penambang
dan keluarganya.
Eksternalitas Pertambangan Rakyat
Menurut Baumol 1978, eksternalitas adalah efek yang timbul dari suatu
kegiatan yang tidak dikompensasi ataupun diapreasiasi. Kolm (1971) seperti
dikutip oleh Simarmata (1994) mendefinisikan eksternalitas sebagai dampak dari
keputusan seseorang pada orang lain tanpa melibatkan penerima dampak dalam
proses pembuatan keputusan tersebut. Dengan kata lain eksternalitas adalah
dampak negatif atau positif yang tidak memiliki harga dimana baik penghasil
maupun penerimanya tidak merasa memilikinya. Dengan demikian, eksternalitas
baik positif maupun negatif tidak dapat diperjual belikan karena tidak adanya
harga dan property rights.
Fauzi (2006), mengartikan eksternalitas sebagai dampak kegiatan produksi
atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas pihak lain secara tidak
diinginkan. Dampak ini tidak hanya terkait dengan pengelolaan sumber daya
alam. Musik yang terlalu keras, asap rokok yang terhisap dari orang lain, parfum
yang tercium baik yang berbau sedap ataupun sebaliknya merupakan contohcontoh dari eksternalitas yang ditemukan pada kegiatan sehari-hari. Dari sejumlah
definisi yang disampaikan oleh para pakar ekonomi tersebut, kita bisa menarik
sebuah pengertian bahwa eksternalitas merupakan dampak suatu kegiatan yang
dirasakan baik oleh pihak penghasil dampak tersebut maupun pihak lain yang
sama sekali tidak terlibat dalam proses kegiatan yang menimbulkan dampak
tersebut.
Eksternalitas pertambangan emas rakyat adalah dampak kegiatan produksi
suatu barang tambang yang dilakukan oleh penambang liar, mempengaruhi
lingkungan maupun masyarakat disekitar pertambangan. Eksternalitas yang
menguntungkan maupun yang merugikan menyebabkan pasar tidak bisa efisien.
Gambar 1 menunjukkan kurva eksternalitas merugikan atau eksternalitas negatif.
Dicontohkan sebuah kegiatan usaha pertambangan menurut standar industri
haruslah memiliki fasilitas pengolahan limbah, akan tetapi pada kenyataannya
perusahaan sering kali membuang limbahnya ke badan sungai dan belum
mendapat perhatian penuh dari pemerintah, sehingga perusahaan mampu
memproduksi barang sampai penawaran S2.
Keseimbangan pasar akan terjadi saat jumlah emas yang di jual Q2. Namun
dengan memproduksi emas sebesar Q2 maka akan mengakibatkan penderitaan
terhadap penduduk, karena akan terjadi peningkatan pencemaran. Pederitaan itu
merupakan biaya sosial atau (social cost). Agar tidak terjadi kerugian terhadap
masyarakat pemerintah haruslah tegas dalam mewajibkan perusahaan memiliki
fasilitas pengolahan limbah, dan kemampuan penawaran perusahan adalah sebesar
S1. Keseimbangan yang efisien terjadi di Q1.
Harga
S1
8
S2
Q1
Q2
Kuantitas lingkungan
Gambar 1 Eksternalitas Negatif Pada Pertambangan Emas Rakyat
Sumber : Disesuaikan dengan Rahardja dan Manurung (2010)
Jenis-Jenis Eksternalitas
Eksternalitas lingkungan dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruhnya
terhadap individu dan wilayah. Pencemaran lingkungan atau kerusakan
lingkungan dapat dikelompokkan sebagai eksternalitas daerah/lokal seperti terjadi
kerusakan air danau, kerusakan tanah dan polusi udara. Putri et al. (2010)
membagi eksternalitas berdasarkan sebab dan dampak yang dimunculkan serta
interaksi agen ekonomi. Eksternalitas berdasarkan interaksi agen ekonomi
misalnya adalah sebagai berikut :
a. Dampak produsen terhadap produsen lain
Suatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal
terhadap produsen lain jika kegiatanya itu mengakibatkan terjadinya
perubahan atau penggeseran fungsi produksi dari produsen lain, contoh
dampak atau efek yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu proses
produksi pengolahan ikan sardine menghasilkan limbah produk yang
dimasukkan kedalam aliran sungai, sehingga produsen ikan yang
menggunakan air dari aliran sungai tersebut akan dirugikan karena
produksinya menurun.
b. Dampak produsen terhadap konsumen
Suatu produsen dikatakan mempunyai dampak terhadap konsumen, jika
aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga
(konsumen). Contohnya yaitu pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi
polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena
pertambangan, serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyamanan
konsumen atau masyarakat luas.
c. Dampak konsumen terhadap konsumen lain
Dampak ini terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu
mempengaruhi atau menggangu fungsi utilitas konsumen lain. Dampak atau
efek dari kegiatan ini contohnya yaitu bisingan suara pemotong rumput
tetangga, kebisingan bunyi radio atau musik tetangga, asap rokok seseorang
terhadap orang sekitarnya dan sebagainya.
d. Dampak konsumen terhadap produsen
Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen
mengganggu fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen
9
tertentu. Dampak jenis ini misalnya terjadi ketika limbah rumah tangga
terbuang ke aliran sungai dan mencemari sungai sehingga menganggu
perusahan tertentu yang memanfaatkan air seperti nelayan atau perusahaan
yang memanfaatkan air bersih.
Eksternalitas Lingkungan Akibat Pertambangan
Lingkungan adalah keseluruhan dari keadaan disekitar suatu kelompok
organisme, yang dapat berupa: 1) kombinasi dari kondisi fisik eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup organisme,
dan 2) kondisi sosial dan budaya mempengaruhi individu atau komunitas.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Menurut Putri
et al. (2010) pencemaran air adalah masuknya atau dimasukan mahluk hidup, zat,
energy dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan pengertian ini masalah
pencemaran air terkait dengan tiga hal penting, yaitu 1) unsur yang masuk atau
dimasukkan kedalam air, 2) kualitas atau penurunan kualitas air, dan 3)
peruntukan air.
Menurut Harsanto (1995), air dikatakan tercemar jika mengalami hal-hal
berikut : a) air mengandung zat, energi dan komponen lain yang dapat merubah
fungsi air sesuai peruntukkannya atau disebut parameter pencemaran, b)
kandungan parameter pencemaran di dalam air telah melampaui batas toleransi
tertentu atau disebut baku mutu hingga menimbulkan pengaruh terhadap
pemanfaatannya.
Lingkungan yang terkontaminasi oleh Merkuri dapat membahayakan
kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Merkuri terakumulasi dalam
mikro-organisme yang hidup di air (sungai, danau, laut) melalui proses
metabolisme. Bahan-bahan yang mengandung Merkuri yang terbuang kedalam
sungai atau laut dimakan oleh mikro-organisme tersebut dan secara kimiawi
berubah menjadi senyawa methyl-Merkuri. Mikroorganisme dimakan ikan
sehingga methyl-Merkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil
menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Oleh
karenanya, usaha pengolahan emas dengan menggunakan Merkuri seharusnya
tidak membuang limbahnya (tailing) ke dalam aliran sungai sehingga tidak terjadi
kontaminasi Merkuri pada lingkungan disekitarnya, dan tailing yang mengandung
Merkuri harus ditempatkan secara khusus dan ditangani secara hati-hati.
Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti
“perak cair” (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair
pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor
listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang
kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.90C dan mendidih pada
temperatur 3570C (Stwertka 1998 dalam Dwioktavia, 2011). Dengan karakteristik
demikian Merkuri sering dimanfaatkan untuk berbagai peralatan ilmiah, seperti
termometer, barometer, termostat, lampu fluorescent, obat-obatan, insektisida,
dsb.
Solusi Eksternalitas
10
Model dasar untuk membangun prinsip kebijakan ekonomi dalam
memecahkan masalah eksternalitas. Contoh hubungan ekonomi antara perusahan
penambang emas dengan usaha perikanan. Meski tidak ada hubungan keputusan
ekonomi dari unit usaha tersebut, namun keduanya menjadi terkait karena adanya
sungai sebagai barang publik. Penambang tersebut membuang limbahnya berupa
zat Merkuri ke dalam sungai yang menjadi sumber mata p
KABUPATEN BURU MALUKU
UNA SELVI TUAPUTY
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Eksternalitas
Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
ditesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Una Selvi Tuaputy
NRP H351110031
RINGKASAN
UNA SELVI TUAPUTY. Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat di
Kabupaten Buru Maluku. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI dan
ZUZY ANNA.
Pertambangan emas di Kabupaten Buru dimulai tahun 2012, dengan
ditemukan emas pada akhir tahun 2011di lokasi “Gunung Botak” atau biasa
disebut masyarakat adat dengan nama “Leabumi”. Pertambangan ini diatur oleh
Pemerintah adat Dataran Waeapo petuanan Kayeli yang diatur oleh Raja (Kepala
Desa) Kayeli dan Hinolong Baman (kewang/penjaga dataran tinggi) serta margamarga yang mempunyai hak atas wilayah Leabumi. Karena pertambangan yang
ada tidak ada campur tangan pemerintah maka pertambangan ini termasuk
pertambangan tanpa izin usaha (PETI) atau illegal.
Permasalahan umum yang terjadi di Kabupaten Buru dengan adanya
dampak pertambangan rakyat terhadap kehidupan masyarakat dan perubahan
kualitas lingkungan yaitu pencemaran Merkuri. Tujuan penelitian yaitu : 1)
mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan. 2)
mengidentifikasi kerusakan air tanah yang diakibatkan dari pertambangan. 3)
mengestimasi nilai perubahan produksi perikanan akibat pertambangan. 4)
mengidentifikasi dan menghitung biaya transaksi dari pertambangan emas rakyat
liar. 5) mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP
perbaikan kualitas lingkungan. 6) mengidentifikasi nilai eksternalitas dari kegiatan
pertambangan emas rakyat liar. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis
pendekatan statistik, uji laboratorium untuk kualitas air, analisis nilai perubahan
produksi perikanan, analisis willingness to pay dengan model contingent valuation
method (CVM), analisis regresi linier dan analisis logistic regression.
Hasil dari penelitian ini adalah : 1) Persepsi masyarakat terhadap
keberadaan pertambangan emas illegal ini 20 responden memilih ditutup dan 24
responden memilih dibuka. Responden yang merasakan akan adanya bahaya
lingkungan yang juga berpengaruh terhadap usahanya akan memilih ditutup,
sedangkan responden yang merasakan dampak positif dari pertambangan terhadap
pendapatan akan memilih dibuka. 2) Pertambangan emas rakyat di Kabupaten
Buru menimbulkan eksternalitas positif dan negatif. Penurunan kualitas
lingkungan dalam hal ini air sungai maupun air tanah di Kabupaten Buru belum
terdeteksi adanya Merkuri namun bukan berarti tidak terjadi pencemaran Merkuri,
karena Merkuri yang ada masih sangat kecil. 3) Akibat adanya pertambangan
produksi perikanan mengalami penurunan produksi pada tahun 2012 sebesar
1.560,2 ton. 4) Biaya masuk pertambangan diatur oleh Pemerintah Adat Dataran
Kayeli. Biaya masuk untuk penambang laki-laki sebesar Rp.750.000/orang/tiga
bulan, untuk penambang wanita sebesar Rp.500.000/orang/tiga bulan 5)
Kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan sebesar
Rp.430.000/orang/bulan. 6) Total kerugian pemerintah daerah terhadap pungutan
biaya masuk pertambangan emas rakyat ini adalah sebesar Rp.131.187.700.000/
tahun, dan total kerugian dari penurunan produksi perikanan adalah sebesar
Rp.1.214.227.000.
.
Kata kunci : Eksternalitas pertambangan, willingness to pay, produksi perikanan,
dampak ekonomi dan lingkungan.
SUMMARY
UNA SELVI TUAPUTY. The Illegal Gold Mining Externality in Buru District,
Maluku. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI and ZUZY ANNA.
The gold mining in Kabupaten Buru has been conducted since 2012, by the
discovery of gold at the end of 2011 in a "Gunung Botak" or commonly called as
"Leabumi" by the indigenous peoples. The regulation of the mining was arranged
by the local government, King in Kayeli (The head of village) and Hinolong
Baman (Kewang/guard plateau) and the clans who have the rights to “Leabumi”
region. The Absence of the government intervention is causing this mining
including mining without a business license (PETI) or illegal mining.
The general problem of this study is the presence impact of artisanal mining
in the community life and the decreasing environmental quality. The purpose of
research are: 1) Knowing the public perception of the mining existence. 2)
Identify ground water due to illegal gold mining. 3) Estimate the changes in
fisheries production due to illegal gold mining. 4) Identify and estimate the
transaction costs of illegal gold mining. 5) Identify and estimate WTP transaction
costs and WTP improving environmental quality. 6) Identify the value of
externalities of illegal gold mining activities. The methods of analysis used
statistic analysis approach, laboratory test for water quality, analysis of the
changes production fisheries, analysis of willingness to pay (WTP) with the model
contingent valuation method (CVM), multiple regression linear analysis and
logistic regression analysis.
The results of this study are: 1) Community perception of the existence of
this illegal gold mining were the 20 respondents chose closed and 24 respondents
chose opened. The respondents who felt the environmental hazards of the mining,
also affected his business would choose closing the mining. While selecting
respondents who felt the impact of mining on income would choose opening the
mining. 2) The gold mining in Buru Island gave positive and negative
externalities. The positive impacts are the availability of job opportunities and
increasing incomes. The negative impacts are the threat of environmental damage
that was caused by Mercury waste. 3) Fisheries production decreased in 2012
amounted to 1.560,2 tons, It was also caused the displacement of the profession of
fishermen to miners. 4) The mining entrance fee was set by the indigenous
government. Entry fee for male miners is IDR.750.000 /person/three months and
for women miners IDR 500.000/person/three months. 5) Willingness to pay for
environmental quality improvement were IDR 430.000/person/month. 6) Total
loss of local government because of the levies gold mining entrance fee was IDR
131.187.700 000 for years mining business, and total loss of fisheries production
decline amounted IDR. 1.214.227.000.
Keywords : Externality illegal mining, willingness to pay, fisheries production,
economic and environmental impacts.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
EKSTERNALITAS PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DI
KABUPATEN BURU MALUKU
UNA SELVI TUAPUTY
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir Achmad Fahrudin, M.Si
Judul Tesis : Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru
Maluku
Nama
: Una Selvi Tuaputy
NIM
: H351110031
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, M.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tesis dengan
judul Ekstenalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku. Tesis
ini merupakan salah satu persyaratan utama dalam mendapatkan gelar Magister
Sains di Sekolah Pascasarjana IPB. Penyusunan tesis ini juga tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa adanya arahan dan bimbingan dari komisi
pembimbing dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, lewat kesempatan ini
dengan tulus hati penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah memberikan banyak ilmu dan semangat kepada penulis,
2. Dr Dra Zuzy Anna, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah memberikan banyak ilmu, masukan dan semangat kepada penulis,
3. Dr Ir Achmad Fahrudin, M.Si selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan masukan untuk penyempurnaan tesis ini,
4. DIKTI sebagai lembaga sponsor yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut
Pertanian Bogor,
5. Kepada Pemerintah Kabupaten Buru terutama Dinas Pertambangan,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinasdinas terkait serta masyarakat Desa Dava, Dusun Nametek yang telah
membantu dalam memberikan informasi dan data-data untuk
kepentingan penelitian penulis,
6. Kepada Universitas Pattimura Ambon atas pengizinan melakukkan uji
sampel penelitian di laboratorium, serta data sekunder yang sangat
membantu penulisan tesis ini.
7. Mama dan Papa tercinta, atas doa dan dukungan yang berlimpah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Abang tercinta Ahmad Irhandi atas bantuannya dalam pengumpulan
data, doa serta semangat yang selalu diberikan kepada penulis,
9. Adik tersayang Syahrul Tuaputty, atas doa dan semangat yang selalu
diberikan kepada penulis,
10. Keluarga Hi. Tamzil chatib dan istri caca Suraiz, serta semua keluarga
besar Lisaholet tersayang atas doa serta dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini,
11. Teman-teman kuliah PS ESL 2011, terutama angela, mbak nisa atas
bantuan dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada kekurangan. Akan tetapi
dengan segala kekurangan yang ada semoga tesis ini dapat memberikan
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Una Selvi Tuaputy
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii
1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang ....................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................................ 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................... 4
Manfaat Penelitian .................................................................................................. 4
Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 4
2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5
Pertambangan Rakyat ............................................................................................ 5
Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Pertambangan Rakyat ................................... 6
Dampak Pertambangan Rakyat .............................................................................. 7
Eksternalitas Pertambangan Rakyat ...................................................................... 7
Jenis-Jenis Eksternalitas ........................................................................................ 8
Eksternalitas Lingkungan Akibat Pertambangan ................................................. 9
Solusi Eksternalitas ............................................................................................... 10
Willingness To Pay ............................................................................................... 10
Contingent Valuation Method .............................................................................. 10
Definisi Biaya Transaksi ...................................................................................... 11
Klasifikasi Biaya Transaksi .................................................................................. 11
Tinjauan Penelitian Sejenis Terdahulu ................................................................. 12
3 KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 15
Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 15
4 METODE PENELITIAN.................................................................................... 17
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 17
Jenis dan Sumber Data ......................................................................................... 17
Metode Pengambilan Sampel ............................................................................... 18
Metode Analisis Data ............................................................................................ 19
Analisis Dampak Pertambangan Terhadap Ekonomi Lingkungan ....................... 19
Analisis Kerusakan Lingkungan ........................................................................... 20
Analisis Perubahan Kualitas Air............................................................................ 20
Analisis Nilai Perubahan Produktivitas Perikanan ............................................... 20
Analisis Nilai Willingness To Pay ......................................................................... 20
Metode Regresi Linier Berganda .......................................................................... 22
Analisis Logistic Regression ................................................................................ 24
Daftar Isi (lanjutan)
Analisis Keuntungan Usaha Pertambangan .......................................................... 24
Batasan dan Pengukuran ....................................................................................... 25
Asumsi Penelitian ................................................................................................. 25
5 GAMBARAN UMUM ......................................................................................... 25
Kondisi Umum Wilayah Penelitian ...................................................................... 25
Kondisi Sosio Demografi Wilayah Penelitian ...................................................... 26
Penduduk .............................................................................................................. 26
Pendidikan ............................................................................................................ 26
Gambaran Umum Kegiatan Pertambangan .......................................................... 27
Potensi Pertambangan Emas Di Kabupaten Buru ................................................ 27
Aktivitas Pertambangan Emas Rakyat Di Gunung Botak .................................... 28
Penambang Emas Gunung Botak ......................................................................... 29
Responden Nelayan .............................................................................................. 32
Responden Desa Dava .......................................................................................... 33
Karakteristik Penduduk Asli Pulau Buru .............................................................. 35
Karakteristik Masyarakat Pendatang .................................................................... 36
6 EKSTERNALITAS PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT .......................... 37
Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pertambangan emas .......... 37
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan .................................... 39
Analisis Pendapatan Penambang dan Non Penambang ....................................... 39
Analisis Pendapatan Penambang .......................................................................... 41
Analisis Keuntungan Usaha Pertambangan .......................................................... 42
Dampak Pertambangan Terhadap Sosial Ekonomi .............................................. 43
Dampak Lingkungan Di Kabupaten Buru ............................................................ 45
Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan ................................................... 45
Potensi dan Bahaya DAS Wae Apu Pulau Buru .................................................. 45
Limbah Pertambang ............................................................................................... 46
Bahaya Pencemaran Limbah Merkuri di Lingkungan ........................................... 47
Kondisi Air Di Kabupaten Buru Provinsi Maluku ................................................ 48
Kondisi Air Di Desa Dava ..................................................................................... 49
Penurunan Produksi Perikanan Kabupaten Buru .................................................. 51
Nilai Perubahan Total Penangkapan Ikan Kabupaten Buru ................................. 52
Biaya Transaksi Usaha Pertambangan Rakyat ..................................................... 54
Analisis Willingness To Pay ................................................................................. 57
Analisis Willingness To Pay Biaya Masuk .......................................................... 57
Analisis Willingness To Pay Biaya Perbaikan Kualitas Lingkungan ................... 59
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Willingness To Pay .............. 61
Nilai Eksternalitas Pertambangan Emas ............................................................... 64
7 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 65
Simpulan ............................................................................................................... 65
Saran ..................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 67
LAMPIRAN ............................................................................................................. 70
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. 98
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Penelitian Terdahulu Yang Relevan .................................................................... 14
Matriks Penelitian ................................................................................................ 18
Jumlah Sampel Penelitian ................................................................................... 19
Jumlah Penduduk Desa Dava .............................................................................. 26
Rencana Wilayah Pertambangan Emas ............................................................... 27
Karakteristik Responden Penambang .................................................................. 31
Karakteristik Responden Nelayan ........................................................................ 33
Karakteristik Responden Desa Dava .................................................................... 34
Pekerjaan Sebelum dan Sesudah Adanya Pertambangan .................................... 35
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pertambangan Emas Rakyat .......... 37
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat ........................... 39
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Penambang ............................. 41
Keuntungan Usaha Penambang ........................................................................... 42
Harga Sembako Di Kabupaten Buru ................................................................... 44
Sebaran Kandungan Merkuri Disedimen dan Air Di Sekitar Pertambangan ....... 48
Hasil Pengujian Air Di Desa Dava ...................................................................... 51
Penurunan Produksi Berdasarkan Jenis Ikan ...................................................... 52
Perubahan Produksi Perikanan Kabupaten Buru ................................................ 52
Biaya Masuk Sebagai Kerugian Pemerintah ....................................................... 57
Distribusi WTP Biaya Masuk Pertambangan ..................................................... 58
Total WTP Biaya Masuk Penambang ................................................................. 59
Distribusi WTP Biaya Pembayaran Perbaikan Kualitas Lingkungan ................. 60
Total WTP Biaya Perbaikan Kualitas Lingkungan ............................................. 61
Faktor-Faktor Nilai WTP Penambang Terhadap Biaya Masuk .......................... 62
Faktor-Faktor Nilai Analisis Nilai WTP Perbaikan Kualitas Lingkungan ......... 63
Nilai Total Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat ........................................ 64
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Eksternalitas Negatif Pada Pertambangan Emas Rakyat ...................................... 8
Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 16
Peta Lokasi Penelitian ......................................................................................... 17
Lokasi Pertambagan Emas Di Kabupaten Buru .................................................. 27
Lubang Galian Tambang Emas Di Gunung Botak ............................................. 28
Alat Tromol ......................................................................................................... 29
Rumah Adat Penduduk Asli Pulau Buru .............................................................. 36
Limbah Pertambangan ........................................................................................ 46
Kondisi Air Tanah Desa Dava ............................................................................ 50
Perahu Ketinting dan Alat Penangkapan .............................................................. 53
Aliran Biaya Transaksi Pertambangan Gunung Botak ....................................... 55
Data Identitas Penambang dan Kijang ................................................................ 56
Kurva Penawaran WTP Biaya Masuk Penambang Di Gunung Botak ............... 58
Kurva Penawaran WTP Penambang Terhadap Biaya Perbaikan Lingkungan .... 61
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Peta Lokasi Penelitian ......................................................................................... 70
Jumlah Produksi Ikan Kabupaten Buru .............................................................. 71
Perubahan Produktivitas Perikanan ..................................................................... 71
Analisis Regresi Logistik Persepsi Masyarakat Terhadap Pertambangan .......... 72
Regresi Pendapatan Penambang dan Non Penambang ....................................... 76
Regresi Pendapatan Penambang ........................................................................ 80
Regresi WTP Biaya Masuk Penambang ............................................................. 83
Regresi WTP Biaya Perbaikan Kualitas Lingkungan ......................................... 87
Data Keuntungan dan Pendapatan Penambang .................................................. 90
Dampak Dari Penambangan Pada Berbagai Aspek Di Kabupaten Buru ............ 92
Dokumentasi Penelitian ....................................................................................... 95
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya alam yang dimiliki Negara Indonesia sangatlah melimpah baik
sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya
alam non hayati yang dimiliki Indonesia salah satunya adalah sumber daya
mineral. Sumber daya mineral yaitu berupa minyak bumi, emas, batu bara, perak,
timah, dan lain-lain. Sumber daya mineral merupakan sumber daya yang tidak
terbarukan, artinya tidak dapat tumbuh maupun dikembang biakan oleh manusia.
Sumber daya mineral yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Salah
satu sumber daya mineral yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat adalah emas. Eksploitasi sumber daya mineral diatur dalam
undang-undang dasar nomor 4 tahun 2009, tentang pertambangan mineral dan
batu bara.
Daerah-daerah yang berpotensi memiliki sumber daya mineral dan telah
memproduksi emas di Indonesia yaitu : Timika (Papua), Cikotok (Jawa Barat),
Bengkalis (Riau), Tanggamus (Lampung), Bombana (Sulawesi Tenggara), Rejang
Lebong (Bengkulu), Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara), Logas (Riau),
Sarolangun (Jambi), Merangin (Jambi), Meuleboh (Nanggroe Aceh Darussalam),
Monterado (Kalimantan Barat), Malinau (Kalimantan Timur), Kotabaru
(Kalimantan Selatan), Kapuas (Kalimantan Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur)
(Ahyani ,2011).
Usaha pertambangan secara langsung mengambil bahan galian dari alam,
sehingga usaha ini disebut sebagai industri dasar tanpa daur ulang. Menurut
Ahyani (2011), industri pertambangan akan selalu berhadapan dengan sesuatu
yang serba terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya.
Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan usaha harus meningkatkan
keselamatan kerja serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan
demikian dalam mengelola sumber daya mineral diperlukan penerapan sistem
pertambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknik maupun
ekonomis, agar perolehannya dapat optimal.
Usaha penggalian mineral yang ada di Indonesia yaitu usaha pertambangan
secara industri (perusahaan) dan usaha secara perorangan atau kelompok
(individu). Izin usaha pertambangan diatur dalam peraturan menteri energi dan
sumber daya mineral Republik Indonesia nomor 24 tahun 2012, tentang
perubahan atas peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor 28 tahun
2009 tentang penyelenggaraan usaha jasa pertambangan mineral dan batu bara.
Undang-undang pertambangan juga mewajibkan pemerintah memperoleh iuran
produksi pertambangan sebesar 10% dari hasil tambang yang diperoleh
penambang.
Usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang,
atau perusahaan/yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memilki
izin dari instansi pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian, izin, rekomendasi, atau bentuk apapun yang diberikan kepada
perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan/yayasan oleh instansi
2
pemerintah di luar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat
dikategorikan sebagai PETI. Pertambangan emas rakyat atau pertambangan skala
kecil ini termasuk pertambangan tanpa izin (PETI) biasanya mempunyai
keterbatasan ekonomi/permodalan, pendidikan/pengetahuan dan ketrampilan.
(KEMSDM, 2000).
Sumber daya mineral berupa logam mulia atau emas ditemukan di Provinsi
Maluku pada akhir tahun 2011. Pertambangan logam mulia atau emas ini terdapat
di Kabupaten Buru tepatnya di Gunung Botak. Keberadaan pertambangan ini
membuat banyak penduduk sekitar maupun penduduk dari luar Maluku
berdatangan untuk mencari emas. Hasil survei oleh Pemerintah Kabupaten Buru
awal tahun 2012 jumlah penambang di Gunung Botak ± 50 ribu jiwa baik pria,
wanita maupun anak-anak. Pertambangan emas di lokasi Gunung Botak dikelola
secara adat, karena areal pertambangan adalah areal milik masyarakat yang
diklaim oleh empat marga adat sebagai milik mereka. Saat ini pengolahan lokasi
tambang masih secara tradisional yang diatur oleh tetua adat petuanan Dataran
Waeapo.
Pertambangan emas di Kabupaten Buru termasuk dalam usaha
pertambangan emas rakyat atau pertambangan tanpa izin usaha (PETI).
Pertambangan akan mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan, dan juga
berdampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Buru.
Seperti juga perusahaan pertambangan, pertambangan rakyat ini juga dituding
sebagai sumber terjadinya degradasi lingkungan. Mulai dari rusaknya bentang
alam, lenyapnya vegetasi permukaan, meningkatnya erosi, bahkan peristiwa banjir
dan kekeringan, dan sejumlah kerusakan lingkungan lainnya. Kegiatan
pertambangan di Kabupaten Buru, secara langsung membawa perubahan pada
lingkungan, sosial dan ekonomi. Kegiatan pertambangan juga menimbulkan
eksternalitas terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten
Buru. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat yaitu kenaikan pendapatan,
namun pada kenyataanya dampak negatif seringkali lebih dominan dibandingkan
dampak positif atau adanya eksternalitas dari kegiatan ekonomi manusia terhadap
lingkungannya.
Perumusan Masalah
Suatu pembangunan akan bermakna lebih baik ketika memiliki
keberlanjutan (sustainability). Faktor penting untuk tercapainya keberlanjutan
tersebut adalah faktor yang berkaitan dengan lingkungan. Di Kabupaten Buru
masalah lingkungan menjadi isu yang sangat penting karena kegiatan ekonomi
masyarakat sebagian besar berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam.
Sektor yang berkaitan dengan sumber daya alam dan tergantung pada masalah
lingkungan yaitu sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan.
Ketika kualitas lingkungan mengalami penurunan, kegiatan ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam itu juga akan mengalami penurunan.
Pertambangan illegal yang tidak terkendali akan mengancam kelestarian
lingkungan. Jika lingkungan sudah tercemar dengan limbah bahan kimia
pertambangan maka dipastikan akan berdampak pada lahan pertanian,
pencemaran laut serta dalam jangka panjang dapat mengancam kesehatan
penduduk setempat karena mengkonsumsi air serta bahan pangan yang telah
3
tercemari logam berat limbah pertambangan. Oleh karena itu, tantangan besar
bagi Kabupaten Buru adalah menjaga kelestarian lingkungan. Dengan demikian,
pemanfaatan sumber daya alam itu tidak hanya untuk kepentingan sesaat dan
jangka pendek, melainkan untuk kelangsungan alam itu sendiri dan kelangsungan
pemanfaatannya oleh gerenasi berikutnya. Usaha pertambangan sering kali
menimbulkan banyak masalah terhadap kehidupan manusia dan lingkungan
sekitar. Permasalahan umum yang sering muncul dikawasan pertambangan adalah
pencemaran terhadap lingkungan tanah dan air yang berakibat pada penurunan
kualitas produksi tanah dan air sehingga dalam pengembangan ekonomi
pembukaan lahan pertambangan, produksi dan pasca tambang sering
menimbulkan dampak bagi manusia.
Permasalahan yang akan terjadi di Kabupaten Buru dengan adanya dampak
pertambangan terhadap kehidupan masyarakat dan perubahan kualitas lingkungan
yaitu pencemaran Merkuri di sungai sehingga mengakibatkan kerusakan pada air
dan produksi perikanan. Pertambangan rakyat ini juga didorong oleh keinginan
masyarakat untuk mengubah kehidupan ekonomi sehingga mendorong
penambang dari Maluku maupun dari berbagai daerah di Indonesia berbondongbondong ingin melakukan usaha tambang di Kabupaten Buru. Hal ini
mengakibatkan tingginya eksploitasi bahan galian B (emas) yang ada, sehingga
dampak kerusakan sungai akibat Merkuri sebagai ekstraksi emas saat ini sudah
mulai dirasakan oleh masyarakat.
Pertambangan emas rakyat ini juga memberikan kerugian yang besar
terhadap pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan usaha pertambangan emas rakyat
ini belum memiliki izin usaha dan pertambangan emas rakyat yang ada di Dataran
Waeapo termasuk golongan usaha rakyat atau pertambangan tanpa izin (PETI),
sehingga pemerintah tidak dapat mengambil pungutan pajak dari para penambang.
Adanya pertambangan rakyat ini juga mendorong usaha-usaha ekonomi lain yang
bermunculan di lokasi pertambangan, salah satunya usaha warung yang
menyediakan kebutuhan para penambang di Gunung Botak. Usaha pertambangan
emas rakyat ini akan memberikan dampak terhadap kehidupan sosial, ekonomi
serta dampak terhadap lingkungan. Jika lingkungan tercemar maka akan
menimbulkan dampak yang luas terhadap sektor perikanan, sehingga terjadi
penurunan hasil tangkapan dan pendapatan nelayan di pesisir Kabupaten Buru.
Dari uraian permasalahan diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pertambangan emas rakyat di
Kabupaten Buru?
2. Bagaimana kerusakan air akibat pertambangan emas rakyat?
3. Bagaimana perubahan produksi perikanan akibat pertambangan emas?
4. Seberapa besar biaya transaksi yang dikeluarkan untuk menjalankan
usaha?
5. Mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP
perbaikan kualitas lingkungan?
6. Seberapa besar nilai eksternalitas yang ditimbulkan dari kegiatan
pertambangan emas rakyat di Kabupaten Buru ?
4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat dirinci tujuan umum dan
tujuan khusus penelitian sebagai berikut :
Tujuan umum penelitian yaitu : Mengetahui dan menghitung nilai eksternalitas
yang ditimbulkan dari petambangan emas, dan
Tujuan khusus penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan.
2. Mengidentifikasi kerusakan air yang diakibatkan dari pertambangan.
3. Mengestimasi nilai perubahan produksi perikanan akibat pertambangan.
4. Mengidentifikasi dan menghitung biaya transaksi dari pertambangan.
5. Mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP perbaikan
kualitas lingkungan.
6. Mengidentifikasi nilai eksternalitas dari kegiatan pertambangan emas rakyat.
Manfaat Penelitian
Dengan penelitian yang dilakukan ini mampu memberikan manfaat antara
lain:
1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Maluku
dan Pemerintah Kabupaten Buru sebagai bahan pertimbangan pembuatan
keputusan untuk menetapkan kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonomi serta menerapkan aturan untuk peningkatan kualitas lingkungan
masyarakat Kabupaten Buru.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat di lokasi penelitian untuk lebih dapat
memahami dan mengetahui keberadaan pertambangan yang dapat memberi
dampak positif maupun negatif terhadap sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk mengkaji, dalam bidang yang sama
dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melihat eksternalitas negatif maupun eksternalitas positif
yang terjadi akibat adanya pertambangan emas rakyat di Kabupaten Buru. Adapun
ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya dilakukan di Kabupaten Buru Provinsi Maluku dan
khususnya di Kecamatan Waelata dan Kecamatan Namlea. Penelitian ini
mengambil responden dari mayarakat Desa Dava, para penambang dan nelayan
Dusun Nametek yang secara langsung merasakan dampak dari pertambangan.
2. Penelitian ini difokuskan pada eksternalitas yang muncul dari adanya usaha
pertambangan emas rakyat.
3. Dampak lingkungan yang dilihat dalam penelitian ini adalah kualitas air serta
perubahan produksi perikanan.
4. Menghitung WTP biaya masuk dan biaya perbaikan kualitas lingkungan.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pertambangan Rakyat
Istilah tambang rakyat secara resmi terdapat pada Pasal 2 huruf n, UU No.
11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam pasal ini
disebutkan bahwa pertambangan rakyat adalah satu usaha pertambangan bahanbahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat
secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk
pencaharian sendiri. Golongan A (bahan galian strategis, seperti minyak bumi,
bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara,
uranium, nikel, kobalt dan timah), golongan B (bahan galian vital, seperti besi,
mangan, tembaga, timbale, emas, perak, intan, kristal kuarsa dan belerang) dan
golongan C (bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital,
seperti marmer, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, tanah liat, batu
permata, dan batu setengah permata) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara
kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk
pencarian sendiri. Kegiatan pertambangan rakyat dilakukan pada wilayah yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR).
Tambang emas di Maluku Kabupaten Buru merupakan salah satu
pertambangan emas tanpa izin (PETI) atau rakyat. Usaha tanpa izin ini dilakukan
perorang dan perkelompok di salah satu lokasi Pulau Buru tepatnya di Gunung
Botak. Hal ini menyebabkan kerugian terhadap pemerintah daerah maupun
terhadap lingkungan masyarakat, namun disisi lain dengan adanya pertambangan
mampu menambah penghasilan masyarakat dan meningkatkan perekonomian
penduduk Kabupaten Buru.
Undang-undang dasar nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Dijelaskan dalam pasal 36 huruf k yang berbunyi;
larangan melakukan pertambangan mineral pada wilayah yang apabila secara
teknis atau ekologis, sosial dan budaya menimbulkan kerusakan lingkungan atau
pencemaran lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar. Artinya dalam
undang-undang dasar pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, secara
tegas pemerintah melarang melakukan usaha tambang mineral jika usaha tersebut
mempengaruhi atau merusak lingkungan daerah pesisir dan masyarakat sekitar.
Dalam UUD 27 tahun 2007 menerangkan kewajiban dan peranan serta
masyarakat. Dijelaskan dalam pasal 60 ayat 1 huruf c yaitu melakukan kegiatan
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan hukum adat
yang berlaku dan tidak bertentangan dengan peraturan undang-undang dasar.
Serta ayat 2 huruf b yang berbunyi menjaga, melindungi dan memelihara
kelestarian pesisir dan pulau-pulau kecil.
Faktor-faktor Penyebab Munculnya Pertambangan Rakyat
Menurut Tim Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin (PETI)
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2000), faktor-faktor timbulnya
kegiatan pertambangan rakyat diantaranya adalah kemiskinan, keterbatasan
lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta keterlibatan pihak lain yang bertindak
sebagai pemodal. Salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk keluar
6
dari kemiskinan dan memperoleh pendapatan yang layak adalah dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada, diantaranya adalah bahan galian
(bahan tambang) dan mudah dijual dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi,
salah satunya adalah penambangan emas dan bahan galian lainnya seperti batu
bara dan timah.
Keberadaan pihak ketiga (penyandang dana) yang memanfaatkan
masyarakat tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang besar merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan makin maraknya kegiatan pertambangn oleh rakyat
yang sudah mengarah kepada kegiatan pertambangan tanpa izin, sebagai mana
disinyalir oleh tim penanggulangan masalah pertambangan tanpa izin.
Departemen Energi dan Sumber daya Mineral dalam publikasi yang diterbitkan
pada tahun 2000, menjelaskan faktor pendorong kehadiran PETI dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Faktor Sosial , yaitu :
a. Keberadaan penambang tradisional oleh masyarakat setempat yang telah
berlangsung secara turun - temurun.
b. Hubungan yang kurang harmonis antara pertambangan resmi/berizin dengan
masyarakat setempat.
c. Penafsiran keliru tentang reformasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa
batas.
2. Faktor Hukum, yaitu :
a. Ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan perundang- undangan yang
berlaku dibidang pertambangan.
b. Kelemahan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan, yang
antara lain tercermin dalam kekurang berpihakan kepada kepentingan
masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap pertambangan
resmi/berizin yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur).
c. Kelemahan dalam penegakan hukum dan pengawasan.
3. Faktor Ekonomi, yaitu :
a. Keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang sesuai dengan
tingkat keahlian/ ketrampilan masyarakat.
b. Kemiskinan dalam berbagai hal, miskin secara ekonomi, pengetahuan, dan
ketrampilan.
c. Keberadaan pihak ketiga yang memanfaatkan kemiskinanuntuk tujuan
tertentu, yaitu penyandang dana (cukong), backing (oknum aparat) dan
LSM.
d. Krisis ekonomi berkepanjangan yang melahirkan pengangguran terutama
dari kalangan masyarakat bawah. Penemuan cadangan baru oleh perusahaan
tambang resmi/ berizin.
Dampak Pertambangan Rakyat
Masalah pertambangan tanpa izin oleh Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral dalam publikasi mengenai penanggulangan masalah pertambangan
tanpa izin tahun 2000, yaitu kegiatan pertambangan yang masuk kepada kategori
PETI pada umumnya tidak memenuhi berbagai kriteria yang dapat diterima baik
dari aspek ekonomi, konservasi, pengelolaan lingkungan, keselamatan dan
kesejahteraan kerja. Hal ini menimbulkan dampak negatif yang banyak disoroti
dari kegiatan pertambangan rakyat seperti : kehilangan penerimaan negara,
7
kerusakan lingkungan hidup, kecelakaan tambang, pemborosan sumber daya
mineral, pelecehan hukum, dan kerawanan sosial. Disamping dampak negatif
tersebut, kegiatan pertambangan rakyat juga memberikan dampak positif,
khususnya bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan itu sendiri,
yaitu sebagai lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan utama bagi penambang
dan keluarganya.
Eksternalitas Pertambangan Rakyat
Menurut Baumol 1978, eksternalitas adalah efek yang timbul dari suatu
kegiatan yang tidak dikompensasi ataupun diapreasiasi. Kolm (1971) seperti
dikutip oleh Simarmata (1994) mendefinisikan eksternalitas sebagai dampak dari
keputusan seseorang pada orang lain tanpa melibatkan penerima dampak dalam
proses pembuatan keputusan tersebut. Dengan kata lain eksternalitas adalah
dampak negatif atau positif yang tidak memiliki harga dimana baik penghasil
maupun penerimanya tidak merasa memilikinya. Dengan demikian, eksternalitas
baik positif maupun negatif tidak dapat diperjual belikan karena tidak adanya
harga dan property rights.
Fauzi (2006), mengartikan eksternalitas sebagai dampak kegiatan produksi
atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas pihak lain secara tidak
diinginkan. Dampak ini tidak hanya terkait dengan pengelolaan sumber daya
alam. Musik yang terlalu keras, asap rokok yang terhisap dari orang lain, parfum
yang tercium baik yang berbau sedap ataupun sebaliknya merupakan contohcontoh dari eksternalitas yang ditemukan pada kegiatan sehari-hari. Dari sejumlah
definisi yang disampaikan oleh para pakar ekonomi tersebut, kita bisa menarik
sebuah pengertian bahwa eksternalitas merupakan dampak suatu kegiatan yang
dirasakan baik oleh pihak penghasil dampak tersebut maupun pihak lain yang
sama sekali tidak terlibat dalam proses kegiatan yang menimbulkan dampak
tersebut.
Eksternalitas pertambangan emas rakyat adalah dampak kegiatan produksi
suatu barang tambang yang dilakukan oleh penambang liar, mempengaruhi
lingkungan maupun masyarakat disekitar pertambangan. Eksternalitas yang
menguntungkan maupun yang merugikan menyebabkan pasar tidak bisa efisien.
Gambar 1 menunjukkan kurva eksternalitas merugikan atau eksternalitas negatif.
Dicontohkan sebuah kegiatan usaha pertambangan menurut standar industri
haruslah memiliki fasilitas pengolahan limbah, akan tetapi pada kenyataannya
perusahaan sering kali membuang limbahnya ke badan sungai dan belum
mendapat perhatian penuh dari pemerintah, sehingga perusahaan mampu
memproduksi barang sampai penawaran S2.
Keseimbangan pasar akan terjadi saat jumlah emas yang di jual Q2. Namun
dengan memproduksi emas sebesar Q2 maka akan mengakibatkan penderitaan
terhadap penduduk, karena akan terjadi peningkatan pencemaran. Pederitaan itu
merupakan biaya sosial atau (social cost). Agar tidak terjadi kerugian terhadap
masyarakat pemerintah haruslah tegas dalam mewajibkan perusahaan memiliki
fasilitas pengolahan limbah, dan kemampuan penawaran perusahan adalah sebesar
S1. Keseimbangan yang efisien terjadi di Q1.
Harga
S1
8
S2
Q1
Q2
Kuantitas lingkungan
Gambar 1 Eksternalitas Negatif Pada Pertambangan Emas Rakyat
Sumber : Disesuaikan dengan Rahardja dan Manurung (2010)
Jenis-Jenis Eksternalitas
Eksternalitas lingkungan dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruhnya
terhadap individu dan wilayah. Pencemaran lingkungan atau kerusakan
lingkungan dapat dikelompokkan sebagai eksternalitas daerah/lokal seperti terjadi
kerusakan air danau, kerusakan tanah dan polusi udara. Putri et al. (2010)
membagi eksternalitas berdasarkan sebab dan dampak yang dimunculkan serta
interaksi agen ekonomi. Eksternalitas berdasarkan interaksi agen ekonomi
misalnya adalah sebagai berikut :
a. Dampak produsen terhadap produsen lain
Suatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal
terhadap produsen lain jika kegiatanya itu mengakibatkan terjadinya
perubahan atau penggeseran fungsi produksi dari produsen lain, contoh
dampak atau efek yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu proses
produksi pengolahan ikan sardine menghasilkan limbah produk yang
dimasukkan kedalam aliran sungai, sehingga produsen ikan yang
menggunakan air dari aliran sungai tersebut akan dirugikan karena
produksinya menurun.
b. Dampak produsen terhadap konsumen
Suatu produsen dikatakan mempunyai dampak terhadap konsumen, jika
aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga
(konsumen). Contohnya yaitu pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi
polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena
pertambangan, serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyamanan
konsumen atau masyarakat luas.
c. Dampak konsumen terhadap konsumen lain
Dampak ini terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu
mempengaruhi atau menggangu fungsi utilitas konsumen lain. Dampak atau
efek dari kegiatan ini contohnya yaitu bisingan suara pemotong rumput
tetangga, kebisingan bunyi radio atau musik tetangga, asap rokok seseorang
terhadap orang sekitarnya dan sebagainya.
d. Dampak konsumen terhadap produsen
Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen
mengganggu fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen
9
tertentu. Dampak jenis ini misalnya terjadi ketika limbah rumah tangga
terbuang ke aliran sungai dan mencemari sungai sehingga menganggu
perusahan tertentu yang memanfaatkan air seperti nelayan atau perusahaan
yang memanfaatkan air bersih.
Eksternalitas Lingkungan Akibat Pertambangan
Lingkungan adalah keseluruhan dari keadaan disekitar suatu kelompok
organisme, yang dapat berupa: 1) kombinasi dari kondisi fisik eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup organisme,
dan 2) kondisi sosial dan budaya mempengaruhi individu atau komunitas.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Menurut Putri
et al. (2010) pencemaran air adalah masuknya atau dimasukan mahluk hidup, zat,
energy dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan pengertian ini masalah
pencemaran air terkait dengan tiga hal penting, yaitu 1) unsur yang masuk atau
dimasukkan kedalam air, 2) kualitas atau penurunan kualitas air, dan 3)
peruntukan air.
Menurut Harsanto (1995), air dikatakan tercemar jika mengalami hal-hal
berikut : a) air mengandung zat, energi dan komponen lain yang dapat merubah
fungsi air sesuai peruntukkannya atau disebut parameter pencemaran, b)
kandungan parameter pencemaran di dalam air telah melampaui batas toleransi
tertentu atau disebut baku mutu hingga menimbulkan pengaruh terhadap
pemanfaatannya.
Lingkungan yang terkontaminasi oleh Merkuri dapat membahayakan
kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Merkuri terakumulasi dalam
mikro-organisme yang hidup di air (sungai, danau, laut) melalui proses
metabolisme. Bahan-bahan yang mengandung Merkuri yang terbuang kedalam
sungai atau laut dimakan oleh mikro-organisme tersebut dan secara kimiawi
berubah menjadi senyawa methyl-Merkuri. Mikroorganisme dimakan ikan
sehingga methyl-Merkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil
menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Oleh
karenanya, usaha pengolahan emas dengan menggunakan Merkuri seharusnya
tidak membuang limbahnya (tailing) ke dalam aliran sungai sehingga tidak terjadi
kontaminasi Merkuri pada lingkungan disekitarnya, dan tailing yang mengandung
Merkuri harus ditempatkan secara khusus dan ditangani secara hati-hati.
Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti
“perak cair” (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair
pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor
listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang
kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.90C dan mendidih pada
temperatur 3570C (Stwertka 1998 dalam Dwioktavia, 2011). Dengan karakteristik
demikian Merkuri sering dimanfaatkan untuk berbagai peralatan ilmiah, seperti
termometer, barometer, termostat, lampu fluorescent, obat-obatan, insektisida,
dsb.
Solusi Eksternalitas
10
Model dasar untuk membangun prinsip kebijakan ekonomi dalam
memecahkan masalah eksternalitas. Contoh hubungan ekonomi antara perusahan
penambang emas dengan usaha perikanan. Meski tidak ada hubungan keputusan
ekonomi dari unit usaha tersebut, namun keduanya menjadi terkait karena adanya
sungai sebagai barang publik. Penambang tersebut membuang limbahnya berupa
zat Merkuri ke dalam sungai yang menjadi sumber mata p